BUSINESS FINANCIAL FEASIBILITY OF LAYING DUCK MOJOSARI WITH INTENSIVE SYSTEM IN NATAR DISTRICT SOUTH LAMPUNG REGENCY KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK ITIK PETELUR MOJOSARI DENGAN SISTEM INTENSIF DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
INTENSIVE SYSTEM IN NATAR DISTRICT SOUTH LAMPUNG REGENCY By
John Ray Fernando1, Ali Ibrahim Hasyim2, dan Irfan Affandi2.
The objectives of the research are (1) to identify business financial feasibility of laying duck mojosari farming with intensive in Natar District South Lampung Regency, (2) to identify the effects of the egg production decline down, feed prices increase, selling price of duck eggs decline down on financial feasibility laying duck mojosari farming in Natar District South Lampung Regency, (3) to identify the prospect of development of duck eggs
farming mojosari in Natar District South Lampung Regency.
Location of the research was chosen purposively. The primary data was collected by
interviewing duck farmers mojosari and using structured questioners. The secondary data was collected form literatures, news paper, and information from some institutions, such as
Lampung Province Animal Husbandry and Poultry Dinas, and Lampung Province Central Bureau of Statistict. The research was conducted on April 2012. The analysis was conducted on the feasibility of calculating NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, Payback Period and Sensitivity Analysis of egg production decline down , feed prices increase, selling price of duck egg decline down.
The result showed that (1) laying duck mojosari farming in Natar District South Lampung regency with intensive system profit was better, (2) not sensitive even if duck egg
production decline down to 10%, feed prices increase to 10% and selling price of the duck egg decline down to 18%, (3) development of laying duck mojosari farming has a good prospective because it is supported by the avalability of seed and market, farmers adequate skills, socio cultural receiving, and local goverment support.
Keywords. Duck mojosari, Financial Feasibility, Intensif. 1
Graduated from Programme Pascasarjana Magister Agribusiness Faculty of Agriculture University of Lampung.
2
(2)
DENGAN SISTEM INTENSIF DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
John Ray Fernando1, Ali Ibrahim Hasyim2, dan Irfan Affandi2.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kelayakan finansial usaha peternakan itik petelur mojosari dengan sistern intensif di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, (2)
mengetahui pengaruh adanya perubahan/sensitivitas penurunan produksi telur itik , harga jual telur turun, kenaikan harga pakan pada usaha temak itik petelur mojosari di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, (3) mengetahui prospek pengembangan ternak itik petelur mojosari di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan pemilik peternak dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari literatur, koran, dan informasi dari beberapa lembaga, seperti Dinas Peternakan dan KesehatanHewan Provinsi Lampung, Biro Pusat Statistik Provinsi Lampung. Penelitian dilaksanakan di bulan April 2012. Alat analisis yang digunakan terdiri dari NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, Payback Period, dan Analisis Sensitivitas kenaikan biaya produksi (pakan), penurunan harga jual telur dan penurunan produksi telur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) usaha ternak itik petelur mojosari dengan sistem intensif di Kecamatan Natar Lampung Selatan secara analisis finansial layak dikembangkan dan menguntungkan, (2) tidak sensitif terhadap perubahan produksi telur turun 10%,
kenaikan harga pakan 10% dan harga jual telur turun sebesar 18%, (3) pengembangan itik mojosari cukup prospektif karenaditunjang oleh ketersediaan bibit dan pasar, keterampilan peternak yang memadai, sosial-budaya menerima, dan dukungan pemerintah daerah. Kata kunci : Itik. Mojosari, Kelayakan Finansial, Intensif.
1
Alumni Program PascasarjanaMagister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 2
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara Pada Tanggal 26 Mei 1983.
Merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Drs.Ramlan Ginting Suka dan Ibu Rosmeri Purba.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak diselesaikan di TK Xaverius Way Halim, Bandar Lampung pada 1989; Sekolah Dasar diselesaikan di SD Xaverius Way Halim, Bandar Lampung pada 1995; Sekolah Menengah Tingkat Pertama di SMP Negeri 1, Bandar Lampung pada 1998; Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3, Bandar Lampung pada 2001 dan menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi di Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 2006. Pada Tahun 2010 Penulis diterima sebagai mahasiswa Program
Pascasarjana Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan lulus pada tanggal 17 April 2014.
(7)
MOTO
Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan
Pertimbangan. (AMSAL 1:5)
Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya.
(AMSAL 15:20)
Mataku menjadi kabur karena pedih hati, segala anggota tubuhku seperti bayang-bayang. (AYUB 17:8)
Selagi ada harapan kenapa tidak bisa (John Ray Fernando Ginting)
(8)
PERSEMBAHAN
Seiring sujud syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Kupersembahkan tesis sederhana ini sebagai tanda bakti,
cinta dan hormatku kepada Bapak, Mamak, Adik-adikku Andri dan Istri, Remi, Benta, Alm. Ira, Salmon serta Keponakanku Zefan,
yang dengan sabar menanti keberhasilanku selama ini, guru-guruku, dan teman-temanku,
serta Almamater tercinta. God bless ……….
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...ii
HALAMAN JUDUL ...iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...iv
HALAMAN PENGESAHAN ...v
PERNYATAAN ...vi
RIWAYAT HIDUP ...vii
PERSEMBAHAN ...viii
MOTO ...ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Tujuan Penelitian ...6
C. Kegunaan Penelitian ...7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ...8
1. Budidaya Itik ...8
a. Jenis Itik ...8
b. Prosedur Pemeliharaan ...10
c. Kandang Itik ...10
d. Pemilihan Pembibitan Temak Itik ...15
e. Pakan Itik ...21
f. Tata Laksana Pemeliharaan Itik ...22
g. Gizi Pakan Itik...25
h. Hama dan Penyakit ...27
i. Panen dan Pasca Panen ...28
2. Analisis Finansial ...30
3. Analisis Sensitivitas ...36
B. Hasil Penelitian Terdahulu ...39
(10)
B. Penentuan Lokasi, Responder dan Waktu Penelitian ...49
C. Metode, Penelitian dan Pengumpulan Data ...50
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...51
1. Analisis Finansial ...51
a. Net Present Value (NPV) ... 52
b. Internal Rate of Return (IRR) ...52
c. Net B/C ... 53
d. Gross B/C Ratio ... 54
e. Payback Period (Pp) ...55
2. Analisis Sensitivitas ...56
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ...59
A. Letak dan Luas Daerah ...59
B. Topografi dan Iklim ...60
C. Sarana dan prasarana ...61
D. Keadaan Penduduk ...63
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...65
A. Lokasi Penelitian ...65
1. Betemak Itik Mojosan ...65
a. Tempat Usaha ...69
b. Pemeliharaan Anak Itik...69
c. Pemeliharaan Itik Periode Grower (Dara) ...70
d. Jenis Bibit Itik ...71
e. Rontok Bulu ...71
f, Pakan dan Obat-obatan Itik ...72
g. Sanitasi Kandang ...73
h. Pemasaran ...74
2. Analisis Finansial Pemeliharaan Itik Petelur ...75
a. Biaya Usaha Petemakan Itik Petelur secara, Intensif ...75
1. Biaya Investasi ...75
2. Biaya Operasional ...76
a. Biaya Tetap ...76
b. Biaya Variabel ...77
b. Penerimaan Peternakan Itik, secara, Intensif ...80
B. Analisis Finansial Ternak Itik Petelur ...84
1. Analisis Net Present Value (NPV) ...85
2. Analisis Internal Rate of Return (IRR) ...85
3. Analisis Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C) ...86
4. Analisis Gross B/C Ratio ...87
5. Payback Period ...87
C. Analisis Sensitivitas ...88
1. Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Pakan ...90
2. Analisis Kepekaan Perubahan Produksi Telur ...91
(11)
F. Prospek Pasar Itik Mojosari ...106
G.Kualitas Hasil Ternak ...109
H.Jalur Pemasaran ...111
I. Kemasan ...113
J. Alat Angkut ...114
K.Promosi ...115
VI. SIMPULAN DAN SARAN ...116
A. Simpulan ...116
B. Saran ...117 DAFTAR PUSTAKA
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Konsumsi hasil ternak Provinsi Lampung tahun 2006-2010 ...2 Tabel 2. Nilai gizi telur itik dan telur ayam per 100 gram telur...3 Tabel 3. Kebutuhan beberapa nutrisi itik tipe petelur ...21 Tabel 4. Pembagian luas lahan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan berdasarkan tata guna tanah ...60 Tabel 5. Jenis dan jumlah sarana di Kecamatan Natar ...61 Tabel 6. Jenis dan jumlah prasarana di Kecamatan Natar ...62 Tabel 7. Keadaan penduduk Kecamatan Natar berdasarkan golongan umur
dan jenis kelamin pada tahun 2011 ...63 Tabel 8. Keadaan penduduk Kecamatan Natar berdasarkan mata
pencaharian pada tahun 2011 ...64 Tabel 9. Keadaan penduduk Kecamatan Natar berdasarkan tingkat
pendidikan tahun 2011 ...64 Tabel 10. Biaya variabel pada pemeliharaan itik petelur secara
intensif di Kecamatan Natar ...79 Tabel 11. Penerimaan dan pemeliharaan itik intensif di Kecamatan Natar ...82 Tabel 12. Analisis finansial ternak itik petelur di Kecamatan Natar ...84 Tabel 13. Analisis sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur,
penurunan harga jual telur, kenaikan harga pakan pada tingkat suku bunga 13 % pada usaha peternakan itik di Kecamatan
Natar ...90 Tabel 14. Kebutuhan nutrisi pakan itik pedaging dan petelur pada
berbagai umur pemeliharaan ...98 Tabel 15. Standar kebutuhan pakan itik berdasarkan tingkatan umur ...99
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis kelayakan finansial temak itik Petelur mojosari dengan sistem intensif di
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan ...43 Gambar 2. Skema jalur pemasaran itik petelur mojosari di Kecamatan
(14)
Lampiran
1. Biaya Penyusutan Peralatan dan Umur Ekonomis
2. Rugi-Laba Usaha Itik Petelur Secara Intensif di Kecamatan Natar (Tahun 1)
3. Rugi-Laba Usaha Itik Petelur Secara Intensif di Kecamatan Natar (Tahun 2)
4. Rugi-Laba Usaha Itik Petelur Secara Intensif di Kecamatan Natar (Tahun 3)
5. Penerimaan dan Pengeluaran pada Tahun 1 sampai 15 di Kecamatan Natar
6. Analisis Finansial Usaha Ternak Itik di Kecamatan Natar dengan Suku Bunga 13% per Tahun
7. Penurunan Produksi Telur Itik sebesar 10% di Kecamatan Natar
8. Analisis Finansial Usaha Peternakan Itik Petelur di Kecamatan Natar Pada Penurunan Produksi Telur 10%
9. Penurunan Harga Telur Sebesar 18% di Kecamatan Natar
10. Analisis Finansial Usaha Peternakan Itik Petelur di Kecamatan Natar Pada Penurunan Harga Telur Itik 18%
11. Kenaikan Harga Pakan Itik Petelur sebesar 10% di Kecamatan Natar
12. Analisis Finansial Usaha Peternakan Itik Petelur di Kecamatan Natar pada Kenaikan Harga Pakan Itik 10%
13. Tabel perhitungan laju kepekaan analisis sensitivitas
14. Analisis sensitivitas pada perubahan produksi telur, penurunan harga jual telur, kenaikan biaya produksi (harga pakan) pada tingkat suku bunga13% pada usaha peternakan itik di Kecamatan Natar
15. Foto Tipe Kandang Model Ren Itik Petelur Mojosari di Kecamatan Natar Lampung Selatan
(15)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan. Selain diambil telurnya itik juga merupakan unggas penghasil daging. Sekarang kebutuhan akan telur unggas dan daging itik sangat meningkat dikarenakan minat masyarakat untuk mengkonsumsi telur itik dan daging itik yang mampu mencukupi kebutuhan protein hewani dalam tubuh manusia. Daging ayam ras dan daging itik hampir sama lezatnya namun meningkatnya minat konsumsi daging itik disebabkan daging itik yang lebih enak dan gurih (Anggorodi, 1995).
Peternak itik secara tradisional merupakan peternak yang menggiring ternaknya di sawah, sehingga menyebabkan itik tidak terawat karena itik sulit mendapatkan pakan dan mengganggu petani yang sedang bertani menyebabkan produksi telur itik menurun. Untuk meningkatkan produksi telur, itik mojosari sebaiknya dipelihara secara intensif dengan menggunakan kandang ren yang terdiri dari. dua bagian, satu bagian tertutup atap dan sebagian lagi terbuka dilengkapi bak mandi untuk itik berenang dan minum
(16)
Beberapa tahun terakhir, usaha peternakan itik semakin banyak diminati sebagai salah satu peluang usaha peternakan unggas yang menguntungkan. Semakin banyak peternak yang memilih, beternak itik mojosari sebagai sarana investasi dan sumber penghasilan, baik sebagai usaha sampingan atau sebagai penghasilan utama. Besamya peluang beternak unggas ini tentu menjadi alasan utamanya, baik peternak itik petelur, pedaging, dan pembibitan (penetasan). Berikut Tabel konsumsi hasil ternak provinsi Lampung tahun 2006-2010.
Tabel 1. Konsumsi hasil ternak Provinsi Lampung tahun 2006-2010
No Konsumsi 2006 2007 2008 2009 2010
1 Daging (kg/kap/th) 6,63 6,73 7,83 7,86 7,92 2 Telur (kg/kap/th) 4,81 4,68 4,70 5,70 6,36
3 Susu (kg/kap/th) 3,93 3,77 3,73 3,68 3,62
4 Protein Hewani (gr/kap/hr) 4,19 4,18 4;55 4,92 5,16 Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2010.
Semua segi usaha tersebut memiliki pengaruh yang semakin terbuka lebar dengan semakin meningkatnya permintaan masing-masing komoditi. Biasanya, beternak itik hanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan sebagai sumber, pendapatan sampingan. Namun, saat ini sejumlah masyarakat di perkotaan yang juga mulai merintis bisnis itik sebagai salah satu sumber pendapatan. Mulai tahun 2000-an peminat ternak itik semakin bertambah. Termasuk para pensiunan atau korban PHK yang ingin meraih kesuksesan dari betemak itik mojosari.
(17)
Masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki sumber penghasilan tetap maupun penghasilan yang jauh dari mencukupi, kini taraf kehidupannya meningkat karena beternak Itik. Oleh sebab itu, beternak itik dapat menjadi salah satu jalan terbaik untuk mengurangi jumlah pengangguran yang semakin bertambah. Sebagai langkah awal, peternak tidak perlu memelihara itik dalam jumlah ribuan, cukup ratusan ekor itik sudah bisa memberikan sumber pendapatan.
Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan pertanian, terutama pada saat teradinya krisis ekonomi dan mengalami kontraksi pertumbuhan yang negatif 1,92%, menyebabkan suatu fluktuasi yang sangat tajam dalam sejarah peternakan di Indonesia (Bustanul Arifin, 2001). Oleh karena itu peningkatan pembangunan peternakan harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani peternak. Untuk meningkatkan pembangunan peternakan saat ini pola pendekatan pembangunan melalui pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan, sehingga masyarakat peternak benar-benar dalam usahanya mulai berfikir untuk mencari keuntungan. Itik mempunyai kandungan protein telur cukup tinggi yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai gizi telur itik dan telur ayam per 100 gram telur. Jervis Telur Kalori
(kkal) Lemak (g) Protein (g) Kalsium (mg) Besi .(mg) Vita.A . (S1) Telur itik Telur ayam 163 189 14.3 11.5 13.1 12.8 56 54 2.8 2.7 1230 900 Sumber : Direkorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1972.
(18)
Menurut Hendra (2009), itik mojosari mempunyai beberapa, kelebihan dibandingkan dengan Itik lain yaitu:
1) Dari segi laju pertumbuhannya, ternak itik ini lebih cepat.
2) Ternak itik mojosari diyakini jauh lebih tahan terhadap penyakit.
3) Dalam bentuk usaha peternakan rakyat, peternakan itik ini dapat diusahakan dengan memanfaatkan peralatan yang amat sederhana.
4) Dalam usaha peternakan itik yang diusahakan secara digembalakan (tradisional), dapat memanfaatkan alam sekitar dimana banyak terdapat sumber-sumber karbohidrat dan protein yang terbuang sia-sia seperti sisa-sisa panen padi di sawah, cacing, ikan-ikan kecil di sungai-sungai dan itik memiliki keinginan untuk berkelompok yang amat kuat, sehingga dapat membantu dalam hal pengendalian terutama untuk model pemeliharaan yang beisifat tradisional (digembalakan).
5) Kulit telur itik mojosari pada umumnya lebih tebal yang mempunyai arti penting dalam hal mengurangi resiko pecah atau retak terutama dalam penanganan (product handling) dan transportasi.
6) Saat bertelur itik ini biasanya terjadi serentak pada pagi hari yaitu sebelum matahari terbit, sehingga pengambilan telur dalam kandang bisa dilakukan dengan satu kali saja. Hal ini terjadi suatu penghematan tenaga kerja yang cukup berarti.
7) Kemampuan berproduksinya, lebih lama.
8) Secara umum harga produk ternak itik baik untuk komoditi telur atau daging terasa lebih stabil dibandingkan dengan jenis unggas lain.
(19)
Pengembangan peternakan itik diharapkan dapat membantu peternak itik dalam mengelola usahanya. Permasalahan yang timbul bagi peternak itik yaitu modal yang kurang dalam penyediaan lahan sebagai sarana produksi. Harga sarana produksi peternakan itik terutama harga pakan yang merupakan komponen terbesar dari biaya produksi temak itik. Walaupun dalam beternak itik terdapat banyak tantangan dan resiko yang dihadapi, prospek dan potensi itik di Lampung Selatan sangat cerah, sehingga membuat peternak di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tetap berusaha ternak itik tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis kelayakan finansial mengenai usaha peternak itik, sehingga dapat di ketahui kelayakan usaha tersebut dapat di lanjutkan.
Analisis finansial merupakan keuntungan pendapatan (revenue earning) yang diperoleh suatu proyek atau usaha. Hal ini berkaitan dengan masalah apakah proyek yang bersangkutan sanggup menjamin dana yang dibutuhkan dan apakah sanggup membayar kembali serta apakah proyek tersebut bisa menjamin kelangsungan hidupnya secara fmansial (Sanusi, 2000).
Sebagian besar itik dibebaskan di pekarangan dan sawah oleh sebab itu produktivitas hasil daging dan telur yang di dapat belum maksimal, maka untuk meningkatkan produktivitas hasil daging dan telur yang didapat sistem pemeliharaan itik harus dilakukan secara intensif. Dalam pemeliharaan sistem intensif pemberian air minum, pakan dan vitamin dilakukan dengan manajemen yang baik dan teratur sesuai dengan kebutuhan itik.
(20)
Berdasarkan fakta yang telah ditulis, dapat diidenfifikasikan perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah usaha peternakan itik petelur mojosari dengan sistem intensif di Kecamatan. Natar Kabupaten Lampung Selatan layak secara finansial.
2. Apakah usaha peternakan itik petelur mojosari dengan sistem intensif di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tetap layak setelah adanya perubahan kenaikan harga pakan, penurunan harga jual telur itik dan produksi telur turun.
3. Apakah usaha peternakan itik petelur mojosari dengan sistem intensif di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan mempunyai prospek yang cerah
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mengetahui kelayakan finansial usaha peternakan itik petelur mojosari di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
2) Mengetahui pengaruh adanya perubahan/sensitivitas terhadap kelayakan finansial usaha peternakan itik petelur mojosari di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
3) Mengetahui prospek pengembangan ternak itik petelur mojosari di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
(21)
C. Kegunaan Penelitian
1) Peternak itik, sebagai pedoman dalam mengambil keputusan dan penggunaan faktor-faktor produksi dalam pengelolaan usaha ternak untuk mencapai efesiensi usaha, kelangsungan usaha dan memaksimalkan keuntungan.
2) Dinas/Instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan, serta memberikan penyuluhan tentang pemahaman gizi itik yang baik dengan memanfaatkan pakan alternatif yang mudah didapat. 3) Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
(22)
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Budidaya Itik
a. Jenis Itik
Itik mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan petelur unggul. Telur itik mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik ini relatif lebih kecil di banding itik petelur lainnya, tetapi telurnya cukup besar. Warna kerabang kulit telur biru muda.
Postur tubuh itik mojosari mirip itik tegal, tetapi ukuran tubuhnya lebih kecil. Bulu pada betina berwarna cokelat tua kemerahan dengan beberapa variasi, sedangkan pada jantan, bulu pada bagian kepala, leher, dan dada berwama cokelat gelap kehitaman. Bulu dibagian perut berwarna keputihan. Di bagian sayap terdapat bulu suri berwarna hitam mengkilap. Cara membedakan itik mojosari jantan dengan itik mojosari betina, yaitu itik jantan memiliki 1-2 helai bulu ekor yang melengkung ke atas serta warna paruh dan kakinya lebih hitam di bandingkan itik betina.
(23)
Itik mojosari adalah itik petelur unggul. Telurnya banyak digemari konsumen. Meskipun postur tubuhnya lebih kecil dibandingkan itik-itik petelur unggul jenis lainnya, itik mojosari mempunyai telur yang berukuran relatif besar. Menurut sebagian konsumen, rasa telurnya lebih enak dan kerabangnya berwama biru kehijauan.
Itik ini biasanya dipelihara secara digembalakan tetapi mayoritas dipelihara secara intensif sebagai petelur. Karena berasal dari daerah pegunungan, itik ini tampaknya lebih terbiasa hidup di daerah dataran tinggi. Namun itik ini juga banyak dipelihara, di daerah pesisir di Jawa Timur. Bila digembalakan di areal sawah yang subur, itik mojosari mampu menghasilkan telur rata-rata 130 butir/ekor/tahun. Bila-dipelihara secara intensif yaitu dengan sistem dikandangkan, produksi telur dapat meningkat, rata-rata 265 butir/ekor/tahun. Satu kelebihan itik mojosari adalah masa produktifnya lebih lama. Itik bertelur pertama kali pada usia 5 bulan sampai usia 7 bulan, produksi telurnya belum stabil. Kestabilan produksi telur baru tercapai setelah usianya lebih dari 7 bulan. Bila perawatan baik dengan pemberian makanan yang mencukupi dari total jumlah yang di pelihara, sekitar 80 % akan berproduksi. Bobot badan dewasa mencapai 1,7 kg menghasilkan telur dengan bobot masing-masing sekitar 69 gram dan 65 gram.
(24)
b. Prosedur Pemeliharaan
Prosedur beternak itik semakin berkembang pesat. Mayoritas sistem beternak itik dengan cara digembalakan sudah digantikan dengan sistem beternak secara semi intensif atau intensif, karena lebih efesien dan menguntungkan. Namun, sampai saat ini masih ada peternak di beberapa daerah yang menjalankan usaha peternakannya dengan cara di giring ke sawah.
Berkembangnya sistem intensif di latar belakangi semakin menyempitnya lahan persawahan serta semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap telur dan daging itik. Karena itu, , peternak dituntut untuk bisa meningkatkan hasil produksi ternak, baik dari segi jumlah maupun mutunya.
c. Kandang Itik
Lokasi dan lingkungan perkandangan hendaknya terlebih dahulu ditentukan dalam sebelum membuka usaha peternakan. Lokasi yang dipilih dekat pasar, pabrik gilingan padi, jauh dari kebisingan seperti di pegunungan, terlindung pepohonan, dan bambu.
Jadi, tempat yang bagus untuk memelihara itik di tempat yang cukup jauh dari suara gaduh dan kendaraan. Selain itu, kandang sebaiknya tidak terlalu dekat dengan tanaman sawah dan pemukiman penduduk.
(25)
Berdasarkan bentuk atapnya, dikenal beberapa bentuk kandang sebagai berikut:
1. Shed type (tipe satu sisi)
Arah kandang bagian depan menghadap ke timur. Separuh dinding bagian depan dan belakang, yaitu dinding bagian bawah, tertutup rapat.
dinding bagian atas berupa alas yang terbuat dari kawat atau bambu. dinding sisi kiri maupun kanan tertutup rapat, kecuali tangga dan pintu di salah satu sisi. Tipe ini rnemungkinkan masuknya sinar matahari secara langsung sehingga akan mengurangi bau amoniak dalam kandang. Tipe Shade ini cocok untuk daerah yang tanah kering.
2. Gable type (atap dua sisi)
Arah kandang vertikal dari utara ke selatan. Bagian bawah dinding kandang dibuat rapat, sementara bagian atasnya berupa kisi-kisi. Dua sisi dinding yang lain tertutup rapat, kecuali pintu yang berada di salah satu sisi. Tipe ini adalah tipe atap yang cocok untuk kandang itik di daerah bertanah basah dan kelembaban tinggi. Berdasarkan fungsinya kandang di bagi menjadi beberapa tipe sebagai berikut :
(26)
1. Kandang boks (kandang DOD, fase starter)
Anak-anak itik yang berumur 1 hari - 3 minggu dapat ditempatkan di kandang yang berbentuk boks. Kandang jenis ini terbuat dari papan atau bambu dengan lantai dari kawat kasa (ram ayam) atau dari anyaman bambu dengan jarak anyaman 1-1,5 cm. Dengan jarak sebesar itu, kotoran itik dapat langsung jatuh tanpa membuat kaki itik terperosok. Setiap 1 m2 kandang boks mampu menampung 50 ekor DOD.
Arah kandang sebaiknya tepat dari utara ke selatan, sedangkan atapnya miring dengan bagian timur lebih tinggi dibanding bagian barat.
2. Kandang ren
Kandang ren adalah kandang yang sebagian diberi atap, sebagian lagi dibiarkan terbuka dan hanya dibatasi pagar keliling. Bentuk kandang ini sebaiknya untuk pemeliharaan itik dara dan dewasa. Ruang yang tertutup atap dengan ruang yang terbuka perlu diberi pagar pemisah dan pintu yang dapat di buka serta di tutup. Di dalam bagian beratap, kandang biasanya di sekat-sekat untuk membagi itik berdasarkan kelompok umur. Satu kelompok dapat terdiri dari 100-500 ekor.
Bagian kandang yang beratap di pakai untuk tidur dan bertelur. Itulah sebabnya, pada pembuatan kandang itik, lantai kandang
(27)
perlu diberi alas sekam, jerami, atau bahan lain yang empuk, tidak mudah padat, hangat, dan dapat mencegah telur pecah.
Bagian kandang yang terbuka merupakan tempat untuk makan, minum. Lantai bagian kandang ini dapat berubah tanah biasa, anyaman bambu, hamparan batu-batu kecil, atau lebih baik berupa plesteran semen. Pada prinsipnya, lantai kandang di bagian kandang yang terbuka harus selalu diupayakan agar tidak becek, mudah dibersihkan dan cepat kering setelah di cuci. Kandang ren mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya mudah di bersihkan serta membuat itik sehat dan berbadan kuat karena itik dapat berjalan-jalan dan terkena sinar matahari. Akan tetapi, ada satu hal yang perlu diingat, yaitu apabila hujan turun, peternak itik harus segera menggiring itik kekandang yang beratap.
3. Kandang koloni postal
Kandang jenis ini seluruh bagiannya tertutup rapat dan tak ada ruangan terbuka yang dapat dipakai itik untuk bermain-main. Kandang koloni ditempati itik dalam kelompok umur yang berbeda. Lantai kandang dapat berupa litter, lantai bersemen, atau dari bilah-bilah -bambu.
4. Kandang Baterai
Kandang baterai merupakan kandang yang di buat dengan sekat-sekat dan setiap petak hanya berisi satu ekor itik. Satu petak
(28)
kandang berukuran 45 cm x 35 cm dengan tinggi 60 cm. Lantai dan dinding petak dapat dibuat dari anyaman bambu atau kawat. Lantai kandang dibuat sedikit miring agar telur yang baru keluar dari induk itik dapat langsung menggelinding ke tempat penampungan di bagian depan atau belakang.
Secara umum, model kandang baterai mempunyai sejumlah kelebihan sebagai berikut :
a. Dapat mengurangi suasana bising dari luar kandang. Dalam, suasana yang tenang itik dapat berproduksi lebih tinggi.
b. Sifat masing-masing itik dapat dikontrol dengan mudah. c. Telur yang dihasilkan bersih dan terjamin keutuhannya.
d. Penyakit mudah dilihat dan penularan penyakit antar itik dapat sedikit dicegah.
Di lain sisi, ada beberapa kelemahan dari penggunaan kandang baterai yaitu sebagai berikut :
a. Biaya untuk membuat kandang lebih besar dibandingkan dengan model kandang lain.
b. Perawatan itik harus betul-betul dilakukan secara intensif. Selain itu jumlah serta kualitas pakan yang diberikan pada itik harus. benar-benar terjamin.
(29)
5. Kandang itik dengan kolam ikan (mina itik)
Seperti kandang ayam, kandang itik dapat juga dibuat di atas kolam. Inilah yang dikenal dengan usaha mina itik. Peternak tertarik untuk menerapkan model ini karna ikan yang berada di kolam dapat memanfaatkan sisa makanan dan kotoran itik yang jatuh untuk menambah sumber makanannya.
Di Kalimantan Selatan, khususnya di daerah Hulu Sungai Utara, para peternak itik intensif sudah biasa membuat kandang di atas perairan, tetapi ikan masih berupa ikan liar. Tentu akan Iebih baik bila ikan yang dipelihara di kolam adalah ikan gurame, lele, ikan mas, mujair, nila, gabus, patin.
d. Pemilihan Pembibitan Ternak Itik
Penggunaan itik petelur yang unggul sangat penting, sebab produksi telur di pengaruhi 30% oleh sifat-sifat genetisnya dan 70% oleh lingkungan pemeliharaan (perkandangan, pakan, dan tata laksana pemeliharaan sehari-hari). Artinya, jika ada salah satu perawatan yang kurang akan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha peternakan itik secara keseluruhan.
Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan itik petelur, yaitu dengan membibitkan itik petelur sendiri, membeli itik dara, atau membeli itik yang sudah mulai bertelur. Tentu keputusan dari mana mendapatkan itik petelur harus disesuaikan dengan kemampuan modal, pengalaman,
(30)
maupun pengetahuan teknik beternak yang dimiliki masing-masing calon petemak.
1. Membibitkan Itik Petelur
Membibitkan itik petelur sendiri tentu tidak mudah dijalankan oleh m ereka yang sebelumn ya t idak pernah bet e rnak itik. Karena itu, membibitkan itik petelur biasanya dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman beternak itik. Bahkan, pembibitan itik petelur sudah menjadi segmen usaha tersendiri karena prospek usahanya sudah sangat jelas.
Lamanya waktu hingga itik berproduksi jika membibitkan sendiri membuat banyak peternak itik petelur tidak melakukan pembibitan itik. Pembibitan itik petelur biasanya dijalankan oleh mereka yang fokus pada usaha pembibitan itik.
Telur tetas adalah telur yang berasal dari induk itik yang sudah terbuahi.
Ciri telur tetas yang baik :
a. Telur tidak terlalu bulat atau lonjong. b. Kulit telur tidak terlalu tebal atau tipis. c. Berat rata-rata 65 gr/ekor.
d. Bila dilakukan peneropongan, terdapat bulatan hitam sebesar biji kopi.
(31)
2. Membeli Anak Itik Petelur
Salah satu cara yang dapat dilakukan peternak untuk mendapatkan itik petelur adalah dengan membeli anak itik petelur.
Membeli anak itik petelur juga memiliki kelemahan, yaitu waktu pemeliharaan sampai itik mulai produksi cukup lama, sehingga
dibutuhkan biaya perawatan terutama biaya pakan selama sekitar 4 bulan. Pemeliharaan anak itik hingga menjadi layer juga memiliki resiko kematian DOD.
Ada baiknya jika membeli DOD dari tempat lain, peternak sudah mengetahui asal-usul indukannya, sehingga DOD yang didapatkan benar-benar berkualitas. Bagi peternak pemula memang bukan pekerjaan mudah untuk menentukan bagus tidaknya kualitas DOD. Tentu saja, membeli DOD dari tempat yang bisa dipercaya kualitasnya
Peternak yang membeli DOD itik petelur harus memperhatikan ciri-ciri antara DOD jantan dan betina, karena pada peternakan itik petelur yang dibutuhkan adalah DOD betina. Biasanya penjual DOD sudah memisahkan antara DOD jantan dan betina dengan harga yang berbeda, lebih tinggi harga DOD betina. Perbedaan utama DOD jantan dan betina dapat diketahui dengan adanya tonjolan seperti per pada kloaka. Jika ada, berarti jantan. Jika tidak ada (hanya berupa lubang) berarti betina.
(32)
Peternak berpengalaman memiliki metode sexsing tersendiri, yaitu cukup dengan mengamati bulu dan raut muka. Jika bulu dan wajah terlihat halus berarti betina, sedangkan jika bulu agak kasar dan wajah garang berarti jantan. Suara juga bisa digunakan untuk membedakan jenis kelarnin. DOD jantan suaranya serak, sedangkan betina melengking.
Anak itik yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Sehat dan lincah
2. Tubuh normal, tidak cacat. 3. Mata jernih.
4. Bulu kering dan halus seperti kapas. 5. Suara keras, tidak lemah.
6. Pusar tidak basah. 3. Membeli Itik Dara
Membeli itik dara merupakan cara lain mendapatkan itik petelur tanpa harus membibitkan sendiri. Cara ini cukup mudah bagi para. Peternak itik petelur,terutama bagi pemula. Peternak hanya memelihara itik dara yang dibeli hingga siap berproduksi. Itik dara biasanya bertelur setelah setengah bulan dipelihara, walaupun ukuran awalnya masih kecil-kecil. Itik dara akan bertelur sebanyak 5% dari jumlah yang dipelihara pada umur lima bulan.
(33)
Peternak itik petelur yang fokus pada proses menghasilkan telur itik secar optimal biasanya selalu membeli itik dara atau itik yang sudah mulai bertelur ketimbang membibitkan sendiri. Walaupun membibitkan bisa menjadi peluang usaha tambahan bagi peternakannya. Hal ini tergantung pilihan sang peternak.
Berikut cara memilih itik siap bertelur yang berkualitas dan berproduktivitas tinggi :
a. Pilihlah itik yang berumur seragam. Maksimum perbedaan umur itik satu minggu. Umur yang tidak seragam menyebabkan masa produksi, masa rontok bulu, masa afkir, dan peremajaan tidak bisa bersamaan. Hal ini berpotensi merepotkan operasional peternakan.
b. Jangan memilih itik dara yang mempunyain penyimpangan bobot badan lebih dari 10% dari rata-rata bobot badan itik Bobot badan itik berumur 5 bulan sekitar 1- 4 kg. Bobot badan itik berumur 5 bulan sekitar 1,4 kg. Bobot badan ideal itik petelur umur 4-8 minggu sekitar 1 minggu, sedangkan bobot badan itik umur -8-20 minggu tidak boleh melebihi 1,6 kg. c. Itik terlihat sehat, lincah, mata cerah, dan bersinar, leher
panjang dan tegak, bulu halus dan mengkilap, tidak luka, serta tubuhnya ramping. Lebih baik jika itik berasal dari kelompok itik unggul.
(34)
d. Jarak tulang, kloaka itik sekitar dua jari dan memiliki telapak kaki yang bagus.
e. Belum bertelur. Itik dara adalah itik yang belum bertelur. Jadi, jika menemui itik dara yang sudah bertelur berarti. pemeliharaan yang dilakukan tidak tepat sehingga itik mengalami matang kelamin terlalu cepat. Bisa juga itik yang akan dibeli merupakan itik yang akan berproduksi.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, petemak sebaiknya membeli itik dara dari petemakan yang baik reputasinya, beberapa kerugian yang bisa muncul dari membeli itik dara adalah adanya penipuan seperti itik yang di jual merupakan itik tua atau apkir.
Secara fisik, perbedaan antara itik muda dengan itik tua dapat dilihat dari bentuk paruh. Paruh itik muda lebih sempit, sedangkan pada itik tua sudah lebar. Selain itu telapak kaki itik tua lebih kusam dan kasar. Ujung tulang dada dan tulang pubis pada itik muda masih lunak, sedangkan pada itik tua sudah keras.
4. Membeli itik yang sudah melewati periode bertelur pertama
Membeli itik yang sudah melewati periode bertelur pertama juga dapat di lakukan peternak itik petelur. Biasanya itik seperti ini di jual dengan harga itik afkir. Lakukan seleksi terhadap jenis itik seperti ini kemudain lakukan perawatan sebagaimana mestinya
(35)
agar pada periode bertelur kedua dan selanjutnya produksi telur tetap optimal.
e. Pakan Itik
Sekitar 70% biaya produksi berasal dari pakan. Oleh sebab itu pakan mempunyai peran yang sangat menentukan dalam usaha peternakan itik. Peternak akan mengalami kerugian yang tidak sedikit apabila memahami teknik pemberian pakan untuk itiknva. Pemeliharaan itik secara gembala tidak diperlukan pemikiran yang mendalam tentang pakan itik, karena secara alami itik mencari pakan sendiri di sawah atau di ladang.. Tetapi, apabila itik dikandangkan, maka soal pakan menjadi penting untuk diperhatikan. Agar dapat dicapai produksi yang optimum, kebutuhan gizi pada itik petelur dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan beberapa nutrisi itik tipe petelur.
Uraian Anak
(0-8 mgg)
Dara (8-20 mgg)
Petelur (>20 mgg) Energy metabolis (kkal/kg)
Protein kasar Ca (%) P (%) 2900 17-20 0,6-1,0 0,6 2800 18 0,6-1,0 0,6 2700 16-18 2,9-3,25 0,47 Sumber : Muhrizal (2008).
Kecukupan gizi yang di uraikan di atas dapat di penuhi dari berbagai campuran bahan pakan. Penggunaan bahan pakan lokal yang murah, tidak bersaing dengan manusia dan bermutu baik sangat disarankan agar usaha beternak itik dapat menguntungkan.
(36)
Bahan pakan lokal yang dapat digunakan untuk makanan, itik dapat dibagi menurut sumber nutrisi yang terkandung di dalamnya. Bahan pakan sumber energi misalnya dedak padi (bekatul), jagung, sagu, sorghum (cantel), singkong, bungkil kelapa, dan molases.
Bahan pakan sumber protein ialah tepung ikan, bekicot, keong mas,kepala udang. Bahan pakan sumber mineral antara lain kapur, bekicot, kerang laut dan garam dapur. Sumber vitamin yang murah enceng gondok, dan cacing tanah dapat dimanfaatkan untuk itik. Dedak atau bekatul merupakan salah satu bahan pakan itik yang tersedia berlimpah didaerah-daerah pedesaan. Singkong, bekicot dan kepala udang merupakan contoh bahan pakan yang kaya akan gizi.
f. Tata Laksana Pemeliharaan Itik
Keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi pada masa. Pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan. Dalam usaha keberhasilan yakni :
1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%.
2. Makanan itik, dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai kapasitas keberhasilan sebesar 30 %.
(37)
3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan keterampilan, memegang peranan paling besar sekitar 50 %
a. Pemeliharaan anak itik
Anak itik setelah menetas di tempatkan di kandang yang terbuat dari triplek, harus dilakukan persiapan sebelumnya seperti penyemprotan desinfektan dan pengaturan lampu pemanas agar kesehatan anak itik terjamin. Untuk menghindari angin yang masuk, mengingat bulu anak itik masih halus dan tidak tahan udara dingin, lantai kandang terbuat dari kawat kasa. Pada umur 4 minggu anak itik di lepas semua sebab anak itik sudah mulai berproduksi. Suhu alat pemanas yang baik adalah minggu I : 32 OC, Minggu II : 27 OC, dan Minggu III : 21 OC. b. Pemeliharaan itik periode (2-5 minggu)
Itik pada masa pertumbuhan tidak di pelihara dalam kandang boks, tapi sudah menyebar ke seluruh ruangan kandang yang sudah di beri alas liter (kulit padi, jerami kering, serbuk gergaji). Itik mojosari mempunyai kelebihan berkelompok di habitatnya.
Pemberian makanan untuk itik masa pertumbuhan hendaknya mulai diatur dan di batasi. Hal ini sangat menyangkut efisiensi penggunaan pakan. Berat standar tubuh itik pada usia 20 minggu adalah 1.350-1.400 kg. usahakan mencapai berat standar tersebut agar itik tidak terlambat mencapai masa bertelur.
(38)
c. Pemeliharaan itik periode produksi (> 22 minggu)
Pada usia 23 minggu, itik akan mulai bertelur. Jadi di dalam kandang perlu disediakan sarang untuk bertelur. Itik sebaiknya menempati kandang yang sama sampai mengakhin produksi telurnya karena itik terlalu peka dan mudah stress bila berpindah-pindah kandang. Selama masa produksi telur, itik biasanya bertelur pagi hari sampai dengan 10.00 pagi.
Pemberian pakan secara teratur dapat menjaga keseimbangan dan produksi telur. Pakan sebaiknya diberikan dua kali sehari dalam bentuk setengah basah. Makanan sebaiknya diberikan dua kali sehari dalam bentuk setengah basah. Makanan pertama diberikan pukul 09.00 pagi, dan yang kedua kali pukul 05.00 sore, sehingga pada sore hari pakan yang diberikan tidak tersisa. Jangan mengurangi jatah makanan jika itik mengalami gangguan kesehatan supaya berat standar dan tingkat produksi selalu seimbang. Itik petelur yang dipelihara secara intensif memiliki kemampuan produksi telur sampai usia 192 minggu. (setelah mengalami 3 kali rontok bulu).
d. Pemeliharaan itik periode rontok bulu
Itik mengalami rontok bulu (moulting) setelah memproduksi telur selama 9-12 bulan, dan pada saat itu selama 1 bulan itik akan istirahat, tidak memproduksi telur. Rontok bulu adalah proses terlepasnya bulu yang kemudian diikuti tumbuhnya bulu-bulu baru sebagai pengganti
(39)
bulu lama. Kejadian rontok bulu pada unggas, merupakan suatu peristiwa alami, bukan di sebabkan oleh penyakit.
Selama mengalami proses rontok bulu itik biasanya semakin kuat makan, tetapi tidak menghasilkan telur. Karena itu, untuk mencegah keluarnya biaya pakan yang besar, itik rontok bulu di beri pakan yang murah seperti dedak. Ada juga sengaja menggembalakan itik pada saat mengalami rontok bulu untuk menghemat biaya pakan. Dalam masa rontok bulu dan pertumbuhan bulu baru, itik juga memperbaiki kondisi tubuhnya dan memberi kesempatan pada alat reproduksinya untuk istirahat dan bersiap-siap memasuki masa reproduksi berikutnya. Bila bulu-bulu sudah sempurna, itik akan bertelur lagi seperti sedia kala.
g. Gizi Pakan Itik
Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan yang di hasilkan dari hasil olahan industri pertanian.
1. Protein
Protein merupakan suatu susunan atau gabungan organis yang kompleks, yang terdiri dari berbagai unsur (karbohidrat, lemak, mineral dan unsur lainnya), sehingga protein sangat di butuhkan oleh itik.adapun kebutuhan itik akan protein antara lain:
(40)
1.Itik usia 0-4 minggu membutuhkan protein sebanyan 18-20 %. 2.Itik usia 5-2 minggu (itik dara) membutuhkan protein sebanyak 14
16 %.
3.Itik usia 21 minggu ke atas (sudah bertelur) membutuhkan protein sebanyak 15-17 %.
2. Mineral
Mineral yang di butuhkan oleh itik tidak terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan protein. Apabila itik kekurangan mineral membuat pertumbuhan itik menjadi terhambat. Adapun fungsi zat mineral terhadap itik, baik yang masih dalam pertumbuhan maupun produksi adalah :
1)Menjaga keseimbangan asam basa dalam cairan tubuh. 2)Merupakan bagian aktif dalam struktur potein.
3)Merupakan bagian kerangka dalam tubuh itik. 4)Bagian dari asam amino.
5)Bagian penting dalam tekanan osmotik sel. 6)Merangsang enzim.
7)Untuk menggerakkan sari-sari makanan yang beredar dalam tubuh.
3. Vitamin
Vitamin yang dibutuhkan oleh itik yaitu Vitamin (A,D,E,K). Vitamin A sangat membantu pertumbuhan itik dan banyak terdapat pada
(41)
hijauan segar dan jagung kuning ; vitamin D dibutuhkan itik dalam masa pertumbuhan (kecil) dan itik dalarn masa aktif bertelur. Apabila kekurangan vitamin ini maka menyebabkan itik yang sedang tumbuh mudah terserang penyakit dan pada itik dewasa yang sedang bertelur,
maka telur yang dihasilkan tidak bisa menjadi bibit ; Kekurangan vitamin E akan menyebabkan kematian pada anak itik cukup tinggi, kegagalan dalam penetasan telur. Vitamin ini banyak terdapat pada bijian (80-90%); Vitamin K banyak terkandung pada biji-bijian,bungkil kedelai, ampas. kacang hijau dan tepung ikan. (Mei, 2000)
h. Hama dan Penyakit
Secara sederhana, penyebab penyakit di klarifikasikan menjadi dua bagian sebagai berikut :
1. Penyebab penyakit yang sebenarnya (actual cause) dalam bentuk mikroorganisme sepeerti virus, bakteri, dan protozoa.
2. Penyakit yang di sebabkan oleh prefesiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kuran tepat.
Berikut ini beberapa penyakit yang biasa menyerang itik berikut penanggulangannya :
a. Duck cholera
Penyebab : bakteri Pasteurela avicida. Gejala. mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan. Pengendalian : sanitasi kandang, pengobatan
(42)
dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
b. Salmonellosis
Penyebab : bakteri typhimuriu. Gejala : pernafasan sesak, mencret. Pengendalian : sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04 % atau dengan sulfadimidin yang di campur air minum, dosis di sesuaikan dengan label obat. (Muhrizal, 2008).
i. Panen dan Pasca Panen
1) Panen
Hasil utama usaha ternak itik petelur adalah telur itik dan hasil tambah berupa induk apkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman.
2) Pasca panen
Kegiatan pasca panen yang biasa di lakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama di banding jika tidak di lakukan pengawetan. Telur yang tidak di berikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk.
(43)
Adapun perlakuan pengawetan telur itik terdiri dari 5 macam yaitu : a. Pengawetan dengan air hangat
Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.
b. Pengawetan telur dengan daun jambu biji
Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah di rendam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang.
c. Pengawetan telur dengan minyak kelapa
Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak akan berubah.
d. Pengawetan telur dengan natrium silikat
Bahan pengawet natrium silikat merupakan cairan kental, tidak berwarna, jernih dan tidak berbau. Natrium silikat dapat menutupi pori kulit telur, sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat 10 % selama satu bulan. e. Pengawetan telur dengan garam dapur
(44)
konsentrasi 25-40 % selama 3 minggu. Setelah itu, telur di letakkan di rak telur. Dengan cara pengawetan ini, telur dapat bertahan sampai 8 minggu dan warna kuning telur bertambah pekat (Sandhy, 1998).
2. Analisis Finansial
Agribisnis pada mulanya diartikan secara sempit, yaitu menyangkut subsektor input dan output. Pada perkembangan selanjutnya agribisnis didefinisikan secara luas dan tidak hanya menyangkut subsektor, pascaproduksi, meliputi pemrosesan, penyebaran dan penjualan produk.
Dengan demikian agribisnis peternakan merupakan kegiatan usaha yang terkait dengan subsektor peternakan, mulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi (budidaya), penanganan pasca panen, pengelolaan, sampai kepemasaran produk ke pembeli.
Mendirikan suatu usaha peternakan dibutuhkan sejumlah pertimbangan yang salah satunya adalah melakukan analisis keuangan atau analisis finansial. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha ternak itik dalam kaitan kelayakan usaha ternak, untuk mengetahui berapa perbandingan antara pengeluaran dan penerimaan suatu usaha, untuk mengetahui modalnya akan kembali atau tidak dan usaha tersebut akan dapat di lanjutkan atau tidak sehingga dianggap layak secara finansial.
(45)
Analisis finansial dapat digunakan sebagai petunjuk di bidang sarana keuangan, yang di lengkapi dengan informasi yang sangat di butuhkan oleh pihak-pihak lain, seperti lembaga pemberi dana (perbankan) maupun rekanan usaha dan merupakan analisis finansial juga mencakup beban biaya investasi maupun biaya operasional dan perbandingan dengan perkiraan penerimaan atau manfaat (benefit) yang dihasilkan.
Kriteria kelayakan secara finansial suatu usaha dapat digunakan beberapa dasar penilaian antara lain ;
1. Net Present Value (NPV)
Untuk menganalisis kelayakan finansial usaha ternak itik memakai konsep Net Present Value, sering di terjemahkan sebagai nilai tunai bersih atau nilai tunai bersih sekarang. NPV merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dan present value pengeluaran kas dalam perhitungan memakai NPV sebab rupiah saat ini bisa diinvestasi untuk menghasilkan keuntungan dengan segera. Untuk menghitung NPV yaitu degan mendiskonkan penerimaan kita dimasa yang akan datang dengan keuntungan yang di tawarkan dengan alternatif yang sebanding. Tingkat keuntungan ini sering disebut discount rate atau opportunity cost of capital atau tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Di sebut opportunity cost karena merupakan tingkat keuntungan yang hilang karena kita memilih investasi lain.
(46)
Apabila jumlah nilai arus sekarang sama dengan ongkos investasi atau lebih besar dari ongkos (dalam hal ini adalah modal investasi semula, maka nilai bersih sekarang sama dengan atau lebih besar (NPV > ). Jika demikian, maka penanaman modal boleh dilaksanakan karena hasil yang sama atau lebih besar dari ongkos tersebut.
Perhitungan ini diukur dengan nilai uang yang sekarang dengan kriteria penilaian sebagai berikut ;
a) Bila NPV > 0, maka usaha dinyatakan layak (feasible) b) Bila NPV < 0, maka usaha dinyatakan tidak layak (no
feasible).
c) Bila NPV = 0, maka usaha dinyatakan dalam posisi tidak untung tidak rugi (break event point).
Secara sederhana, rumusnya adalah sebagai berikut : NPV = PV Benefit – PV Cost
= B - C Dengan :
B = benefit yang telah didiscount C = cost yang telah didiscount 2. Internal Rate of Return (IRR)
Menurut kadariah, Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek. Dengan
(47)
kata lain juga bisa disebut sebagai suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0.
Tingkat pengembalian Internal Rate of Return (IRR) merupakan parameter yang dipakai untuk menilai, apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut :
1) IRR > 1, maka usaha dinyatakan layak (feasible)
2) IRR < 1, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible) 3) IRR = 0, maka usaha tersebut berada dalam keadaan Break
Event Point (BEP).
Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : IRR = I +
Dengan :
i = discount rate pada saat ini
i2 = discount rate terendah yang membuat NPV negatif i1 = discount rate yang tinggi yang memberi NPV positif NPV1 = NPV positif
N P V2 = NPV negative 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah nilai perbandingan antara jumlah pendapatan bersih dengan jumlah biaya, bersih yang diperhitungkan nilainya pada saat ini (Present Value). Nilai
NPV 1
NPV 1– NPV 2
(48)
perbandingn antata penerimaan bersih dengan biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio) merupakan parameter yang dipakai untuk menilai apakah suatu usaha mempuyai kelayakan usaha atau tidak.
Kriteria Pengukuran dalam analisis ini adalah :
1)Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. 2)Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. 3)Net B/C =1, maka usaha tersebut berada pada posisi Break
Event Point (BEP).
Rumusnya secara, sederhana adalah. sebagai. Berikut :
Net B/C Ratio =
=
∑ PV net B yang positif
∑ PV net B yang negatif
Net B Net C
(49)
4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini. Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut:
Gross B/C Ratio=
Yang dihitung sebagai gross cost adalah biaya modal atau biaya investasi permulaan dan biaya operasi dan pemeliharaan. Sedangkan yang dihitung sebagai gross benefits adalah nilai total produksi dan nilai sisa (salvage value) dari investasi pada akhir umur ekonomis usaha.
5. Payback Period (Pp)
Metode Payback Period (Pp) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembaliaan investasi suatu proyek (usaha). Untuk menilai apakah suatu usaha layak untuk dilaksanakan / di kembangkan adalah :
a. Payback Period sekarang harus lebih keeil dari umur investasi
b. Bandingkan dengan rata-rata Payback Period industri unit usaha yang sejenis.
PV dari gross benefits PV dari gross cost
(50)
c. Payback period harus sesuai dengan target perusahaan.
Rumusnya adalah Pp =
Keterangan :
Pp = Payback Periode.
IO = Investasi awal tahun ke - 0. ` Ab = manfaat bersih yang di peroleh.
Kelemahan metode ini adalah sebagai berikut : a. Mengabaikan time value of money.
b. Tidak mempertimnbangkan arus kas yang telah terjadi setelah masa pengembalian.
Kriteria penilaian dengan metode payback period adalah :
a) Bila masa pengembalian (Pp) lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut layak di kembangkan. b) Bila masa pengembalian (Pp) lebih lama dari umur
ekonomis usaha, maka usaha tersebut tidak layak untuk di kembangkan.
3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu kegiatan menganalisis kembali suatu proyek untuk melihat apakah yang akan terjadi pada proyek tersebut. Bila suatu proyek tidak berjalan sesuai rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat realitas suatu proyek yang didasarkan pada kenyataan bahwa suatu rencana proyek sangat dipengaruhi
IO Ab
(51)
unsur-unsur ketidak pastian apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Semua proyek harus diamati melalui analisis sensitivitas. Menurut Gittinger (1993), dalam bidang pertanian proyek-proyek senstif untuk berubah yang diakibatkan oleh empat masalah utama yaitu :
1. Harga, terutama perubahan dalam harga hasil produksi yang di sebabkan oleh turunnya harga dipasaran.
2. Keterlambatan pelaksanaan proyek, dalam proyek-proyek pertanian dapat terjadi karena adanya kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan teknis atau inovasi baru yang di terapkan oleh karena keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan.
3. Kenaikan biaya, baik dalam biaya kontruksi maupun operasional yang diakibatkan perhitungan-perhitungan yang terlalu rendah. 4. Kenaikan hasil, dalam hal ini kesalahan perhitungan hasil.
Dengan adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut, berarti harus diadakan analisa kembali untuk mengetahui sejauh mana dapat diadakan penyesuaian-penyesuaian sehubungan dengan adanya perubahan harga tersebut. Tindakan menganalisis kembali ini dinamakan analisis sensitivitas.
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apakah yang akan terjadi pada analisis usaha suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya maupun manfaat atau penerimaan.
(52)
Analisis kepekaan ini dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan usaha, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat adanya keadaan yang berubah-ubah atau jika ada kesalahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat. Hal ini dikarenakan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang banyak mengandung banyak kepastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Dengan demikian analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dan mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak mejadi tidak layak untuk dilaksanakan, (Kasmir, 2003).
Kriteria :
1. Jika kepekaan > 1, maka hasil usaha atau proyek peka atau sensitive terhadap perubahan.
2. Jika laju kepekaan < 1, maka hasil usaha atau proyek tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan.
(53)
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian Puspasari (2004) tentang Analisis Kelayakan Finansial Ternak Itik Petelur dan Pengembangan Produksi Telur pada MS Corporation Bandar Lampung, hasil penelitian menyatakan, bahwa berdasarkan analisis finansial usaha ternak itik tersebut prospektif untuk di kembangkan dan menguntungkan pada tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 12% didapat NVP Rp. 435.672,7, Net B/C 4,253, IRR 61,07%, payback period 4 tahun yang berarti prospektif untuk dikembangkan secara finansial, karena nila NPV > 0,Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 10 tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas, sensitif atau kepekaan terjadi pada perubahan kenaikan konsentrat sebesar 41,65% dan penurunan harga jual sebesar 7,69%.
Berdasarkan hasil penelitian Feniarti (2010) tentang Analisis Kelayakan Finansial Ternak Itik Petelur dengan Sistem Intensif dan Tradisional di Kabupaten Pringsewu, hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis finansial usaha ternak itik tersebut efektif untuk di lanjutkan dan menguntungkan pada tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu sebesar 16% / tahun, dilihat dari skema ritail KUR BRI untuk UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) didapat dalam pemeliharaan sistem intensif NPV RP. 824.575.489, IRR 34,91%, Net B/C 2,30 Gross B/C 1,36, payback period 1,04 tahun dan pada system tradisional NPV Rp. 742.153.014, IRR 97%
(54)
Net B/C 7,93, Gross B/C 1,43, pyback period 1 tahun yang beraarti kedua sistem tersebut prospektif untuk di kembangkan secara finansial, karena nila NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 15 tahun. Berdasarkan penghitungan laju kepekaan didapat bahwa kedua sistem pemeliharaan itik secara insentif maupun tradisional tidak peka terhadap kenaikan harga pakan sebesar 10%, penurunan harga telur sebesar 16,67% dan penurunan produksi telur sebesar 20%.
Berdasarkan hasil penelitian Zuraida (2004) tentang Peluang dan Potensi Usaha Ternak Itik di Lahan Lebak di Kalimantan Selatan, menyatakan bahwa usaha ternak itik yang dilakukan di lahan rawa lebak di Kecamatan Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Kalimantan Selatan dengan skala 100 ekor dalam 6 bulan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 4.914.000 dengan nilai R/C 2,56% dan kontribusi 58%.
C. Kerangka Pemikiran
Peternakan itik tidak lepas dari sistem pengolahan dan pemberian pakan sangat penting untuk diperhatikan, karena lebih dari 60-70% biaya produksi ternak itik baik petelur maupun pedaging berasal dari pakan walaupun demikian informasi kebutuhan gizi untuk itik petelur dan pedaging masih sangat terbatas. (Rochjat, 2000).
(55)
Pakan yang tidak memadai baik jumlah maupun mutunya, mengakibatkan produktivitas telur rendah (maksimal 40%) dan bobot telur yang juga rendah (maksimal 65 gram per butir) (Rochjat,2000). Jika pemeliharaan dengan di gembalakan, maka tidak ada jaminan kebutuhan pakan harian itik bisa tercukupi. Hal tersebut di karenakan ketersediaan pakan di setiap lokasi penggembalaan yang belum tentu memenuhi dari sisi jumlah dan komposisi gizi seimbang yang di perlukan itik. Air juga merupakan kebutuhan gizi yang sangat penting bagi unggas terutama untuk itik, sehingga jumlah dan mutu air yang disediakan sangat perlu diperhatikan.
Selain itu perhatian terhadap masalah kesehatan itik dan penerapan teknologi tepat guna manajemen pemeliharaan menjadi kebutuhan penting bagi pengelolaan usaha peternakan itik. Untuk bisa meningkatkan produksi telur dan pedaging makan pemeliharaan itik harus ditangani secara modern. Modern artinya bahwa pengelolaanya tidak bisa dilakukan hanya sekedar usaha sambilan dengan pengelolaan yang tradisional. Pada akhirnya usaha peternakan harus mampu bergerak dalam industri peternakan.
Peternakan itik di capai jika manajemen pengelolaan dilakukan secara terpadu dan intensif dengan mengedepankan kualitas produknya, artinya masyarakat peternak sudah harus bergerak diusaha peternakan dengan menguasai permasalah bibit dan sistem
(56)
pemeliharaan itik yang meliputi bahan dan bentuk kandang serta peralatannya dan tata cara pemeliharaan, jenis dan bahan pakan serta cara pemeliharaannya. Pemeliharaan kesehatan dan penanganan penyakit itik juga perlu dikuasai oleh peternak, serta manajemen pemasaran produknya. Pada akhirnya tuntutan kualitas akan menjadikan sektor bagi peternakan itik yang dikembangkan oleh peternak itik mojosari.
Usaha peternak itik yang dikembangkan oleh peternak dalam pengelolaanya diperlukan faktor-faktor produksi (input) untuk menghasilkan produk (output). Usaha peternakan itik yang terdapat di Kecamatan Natar merupakan salah satu usaha pembudidayaan itik dengan cara intensif, maka hasil yang didapatkan yaitu berupa daging dan telur itik. Hasil panen yang utama usaha ternak itik petelur adalah telur itik dan hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman yang berharga, maka biaya produksi berupa biaya pembelian bibit itik, biaya pakan, obat-obatan vaksin serta biaya lainya.
Kelayakan finansial ternak itik dapat diketahui dengan menggunakan beberapa analisis yaitu : Analisis finansial, meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio, Gross B/C Ratio, Payback Period, dan Analisis sensitivitas
(57)
(Sensitivity Analysis). Untuk memperjelas kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada gambar 1.
Beternak itik mojosari secara intensif
Input Output
Dod Pakan itik Obat-obatan Tenaga kerja Alat peternakan
Telur itik Itik apkir Kotoran itik
Pendapatan usaha ternak itik
NPV (Net Present Value)
IRR (rate of return in investment) Net B/C
Gross B/C Payback Period Analisis Sensitifitas
layak Tidak Layak
Usaha Ternak Itik Mojosari Sistem Intensif
Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis kelayakan finansial ternak itik
Petelur mojosari dengan sistem intensif di kecamatan natar kabupaten lampung selatan
(58)
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional
Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian dan yang mencangkup analisis kelayakan itik petelur yang memulai dari awal pemeliharaan sarnpai ke pemasaran telur dan daging.
Analisis finansial adalah suatu perhitungan yang didasarkan pada perbandingan manfaat (benefit) yang akan diterima denagn biaya (cost) yang akan dikeluarkan setelah suatu usaha dijalankan.
Pemeliharaan itik secara tradisional adalah sistem pemeliharaan dimana ternak itik dilepas atau digembalakan disawah setelah musim panen untuk mencari makanan sendiri.
Pemeliharaan itik secara intensif adalah pemeliharaan itik dengan cara dikandangkan , dimulai dari makan, minum dan betelur.
Populasi itik yang dibudidayakan adalah banyaknya populasi itik yang dipelihara oleh peternak dalam satu periode produksi dalam satu produksi (diukur dalam satuan ekor).
(59)
Pakan (feed) adalah carnpuran dari beberapa bahan baku pakan yaitu sisa limbah pertanian , baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
Jumlah pakan adalah banyaknya akan yang dikeluarkan oleh peternak atau yang dikonsumsi itik selarna satu periode produksi (diukur dalam satuan gram/hari/ekor).
jumlah obat-obatan adalah jumlah obat-obatan yang diberikan dalam satu periode produksi (diukur dalam satuan mililiter).
Tenaga kerja adalah jumlah hari kerja yang digunakan dalam proses produksi selarna satu periode pemeliharaan itik yang diukur selarna satu periode pemeliharaan itik (diukur dalam hari orang kerja).
Harga sarana produksi adalah semua input yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi dengan tujuan menghasilkan output.
Jumlah produksi kotoran itik adalah jumlah kotoran itik yang dapat dijual dan dimanfaatkan sebagai pupuk kandang (diukur dalam satuan karung). Tingkat suku bunga adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai dimasa lalu agar didapatkan nilainya pada saat ini.
(60)
Harga telur itik adalah harga yang diterima peternak pada saat terjadi trensaksi jual beli dan di ukur adalam satuan rupiah (Rp).
Harga jual kotoran itik adalah harga yang diterima peternak pada saat terjadi transaksi jual beli dan diukur dalam satuan karung.
Biaya adalah jumlah seluruh nilai korbanan yang dikeluarkan untuk usah peternakan itik selarna satu periode, diukur dalam satuan rupiah.
Biaya tetap dalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha ternak yang jumlahnya tetap, tidak berubah dalam range output tertentu dan titik gabung pada skala produksi, seperti sewa tanah, biaya gaji, kandang, peralatan, bibit itik dan lainnya, diukur dalam satuan rupiah.
Biaya variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha ternak yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan volum kegiatan produksi, tetapi satuan produksi tetap diukur dalam satuan rupiah.
Biaya tunai adalah biaya uang digunakan untuk pembelian barang dan jasa dalam usaha peternakan, diukur dalam satuan rupiah.
Biaya total adalah seluaruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha termasuk biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan, diukur dalam satuan rupiah atau dengan kata lain biaya total adalah seluruh biaya yang telah dikeluarkan peternak dalam proses yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel karena dipakainya faktor-faktor produksi, diukur dalam satuan rupiah.
(61)
Pendapatan adalah balas jasa yang diterima pengusaha ternak itik dari pekerjaan dan pengelolaaan usaha ternak itik. Besarnya pendapatan hitung dengan mengurangi pendapatan dihitung dengan megurangi penerimaan usaha ternak itik dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, diukur dalam satuan per tahun.
Harga pasar (finansial) adalah tingkat harga yang diterima peternak itik dalam satuan hasil produksinya atau tingkat harga yang dibayar dalam pembelian faktor-faktor produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Harga sarana produksi adalah produksi adalah harga semua input yang dibutuhkan untuk melakukan proses usaha ternak itik dengan tujuan untuk menghasilkan output berupa daging dan telur itik. Saran produksi yang digunakan meliputi bahan baku berupa pakan, kandang, obat-obatan dan tenaga kerja.
Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung sejak tahun pembelian sarnpai alat tersebuat tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.
Umur ekonomis bangunan adalah jumlah tahun bangunan selama digunakan, terhitung sejak tahun selesai dibangun dan siap pakai sampai bangunan tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.
Analisis finansial adalah suatu perhitungan yang didasarkan pada perbandingan manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang akan dikeluarkan selama usaha peternakan berlangsung atau perhitungan untuk melihat
(62)
manfaat yang diperoleh akibat adanya modal atau investasi yang akan dikorbankan. Perhitungan ini dilakukan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dari penerimaan usaha peternakan dengan biaya aktual yang dikeluarkan selarna umur proyek.
Net Present Value (NPV) aadalah suatu analisis yang digunakan untuk menghitung selisih antara present value dari penerimaan dengan present value dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Internal Rate Retum (IRR) aadalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan atau investasi bersih dalam suatu proyek. IRR merupakan tingkat bunga (discount rate) yang dapat membuat besarnya NPV proyek sama dengan nol (0), diukur dalam satuan (%). Net B/C ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat perbandingan antara penerimaan (benefit) bersih dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan, yang telah diperhitungkan nilainya saat ini.
Gross B/C adalah yang perhitungan yang menunjukan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.
Payback period (Pp) atau disebut juga periode kembali modal adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang
(63)
diperlukan untuk mengembalikan modal investasi proyek dan diukur salam satuan tahun.
Analisis sensitivitas adalah suatu proses perhitungan yang bertujuan menyesuaikan kepekaan proyek terhadap suatu perubahan atau kesalahan dalam suatu pemanfaatan perhitungan manfaat dan biaya. Analisis sensitivitas menganalisis kembali apa yang terjadi pada proyek tersebut apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat relitas analisis suatu proyek didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi atau rencana suatu proyek sangat dipengaruhi unsur ketidakpastian mengenai apa yang terjadi.
B. Penentuan Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sistim intensif (kandang). Lokasi secara intensif dilakukan di Desa purwosari II, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan ( dengan jumlah populasi ternak 4.000 ) Responden secara sensus pada penelitian ini berjumlah 1 (satu) orang yaitu Bapak Nanang yang mnggunakan sisitem intensif. Usaha ternak itik secara intensif dilakukan di Desa Purwosari II Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang bagus untuk dikembangkan. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat pengembangan usaha peternakan itik secara produktif.
(64)
Pertimbangan lain dengan dipilihnya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan untuk pengembangan itik adalah bahwa usaha peternakan itik di daerah ini menggunakan sistem intensif
Penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan ternak itik dengan jumlah itik yang cukup tinggi dibandingkan dengan ternak itik yang lain yaitu 4000 ekor Itik Mojosari. Proses pengambalian data dari responden dengan menggunakan media kuisioner dengan tujuan agar pertanyaan yang diajukan terstruktur dan lengkap. Waktu penelitian dilaksanakan dalam bulan April 2012.
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat secara langsung oleh peternak, yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan pemilik peternak itik di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Selain wawancara, teknik pengumpulan data primer yang juga dilakukan dengan menggunakan kuisoner (daftar pertanyaan) sekaligus melakukan pengamatan (observasi) langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh melalui pencatatan dari berbagai kepustakaan data yang didapat secara tidak langsung oleh pengumpul data, seperti lembaga dan literatur sebagai tambahan yang berkaitan dengan penelitian ini.
(65)
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripitif kuantitatif, dengan menggunakan data keuangan (Penerimaan dan Pengeluaran) ternak itik. Metode pengolahan data dilakukan dengan metode tabulasi dan komputerisasi. Menurut Kadariah (2001), metode analisis finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak itik ditinjau dari segi keuangannya. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga faktor produksi dan harga produk terhadap pendapatan ternak itik,
1. Analisis Finansial
Analisis finansial ternak itik petelur meliputi pengeluaran dan penerimaan. Usaha ternak itik mojosari memiliki umur ekonomis usaha sekitar 15 tahun yang didasarkan pada umur ekonomis bangunan. Dalam perhitungan analisis finansial berdasarkan skema pembiayaan ritail KUR (Kredit Usaha Rakyat) BRI yang berlaku sebesar 13 % untuk UMKM (Unit Mikro Kecil dan Menengah).
Pada penelitian ini, analisis finansial dilakukan secara kuantitatif, yang terdiri dari :
a. Net Present Value (NPV)
Nilai bersih sekarang (Net Present Value / NPV) merupakan metode yang menghitung selisih antara, manfaat/penerimaan dengan biaya/ pengeluaran. Apabila jumlah nilai arus tunai sekarang sama dengan satu
(66)
atau lebih besar dari ongkos, dalam hal adalah modal investasi semula, maka nilai bersih sekarang sama dengan atau lebih besar dari nol atau NPV 0. Jika demikian, maka penanaman modal boleh dilaksanakan, karena hasil sama atau lebih besar dari pada ongkos. Apabila nilai bersih lebih kecil dari nol (NPV < 0), maka proyek akan memberikan hasil yang lebih kecil daripada ongkos yang dikeluarkan.
Rumus yang digunakan adalah :
NPV = ∑
Keterangan : NPV = Net Present Value (Nilai netto sekarang) Bt = Penerimaan/ manfaat bersih pada tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke –t
t = waktu & umur ekonomis usaha, ternak (tahun) n = Umur Proyek (tahun)
i = Discount Rate (tingkat suku bunga) Tiga kriteria investasi yaitu :
-Bila NPV > 0, maka proyek meguntungkan -Bila NPV < 0, maka proyek rugi
-Bila NPV = 0, maka proyek ini tidak untung tidak rugi b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) sering pula disebut discounted rate of return. IRR merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0.
(67)
Tingkat pengembalian internal (IRR) merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak bagi usaha peternakan ini diusahakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (Net Present Value NPV=0) Rumus yang digunakan yaitu :
IRR = i1 ( )
Keterangan : NPV1 = Present Value positif NPV2 = Pesent Value Negatif
il = discount faktor, jika NPV > 0 i2 = discount faktor, jika NPV < 0
Kriteria investasi :
Bila nilai IRR > tingkat suku bunga, maka proyek layak Bila Nilai IRR < tingkat suku bunga, maka proyek tidak layak
Bila Nilai IRR = tingkat suku, bunga, maka proyek Break Event Point
c. Net B/C
Net B/C Ratio merupakan nilai perbandingan antara penerimaan bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya saat ini. Bila net B/C Ratio > 1, maka usaha layak untuk diusahakan dan apabila net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan:
(68)
∑
∑
( )
Keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke -t
i = discount factor (%) n = Umur proyek (tahun) Kriteria Kelayakan:
a. Bila Net B/C > 1, maka proyek layak.
b. Bila Net B/C < 1, maka proyek tidak layak dilaksanakan.
c. Bila Net B/C = 1, maka proyek dalam keadaan break event point.
d. Gross B/C Ratio
Gross B/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan atau manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Rumusnya adalah :
∑
∑
Keterangan: Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke –t. Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke –t.
i = Discount factor (%). n = Umur proyek (tahun).
Net B/C =
(69)
Kriteria kelayakan
Bila Gross B/C > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Bila Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Bila Gross B/C = 1, maka proyek dalam keadaan Break Event Point.
e. Payback Period (Pp)
Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasajikan pada pelunasan biaya investasi berdasajikan manfaat bersih dari suatu proyek. Rumusnya adalah:
Pp =
Keterangan : Pp = Payback Periode
I° = Investasi awal tahun ke- 0 = Manfaat bersih yang diperoleh Kriteria kelayakannya :
a. Jika masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dikembangkan.
b. Jika masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dikembangkan.
(1)
64
Jenis mata Pencaharian
Jumlah (jiwa) Persentase
Petani 15.379 67,61
Buruh tani 3.575 14,76
Buruh bangunan 204 0,94
Perdagangan 622 2,57
Pegawai negeri 780 3,22
Karyawan swasta 310 1,28
ABRI 12 0,05
Pensiunan 67 0,14
Pertukangan 65 0,27
Lainnya 1.220 5,45
Tidak bekerja 830 3,51
Jumlah 24.224 100,00
Sumber : Kantor Kecamatan Natar, 2011.
2. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Natar sebagian besar sudah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Keadaan penduduk Kecamatan Natar berdasarkan tingkat pendidikan tersaji pada Tabel 9.
Tabel 9. Keadaan penduduk Kecamatan Natar berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase
Tidak sekolah 658 1,61
Belum sekolah 4.574 11,16
Tidak tamat SD 1.387 3,38
Belum tamat SD 6.014 14,67
Tamat SD 8.193 19,99
Tamat SMP 4.638 11,32
Tamat SMU 14.605 35,63
Akademi 785 1,92
Perguruan tinggi 135 0,33
Tabel 8. Keadaan penduduk Kecamatan Natar berdasarkan mata pencaharian pada tahun 2011.
(2)
116
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Usaha ternak itik petelur mojosari di kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dengan sistem intensif secara finansial layak dikembangkan pada skema retail tingkat suku bunga yang diberikan KUR BRI unit UMKM, yaitu 13%.
2. Usaha ternak itik ini merupakan unit usaha masih layak atau stabil meski terjadi penurunan produksi telur itik sampai dengan 10 %, penurunan harga jual telur itik sampai dengan 18% dan kenaikan harga pakan sampai dengan 10%.
3. Ternak itik mojosari di Kecamatan Natar, Lampung Selatan bagus untuk dikembangkan dan dilanjutkan karena memiliki prospek pasar yang cerah.
(3)
117
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah ;
1. Diharapkan sangat perlu meningkatkan penggunaan input terutama bibit itik yang berkualitas, pakan ternak itik yang memenuhi kadar protein yang baik dan keseimbangan dalam pemberian pakan, menjaga kebersihan kandang dan peralatannya, sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Petani harus memiliki ketersediaan air yang baik.
2. Bagi pemerintah daerah agar melanjutkan pengembangan usaha peternakan itik petelur dengan diintensifkannya penyuluhan tentang bibit itik yang unggul, pemeliharaan, dan penanganan pasca panen, selain itu diharapkan pemberian bantuan kepada peternak itik, sehingga dapat mendukung peningkatan dan kualitas produksi itik petelur yang diternakan.
3. Penelitian selanjutnya, agar memotivasi melaksanakan penelitian kelayakan finansial usaha ternak itik di beberapa daerah yang belum
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1995. Kemajuan Mutahir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Arie, S. A. 2009. Itik Panen 60 Hari. Jakarta. Penebar Swadaya.
Arifin, B. 2001. Agribisnis Berbasis Peternakan : Peluang Investasi yang Terlupakan. http://www.indef.or.id/xplod/arts/agribisnis berbasis peternakan. pdf. diakses tanggal 26 april 2010.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2008. Populasi Ternak Itik di Provinsi Lampung Per Kabupaten / Kota tahun 2008. Bandar Lampung.
Bahroto,K. D. 2001. Cara Beternak Itik. Semarang. Aneka Ilmu. Bakar, Abu. 2005. Teknologi Pascapean Itik.. Jakarta. Balai Penelitian
Pascapanen Pertanian.
Balai Informasi Pertanian Ciawi. 1985. Pemeliharaan Itik Intensif. Bogor. Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Bekasi. 2008. Pakan Ternak. Bekasi. Balai Latihan Kerja Lembang. 1975. Palatihan Mix Farmating Pertanian.
Bandung.
Bambang, C dan Dede,J. J. S. 2005. Pembibitan Itik. Jakarta. Penebar Swadaya. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. 2003.
Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan di Provinsi Lampung.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. 2010. Buku Stastik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. Lampung.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2005. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik Pedaging. http://ditjennak.peternakan go.id. diakses tanggal 24 januari 2012.
(5)
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 1972. Nilai gizi telur itik dan gizi telur ayam. Jakarta. Buku saku nilai gizi hasil ternak.
Feniarti, E. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Ternak Itik Petelur dengan Sistem Intensif dan Tradisional di Kabupaten Pringsewu. Skripsi. Universitas Lampung. Tidak Dipublikasikan.
Hendra. 2009 Sentral Itik Lampung.
http://itikmania.blogspot.com/2009/11/pertimbangan-dan-wacana.html diakses tangal 22 januari 2012.
Kadariyah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Jakarta. Universitas Indonesia.
Kasmir. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta. Prenada Media. Kusnandi. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta. Prenada Media.
Muhrizal. 2008. Teknologi Budidaya itik. Bogor. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Mulyadi. 1993. Akutansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Penjualan Pengendalian Biaya. Yogyakarta. BPFE UGM.
Pasaribu, M. R. 2009. Analisis Kelayakan Finansial Agroindusti Minyak Nilam di Desa Kaliasin Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Universitas lampung. Tidak Dipublikasikan.
Puspasari, M. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Itik Petelur dan Pengembangan Produksi Telur pada MS Corporation Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Tidak Dipublikasikan.
Ranto dan Sitanggung, M. 2009. Panduan Lengkap Peternak Itik. Jakarta. Agromedia Pustaka.
Rochjat, Mei. 2000 . Penyusunan Ransum untuk Itik Petelur. http://www.pustaka-deptan.go.id/agretik/dkij0116.pdf. diakses tanggal 23 januari 2012. Saleh, E. 2004. Pengolahan Ternak Itik di Pekarangan Rumah. Medan.
Universitas Sumatera Utara.
Sanusi, B. 2000. Pengantar Evalasi Proyek. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.
Sarwanni, M. 2008. Teknologi Budidaya Itik.
http://semende.files.wordpress.com/2009/09/budidaya-itik-pdf.budidaya ternak itik .2009 diakses tanggal 12 februari 2012.
(6)
Sarwoini, S. 2002. Pemilihan Ternak Itik Secara Intensif. http://door.
Google.com/vievar?a=v7g=cacha:ela7r/vga40j.www.pustaka-deptan.go.id/agriptek/lip20057.pdf diakses tanggal 20 februari 2012. Supriyadi. 2009. Panduan Lengkap Itik.. Jakarta. Penebar Swadaya.
Sofyan, Iban. 2004. Studi Kelayakan Bisnis.. Yogyakarta. Graha Ilmu. Widhayarti, S.S. 1998. Beternak Itik Tanpa Air (Edisi Revisi). Bogor.