14
3. Satu-satu komoditas perempuan yang dapat dijual adalah dirinya sendiri
sebagai benda dan sebagai pekerja, laki-laki adalah pasar dan permintaan. Konsep marginalisasi perempuan tampak bahwa laki-
laki adalah “ sang Subjek
, sang Absolut, sedangkan perempuan adalah sosok yang lain “. Dengan kondisi seperti ini muncul gerakan Feminisme. Maka secara umum, istilah
feminisme adalah menunjukkan pada pengertian sebagai ideologi pembebasan perempuan, karena yang melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan
bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya Kasiyan, 2008 : 73.
Gerakan feminisme dideskripsikan sebagai berikut :
2.5.1. Feminisme Liberal
Gerakan Feminisme Liberal merupakan gerakan perjuangan proyek kesetaraan gender . Gerakan ini muncul sebagai kritik terhadap politik liberal
yang pada umumnya menjunjung tinggi nilai otonomi, persamaan, nilai moral, serta
kebebasan individu,
namun pada
saat yang
sama dianggap
mendiskriminasikan kaum perempuan. Kaum liberal memandang bahwa tiap orang pada dasarnya dilahirkan bebas dan memiliki nilai-nilai moral yang
berbeda. Jadi, feminisme liberal adalah gerakan perempuan yang meyakini bahwa nilai-nilai di atas dapat digunakan untuk mengembalikan hak-hak kaum
perempuan menuju individualitasnya yang memiliki hak asasi untuk hidup layak, otonom, dan berposisi setara dengan manusia lain laki-laki. Feminisme liberal
lebih menekankan pada adanya kesetaraan, jadi mereka harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk menerapkan pilihan rasional Irianto, 2008 : 43.
15
2.5.2. Feminisme Radikal
Gerakan ini beranggapan bahwa faktor utama yang menjadi sebab pembagian kerja secara seksual adalah sistem patriarkal. Para feminisme radikal
memandang dirinya revolusioner meyakini bahwa sistem seksgender adalah penyebab fundamental opresi terhadap perempuan. Dimana bahwa tubuh
perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak
reproduksi, seksualitas termasuk lesbianisme, seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik. Gerakan ini menjadikan perempuan
terkesan membenci laki-laki. Feminisme radikal memiliki konsep utama tentang perbedaan. Laki-laki
mendefenisikan perempuan berbeda, perempuan tidak akan pernah dapat mencapai kesetaraan. Laki-laki mendominasi perempuan, permasalahan
sebenarnya berkaitan dengan masalah kekuasaan. Anggapan feminisme radikal, selama ini dunia telah dibentuk oleh laki-laki. Aliran radikal feminis yang lebih
mengarah kepada dimensi negatifnya, yaitu pengobjekan seksual dari perempuan Irianto, 2008 : 43. Penindasan terhadap perempuan adalah yang terdalam,
karenanya paling sulit dihapuskan, dan tidak dapat dihilangkan dengan perubahan sosial yang lain, misalnya dengan penghapusan masyarakat kelas. Para pemikir
aliran ini terbagi atas dua bagian, yaitu feminisme radikal libertarian dan feminisme radikal kultural. Inti pemikiran feminisme radikal libertarian adalah
sistem gender menuntut laki-laki mengembangkan karakter feminin saja. Digunakan sebagai pembenaran konstruksi sosial, sebagai kontrol laki-laki dalam
16
masyarakat atas seksualitas perempuan. Isu dan perjuangan dari aliran ini adalah kontrol perempuan atas tubuh dan seksualitasnya termasuk dalam penggunaan
perempuan sebagai objek tanda dalam iklan. Sedangkan feminisme radikal kultural memiliki inti pemikiran bahwa „feminitas‟ dalam dirinya sendiri
sesungguhnya „positif‟, tetapi oleh laki-laki didefenisikan sehingga terkesan
„negatif‟.
2.5.3. Feminisme Marxis-Sosialis