STUDI PERBANDINGAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DAN TIPE BERTUKAR PASANGAN DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERJAYA TAHUN AJARAN 20

(1)

STUDI PERBANDINGAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPECOOPERATIVE SCRIPTDAN

TIPE BERTUKAR PASANGAN DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERJAYA TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh KOMARUDIN

Penelitian ini mengkaji tentang studi perbandingan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Scriptdan tipe Bertukar Pasangan dengan memperhatikan konsep diri siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 sumberjaya tahun pelajaran 2014/2015. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pendekatan komparatif. Populasi penelitian terdiri dari 7 kelas yang berjumlah 240 siswa dengan jumlah sampel 68 siswa. Pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan tes. Teknik analisis data menggunakan analisis varian dua jalan dan t-test dua sampel independent.

Hasil analisis data menunjukan (1) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative scriptdan tipe bertukar pasangan, (2) kemampuan berfikir kritis siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan tipe bertukar pasangan pada siswa yang memiliki konsep diri positif, (3) kemampuan berfikir kritis siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan lebih rendah dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan tipe bertukar pasangan pada siswa yang memiliki konsep diri negatif, (4) ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan konsep diri siswa terhadap kemampuan berpikir kritis.

Kata Kunci: Berpikir Kritis, IPS Terpadu, Konsep Diri, Cooperative Script, Bertukar Pasangan


(2)

KONSEP DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERJAYA

TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh :

komarudin

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(3)

DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERJAYA

TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

KOMARUDIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

Grafik Halaman

1. Paradigma Penelitian ... 40

2. Hasil Konsep Diri Siswa Kelas Eksperimen... 66

3. Hasil Konsep Diri Siswa Kelas Kontrol ... 71

4. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 76

5. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 78

6. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Konsep Diri Positif Kelas Kontrol ... 80

7. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Konsep Diri Negatif Kelas Kontrol ... 82

8. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Konsep Diri Positif Kelas Eksperimen ... 85

9. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Konsep Diri Negatif Kelas Eksperimen... 87


(5)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH... 12

C. BATASAN MASALAH ... 13

D. RUMUSAN MASALAH ... 13

E. TUJUAN PENELITIAN... 14

F. MANFAAT PENELITIAN... 15

G. RUANG LINGKUP PENELITIAN... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA ... 17

1. Definisi Belajar dan Teori Belajar ... 17

2. Berpikir Kritis ... 21

3. Model Pembelajaran Kooperatif TipeCooperative Script... 26

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan... 28

5. Konsep Diri ... 29

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 32

C. KERANGKA PIKIR... 35

D. ANGGAPAN DASAR HIPOTESIS... 40

E. HIPOTESIS... 41

III. METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN... 43

B. POPULASI DAN SAMPEL ... 44

1. Populasi... 44

2. Sampel... 45


(6)

D. DEFINISI VARIABEL... 47

1. Definisi Konseptual Variabel... 47

2. Definisi Operasional Variabel... 49

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 50

1. Tes ... 50

2. Angket ... 50

F. UJI PERSYARATAN INSTRUMEN ... 50

1. Uji Validitas Instrumen Tes ... 51

2. Uji Realibilitas ... 51

3. Taraf Kesukaran ... 53

4. Daya Beda ... 53

G. UJI ANALISIS STATISTIK PARAMETRIK ... 54

1. Uji Normalitas... 54

2. Uji Homogenitas ... 55

H. TEKNIK ANALISIS DATA ... 55

1. T–test Dua Sampel Independen ... 55

2. Analisis Varians Dua Jalan ... 56

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 58

1. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Sumberjaya ... 58

2. Identitas SMP Negeri 1 Sumberjaya ... 59

3. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Sumberjaya ... 60

4. Letak Geografis SMP Negeri 1 Sumberjaya... 61

5. Keadaan SMP Negeri 1 Sumberjaya... 62

6. Sarana dan Fasilitas SMP Negeri 1 Sumberjaya... 62

7. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 63

B. DESKRIPSI DATA ... 64

1. Data Konsep Diri Siswa ... 64

a. Deskripsi Data Konsep Diri Kelas Eksperimen ... 64

b. Deskripsi Data Konsep Diri Kelas Kontrol... 69

2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 74

a. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen (ModelCooperative Script) ... 74

b. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol (Model Bertukar Pasangan) ... 76

3. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Memperhatikan Konsep Diri Siswa pada Kelas Kontrol (Model Bertukar Pasangan) ... 78

a. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Konsep Diri Positif Kelas Kontrol (Model Bertukar Pasangan) ... 78 b. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada


(7)

(ModelCooperative Script) ... 83

a. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Konsep Diri Positif Kelas Eksperimen (ModelCooperative Script)... 83

b. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Konsep Diri Negatif Kelas Eksperimen (ModelCooperative Script) ... 86

C. UJI PERSYARATAN ANALISIS DATA ... 88

1. Uji Normalitas... 88

2. Uji Homogenitas ... 90

D. PENGUJIAN HIPOTESIS... 91

1. Pengujian Hipotesis 1... 92

2. Pengujian Hipotesis 2... 93

3. Pengujian Hipotesis 3... 94

4. Pengujian Hipotesis 4... 96

E. PEMBAHASAN ... 99

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 109

B. SARAN ... 110 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Lampiran

1. Daftar Nama Siswa Kelas VIII D (Eksperimen) 2. Daftar Nama Siswa Kelas VIII E (Kontrol) 3. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 4. Daftar Nama Kelompok Kelas Kontrol 5. Silabus

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol 8. Uji Normalitas

9. Uji Homogenitas 10. Uji T–Tes 11. Uji Anava

12. Kisi-Kisi Soal Berpikir Kritis 13. Soal Berpikir Kritis

14. Kunci Jawaban Soal

15. Rubrik Penilaian Soal Kemampuan Berpikir Kritis 16. Kisi-Kisi Angket Konsep Diri Siswa

17. Angket Uji Coba

18. Angket Konsep Diri Siswa 19. Uji Validitas Soal

20. Realibilitas Soal

21. Taraf Kesukaran Dan Daya Beda 22. Uji Validitas Angket

23. Uji Realibilitas Angket

24. Daftar Nilai Berpikir Kritis Kelas Eksperimen 25. Daftar Nilai Berpikir Kritis Kelas Kontrol 26. Daftar Nilai Konsep Diri Kelas Eksperimen 27. Daftar Nilai Konsep Diri Kelas Kontrol

28. Data Angket Konsep Diri dan Nilai Berpikir Kritis 29. Denah Lokasi


(9)

Tabel Halaman

1. Hasil penelitian pendahuluan ... 7

2. Penelitian yang Relevan... 33

3. Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumberjaya Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 45

4. Definisi Operasional ... 49

5. Kategori Besarnya Reliabilitas... 52

6. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan... 57

7. Nama-Nama Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sumberjaya ... 59

8. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Sumberjaya Tahun Pelajaran 2014/2015 62 9. Konsep Diri Siswa Kelas Eksperimen ... 65

10. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Positif Siswa Kelas Eksperimen ... 68

11. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Negatif Siswa Kelas Eksperimen... 69

12. Konsep Diri Siswa Kelas Kontrol ... 70

13. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Positif Siswa Kelas Kontrol ... 73

14. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Negatif Siswa Kelas Eksperimen... 74

15. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen ... 75

16. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol... 77

17. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Konsep Diri Positif Kelas Kontrol ... 79

18. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Konsep Diri Negatif Kelas Kontrol ... 82

19. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Konsep Diri Negatif Kelas Kontrol ... 84

20. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Konsep Diri Negatif Kelas Eksperimen ... 87

21. Uji Normalitas Data Model PembelajaranCooperatif Script... 88

22. Uji Normalitas Data Model Pembelajaran Bertukar Pasangan ... 89

23. Rekapitulasi Uji Normalitas... 90

24. Hasil Uji Homogenitas... 90

25. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 92

26. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 93

27. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 95


(10)

(11)

(12)

Kenyataan adalah persepsi Anda. Jika Anda ingin mengubah

Kenyataan hidup anda, mulailah dengan mengubah persepsi Anda

(Dr. Ibrahim Elfiky)

Jangan merasa takut akan hal yang tak pernah kau lakukan,

Tetapi takutlah akan sebuah PENYESALAN

(Komarudin)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya

(QS. Al-Baqarah: 286)

Dalam hidup, janganlah kita selalu mengikuti arus. Adakalanya

dimana kita harus melawan arus tersebut. Karena pada

kenyataannya tidak pernah ada satu arus pun yang mengalir dari

dataran rendah menuju ke dataran tinggi, arus selalu mengalir ke

tempat yang lebih rendah. Rubahlah

mindset

kita untuk selalu

mengalami peningkatan, bukan sebuah penurunan seperti sebuah

arus.


(13)

Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur ku panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia serta

kemudahan yang selalu Engkau berikan selama ini.

Dengan Ba

Ayah Handaku

Tetesan keringat dan kesabaran yang telah engkau berikan hanya demi untuk anak-anakmu. Hingga rasa sakit dan letih yang tak pernah lagi

engkau hiraukan.

Ibuku Tercinta

Penuh keikhlasan, kesabaran dan kasih sayang dalam membimbing serta mendidikku agar menjadi manusia yang lebih baik di dunia dan akhirat. Selalu berdoa, memberi nasehat dan semangat untuk masa depan yang

lebih baik.

Kakak-Kakak Tercinta

Kalian selalu memberikan motivasi dan semangat.

Para Pendidik

Terimakasih telah berbagi ilmu dan pengalaman untuk bekal hidupku menghadapi terjalnya kehidupan.

Kekasihku

Tak henti-hentinya menyemangati dan membantuku serta menemaniku dikala ku dalam kesulitan.

Sahabat sahabatku

Terima kasih Telah Meberikan Warna dalam Hidup.

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur ku panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia serta

kemudahan yang selalu Engkau berikan selama ini.

angga Kupersembahkan Karya In

Ayah Handaku

Tetesan keringat dan kesabaran yang telah engkau berikan hanya demi untuk anak-anakmu. Hingga rasa sakit dan letih yang tak pernah lagi

engkau hiraukan.

Ibuku Tercinta

Penuh keikhlasan, kesabaran dan kasih sayang dalam membimbing serta mendidikku agar menjadi manusia yang lebih baik di dunia dan akhirat. Selalu berdoa, memberi nasehat dan semangat untuk masa depan yang

lebih baik.

Kakak-Kakak Tercinta

Kalian selalu memberikan motivasi dan semangat.

Para Pendidik

Terimakasih telah berbagi ilmu dan pengalaman untuk bekal hidupku menghadapi terjalnya kehidupan.

Kekasihku

Tak henti-hentinya menyemangati dan membantuku serta menemaniku dikala ku dalam kesulitan.

Sahabat sahabatku

Terima kasih Telah Meberikan Warna dalam Hidup.

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur ku panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia serta

kemudahan yang selalu Engkau berikan selama ini.

Ini Untuk

Ayah Handaku

Tetesan keringat dan kesabaran yang telah engkau berikan hanya demi untuk anak-anakmu. Hingga rasa sakit dan letih yang tak pernah lagi

engkau hiraukan.

Ibuku Tercinta

Penuh keikhlasan, kesabaran dan kasih sayang dalam membimbing serta mendidikku agar menjadi manusia yang lebih baik di dunia dan akhirat. Selalu berdoa, memberi nasehat dan semangat untuk masa depan yang

lebih baik.

Kakak-Kakak Tercinta

Kalian selalu memberikan motivasi dan semangat.

Para Pendidik

Terimakasih telah berbagi ilmu dan pengalaman untuk bekal hidupku menghadapi terjalnya kehidupan.

Kekasihku

Tak henti-hentinya menyemangati dan membantuku serta menemaniku dikala ku dalam kesulitan.

Sahabat sahabatku

Terima kasih Telah Meberikan Warna dalam Hidup.


(14)

Penulis di lahirkan di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 7 Oktober 1992 dengan nama lengkap Komarudin. Penulis merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Putra dari pasangan Bapak Idi dan Ibu Uun Masrikah.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan penulis adalah sebagai berikut. 1. SD Negeri 4 Simpang Sari yang diselesaikan pada tahun 2005 2. SMP Negeri 1 Sumberjaya diselesaikan pada tahun 2008 3. SMA Negeri 1 Sumberjaya diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Pergutuan Tinggi Negeri). Pada bulan Januari 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Pada Bulan Juli – September mengikuti program Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) selama 75 hari di Pekon Sukajaya Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Lampung Barat serta Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1 Pagar Dewa.


(15)

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul STUDI PERBANDINGAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIF SCRIPT DAN TIPE BERTUKAR PASANGAN DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERJAYA TAHUN AJARAN 2014/2015”. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammadshallallahu‘alaihi wa salam.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum FKIP Unila.


(16)

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd., selaku penguji skripsi dan pembimbing akademik penulis yang telah membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih untuk ilmu dan pengalamannya yang telah diberikan kepada penulis.

11. Bapak Nowo Wibawono, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sumberjaya, terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan SMP Negeri 1 Sumberjaya sebagai tempat penelitian skripsi ini.


(17)

informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini. 13. Siswa-Siswi SMP Negeri 1 Sumberjaya, terima kasih atas kerjasama dan

kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. 14. Kedua orang tuaku, Bapak Idi dan Ibu Uun Masrikah beribu kata terima kasih

karena telah mendoakanku dalam pengharapan-pengharapan yang pasti. Kesabaran, senyuman, air mata, tenaga, pikiran dan materi tercurah di setiap perjuangan dan doamu menjadi kunci kesuksesanku di kemudian hari.

15. Kakak-kakakku tercinta A’Asep, Teh Euis, A’Ajang, A’Edod, A’Dedi,

A’Anang, Teh Neng Winarti, A’Tia yang selalu memberikan semangat dan

motivasi kepadaku.

16. Semua keluargaku yang selalu memberikan doa dan semangat kepadaku yang tak bisa disebutkan satu persatu.

17. Kekasih hatiku Ratna Wati yang selalu menemaniku di saat suka maupun duka dan tak henti-hentinya mendoakan dan menyemangati serta membantuku dalam segala hal sehingga dapat menyelesaikan studi.

18. Sahabat-sahabatku, M. Ridho Alkhahfi (Erik), Deni Permana, Rian Krama Yuda, Rosnaeni (Iyos), Isna Khania

19. Teman-teman seperjuangan Ahmad Irvan (Shaolin), Andreas, Fredy, Tomy, I Wayan Wendra, Irfan Hidayat, Saberi, Ajeng, Lisna, Leni, Yusmai, Eka, Wulan, Agnes. Terimakasih untuk kebersamaan selama ini, semoga kita sukses bersama di masa depan.


(18)

ini.

21. Kakak dan adik tingkatku semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya.

22. Kak Dani dan Om Herdi terima kasih telah memberikan masukan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini.

23. Sahabat KKN-KT , Adi Pranoto, Aliza R. Dhani, Hari Kurniawan, Anis Suciaty (Cici), Intan Novita Sari, Lisda Syari dan Merry Andani terima kasih telah memberikan banyak pengalaman dan kebahagiaan.

24. Bapak Suwono serta istri, Bapak Mat Khaelani serta istri, seluruh masyarakat Pekon Sukajaya serta Guru-guru di SMK Negeri 1 Sukajaya yang telah memberikan pengalaman dan ilmu.

25. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis,


(19)

(20)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai bagian dari sistem kehidupan telah berupaya mengembangkan struktur kurikulum, sistem pendidikan dan model pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas karena pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku siswa menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar.

Pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan di bidang pendidikan. Menghadapi era persaingan dunia yang semakin kompetetif, sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama agar suatu bangsa dapat bekompetisi. Sehubungan dengan hal tersebut,


(21)

pemerintah dalam bidang pendidikan berupaya menyediakan wadah berupa instansi pendidikan yang bermutu.

Perwujudan pendidikan yang bermutu dilakukan dengan memaksimalkan semua yang menunjang pendidikan yang bermutu mulai dari kualitas guru yang harus mengedepankan karakter kebangsaan sehingga dapat mewujudkan kualitas sumbar daya manusia yang unggul yang berlandaskan kebudayaan dan pancasila. Berkaitan dengan hal tersebut, lahirlah pendidikan nasional di Negara Indonesia. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Tujuan pendidikan nasional dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk mewujudkan atau mengembangkan segala potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan fungsinya adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mewujudkan hal itu, kualitas pendidikan tentu sangat penting bagi pembangunan pendidikan. Generasi muda sebagai generasi penerus akan menjadi generasi yang unggul jika mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Bila generasi muda tidak mendapatkan kualitas pendidikan yang memadai, maka kita akan tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Manfaat pendidikan ini lah


(22)

yang penting yaitu untuk meningkatkan kualitas generasi muda sehingga mereka akan mampu untuk menghadapi persaingan global dunia.

Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan, sehingga fungsi sekolah sangat penting. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk membentuk manusia berkualitas dalam pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang pencapaiannya dilakukan terencana, terarah dan sistematis. Semakin maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya.

Membangun sistem sekolah yang baik sangat penting, dimulai dari kepala sekolah, staf tata usaha, guru, serta peningkatan sarana dan prasarana sekolah guna menunjang kegiatan belajar yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Guru sebagai salah satu bagian dari sistem sekolah mempunyai peranan yang sangat penting, karena guru akan berinteraksi langsung dengan peserta didik. Sangat penting bagi guru untuk menyiapkan perencanaan pembelajaran secara matang dan baik. Saat ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran terutama dalam menggunakan model pembelajaran agar dapat menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan, bahkan suasana belajar yang akan selalu dirindukan siswa dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Merujuk pada lebih dari satu fakta yang menunjukkan rendahnya hasil belajar dan pentingnya pembelajaran, maka berbagai pihak terkait perlu berupaya


(23)

untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berpikir. Untuk memecahkan masalah diperlukan pemikiran yang kritis tehadap suatu masalah. Kemampuan berpikir kritis mengandung makna sebagai kesiapan dalam pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan mereka sendiri. Bepikir kritis bukan hanya tindakan sederhana menerima informasi secara mentah, tetapi melibatkan proses berpikir aktif dan kemampuan analisis serta pengambilan keputusan dari apa yang diterima.

Beberapa tahun terakhir, berpikir kritis telah menjadi suatu istilah yang sangat popular dalam dunia pendidikan. Robert Ennis mendefinisikan berpikir kritis sebagai pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Adanya keterlibatan berpikir kritis dalam pemecahan masalah, peserta didik tidak akan langsung mengambil suatu keputusan tanpa suatu pertimbangan akan tetapi keputusan yang diambil akan sesuai dengan pemahaman yang dimiliki dari hasil analisa pemikiran dan dengan penuh pertimbangan, sehingga keputusan yang diambil bukan tanpa dasar.

Penelitian ini mengkaji tentang mata pelajaran IPS Terpadu. IPS Terpadu merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Tujuan mata pelajaran IPS Terpadu adalah untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan


(24)

dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis serta kritis untuk memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat. Proses pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukan di sekolah diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajarannya.

Tujuan pembelajaran IPS (instructional objective social) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran IPS. Penyelenggaraan pendidikan merupakan suatu keseluruhan yang terangkum dalam sebuah sistem pendidikan nasional. Begitu juga dengan pendidikan IPS pada pendidikan dasar dan mengenah merupakan suatu yang integral dari suatu sistem pendidikan nasional pada umumnya, yang telah diatur berdasarkan undang-undang sestem pendidikan nasional.

Tujuan mata pembelajaran IPS pada umumnya adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan dasar nilai-nilai moral etik yang tinggi dan menjunjung tinggi nilai budaya bangsa serta membentuk peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan, wawasan kebangsaan, dan etika sosial, berakhlak sosial yang tinggi. Setiap guru IPS mestinya paham hakikat keterpaduan dalam mata pelajaran IPS. Namun ternyata masih banyak guru yang memahami IPS sebagai mata pelajaran yang terpisah sebagai ilmu sosial


(25)

seperti Ekonomi, Geografi, Sosiologi dan Sejarah. Bahkan sangat mungkin di antara guru IPS yang ada, juga kurang memahami tujuan pembelajaran IPS.

Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial . 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Keempat tujuan mata pelajaran IPS di atas menunjukkan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memiliki tujuan membentuk siswa menjadi warga negara yang baik. Untuk itu apabila siswa kurang diberikan pemahaman tentang mata pelajaran IPS Terpadu, di khawatirkan siswa kurang dalam memahami bagaimana menjadi warga negara yang baik.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sumberjaya Tahun Ajaran 2014/2015 terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa diantaranya sebagai berikut.


(26)

Tabel 1. Hasil Penelitian Pendahuluan

Kemampuan Harapan Kenyataan

Menganalisis Siswa memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci.

Siswa masih kurang mampu memahami sebuah konsep global sehingga siswa tidak mampu menguraikan atau merinci globalitas tersebutkedalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci Mensintesis Siswa menggabungkan

bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.

Siswa masih kurang dalam memadukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga tidak muncul ide-ide baru yang seharusnya dapat diperoleh siswa setelah membaca materi pelajaran.

Mengenal dan Memecahkan Masalah

Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu

menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru

Saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang tidak mampu untuk memahami suatu permasalahan yang diberikan oleh guru dengan kritis. Sehingga setelah kegiatan diskusi selesai siswa tidak memahami pokok permasalahan yang ada pada kasus diskusi tersebut.

Menyimpulkan Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan

(kebenaran) yang baru yang lain

Masih kurang mampunya siswa pada saat menyimpulkan materi yang telah diajarkan oleh guru terlihat saat siswa memberikan kesimpulan materi pelajaran IPS Terpadu, siswa masih kurang mampu dalam menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar dapat sampai kepada sebuah kesimpulan.

Mengevaluasi atau Menilai

Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu.

Siswa masih kurang dalam hal

keterampilan mengevluasi atau menilai. Hal ini terlihat pada saat proses

pembelajaran siswa tidak dapat memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu atau bahkan


(27)

Setelah dilihat dari permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 1 Sumberjaya dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang kurang baik dalam kemampuan berpikir kritisnya. Maka upaya yang diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran di sekolah untuk menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan bagi siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pemahaman belajar siswa. Hal ini sudah sepatutnya diterapkan model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa lainnya dalam menjalankan tugas-tugas yang terstruktur. Slavin (2005: 267) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif ada beberapa model yaitu Jigsaw, Student Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Kelompok Investigasi (KI), Numbered Heads Together (NHT), Think-Pair-Share (TPS), Mind Mapping (MM), Snowball Throwing (ST), Duti-Duta, Time Token (Tito), Debate, Picture and Picture (PP), Integrated Reanding and Composition (CIRC), Student Fasilitator and Expailing(SFE), Cooperative Script(CS),bertukar pasangan,JigsawdanTalking Stick.

Model-model pembelajaran tersebut dapat diterapkan agar proses pembelajaran menjadi bervariasi dan tidak monoton. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa jenuh dalam belajar. Akan tetapi pada kenyataannya, model pengajaran guru di dalam kelas masih menggunakan model konvensional atau model ceramah sehingga dalam kegiatan belajar-mengajar


(28)

menimbulkan kejenuhan pada siswa. Penggunaan model seperti ini juga membuat siswa tidak aktif dalam proses belajar. Kondisi pembelajaran berpusat pada guru (teacher center), guru bersikap aktif sedangkan siswanya pasif sehingga proses pembelajaran kurang melibatkan para siswa baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran demikian membuat sebagian besar siswa kurang beminat. Kondisi ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang bertanya sangat sedikit, kurang adanya keberanian untuk berpendapat yang berbeda dengan pendapat guru, siswa cenderung bersikap pasif, dan merasa cukup menerima materi yang telah dipersiapkan oleh guru yang dikait dalam pembelajaran.

Kejenuhan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran bukan hanya semata disebabkan oleh cara pengajaran guru yang monoton, akan tetapi terdapat faktor lain yang mempengaruhi kejenuhan siswa diantaranya yaitu kondisi fisik, kepribadian, keyakinan, pendidikan, lingkungan, dan budaya. Salah satu unsur dalam kepribadian yang ada kaitannya dengan penyesuian diri terhadap lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi cara berpikir kritis siswa adalah konsep diri.

Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep ini merupakan suatu kepercayaan mengenai keadaan diri sendiri dan relatif sulit untuk diubah. Burns dalam Narti (2014: 2) menyatakan konsep diri adalah gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi, dinamis, dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya di dalam


(29)

transaksi-transaksinya dengan lingkungan kejiwaannya dan yang dia bawa-bawa di dalam perjalanan hidupnya.

Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi IPS kelas VIII SMP Negeri 1 Sumberjaya menyatakan bahwa banyak siswa yang minder dan tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Ketika proses pembelajaran siswa lebih memilih untuk diam dan tidak mencoba untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Sebenarnya mereka memiliki kecerdasan tersendiri namun karena tidak percaya akan kemampuan diri mereka maka kemampuan mereka seringkali dipendam sehingga sulit berkembang. Siswa berarti memiliki perasaan yang rendah diri sesuai dengan indikator konsep diri negatif. Indikator lain juga terdapat dalam wawancara, seperti siswa yang takut untuk mencoba maju kedepan mengerjakan soal sehingga dapat digolongkan termasuk kedalam indikator konsep diri negatif yaitu perasaan tidak memadai.

Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Menurut Nylor 1972 (dalam Hasannah, 2013) misalnya, mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukkan hubungan antarpribadi yang positif pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas mereka selalu diarahkan pada kegiatan


(30)

akademis. Mereka juga memperlihatkan kemandirian dalam belajar, sehingga tidak tergantung kepada guru semata.

Siswa yang memandang dirinya negatif ini, pada gilirannya akan menganggap keberhasilan yang dicapai bukan karena kemampuan yang dimilikinya, melainkan dikarenakan kebetulan atau karena faktor keberuntungan saja. Lain halnya dengan siswa yang memandang dirinya positif, akan menganggap keberhasilan sebagai hasil kerja keras dan karena faktor kemampuannya.

Konsep diri memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar karena bila siswa tidak memiliki konsep diri yang baik, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Konsep diri siswa memiliki tingkat perbandingan dalam pemahaman terhadap model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis yang siswa alami, karena tidak semua siswa memiliki konsep diri yang baik. Dengan demikian, terjadi ketidaksesuaian dalam model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran yang bervariasi.

Tipe model pembelajaran yang bervariasi akan memudahkan guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan kondisi internal siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran tipe Cooperative Scriptdan model pembelajaran tipe bertukar pasangan.


(31)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Studi Perbandingan Berpikir Kritis Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script dan Tipe Bertukar Pasangan dengan Memperhatikan Konsep Diri Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sumberjaya Tahun Ajaran 2014/2015”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah dalam penelitian dapat di identifikasi sebagai berikut.

1. Kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah, hal itu dapat dibuktikan dengan masih rendahnya nilai IPS Terpadu siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

2. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena proses pembelajaran masih berpusat pada guru.

3. Siswa tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran karena proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional.

4. Proses belajar mengajar yang monoton sehingga siswa mengalami kejenuhan.

5. Kurang efektifnya proses belajar dikarenakan faktor dari dalam diri siswa. 6. Siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran dengan baik.


(32)

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas serta karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori dan supaya penelitian ini dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada kegiatan proses belajar mengajar khususnya pada studi perbandingan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dan tipe bertukar pasangan dengan memperhatikan konsep diri siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sumberjaya.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dan tipe bertukar pasangan pada mata pelajaran IPS terpadu?

2. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS terpadu yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan tipe bertukar pasangan pada siswa yang memiliki konsep diri positif?

3. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif


(33)

tipe bertukar pasangan lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan tipe cooperative script pada siswa yang memiliki konsep diri negatif?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan konsep diri siswa terhadap kemampuan berpikir kritis?

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah.

1. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dan tipe bertukar pasangan pada mata pelajaran IPS terpadu siswa kelas VIII.

2. Mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS terpadu yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan tipe bertukar pasangan pada siswa yang memiliki konsep diri positif.

3. Mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS terpadu yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan tipe cooperative script pada siswa yang memiliki konsep diri negatif.


(34)

4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan konsep diri mata pelajaran IPS Terpadu terhadap kemampuan berpikir kritis.

F. MANFAAT PENELITIAN

Adapun kegunaan dilaksankannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara teoritis

a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah didapat selama kuliah.

b. Bagi para akademis, dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan.

c. Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan model pembelajaran yang digunakan pendidik untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam hal ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Secara praktis

a. Bagi sekolah hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat untuk perbaikan mutu pelajaran.

b. Bagi guru mata pelajaran IPS diharapkan hasil penelitian ini dapat memeberikan masukan dalam pemilihan alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

c. Bagi siswa, untuk membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.


(35)

d. Bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, dapat memberi rujukan guna memperbaiki kualitas pendidikan secara umum.

e. Bagi peneliti sebagai bentuk praktek dan pengabdian terhadap ilmu yang telah di peroleh serta sebagai syarat menyelesaikan studi di Universitas Lampung.

G. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ruang lingkup objek penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script, model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan, berpikir kritis dan konsep diri.

2. Ruang lingkup subjek penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII. 3. Ruang lingkup tempat penelitian

Tempat penelitian adalah di SMP Negeri 1 Sumberjaya. 4. Ruang lingkup waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.


(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Belajar dan Teori Belajar a. Definisi belajar

Belajar adalah sebuah proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku sepertii peningkatan kecakapan, pengetahuan sikap kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan kemampuan-kemampuan yang lain. Belajar juga merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Menurut Siregar (2010: 1), belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Siregar (2010: 4), belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah. 1) Bertambahnya jumlah pengetahuan,

2) Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, 3) Adanya penerapan pengetahuan,

4) Menyimpulkan makna,

5) Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas dan adanya perubahan sebagai pribadi.


(37)

Menurut Djamarah (2006: 12) belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Menurut Cronbach dalam Riyanto (2009: 5) belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.

Belajar merupakan suatu peristiwa yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol (Gagne dalam Riyanto, 2009: 5). Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih baik dan mudah (Bruner dalam Slameto, 2010: 11).

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi hanya dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu:

1) Faktor intern, adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dapat digolongkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor kelelahan. 2) Faktor ekstern, adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor

ekstern dapat digolongkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat (Slameto, 2010:54-60).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana di dalamnya terjadi interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkunganya yang mengakibatkan adanya perubahan


(38)

tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Winataputra (2007: 18) pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada peserta didik. Hernawan (2008:113) pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antar dengan siswa, maupun antar siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui satu atau lebih, strategi, metode, dan pendekatan tertentu ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

b. Teori belajar

1) Teori Belajar Perilaku (Behavioristik)

Suprijono (2009: 17) behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balasan (respon) pembelajaran merupakan proses pelaziman (pembiasaan). Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan. Perilaku dalam behaviorisme dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental.


(39)

2) Teori Belajar Kognitif

Suprijono (2009: 24) model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

3) Teori BelajarKonstruktivisme

Konstruktivis berati bersifat membangun. Dalam proses pembelajaran, konsep ini menghendaki agar anak didik dapat dibandingkan kemampuannya untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntunan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam penyesuaian seperti ini, anak didik akan tetap berada dalam suasana aman dan bebas (Imam Bernadib, dalam Riyanto 2010:144).

Tujuan pembelajaran konstruktivistik ini ditentukan pada bagaimana belajar, yaitu menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong si belajar untuk berpikir dan berpikir ulang lalu mendemonstrasikan. Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana si subjek belajar membangun


(40)

sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari (Sardiman, 2008:38)

Beberapa tujuan tentang konstruktivisme dalam pembelajaran ini, menurut Riyanto (2012:147) pada dasarnya ada beberapa tujuan yang ingin diwujudkan antara lain.

a) Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

b) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya.

c) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap.

d) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

Berdasarkan uraian mengenai teori belajar, maka teori yang cocok dengan penelitian ini ialah teori konstuktivisme karena dalam teori ini disebutkan jika dalam kegiatan pembelajaran yang berperan aktif adalah siswa yang dituntut aktif dan kreatif dalam mengembangkan pemikiranya di dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Teori konstruktivisme dapat mendorong siswa berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi.

2. Berpikir Kritis

Slameto (2010: 144) menyatakan berpikir kritis sama pengertiannya dengan berpikir konvergen yang berarti berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu


(41)

masalah. Siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran apabila siswa belajar dengan berpikir kritis.

Suryosubroto (2009: 193) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis informasi. Informasi didapat melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, dan membaca. Peserta didik berpikir kritis ditunjukan dengan kemampuan menganalisa masalah secara kritis dengan pertanyaan mengapa, mampu menunjukan perubahan-perubahan secra detail, menemukan penyelesaian masalah yang kurang lazim, memberikan ide yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain, memberikan argumen dengan perbandingan atau perbedaan.

Menurut Iskandar (2009: 86-87) kemampuan berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep (conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman yang kita kehendaki.

Suryabrata (2002: 55) proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:

a. Pembentukan pengertian yaitu menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis, contohnya kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisis ciri-cirinya. Salah satu contohnya adalah menganalisis manusia dari Eropa, Indonesia, dan Cina. Tahap selanjutnya yaitu membandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama dan yang tidak sama. Langkah berikutnya, mengabstraksikan yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki dan menangkap ciri-ciri yang hakiki.

b. Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalan bentuk kalimat, yang terdiri dari subyek dan predikat. Misalnya rumah itu baru, rumah adalah subyek, dan baru adalah predikat. Pendapat itu sendiri


(42)

dibedakan tiga macam yaitu pendapat positif, negatif, dan kebarangkalian.

c. Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan yaitu hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu keputusan induktif, keputusan deduktif, dan keputusan analogis. Misalkan contoh dari keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, semua logam kalau dipanaskan memuai, tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan), tembaga kalau dipanaskan memuai.

Sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi membidik baik berpikir kritis maupun berpikir kreatif. Salah satu bentuk berpikir adalah berpikir kritis (critical thinking). Penelitian ini menekankan kemampuan dalam hal berpikir kritis. Elaine (2009: 183) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Ennis dalam Fisher, 2009: 4). Menurut Nurhadi (2004: 75) berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar-kan pada inferensi atau pertimbangan yang sama. Kemampuan berpikir kritis antar siswa berbeda, karena berpikir kritis merupakan proses mental yang dapat tumbuh pada setiap individu secara berbeda sehingga diperlukan suatu iklim atau aktivitas untuk menunjangnya melalui kegiatan observasi siswa akan dilatih untuk berpikir kritis karena mereka harus meneliti, menganalisis sampai


(43)

membuat suatu kesimpulan akhir, bahkan mengkomunikasikan dengan siswa lain.

Ennis (dalam Filsaime, 2008: 16) menyebutkan ada 5 aspek kemampauan berpikir kritis yang kemudian dikelompokkan menjadi 12 kecakapan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen tes yang berupa soal uraian. Soal uraian yang dipergunakan harus memenuhi beberapa indikator kecakapan berpikir kritis. Indikator yang dipergunakan tidak diambil semua, tetapi diambil beberapa, misalnya 9 dari 12 indikator kecakapan berpikir kritis. Dari beberapa indikator kecakapan berpikir kritis tersebut, selanjutnya dapat dibuat rubrik-rubrik penilaian dengan menggunakan skor.

Rosyada (2004: 170), kemampuan berpikir kritis tiada lain adalah kemampuan siswa dalam menghimpun berbagai informasi lalu membuat sebuah kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi tersebut. Selanjutnya Fisher (2009: 10) mendefinisikan berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.

Sapriya (2011: 87) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu pemikiran, menafsir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik suatu pemikiran dan nilai tersebut. Bahkan berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui.

Menurut Lipman dalam Elaine (2009: 144) menyatakan bahwa layaknya pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Elaine (2009: 185) juga menyatakan bahwa tujan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam.


(44)

Menurut Walker (2006: 79) berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan. Sedangkan menurut Hassoubah (2007: 15) Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.

Zubaedi (2012: 241) mengemukakan ciri orang yang berpikir kritis yaitu. 1) Mencari kejelasan pernyataan atau pertanyaan, 2) Mencari alasan, 3) Mencoba memperoleh informasi yang benar, 4) Menggunakan sumber yang dapat dipercaya, 5) Mempertimbangkan keseluruhan situasi, 6) Mencari alternatif, 7) Bersikap terbuka, 8) Mengubah pandangan apabila ada bukti yang dipercaya, 9) Mencari ketepatan permasalahan dan 10) Sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, tingkat kecanggihan orang lain.

Menurut Angelo dalam Filsaime (2008: 81) mengungkapkan bahwa ada lima indikator dalam berpikir kritis yaitu.

a. Keterampilan menganalisis, keterampilan menganalisis merupakan keterampilan menguraikan sebuah struktur kedalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut.

b. Keterampilan mensintesis, keterampilan ini merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keterampilan menganalisis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.

c. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah selesai kegiatan membaca mampu menangkap beberapa pokok pikiran bacaan sehingga mampu mempola sebuah konsep.

d. Keterampilan menyimpulkan, kegiatan akal manusia berdasarkan pengertian atau pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian (kebenaran) yang baru yang lain.

e. Keterampilan mengevaluasi atau menilai, keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentuan sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, berpikir kritis mempunyai makna yaitu kekuatan berpikir yang harus dibangun pada siswa sehingga menjadi


(45)

suatu watak atau kepribadian yang terpatri dalam kehidupan siswa untuk memecahkan segala persoalan hidupnya dengan cara mengidentifikasi setiap informasi yang diterimanya lalu mampu untuk mengevaluasi dan kemudian menyimpulkannya secara sistematis lalu mampu mengemukakan pendapat dengan cara yang terorganisasi.

3. Model Pembelajaran Kooperatif TipeCooperative Script

Metode cooperative script terdiri dari dua kata yaitu cooperative dan script”. Kata cooperative berasal dari kata cooperate yang berarti

bekerjasama, bantu-membantu, gotong-royong, selain itu juga berasal dari kata cooperation yang artinya kerjasama, koperasi persekutuan.

Sedangkan kata script berasal dari kata script yang berarti uang

kertas, darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara. Jadi, yang dimaksud cooperative script disini adalah naskah tulisan tangan, surat saham sementara.

Menurut Suprijono (2009: 126) model pembelajaran cooperative script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Dengan kata lain metodecooperative scriptmerupakan metode belajar yang membutuhkan kerja sama antara dua orang, yang mana yang satu sebagai pembicara dan yang satunya sebagai pendengar. Metode cooperative scriptdikenal juga dengan nama metode skrip kooperatif.

Penggunaan metode ini, siswa dapat bekerja atau berpikir sendiri tidak hanya mengandalkan satu siswa saja dalam kelompoknya. Karena setiap siswa dituntut untuk mengintisarikan materi dan mengungkapkan pendapatnya secara langsung dengan patnernya. Pada pembelajaran cooperative script terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan


(46)

dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Aktivitas siswa selama pembelajaran cooperative script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembang-kan saat ini.

Menurut Saudagar (2009: 164) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode pembelajarancooperative scriptadalah sebagai berikut a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

b. Guru membagikan wacana / materi kepada setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.

f. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru. g. Penutup

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. adapun kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajarancooperative scriptsebagai berikut.


(47)

a. Kelebihan:

1) Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan. 2) Setiap siswa mendapat peran.

3) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. (Saudagar, 2009: 166)

b. Kekurangan:

1) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

2) Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut

(Saudagar, 2009: 166)

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan

Model pembelajaran bertukar pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya. Model pembelajaran bertukar pasangan merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional

Menurut Rustaman et al (2003: 206) langkah-langkah pembelajaran model bertukar pasangan, yaitu:

1) Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya). 2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan

pasangannya.

3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.

4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.


(48)

5) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

6) Kesimpulan. 7) Penutup.

a. Keunggulan dan Kelemahannya 1) Keunggulan :

a) Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.

b) Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.

c) Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya.

d) Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.

(Rustaman et al, 2003: 207) 2) Kelemahan :

a) Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi) Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.

b) Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya. Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu. (Rustaman et al, 2003: 207)

5. Konsep Diri

Konsep diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen 2005). Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Keliat, 2005). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberi kita kerangka acuan yang mempengaruhi manejemen kita


(49)

terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain (Potter & Perry, 2005). Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).

a. Komponen Konsep Diri

Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran (self rool) dan identitas(self idencity).

1) Citra Tubuh (Body Image)

Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005: 213).

2) Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur


(50)

internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.

Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.

3) Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negatif, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005: 39).

Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri.


(51)

4) Peran

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.

5) Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan digunakan untuk membandingkan hasil penelitian penulis dengan penelitian terdahulu maka dibawah ini penulis akan


(52)

menuliskan beberapa penelitian yang relevan yang ada kaitannya dengan pokok masalah.

Tabel 2. Penelitian yang Relevan

No Penulis Judul Hasil Penelitian

1 Ike Dewi Septiana (2012)

Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Antara Model Pembelajaran PBI dengan Inkuiri Terbimbing siswa kelas XI SMA Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hasil belajar siswa pada model pembelajran PBI lebih tinggi dibandingkan dengan model IT. Dengan nilai rata-rata hasil belajar model pembelajaran PBI 76,83 dan nilai rata-rata model

pembelajaran IT 67,59. Kemampuan berpikir siswa pada model pembelajaran PBI lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran IT. Dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis model pembelajaran PBI 79,83 dan nilai rata-rata IT 67,93.

2 Karsini Paidi (2014)

Pengaruh

Penggunaan Model Think Talk Write (TTW) Terhadap Peningkatan

kemampuan Berpikir Kritis Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil (Tahun Pelajaran 2013/2014).

Hasilnya bahwa ada pengaruh penggunaan yang signifikan ModelThink Talk Write (TTW) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil (Tahun Pelajaran 2013/2014), dengan hasil perhitungan sebesar Fhitung = 24,158 > Ftabel = 3, 99. Tingkat signifikansi dari penggunaan model

pembelajaran TTW terhadap kemampuan berpikir kritis kuat, cukup atau sedang yaitu pada r = 0,512.

3 Rohani Asmaul Khair Siti Rachmah Sofiani (2015) Penerapan Model cooperative script untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe cooperative scriptpada pembelajaran IPS di kelas VB


(53)

Lanjutan Tabel 2. Penelitian yang Relevan

SD Negeri 06 Metro Barat dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa, dengan perolehan presentase aktivitas belajar siswa siklus I yaitu 68,96% dengan kategori aktif dan siklus II sebesar 82,75% dengan kategori aktif dan peningkatan sebesar 13,79%. Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipecooperative scriptpada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 68,53 dan pada siklus II yaitu 74,38. Presentase ketercapaian KKM pada siklus I yaitu 65,51% dengan kategori tinggi dan pada siklus II mencapai 79,31% dengan kategori sangat tinggi, dan peningkatan sebesar 13,8%. Miftah Jayanti (2014) Perbandingan Penerapan Strategi bertukar pasangan Dan Bamboo Dancing Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas 5 Sdn Kleco 1 No.7 Surakarta Tahun Pelajaran

2013/2014

Berdasarkan uji independent sample t-test diketahui bahwa thitung < ttabel , yaitu - 0.055 < 2,288. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara penerapan strategi bertukar pasangan dan strategi Bamboo Dancing. Rata-rata hasil belajar IPS kedua kelas menunjukkan bahwa kelas yang menerapkan strategi. Bamboo Dancing memiliki hasil belajar yang lebih baik dibandingkan kelas yang menerapkan strategi bertukar pasangan, yaitu 78,11 > 77,95. Namun, perbedaannya tidak signifikan sehingga

disimpulkan bahwa strategi Bamboo Dancing sama baik atau setara dengan strategi bertukar pasangan terhadap


(54)

Lanjutan Tabel 2. Penelitian yang Relevan

hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri Kleco 1 No.7 Surakarta.

5 Martsel Mulya Jaya (2008)

Hubungan antara Konsep Diri dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMU Negeri 2 Batu.

Berdasarkan hasil penelitian ini, konsep diri siswa kelas XI SMU Negeri 2 Batu pada umumnya termasuk dalam kategori sedang sebanyak 64 siswa. Sedangkan yang memiliki konsep diri positif sebanyak 15 orang, dan sisanya berjumlah 11 orang termasuk kedalam kategori rendah dengan mean sebesar 94,26. Prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 2 Batu pada umumnya masuk dalam kategori sedang. Dari 90 subyek penelitian ditemukan 60 siswa termasuk kategori sedang. Sedangkan yang memiliki prestasi belajar tinggi sebanyak 19 siswa. Serta yang masuk kedalam kategori rendah sebanyak 11 orang dengan mean sebesar 1006,36. Diketahui ada hubungan positif antara konsep diri dengan prestasi belajar dengan taraf

sigifikansi r = 0,470.

C. KERANGKA PIKIR

Penelitian ini terdiri dari variabel independen (bebas), variabel dependen (terikat) dan variabel moderator. Variabel independen penelitian ini ada dua, model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script sebagai X1 dan tipe

bertukar pasangan sebagai X2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

berpikir kritis sebagai Y dan variabel moderator dalam peneltian ini adalah konsep diri siswa. Penelitian ini menggunakan dua subjek yaitu siswa yang


(55)

diajar dengan menggunakan tipe cooperative script sebagai subjek 1 dan siswa yang diajar dengan menggunakan tipe bertukar pasangan sebagai subjek 2. Akan diperoleh berpikir kritis dari kedua subyek tadi dengan memperhatikan konsep diri siswa untuk diperbandingkan.

1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script dan Bertukar Pasangan

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajarann. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kesamaan dalam langkah pembelajaran, diantaranya dalam cara menentukan kelompok heterogen yang berdasarkan dari kemampuan, akademis, jenis kelamin yang berbeda. Dua jenis model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dan bertukar pasangan.

Pada pembelajaran cooperative script terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Dengan demikian,


(56)

diharapkan siswa lebih bisa memahami konsep, menambah pengetahuannya serta dapat menemukan kemungkinan solusi dari permasalahan.

Pembelajaran bertukar pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat berbagi pendapat dalam ruang lingkup yang lebih besar yaitu dengan teman satu kelas. Setelah bertukar pasangan selesai, dilakukan sebuah penyimpulan bersama tentang materi yang dipelajari.

Hal ini dapat mengakibatkan perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa tersebut berbeda-beda. Siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipecooperative scriptdibandingkan dengan tipe bertukar pasangan akan berbeda, karena dengan menggunakan model pembelajaaran cooperative script siswa dapat lebih mudah memahami materi dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan.

Saat presentasi siswa yang memiliki konsep diri positif akan lebih mendominasi di kelas, sehingga terdapat perbedaan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe cooperative scriptdan model bertukar pasangan. Perbedaan ini terjadi karena langkah-langkah yang dilakukan pada kedua model pembelajaran tersebut berbeda serta


(57)

perbedaan aktivitas belajar yang terjadi pada saat model pembelajaran tersebut diterapkan di dalam kelas.

2. Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script Lebih Tinggi dibandingkan dengan menggunakan Tipe Bertukar Pasangan pada Siswa yang Memiliki Konsep Diri Positif Aktivitas belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script, bagi siswa yang memiliki konsep diri positif sudah mampu mempersiapkan diri secara optimal untuk berpikir dan menyelesaikan masalah serta dapat menjelaskan atau mempresentasikan secara bersama hasil pembelajaran tersebut. Hal tersebut akan membuat siswa mudah memahami pembelajaran dan akan mampu menyalurkan kemampuannya secara optimal.

Aktivitas belajar siswa yang memiliki konsep diri positif pada model pembelajaran bertukar pasangan tidak terlalu sulit untuk menyesuaikan diri. Tetapi siswa dituntut untuk memahami materi atau harus bisa menguasai materi yang diberikan. Karena siswa harus berpikir dan memecahkan masalah sesuai kemampuan yang mereka miliki, siswa hurus menuliskan hasil diskusi kelompok secara individu serta harus mencari pasangan beru untuk mendiskusikan msalah tersebut kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Sehingga hal tersebut membuat siswa merasa sedikit tertekan saat proses pembelajaran dan membuat siswa tidak mampu menyalurkan kemampuannya secara optimal.


(1)

57

Tabel 6. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan Sumber

variasi

Jumlah Kuadrat (JK) Db MK Fo P

Antara A

Antara B

Antara AB interaksi Dalam (d)

= ( ) ( )

= ( ) ( )

= ( ) ( )

( )=

( )

A-1(2)

B-1(2)

DbAxdbb

(4) Dbt-dbA- dbB-dbAB Total (T)

= ( ) N-1 (49)

Keterangan:

JKT = jumlah kuadrat nilai total

JKA = jumlah kuadrat variabel A

JKB = jumlah kuadrat variabel B

JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B

JK(d) = jumlah kuadrat dalam

MKA = mean kuadrat variabel A

MKB = mean kuadrat variabel B

MKAB = mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B

FA = harga Fountuk variabel A

FB = harga Fountuk variabel B

FAB = harga Fountuk interaksi variabel A dengan varibel B


(2)

10

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dan tipe bertukar pasangan pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sumberjaya Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan tipe bertukar pasangan pada siswa yang memiliki konsep diri positif.

3. Kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan lebih rendah dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan tipe cooperative script pada siswa yang memiliki konsep diri negatif.


(3)

110

4. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan konsep diri siswa terhadap kemampuan berpikir kritis.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian tentang “Studi Perbandingan Berpikir Kritis Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script dan Tipe Bertukar Pasangan dengan Memperhatikan Konsep Diri Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sumberjaya Tahun Ajaran 2014/2015”, maka penelitimenyarankan:

1. Hendaknya untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran, sebaiknya para guru dapat memilih model pembelajarancooperative script. Hal ini dapat mendorong siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat membuat siswa lebih bersungguh-sungguh memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.

2. Sebaiknya jika siswa dalam kelas memiliki konsep diri negatif dalam pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran bertukar pasangan karena siswa yang belum mengerti bisa berdiskusi dengan teman sekelompoknya maupun teman lainnya yang menjadi kelompok baru. 3. Sebaiknya jika siswa yang memiliki konsep diri positif dalam

pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran cooperative script karena dapat menggali potensi yang ada pada siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri, Bandung : PT.Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rhineka Cipta.

Elaine B. Johnson. 2009. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Learning Centre (MLC).

Filsaime, D.K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Terjemahan Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga.

Hassanah, Huswatul. 2013. Perkembangan Konsep Diri. http://keynahkhunhasna.blogspot.com/2013/06/perkembangan- konsep-diri_1.html diakses 12/13/2014

Herry, Hernawan dan Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Universitas Terbuka. Jakarta.

Hossoubah, Z. I. 2007. Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan). Bandung: Yayasan Nuansa Cendia.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta: Gaung Persada Press.

Keliat, Budi Anna, Dkk. 2005 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Lie, Anita. 2004. Cooperatif Learning: Mempraktekan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Margono, S. 2005.Metodelogi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rhineka Cipta. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


(5)

Narti, Sri. 2014.Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa.Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Konstektual penerapannya dalam KBK. Malang. Universitas Negeri Malang.

Potter & Perry. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Ratumanan, Tanwey, Gerson, Drs., M.Pd. 2004. Belajar dan Pembelajaran.

Surabaya. Unesa University Press.

Riyanto, Yatim. 2009.Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Riyanto, Yatim. 2010.Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Bahan ajar Group.

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta : Primada Media.

Rustaman, N.Y, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi UPI. Bandung.

Sapriya. 2011. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saudagar, Fachruddin dan Ali Idris. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: GP Press

Siregar, Eveline. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert. 2005. Coperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.Jakarta. Bumi Aksara.

Stuart, G.W, & Sundeen, S.J. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta: EGC.


(6)

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2013.Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tim Urge. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif. IKIP Surabaya. Program Pasca Sarjana.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Walker, G. H. 2006. Critical Thinking. Walker Center for Teaching and Learning. http://www.utc.edu/walker-center-teaching-learning/faculty

development/online-resources/ct-ps.php. Diakses 21 Maret 2015.

Winataputra, Udin. S, dkk. 2007.Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika (penelitian tindakan klas di madrasah tsanawiyah pembangunan UIN Jakarta

0 9 373

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 95

STUDI PERBANDINGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS DAN TIPE MAKE A MATCH DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

1 11 105

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BAN

0 5 93

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN MODEL TTW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP GLOBAL MADANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 80

STUDI PERBANDINGAN MORALITAS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS (TC) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI SISWA PADA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 15 96

STUDI PERBANDINGAN KECERDASAN MORAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN MODEL PEMBELAJARAN ROLLE PLAYING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP SEJAHTERA BANDAR LAMPUNG

0 15 105

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NEGARA BATIN TAHUN PE

1 15 101

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 TULANG BAWANG TENGAH TAHUN PELAJARAN 20

0 5 97