PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS III MTs MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN

SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS III

MTs MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : LATIFAH AMALIA ZATI

20130310031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN

SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS III

MTs MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : LATIFAH AMALIA ZATI

20130310031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN

SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS III

MTs MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Disusun oleh : Latifah Amalia Zati

20130310031

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 05 November 2016

Dosen Pembimbing,

dr. Iman Permana, M.Kes., Ph.D NIK : 19700131201104 173 146

Dosen Penguji,

dr. Adang M. Gugun, Sp.PK., M.Kes NIK : 19690118199904 173 034

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes NIK : 19717028199709 173 027


(4)

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Latifah Amalia Zati

NIM : 20130310031

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa Karya Tulis Ilmiah saya merupakan hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Oktober 2016 Yang membuat pertanyaan,

Latifah Amalia Zati


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Shalawat dan salam peneliti sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa cahaya Islam dalam kehidupan manusia. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau, kerabat, sahabat, hingga umatnya sampai akhir zaman.

Melalui karya tulis ilmiah ini peneliti bermaksud memaparkan rancangan penelitian mengenai “Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Terjemahnya terhadap Tingkat Kecemasan Siswi Kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam Menghadapi Ujian Nasional”. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna tersusunnya karya tulis ilmiah yang lebih baik. Di balik ketidaksempurnaan tersebut, peneliti berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan khususnya bagi peneliti sendiri. Amin ya Robbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Yogyakarta, November 2016

Latifah Amalia Zati 20130310031


(6)

UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih tanpa henti saya haturkan kepada :

1. Allah Subhanahuwata’ala atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya sehinga saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini tanpa suatu kendala yang berarti.

2. Rasulullah Sallau’alaihi Wassalam, atas cinta yang tak berujung untuk para umatnya sampai akhir zaman.

3. Kedua orangtua, Bapak Moh. Zaini dan Ibu Sami Prastiwi atas lecutan semangat dan curahan doa yang tidak pernah berhenti untuk gadis kecilnya yang bandel. Untuk Ibu, kamus berjalan yang sudah bersedia menjadi alih bahasa pribadi.

4. Kakak, Arif Pratama Zati, the one and only, thanks for always standing and understanding. You complete me.

5. dr. Iman Permana, M.Kes, Ph.D, terimakasih tanpa batas atas kesedian Dokter membimbing saya, memberikan kritik dan saran yang sangat membangun. Terimakasih sudah bersedia menjadi ayah bagi saya selama menempuh tugas akhir ini.

6. Ustadzah Erna, Ustadzah Yunita, Ustadzah Riris, Umi Niswah, dan seluruh keluarga besar Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang sudah banyak membantu saya hingga terwujudnya karya tulis ilmiah ini. Mohon maaf sudah banyak merepotkan.

7. dr. Titiek Hidayati, M.Kes selaku penguji proposal KTI yang sudah memberikan kemurahan nilai dan masukan yang sangat berarti.


(7)

8. Untuk dr. Adang M Gugun, Sp.PK., M.Kes selaku penguji Karya Tulis Ilmiah, terimakasih atas kesediaan serta kemurahan hati dokter dalam memberikan masukan guna perbaikan Karya Tulis Ilmiah kami.

9. Mba Elida yang sudah membantu proses surat menyurat hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini, maaf sudah banyak merepotkan mba.

10.Sahabat dunia akherat, Fatimah & Talitha, thanks for holding my hand. Terimakasih sudah menjadi teman satu pembimbing yang banyak membantu.

11.Untuk sahabat-sahabat saya, Mila, Uut, Cicin, Ira, Ilma, Fania, Nana, dan semua nama yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Terimakasih sudah membantu saya menjalani hari-hari kuliah saya dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga Allah limpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..……….……..i

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ...v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR TABEL ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB IPENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah ...7

C. Tujuan Umum ...7

D. Tujuan Khusus ...7

E. Manfaat Penelitian ...7

F. Keaslian Penelitian ...8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ...12

A. Tinjauan Pustaka ...12

1. Ujian Nasional ...12

2. Kecemasan ...14


(9)

3. Kecemasan Ujian Nasional ...21

4. Bacaan Al-Qur’an dan Terjemahnya ...23

B. Kerangka Teori ...29

C. Kerangka Konsep ...29

D. Hipotesis ...30

BAB IIIMETODE PENELITIAN ...31

A. Desain Penelitian ...31

B. Populasi dan Sampel ...31

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...33

D. Variabel Penelitian ...33

E. Definisi Operasional ...33

F. Alat dan Bahan Penelitian ...34

G. Jalannya Penelitian ...35

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...36

I. Analisis Data ...36

J. Kesulitan Penelitian ...37

K. Etik Penelitian ...37

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...38

A. Hasil Penelitian ...38

1. Gambaran Lokasi Penelitian ...38

2. Karakteristik Subjek Penelitian ...39

3. Uji Reliabilitas ...39

4. Uji Normalitas ...39


(10)

5. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol ...41

6. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test Kelompok Intervensi dan Kontrol ...42

7. Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’anSurat Ar-Rahman dan Terjemahnya terhadap Tingkat Kecemasan ...42

8. Perbedaan Rata-Rata Selisih Penurunan Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol ...44

B. Pembahasan ...44

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ...48

1. Kekuatan Penelitian ...48

2. Kelemahan Penelitian ...48

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ...50

A. Kesimpulan ...50

B. Saran ...51

DAFTAR PUSTAKA ...52

LAMPIRAN ...56


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ………....29 Gambar 2. Kerangka Konsep ……….……...29 Gambar 3. Desain Penelitian ……….31


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Uji Normalitas Pretest dan Post-test

Kelompok Intervensi dan Kontrol ……….……..………...40 Tabel 4.2. Uji Normalitas Penurunan Tingkat Kecemasan

Kelompok Intervensi dan Kontrol……..……….…40 Tabel 4.3. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol…..41 Tabel 4.4. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pretest

Kelompok Intervensi dan Kontrol ...……..……...42 Tabel 4.5. Rata-Rata Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol….42 Tabel 4.6. Signifikansi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi Dan Kontrol.43 Tabel 4.7. Perbedaan Rata-Rata Selisih Penurunan Tingkat Kecemasan

Kelompok Intervensi dan Kontrol …..…...44


(13)

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN

SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS III MTs MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Latifah Amalia Zati1, Iman Permana2

1

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY,

2

Program Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY INTISARI

Latar Belakang : Kecemasan merupakan suatu sinyal yang memperingatkan seseorang akan adanya keadaan yang mengancam, sehingga memungkinkan seseorang waspada untuk mengambil tindakan. Salah satu hal yang seringkali memicu timbulnya kecemasan adalah Ujian Nasional yang menjadi penentu kelulusan seorang siswa. Kecemasan ini dapat muncul pada saat persiapan ujian maupun selama ujian, yang mengakibatkan seseorang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan ujian yang dihadapinya dan berakibat pada ketidaklulusan. Data dari Menteri Pendidikan mengatakan bahwa 2.335 orang siswa tidak lulus dalam Ujian Nasional tingkat SMP tahun 2014.

Tujuan Penelitian : Menganalisis adakah Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Terjemahnya terhadap tingkat kecemasan siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam menghadapi Ujian Nasional.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental dengan melakukan pre-test dan post-test dengan skala kecemasan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) pada 65 orang siswi Madrasah Mu’allimaat yang dibagi secara rundomize sampling menjadi 2 kelompok, 33 orang kelompok intervensi dan 32 orang kelompok kontrol. Intervensi berupa memperdengarkan bacaan Al-Qur’an surah Ar-Rahman sambil membaca terjemahannya diberikan pada kelompok intervensi selama 14 hari, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun.

Hasil dan Pembahasan : Dari penelitian yang dilakukan, diketahui adanya penurunan yang signifikan pada rata-rata tingkat kecemasan pre-test dan post-test kelompok intervensi dengan signifikansi 0,028 (>0,05). Hal sebaliknya terjadi pada kelompok kontrol, dimana terdapat peningkatan angka rata-rata kecemasan pre-test dibandingkan post-test dengan signifikansi 0,000 (<0,05).

Kesimpulan : Mendengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya berpengaruh pada penurunan tingkat kecemasan siswi dalam menghadapi Ujian Nasional.

Kata Kunci : Kecemasan, Murottal, Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS), Ujian Nasional.


(14)

EFFECT OF LISTENING AL-QURAN

LETTER AR-RAHMAN AND THE MEANING OF VERSE ON THE LEVEL OF ANXIETY STUDENT IN III GRADE OF MTS MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DEALING WITH NATIONAL EXAM Latifah Amalia Zati1, Iman Permana2

1

School of Medicine Faculty of Medicine and Health Sciences UMY,

2

The Centre of Islamic Medicine Studies Faculty of Medicine and Health Sciences UMY

ABSTRACT

Background : Anxiety is signal to someone which represents threat, that make someone cautious in choosing any movement. One of situation that can make someone, especially student, feeling anxiety is national exam. This anxiety feeling can appear when in preparation, and/or as the exam start, in impact someone can get difficultness when they are trying to solve national exam. Statistics from Ministry of Education show that 2.335 didn’t pass the junior high school national exam in 2014.

Aims : To analyze the effect of listening Al-Quran or murottal along with read the translation in bahasa in level of anxiouxity in 3rd grade junior high school students of Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta when they are prepared before national exam.

Methods : Experimental method in pre-test and post-test called TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). This research implemented in 65 junior high school students MTs Mu’allimat Muhamadiyah Yogyakarta whose separate in two groups, 33 students for intervention group and 32 students for control group. In intervention group, students listened Al-Quran surah Ar-Rahman along with read meaning of verses for 14 days, while in control group not be given any intervention

Result : There is significant decreasing in average level of anxiety in pre-test and post-test intervention group with scale 0,028 (>0,05). While in control group it has significant increasing with value 0,000 (<0,05).

Conclusion : Listening to Al-Quran along with read meaning of verses has positive effect decreasing level of anxiety for junior high school students when facing national exam.

Keywords : Anxiety, Murottal, Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS), National Exam.


(15)

(16)

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN

SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS III MTs MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Latifah Amalia Zati1, Iman Permana2

1

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY,

2

Program Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY INTISARI

Latar Belakang : Kecemasan merupakan suatu sinyal yang memperingatkan seseorang akan adanya keadaan yang mengancam, sehingga memungkinkan seseorang waspada untuk mengambil tindakan. Salah satu hal yang seringkali memicu timbulnya kecemasan adalah Ujian Nasional yang menjadi penentu kelulusan seorang siswa. Kecemasan ini dapat muncul pada saat persiapan ujian maupun selama ujian, yang mengakibatkan seseorang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan ujian yang dihadapinya dan berakibat pada ketidaklulusan. Data dari Menteri Pendidikan mengatakan bahwa 2.335 orang siswa tidak lulus dalam Ujian Nasional tingkat SMP tahun 2014.

Tujuan Penelitian : Menganalisis adakah Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Terjemahnya terhadap tingkat kecemasan siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam menghadapi Ujian Nasional.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental dengan melakukan pre-test dan post-test dengan skala kecemasan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) pada 65 orang siswi Madrasah Mu’allimaat yang dibagi secara rundomize sampling menjadi 2 kelompok, 33 orang kelompok intervensi dan 32 orang kelompok kontrol. Intervensi berupa memperdengarkan bacaan Al-Qur’an surah Ar-Rahman sambil membaca terjemahannya diberikan pada kelompok intervensi selama 14 hari, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun.

Hasil dan Pembahasan : Dari penelitian yang dilakukan, diketahui adanya penurunan yang signifikan pada rata-rata tingkat kecemasan pre-test dan post-test kelompok intervensi dengan signifikansi 0,028 (>0,05). Hal sebaliknya terjadi pada kelompok kontrol, dimana terdapat peningkatan angka rata-rata kecemasan pre-test dibandingkan post-test dengan signifikansi 0,000 (<0,05).

Kesimpulan : Mendengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya berpengaruh pada penurunan tingkat kecemasan siswi dalam menghadapi Ujian Nasional.

Kata Kunci : Kecemasan, Murottal, Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS), Ujian Nasional.


(17)

EFFECT OF LISTENING AL-QURAN

LETTER AR-RAHMAN AND THE MEANING OF VERSE ON THE LEVEL OF ANXIETY STUDENT IN III GRADE OF MTS MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DEALING WITH NATIONAL EXAM Latifah Amalia Zati1, Iman Permana2

1

School of Medicine Faculty of Medicine and Health Sciences UMY,

2

The Centre of Islamic Medicine Studies Faculty of Medicine and Health Sciences UMY

ABSTRACT

Background : Anxiety is signal to someone which represents threat, that make someone cautious in choosing any movement. One of situation that can make someone, especially student, feeling anxiety is national exam. This anxiety feeling can appear when in preparation, and/or as the exam start, in impact someone can get difficultness when they are trying to solve national exam. Statistics from Ministry of Education show that 2.335 didn’t pass the junior high school national exam in 2014.

Aims : To analyze the effect of listening Al-Quran or murottal along with read the translation in bahasa in level of anxiouxity in 3rd grade junior high school students of Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta when they are prepared before national exam.

Methods : Experimental method in pre-test and post-test called TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). This research implemented in 65 junior high school students MTs Mu’allimat Muhamadiyah Yogyakarta whose separate in two groups, 33 students for intervention group and 32 students for control group. In intervention group, students listened Al-Quran surah Ar-Rahman along with read meaning of verses for 14 days, while in control group not be given any intervention

Result : There is significant decreasing in average level of anxiety in pre-test and post-test intervention group with scale 0,028 (>0,05). While in control group it has significant increasing with value 0,000 (<0,05).

Conclusion : Listening to Al-Quran along with read meaning of verses has positive effect decreasing level of anxiety for junior high school students when facing national exam.

Keywords : Anxiety, Murottal, Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS), National Exam.


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sekolah Menengah Pertama atau SMP merupakan jenjang pendidikan tingkat menengah yang ditempuh oleh remaja kisaran usia 12 hingga 15 tahun. Dilihat dari segi usianya, siswa-siswi SMP merupakan remaja pada masa transisi atau peralihan, dimana masa ini merupakan suatu masa yang rentan terhadap kecemasan, baik kecemasan yang dipicu oleh perubahan hormonal dalam tubuh individu tersebut, maupun kecemasan yang distimulasi oleh lingkungan sekitar dan orang lain yang dapat menimbulkan perasaan gelisah dan ketakutan. (Wandi, 2013)

Nurul Hidayah (2010) dalam penelitiannya menyampaikan bahwa salah satu bentuk kecemasan yang paling sering dialami oleh siswa adalah kecemasan menghadapi ujian, padahal proses belajar mengajar tidak dapat terlepas dari ujian sebagai bahan evaluasi. Salah satu ujian yang paling berpengaruh bagi siswa adalah Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagai syarat kelulusan siswa tersebut dalam suatu jenjang pendidikan. (Muslim, 2008)

Ujian Nasional menurut Syawal Gultom (2012: 5) merupakan sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Selain itu, Ujian Nasional merupakan sarana untuk memetakan mutu berbagai tingkat pendidikan satu daerah dengan daerah lain. Menurut Tilaar (2006), Ujian Nasional adalah upaya pemerintah untuk mengevaluasi tingkat pendidikan


(19)

secara nasional dengan menetapkan standardisasi nasional pendidikan. Hasil dari Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Negara digunakan sebagai pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional.

Dilansir dari informasi Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diakses dari koran elektronik Tempo.co

https://nasional.tempo.co/read/news/2014/06/13/079584782/ujian-smp-mts-2-335-siswa-tak-lulus disampaikan bahwasannya pada Ujian Nasional SMP

tahun 2014 didapati sebanyak 2.335 orang siswa tidak lulus UN. Angka ini merupakan 0,06% dari seluruh peserta ujian sebanyak 3.773.372 orang. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2013 dijelaskan bahwa seorang siswa dinyatakan lulus UN apabila memenuhi kriteria Nilai Akhir untuk setiap mata pelajaran UN minimal 4,0 (empat koma nol), dengan rata-rata nilai akhir untuk semua mata pelajaran paling rendah 5,5 (lima koma lima).

Dikutip dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 Pasal 4, dijelaskan bahwa Nilai Akhir merupakan nilai gabungan dari 50% atau 70% nilai sekolah ditambah 50% atau 30% nilai UN murni . Dengan persentase ini, sebenarnya memudahkan siswa untuk menyelesaikan jenjang pendidikannya dengan nilai yang memuaskan karena nilai UN murni tidak lagi menjadi satu-satunya penentu kelulusan. Ismatun (2015) menyampaikan bahwa meskipun saat ini Ujian Nasional bukan menjadi satu-satunya penentu kelulusan, Ujian Nasional


(20)

masih menimbulkan ketakutan baik bagi siswa maupun bagi pihak sekolah. Ismatun juga menyebutkan bahwa kecemasan yang dialami siswa biasanya merupakan kecemasan apabila tidak lulus Ujian Nasional, sedangkan pihak sekolah pada umunya merasa takut apabila ketidak lulusan siswa akan berpengaruh pada akreditasi sekolah tersebut.

Dalam uraiannya, Kaplan dan Sadock (1997) menyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan atau memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Perasaan kecemasan sering ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan.

Kecemasan pada siswa yang akan menempuh ujian nasional dapat disebabkan berbagai hal, diantaranya ketakutan tidak lulus, dan ketakutan tidak diterima di jenjang pendidikan selanjutnya apabila nilai ujian yang diperoleh rendah. Kecemasan yang timbul mengakibatkan berbagai dampak bagi siswa, diantaranya depresi, insomnia atau gangguan tidur, bahkan fobia atau ketakutan yang berlebihan terhadap Ujian Nasional. (Irmayanti, 2009)

Selain kedua faktor di atas, adanya pengaruh lingkungan dan keluarga seringkali memengaruhi kondisi psikis siswa dalam menghadapi ujian. Pada siswa yang kebetulan tinggal secara terpisah dari keluarga atau tinggal di asarama, cenderung memiliki kerentanan mengalami gangguan kecemasan yang cukup tinggi. Sistem pendidikan dengan pola berasrama mengharuskan


(21)

peserta didiknya tinggal terpisah dengan orang tua dan kesehariannya disibukkan dengan mengikuti berbagai kegiatan pendidikan pada sore dan malam hari, setelah sebelumnya mengikuti kegiatan pendidikan formal di sekolah pada pagi hari, seperti kegiatan pengkajian Al-Qur’an, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pembinaan kedisiplinan, dan lain sebagainya. Padatnya kegiatan harian pada siswi berasarama inilah yang seringkali menjadi pemicu timbulnya kecemasan dalam menghadapi ujian. Biasanya kecemasan ini timbul karena kurangnya waktu belajar mandiri, maupun terbatasnya kesempatan untuk berinteraksi dengan orangtua. (Ismatun, 2015)

Kecemasan pada siswa-siswi menjelang ujian sebenarnya merupakan suatu respon yang normal, tergantung bagaimana individu tersebut mengelola kecemasan yang dialaminya. Misalnya mengatasi kecemasan dengan meningkatkan porsi belajar dengan mengikuti bimbingan belajar, melakukan diskusi kelompok, atau me-refresh pikiran dengan liburan dan bermain. (Kaplan,Sadock, 1997)

Hawari (2011) menyampaikan bahwa penanganan masalah kecemasan saat ini telah banyak dikembangkan melalui berbagai penelitian, salah satunya berupa pendekatan pada aspek spiritual atau biasa disebut psikoreligius. Psikoreligius merupakan psikoterapi spiritual yang lebih efektif daripada psikoterapi psikologi lainnya, karena dalam psikoreligius terkandung unsur religi yang dapat membangkitkan harapan, percaya diri, serta keimanan yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada orang sakit sehingga mempercepat terjadinya proses penyembuhan (Novianti,2012).


(22)

Jenis psikoreligius yang dimaksud antara lain adalah sholat, doa, dzkir, dan ayat Al-Qur’an baik yang didengarkan atapun dibaca. Hawari (2011) menyatakan perkembangan terapi di dunia kedokteran sudah berkembang ke arah pendekatan keagamaan (psikoreligius), dimana terdapat hubungan erat antara tingkat keimanan seseorang dengan kekebalan dan daya tahan tubuhnya dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial. Organisasi kesehatan sedunia (WHO) pada tahun 1984 telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan yaitu fisik, psikis, sosial dan spiritual. Pendekatan ini telah diadopsi oleh psikiater Amerika Serikat (The American Psychiatric Association, 1992)

yang dikenal dengan pendekatan “bio-psycho-sociospiritual”.

Eksperimen oleh Ahmad Al-Qadhi di Klinik Akbar di Kota Florida, Amerika Serikat, yang dikutip oleh Malik Badri (2001) membuktikan bahwa dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seorang muslim baik yang mengerti bahasa Arab maupun tidak, dapat merasakan perubahan psikologis yang besar seperti penurunan depresi, kesedihan, kecemasan, bahkan dapat memperoleh ketenangan dan menolak berbagai macam penyakit.

Seperti tercantum dalam QS.Ar-Ra’d ayat 28 :

بﻮ ْ ا ْﻄ ﷲ ﺮْ ﺬ أ ۗ ﷲ ﺮْ ﺬ ْ ﮭ ﻮ ْﻄ و اﻮ آ ﺬ ا

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati


(23)

Al-Kaheel (2010) berpendapat bahwa obat yang paling baik bagi seluruh penyakit adalah Al-Qur’an, dimana bacaan ayat Al-Qur’an yang merdu mempunyai gelombang yang sama dengan musik Mozart, sehingga dapat memberikan efek relaksasi bagi tubuh. Gusmiran (2005) mengungkapkan bahwasannya meskipun bacaan Al-Qur’an atau murottal memiliki gelombang yang sama dengan musik klasik Mozart, mendengarkan murottal dapat memengaruhi kecerdasan emosi (Emotional Question), kecerdasan intelektual (Intelectual Question), dan kecerdasan spiritual (Spiritual Question). Gusmiran mengungkapkan bahwa mendengarkan murotta berbeda dengan mendengarkan musik klasik Mozart yang hanya memengaruhi kecerdasan emosi (Emotional Question) dan kecerdasan intelektual (Intelectual Question), sedangkan hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa mendengarkan musik klasik Mozart dapat memengaruhi aspek kecerdasan spiritual (Spiritual Question). Hal ini menunjukkan bahwa mendengarkan Al-Qur’an (murottal) sebagai salah satu aspek psikoreligius dapat memberikan dampak positif pada kondisi fisik maupun mental seseorang.

Berdasarkan gambaran mengenai tingkat kecemasan pada siswa kelas III SMP menjelang Ujian Nasional serta efektivitas psikoreligius dalam menangani kecemasan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna membuktikan adakah pengaruh memperdengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya terhadap tingkat kecemasan siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam menempuh Ujian Nasional.


(24)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap tingkat kecemasan siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam menghadapi Ujian Nasional? C. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adakah pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap tingkat kecemasan siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam menghadapi Ujian Nasional.

D. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat kecemasan pada siswi kelas III Madarasah Muu’allimaat sebelum menempuh Ujian Nasional.

2. Mengetahui adakah perbedaan tingkat kecemasan pada saat pretest dan

post test.

3. Mengetahui kebermaknaan dari penurunan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol dan intervensi.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah kajian dan pengembangan ilmu kedokteran Islam dan ilmu kedokteran jiwa, khususnya mengenai pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur’an


(25)

(murottal) dan membaca terjemahnya dalam menangani masalah kecemasan pada siswa menjelang ujian.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti mampu meningkatkan pemahaman mengenai terapi yang dapat diimplementasikan dalam menangani kecemasan pada siswa menjelang ujian, serta dapat dijadikan sebagai acuan dan masukan bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan judul. b. Bagi Siswi

Metode ini dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan pada siswi menjelang ujian nasional, sehingga siswi dapat melaksanakan ujian nasional dalam keadaan tenang.

c. Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai pilihan metode untuk mengurangi kecemasan pada pelajar akibat ketegangan dalam menghadapi Ujian Nasional.

d. Bagi Orang Tua

Dapat digunakan oleh masayarakat pada umumnya, terutama bagi orang tua, sebagai pilihan terapi dalam menangani kecemasan putra-putrinya ketika menghadapi ujian.

F. Keaslian Penelitian

Sebatas pengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang membahas mengenai pengaruh mendengarkan murottal sambil membaca


(26)

terjemahnya terhadap tingkat kecemasan pada siswa kelas III SMP dalam menhadapi Ujian Nasional, namun terdapat beberapa penelitian yang terkait, diantaranya :

1. Novianti (2012) dengan judul penelitian Efektivitas Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an (Murottal) terhadap Skor Kecemasan pada Lansia di Shelter Dongkelsari Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta, dengan menggunakan metode penelitian Quasy Eksperimen dengan pendekatan pre post test with control group. Dari penelitian ini diperoleh hasil pada kelompok intervensi dengan rerata skor kecemasan saat pre test 20,1053, sedangkan saat post test menjadi 15,5263 dengan nilai signifikansi 0,0005 (p<0.05), dengan kesimpulan bahwa mendengarkan murottal efektif terhadap penurunan skor kecemasan pada kelompok intervensi. Hal yang berbeda terjadi pada kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan, di mana rerata skor kecemasan saat pre test sebanyak 16,3333 kemudia saat post test

menjadi 18,2222 dengan nilai signifikansi 0,185, yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara skor kecemasan pre test dan

post test pada kelompok kontrol. Perbedaan dengan penelitian ini terkait dengan responden yang menjadi subjek penelitian, dimana pada penelitian yang akan peneliti lakukan, subjek yang diteliti adalah siswi MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Wandi (2013) dengan judul penelitian Efektivitas Latihan Relaksasi (Relaxation Exercise) terhadap Tingkat Kecemasan (Anxiety Level)


(27)

Siswa Kelas III SMP Menjelang Ujian Nasional (UN). Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah Senggotan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode Quasi experimental design dengan rancangan one group pretest – post test design. Melalui metode ini diperoleh informasi jumlah siswa dengan kecemasan sedang sebelum pemberian relaksasi sebanyak 30 orang (35,3%) dan setelah relaksasi sebanyak 47 orang (55,3%), sedangkan siswa dengan kecemasan tinggi sebelum pemberian terapi sebanyak 55 orang (64,7%), angka ini menurun pasca pemberian terapi relaksasi yaitu 38 orang (44,7%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi relaksasi terhadap penurunan skor kecemasan siswa kelas 3 SMP menjelang Ujian Nasional. Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel bebas yang digunakan, serta responden yang terlibat dalam penelitian.

3. Ismatun Khasanah (2015) dengan penelitiannya tentang Pengaruh Melakukan Dzikir Asmaul Husna terhadap Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional Anak Panti Asuhan Darussalam Mranggen Demak. Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Darussalam Mranggen Demak dengan pemberian intervensi berupa dzikir Asmaul Husna menggunakan metode penelitian Eksperimen. Pada penelitian ini diketahui bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil tes sebelum dan sesudah pemberian intervensi, dimana pada pretest kelompok intervensi diperoleh kecemasan sebesar 53,71


(28)

dengan post test sebesar 39,82 dengan signifikansi 0,101 (>0,05). Hal sebaliknya terjadi pada kelompok kontrol dimana hasil pretest 53,00 dan post test 53,65. Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi berupa Dzikir Asmaul Husna dapat menurunkan kecemasan pada anak Panti Asuhan Darussalam Mranggen Demak dalam menghadapi Ujian Nasional. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada subjek penelitian serta jenis intervensi yang diberikan.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka

1. Ujian Nasional a. Definisi

Dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2015 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Nasional Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional, menyebutkan bahwa Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran tertentu.

b. Tujuan Ujian Nasional

Dalam peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2015 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Nasional Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional disebutkan bahwa hasil Ujian Nasional digunakan sebagai pertimbangan untuk :

1. Memetakan mutu program dan atau satuan pendidikan.

2. Untuk pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya. 3. Sebagai pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan

kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.


(30)

c. Standar Kelulusan

Dalam peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2015 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Nasional Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional menyatakan:

1. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah: a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan c. lulus Ujian S/ M/ PK.

2. Kelulusan peserta didik dari Ujian S/M sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh satuan pendidikan.

3. Kelulusan peserta didik dari Ujian PK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi.

4. Kelulusan peserta didik ditetapkan setelah satuan pendidikan menerima hasil UN peserta didik yang bersangkutan.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dikutip dari Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 Pasal 4 bahwa nilai akhir Ujian Nasional merupakan penjumlahan dari rata-rata nilai rapor dengan bobot 50% (lima puluh persen) sampai dengan 70% (tujuh puluh persen) ditambah dengan nilai Ujian Nasional murni dengan bobot 30% (tiga puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen), hingga diperoleh nilai akhir 100%.


(31)

Dicantumkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 Pasal 6, bahwasannya seorang siswa dinyatakan lulus Ujian Nasional apabila memenuhi kriteria Nilai Akhir setiap mata pelajaran UN minimal 4,0 (empat koma nol), dengan rata-rata nilai akhir untuk semua mata pelajaran paling rendah 5,5 (lima koma lima).

2. Kecemasan a. Definisi

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Kecemasan membuat individu merasa tidak nyaman, takut atau mungkin memilki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Corner 1992, dalam Videbeck, 2008).

Kaplan dan Sadock (1997) menyatakan bahwa kecemasan sering dialami oleh hampir setiap manusia. Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan atau memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Perasaan kecemasan sering ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan. Nugroho (2000, dalam Maryam, dkk 2008) mendifinisikan kecemasan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas, yang merupakan reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa penjelasan diatas bahwasannya kecemasan


(32)

merupakan suatu perasaan yang tidak nyaman dikarenakan adanya suatu objek yang tidak spesifik dan sering ditandai dengan gejala otonomik seperti palpitasi, gelisah, pusing, sakit kepala serta perasaan tidak nyaman.

b. Teori Kecemasan

Suliswati dkk, (2005) mengembangkan beberapa teori untuk menjelaskan kecemasan, diantaranya :

1) Teori Psikoanalitik

Menurut Freud kecemasan timbul akibat reaksi psikologis individu terhadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual. Energi seksual yang tidak terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas.

2) Teori Interpersonal

Kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan lingkungan. Adanya trauma seperti perpisahan atau kehilangan sesuatu maupun seseorang yang dianggap penting dapat menyebabkan kecemasan pada individu.

3) Teori Perilaku

Teori ini menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam mencapai tujuan yang diinginkannya seperti memperoleh pekerjaan, berkeluarga, dan kesuksesan dalam sekolah. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan, dimana individu tersebut harus memilih diantara salah satu pilihan. Konflik menimbulkan


(33)

kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap konflik dengan timbulnya perasaan tidak berdaya.

4) Teori Keluarga

Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada setiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifat yang bermacam-macam.

5) Teori Biologik

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin. Reseptor tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas neurotransmiter GABA (gamma amino butyric acid) yang mengontrol aktivitas neuron di otak dan bertanggungjawab menghasilkan kecemasan. Teori ini menjelaskan bahwa individu yang sering mengalami kecemasan mempunyai masalah dengan proses neurotransmiter ini.

c. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2006) tingkat kecemasan dibedakan menjadi 4, yaitu :

1) Kecemasan ringan. Berkaitan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada.. 2) Kecemasan sedang. Memungkinkan seseorang untuk memusatkan

perhatian pada hal penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.


(34)

3) Kecemasan berat. Pada kondisi ini seseorang cenderung memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat memikirkan hal yang lain.

4) Panik. Menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan yang berlangsung terus-menerus akan menyebabkan kelelahan bahkan kematian.

d. Respon Tubuh terhadap Kecemasan

Ketika dihadapkan dengan sebuah stressor yang dapat memicu kecemasan, secara otomatis tubuh akan menghasilkan respon, baik fisiologis maupun psikologis, seperti dijelaskan oleh Videbeck (2008) bahwa respon sistem saraf otonom terhadap kecemasan menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam sistem pertahanan diri, dimana serabut saraf simpatis akan mengaktifkan tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh. Kelenjar tubuh melepaskan adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan tubuh mengambil banyak oksigen, mendilatasi pupil, meningkatkan tekanan arteri, frekuensi jantung dan mengakibatkan vasokonstriksi darah perifer, serta meningkatkan proses glikogenolisis menjadi glukosa bebas untuk menyokong jantung, otot dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf parasimpatik mengembalikan tubuh ke kondisi normal, sampai tanda ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respon simpatis, dan begitu seterusnya.


(35)

Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi, kecemasan merupakan salah satu stressor yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh melalui aksi yang diperantarai oleh HPA-axis (Hipotalamus, Pituitari, dan Adrenal). Stress akan merangsang hipotalamus untuk memproduksi CRF (Corticotropin Releasing Factor), yang selanjutnya akan merangsang kelenjar pitutari anterior untuk meningkatkan produksi ACTH (Adeno Corticotropin Hormon)

(Guyton & Hall, 1996). Selanjutnya hormon ACTH inilah yang akan merangsang kortex adrenal untuk meningkatkan produksi kortisol, dan akan menekan sistem imun tubuh (Ader, 1996)

Kecemasan menyebabkan respon kognitif, psikomotor dan fisiologis yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktivitas motorik, agitasi dan peningkatan tanda-tanda vital. Untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, umumnya individu mencoba melakukan perilaku adaptif atau mekanisme pertahanan. Perilaku adaptif dapat menjadi hal yang positif dan membantu individu untuk baradaptasi. (Videbeck, 2008)

e. Terapi

Beberapa terapi telah diberikan untuk mengatasi kecemasan, diantaranya :

1) Terapi psikofarmaka

Pemberian obat psikofarmaka masih merupakan intervensi utama dalam mengatasi kecamasan baik pada orang dewasa maupun lansia. Golongan obat yang masih menjadi intevensi utama dalam penanggulangan kecemasan adalah benzodiazepin. Akan tetapi obat ini memiliki efek samping


(36)

yang merugikan berupa ketergantungan, sehingga ketika konsumsi obat dihentikan, akan menimbulkan kecemasan bagi pemakainya (Katzung, 2006). Hawari (2011) mengemukakan, meskipun saat ini telah banyak ditemukan sejumlah obat yang lebih efektif, namun sejauh ini belum ada satupun obat yang ideal dalam mengatasi kecemasan.

2) Cognitive Behavioural Theraphy (CBT)

CBT merupakan terapi yang terstruktur untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mengontrol serta memodifikasi pikiran negatif dan penyimpangan dalam berpikir dengan strategi mengubah pola pikir, berbicara tentang hal yang positif, serta pelatihan keterampilan sosial (Mellilo & Houde, 2005). Tujuan dari CBT adalah mengubah keyakinan yang tidak rasional, kesalahan penalaran dan pernyataan negatif yang dimiliki oleh seseorang.

3) Starategi Psikoedukasional

Pendekatan terapi ini biasanya digunakan pada kelompok lansia yang tidak mengenal konsep psikologis serta cenderung mengeluhkan gejala somatik dan menyatakan bahwa yang mereka alami adalah masalah fisik bukan mental. Terapi ini menekankan pada peningkatan pemahaman terhadap masalah yang sebenarnya dihadapi, dengan cara pemberian edukasi mengenai gejala dan manajemen dari kondisi yang dialaminya, yang merupakan komponen dalam manajemen kecemasan. (Melillo & Houde, 2005).

4) Psikoterapi

Psikoterapi sering disebut sebagai terapi kejiwaan (psikologik). Psikoterapi terdiri dari berbagai jenis, diantaranya psikoterapi suportif,


(37)

psikoterapi re-edukatif, psikoterapi re-konstruktif, psikoterapi kognitif, psikoterapi psiko-dinamik, psikoterapi keluarga dan psiokoterapi perilaku. Tujuan dari psikoterapi ini adalah untuk memperkuat kepribadian seseorang, meningkatkan percaya diri, ketahanan, dan kekebalan fisik maupun mental, serta kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan menyelesaikan stresor psikososial yang dihadapinya (Hawari, 2011).

5) Terapi Psikoreligius

Hawari (2011) mengemukakan bahwa terapi di dunia kedokteran sudah berkembang ke arah pendekatan keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang dilakukan, ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan tubuh dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial. Organisasi kesehatan sedunia (WHO, 1984) telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan yaitu fisik, psikis, sosial dan spiritual. Pendekatan ini telah diadopsi oleh psikiater Amerika Serikat (The American Psychiatric Association,1992) yang dikenal dengan pendekatan “bio-psycho-sociospiritual.”

Novianti (2012) melakukan studi penelitian pada lansia untuk mengetahui adakah pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur’an (murottal) terhadap skor kecemasan pada lansia, dimana diperoleh hasil bahwa pemberian murottal dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan skor kecemasan lansia yang diuji dengan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A).


(38)

Survei yang dilakukan oleh majalah TIME dan CNN (1996) dan Weekend (1996) menyatakan bahwa lebih dari 70% pasien percaya bahwa keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berdoa, dan berdzikir dapat membantu proses penyembuhnan penyakit. Sementara itu, lebih dari 64% pasien menyatakan bahwa dokter hendaknya memberikanterapi psikoreligius, doa, dan dzikir. Survei ini menunjukkan bahwa pasien membutuhkan terapi keagamaan selain terapi medik. Salah satu terapi psikoreligius yang dibahas pada penelitian ini adalah mendengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya.

3. Kecemasan Ujian Nasional a Definisi

Menurut Lewis (Larinta, 2006) kecemasan menghadapi ujian merupakan suatu pengalaman buruk dan kurang menyenangkan yang dialami oleh individu baik saat persiapan ujian, menjelang, maupun selama pelaksanaan ujian. Kecemasan yang dialami oleh seseorang dalam menghadapi ujian menyebabkan seseorang tersebut mengalami hambatan dalam memproses informasi serta kesulitan dalam menemukan penyelesaian dari masalah ataupun ujian yang tengah dihadapinya.

Casbarro (2005) mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud kecemasan menghadapi ujian adalah kondisi psikologis dan fisiologis tidak menyenangkan yang dialami oleh siswa yang ditandai dengan munculnya pikiran, perasaan, dan perilaku motorik tidak terkendali, yang memicu timbulnya kecemasan dalam menghadapi ujian. Kecemasan yang muncul saat


(39)

menghadapi ujian berdampak pada kesulitan untuk berkonsentrasi, bingung memilih jawaban, mental blocking, khawatir, perasaan takut dan gelisah, hingga gemetar saat menghadapi ujian.

b Dampak Kecemasan Menghadapi Ujian

Kecemasan dalam menhadapi ujian merupakan salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi psikologis seseorang, seperti gangguan dalam berkonsentrasi, mengingat, perasaan takut gagal, serta gangguan dalam pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Selain berdampak pada fungsi psikologis, kecemasan dapat termanifestasi pada gangguan fisik atau somatik seperti gangguan pencernaan, sering buang air, gangguan jantung, sesak dada, gemetaran, hingga pingsan. (Sudrajat, 2008)

Ketidakmampuan siswa mengendalikan kecemasan dalam menghadapi ujian terkadang membuat siswa membayangkan tingkat kesulitan soal ujian yang sangat tinggi, sehingga ketika ujian mereka tidak mampu menjawab soal-soal ujian tersebut bahkan soal termudah yang sebenarnya telah mereka kuasai sekalipun. (Hasan, 2007)

Tingkat kecemasan individu tergantung pada situasi, beratnya impuls yang datang, serta kemampuan individu untuk mengendalikan diri. Proses terbentuknya kecemasan dalam menghadapi ujian diawali dengan adanya stimulus berupa mindset, bayangan berupa ancaman atau bahaya yang muncul saat mengahadapi ujian, sehingga memicu kecemasan dan menyebabkan pikiran siswa dipenuhi dengan hal-hal yang menakutkan dan mencemaskan.


(40)

Pada akhirnya, apabila seorang siswa tidak dapat mengendalikan kecemasan yang dialaminya dalam menghadapi ujian, sangat mungkin ia akan mengalami kesulitan serta gangguan baik psikologis maupun somatik selama proses persiapan, menjelang, hingga ketika menghadapi ujian. (Stuart & Sundeen, 1998)

4. Bacaan Al-Qur’an dan Terjemahnya a. Definisi

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata qoroa-yaqrou-qur'an yang berarti bacaan sempurna, sedangkan secara istilah Al-Qur’an disebut sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, sebagai pedoman dalam mendakwahkan kerasulannya, juga sebagai pedoman hidup bagi manusia yang dapat dipergunakan untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, serta sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (Mukhtar Yahya,1986: 31).

Sedangkan murottal, Atmaja (2006) mendefisikannya sebagai rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang Qori’ atau pembaca Al-Qur’an.

b. Manfaat Al-Qur’an

Terdapat ayat dalam Al-Quran yang menejelaskan mengenai pengaruh yang timbul saat seseorang mendengarkan Al-Qur’an, salah satunya seperti dicantumkan dalam QS : Al-Anfal ayat 2 (As-Syuyuti, 2006).

ﺈ ﻮ ﻮ ْ ﮭ ر ٰﻰ و ﺎ ﺎ ْﮭْ داز ﮫ ﺎ آ ْ ﮭْ ْ اذإو ْ ﮭ ﻮ ْ و ﷲ ﺮ ذ اذإ ﺬ ا نﻮ ْﺆ ْ ا ﺎ إ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila


(41)

ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada

Tuhanlah mereka bertawakal.”

Ketika seseorang mendengarkan Al-Qur’an maka mata, telinga dan otak akan memproses ayat tersebut sehingga mudah dihayati, daifahami, dan disimpan dalam memori otak. Ketika seseorang mendengarkan murottal Ar-Rahman, sinyal tersebut akan ditangkap oleh daun telingan dan dilanjutkan ke talamus (batang otak). Pada seseorang yang mengerti makna dari apa yang didengarnya, maka impuls akan diteruskan masuk ke area auditorik primer dan sekunder, untuk kemudian diinterpretasikan maknanya oleh area wernicke (Mustamir, 2009). Pada proses ini alangkah baiknya apabila seseorang yang medengarkan Al-Qur’an atau murottal juga mengetahui makna dari apa yang didengarnya, sehingga ia akan mampu mencerna makna dari apa yang didengarnya, dan menyimpannya ke dalam memori. Memahami ayat Al-Qur’an dapat dilakukan dengan membaca terjemah dari ayat tersebut sehingga mempermudah dalam memaknai maksud dari ayat yang tengah didengar. Selain itu, Mustamir (2009) juga menyebutkan bahwa dengan memahami makna dari sesuatu yang kita didengar, akan mempermudah proses penyimpanan memori dalam otak.

Anwar (2010) menjelaskan bahwa Al-Qur’an mengandung beberapa aspek yang bermanfaat serta berpengaruh bagi kesehatan, diantaranya :

1) Mengandung unsur meditasi

Al-Qur’an memiliki unsur meditasi sehingga sering disebut sebagai


(42)

petunjuk yang dapat mengantar manusia kepada kesehatan jasmani dan ruhani, sehingga dengan kesehatan itu manusia mampu menjalankan ketaatannya kepada Allah SWT. Kesembuhan yang ditawarkan Al-Qur’an tidak bisa didapatkan secara instan, namun harus melalui 3 aspek utama dalam mengimani Al-Qur’an, yaitu sebagai kitab yang dapat dilihat, dibaca, dan didengar.

Dengan membaca Al-Qur’an energi dalam tubuh menjadi lebih aktif dan menimbulkan ketenangan yang dapat membantu proses terwujudnya kesehatan dalam tubuh. Seperti dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-Fusilat ayat 44.

ءﺎ و ىﺪھ اﻮ آ ﺬ ﻮھ ْ

Artinya : “…Katakanlah: Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi

orang-orang mukmin…”

2) Mengandung unsur autosugesti

Dari segi kejiwaan, unsur sugesti yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan suatu ungkapan baik atau disebut juga dengan istilah ahsanu al-hadits yang mampu memberikan efek sugesti positif bagi pendengar maupun pembacanya, sehingga dapat menimbulkan perasaan tenang dan tenteram. Perasaan inilah yang dapat membantu proses pemulihan pada seseorang yang sedang mengalami gangguan kesehatan.

3) Mengandung unsur relaksasi

Unsur relaksasi yang terdapat dalam Al-Qur’an terdapat pada tanda waqaf (tanda berhenti). Tanda ini menginsyaratkan seseorang harus


(43)

menghentikan bacaannya. Pada setiap proses memulai bacaan kembali, membuat seseorang melakukan penarikan napas yang dilakukan secara teratur pada setiap tanda waqaf. Kegiatan inilah yang membuat kondisi tubuh berada dalam keadaan rileks.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah bahwasannya Al-Qur’an merupakan penyembuh bagi semua bentuk penyakit baik penyakit jiwa maupun penyakit fisik. Hal ini tercantum dalam Firman Allah sebagai berikut :

ارﺎﺴﺧ ﱠﻻإ ﺎﱠﻈ ا ﺪ ﺰ ﻻو ۙ ْﺆ ْ ﺔ ْﺣرو ءﺎﻔﺷ ﻮھ ﺎ نآْﺮﻘْ ا لﱢﺰ و

Artinya : “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar

dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah

menambah kepada orang-orang yang zalim, selain kerugian.” (Qs.

Al-Isra’:82)

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Al-Qur’an memiliki pengaruh besar dalam proses penyembuhan terhadap penyakit fisik maupun psikis, teori psikoneuroendokrinologi kembali menjelaskan secara lebih rinci bahwa kondisi kejiwaan seseorang akan memengaruhi fungsi kelenjar endokrin serta meningkatkan kerja syaraf simpatis. Dalam kondisi cemas atau stress, tubuh akan memicu kelenjar endokrin seperti adrenal, tiroid, dan pituitari untuk melepaskan hormonnya masing-masing ke dalam aliran darah sebagai upaya kompensasi terhadap kondisi tubuh. Akibatnya sistem syaraf otonom akan mengaktifkan kelenjar endokrin yang memengaruhi kerja hormon epinefrin atau dikenal juga sebagai adrenalin yang berfungsi


(44)

memberikan tenaga bagi individu. Adanya peningkatan hormon adrenalin dan noradrenalin atau epinefrin ini dapat menimbulkan disregulasi biokimia dalam tubuh sehingga memunculkan ketegangan fisik pada seseorang yang mengalami kecemasan atau stress (Wulandari, 2006).

Jiwa yang sehat adalah jiwa yang tenang, optimistis, dan bahagia. Seperti yang telah dijelaskan oleh Anwar (2010) bahwa mendengarkan dan maupun membaca Al-Qur’an dapat memberikan efek ketenangan dalam tubuh sebagai adanya unsur meditasi, autosugesti dan relaksasi. Rasa tenang ini selanjutnya akan memberikan respon emosi positif yang sangat berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif. Persepsi positif selanjutnya ditransmisikan dalam sisitem limbik dan korteks serebral dengan tingkat konektifitas yang kompleks antara batang otak - hipotalamus – korteks prefrontal kanan dan kiri - hipokampus – dan berkahir pada amygdala yang merupakan pusat emosi. Transmisi ini menyebabkan terjadinya keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter seperti GABA (Gamma Amiono Butiric Acid) dan antagonis GABA oleh hipokampus dan amygdala. Persepsi positif yang diterima dalam sistem limbik akan menyebabkan amygdala mengaktifkan reaksi saraf otonom. Rangsangan saraf otonom yang terkendali akan menyebabkan sekresi epinefrin dan norepinefrin dari medulla adrenal menjadi terkendali. Terkendalinya hormon epinefrin dan norepinefrin akan menghambat pembentukan angiotensin yang selanjutnya dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi manifestasi gangguan kecemasan (Arif, 2007).


(45)

c. Surat Ar-Rahman dan Kandungannya

Surat Ar-Rahman merupakan surat ke 55 dalam Al-Qur’an, terdiri dari 78 ayat. Surat ini termasuk dalam golongan surat Makkiyah atau diturunkan di Makkah. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa surat ini dinamai Ar-Rahman yang artinya Yang Maha Pemurah, diambil dari kata Ar-Ar-Rahman pada ayat pertama surat ini. Sebagian besar ayat ini menjelaskan mengenai kemurahan Allah terhadap makhluk-Nya dengan memberikan kenikmatan yang besar baik di dunia maupun di akherat bagi orang yang beriman dan ancaman siksa neraka bagi orang yang berdosa.

Ar-Rifa’I (2000) dalam bukunya mengutip penjelasan Tafsir Ibnu Katsir mengenai pokok-pokok isi QS. Ar-Rahman, diantaranya :

1) Keimanan

Dalam surat ini dijelaskan bahwasannya Allah mencipkana alam semesta beserta isinya dengan sempurna untuk manusia, sehingga sudah sepantasnya manusia mensyukuri kenikmatan tersebut. Dijelaskan pula dalam ayat 29 dan 31 bahwa Allah selalu memperhatikan makhluknya setiap saat, serta senantiasa mendengar permohonan atau doa dari hamba-Nya, namun kebanyakan dari manusia tidak menyadari dan tidak mensyukuri kenikmatan-kenikmatan tersebut.

2) Hukum

Dijelaskan dalam ayat 7-9 bahwasannya manusia diwajibkan untuk menjaga keseimbangan, menakar dan menimbnag dengan adil, sehingga ayat ini seringkali digunakan oleh dokter Muslim untuk menerapkan prinsip hidup


(46)

sehat dalam Islam. Keseimbangan dalam ayat ini dapat bermakna luas dalam segala aspek kehidupan baik dunia maupun akherat, termasuk keseimbangan dalam hal kesehatan.

Dikaitkan dengan penelitian ini, alangkah baiknya ketika seseorang yang sedang mengalami masalah atau kesulitan, mampu memanejemen dirinya sehingga tercipta keseimbangan jasmani, rohani, maupun psikis, dalam hal ini kecemasan, serta senantiasa mensyukuri dan meyakini bahwa Allah selalu melimpahkan nikmat-Nya dan memperhatikan makhluk-Nya yang mau berdoa.

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


(47)

D. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap tingkat kecemasan siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menjelang Ujian Nasional pada kelompok intervensi yang dibandingkan dengan kelompok kontrol.

H1 : Adanya pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap tingkat kecemasan siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam menempuh Ujian Nasional pada kelompok intervensi yang dibandingkan dengan kelompok kontrol.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Eksperiment dengan pendekatan

pre test post test with control group. Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimen (Nursalam, 2008). Pola perancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(Intervensi)

Membaca Al-Qur’an seperti biasa + Mendengarkan murottal Ar-Rahman dan membaca terjemahnya

(Kontrol)

Membaca Al-Qur’an seperti biasa Gambar 3. Desain Penelitian B. Populasi dan Sampel

1. Populasi merupakan keseluruhan subjek maupun objek yang memenuhi kriteria penelitian yang ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 187 orang. 2. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu,

sehingga dianggap cukup mewakili seluruh populasi (Sastroasmoro & A

(Pre-test)

A (Post-test)

B (Post-test) B

(Pre-test)


(49)

Ismael, 2006). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane (Imron, 2014) sebagai berikut :

n n n

Keterangan :

n : Perkiraan jumlah sampel N : Perkiraan jumlah populasi

d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,1)

Jumlah keseluruhan sampel 65 orang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 33 siswi untuk kelompok intervensi dan 32 siswa untuk kelompok kontrol. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode

rundomize sampling, dimana sampel ditetapkan dengan cara memilih sampel secara acak diantara populasi yang ada, sesuai dengan tujuan serta masalah yang dikaji dalam penelitian, seperti digambarkan dalam kriteria inklusi dan eksklusi. (Nursalam, 2008).

a. Kriteria inklusi, yaitu karakteristik umum subek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Dalam penetapan kriteria inklusi, harus disertai pertimbangan dari segi ilmiah (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adlaha :

1) Responden adalah siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang akan mengikuti Ujian Nasional


(50)

2) Tinggal di asrama Mu’allimaat

3) Skor kﱟcﱟmasan ≠ 0

b. Kriteria eksklusi, yaitu mengeluarkan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) Mengalami gangguan pendengaran 2) Mempunyai riwayat gangguan jiwa berat

3) Mengkonsumsi obat anti cemas selama pelaksanaan penelitian C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Asrama Maria Qibtiyah Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta selama 14 hari berturut-turut dimulai pada tanggal 24 April hingga 7 Mei 2016.

D. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas : Mendengarkan bacaan Al-Qur’an (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya

b. Variabel terikat: Tingkat kecemasan siswi kelas III dalam menempuh Ujian Nasional

E. Definisi Operasional 1. Kecemasan

Kecemasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecemasan yang dinilai dari skor kecemasan pada subjek penelitian yang diukur dengan instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang terdiri dari tanda-tanda kecemasan, keluhan subjektif, gejala somatik, gangguan konsentrasi,


(51)

dan kurang percaya diri. Perhitungan tingkat kecemasan pada penelitian ini menggunakan skala Numerik.

2. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya digunakan dalam penelitian ini sebagai intervensi yang diberikan kepada responden. Dalam penelitian ini digunakan murottal QS. Ar-Rahman yang dilantunkan oleh Sa’ad Al-Ghomidi berdurasi 8 menit 30 detik dengan menggunakan laptop dan speaker. Kegiatan ini dilakukan 1 kali sehari selama 14 hari berturut-turut, dan berakhir pada H-2 pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMP/MTs.

F. Alat dan Bahan Penelitian

1. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang digunakan untuk mengukur skor kecemasan, berisi 50 pertanyaan yang menunjukkan gejala-gejala kecemasan seperti berkeringat, gemetar, sakit kepala, cepat lelah, dan gejala lainnya. Instrumen ini diisi dengan memberi jawaban ya (benar) dan tidak (salah). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula kecemasan yang dialami oleh responden. Skor ini kemudian digolongkan menjadi 3 kelompok :

< 7 : Kecemasan rendah 7- 21 : Kecemasan Sedang > 21 : Kecemasan Tinggi 2. Bacaan Al-Qur’an


(52)

Instrumen yang digunakan dalam memperdengarkan bacaan Al-Qur’an adalah laptop dan speaker.

3. Terjemah Al-Qur’an

Dalam peneltian ini kepada responden diperdengarkan bacaan Qur’an sambil membaca terjemah QS. Ar-Rahman yang terdapat di dalam Al-Qur’an terjemah Departemen Agama Republik Indonesia (RI).

G. Jalannya Penelitian

1. Peneliti melakukan survei awal untuk mengurus perizinan serta memperoleh data jumlah populasi siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian menentukan sampel yang akan diteliti sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. 2. Peneliti menentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Taro

Yamane yang kemudian dipilih melalui metode rundomize sampling

sebanyak 65 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, 33 siswa untuk kelompok intervensi dan 32 siswi untuk kelompok kontrol.

3. Melakukan intervensi kepada kelompok eksperimen selama 14 hari dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pada hari ke 1 peneliti memberikan penjelasan teknis pelaksanaan penelitian kepada responden, serta melakukan pengukuran kecemasan dengan pengisian pre test kuisioner Taylor Manifest Anxiety Scale


(53)

b. Pemberian intervensi mulai dilakukan pada hari ke 1 setelah pengisian kuisioner pre-test dengan durasi 8 menit 30 detik selama 14 hari berturut-turut pada kelompok eksperimen.

c. Pengukuran kembali tingkat kecemasan pada hari ke-14 dengan instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS).

4. Melakukan analisis data tingkat kecemasan. H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Chen et al (2006) telah menguji validitas instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) dengan sensitivitas 90%, spesivisitas 90,4%, dan efektivitas 92,5%. Christiani (2000) dalam penelitiannya juga melakukan uji validitas pada instrumen ini dengan skor validitas 0,109 – 0,505, dengan p <0,05, dan koefisien reliabilitas = 0,881 dengan p ,001.

I. Analisis Data

Setelah dilakukan pengambilan sampel dan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data. Pengolahan data diawali dengan uji normalitas menggunakan Uji Shapiro-Wilk, didasarkan pada jumlah responden atau sampel pada penelitian ini setiap kelompoknya kurang dari 50, untuk mengetahui apakah distribusi data pada kedua kelompok normal atau tidak. Setelah diketahui bahwa distribusi data normal, selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data menggunakan uji Paired Sample t-Test dengan bantuan program komputer SPSS 16.0, dimana syarat penggunaan uji hipotesis dengan metode ini adalah sebaran data harus terdistribusi normal. (Sopiyudin, 2010). Setelah


(54)

dilakukan uji analisis menggunakan Paired Sample t-Test dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan atau selisih hasil pada kelompok intervensi dan kontrol. Uji ini didasarkan pada uji normalitas yang telah dilakukan sebelumnya, dimana data keseluruhan tidak berdistribusi normal.

J. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dialami oleh peneliti dalam proses penelitian ini diantaranya adalah waktu yang tersedia sangat terbatas antara sidang proposal KTI hingga pelaksanaan Ujian yang hanya berjarak beberapa minggu, sehingga persiapan penelitian dirasa terlalu terburu-buru dan kurang maksimal. Namun peneliti dapat mengantisipasi keterbatasan waktu ini dengan mempertimbangkan waktu pemberian intervensi selama 2 minggu sehingga penelitian bisa diselesaikan pada H-2 Ujian Nasional.

K. Etik Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu peneliti mengajukan ethical clearance ke komite etik penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian melakukan perizinan kepada pihak atau tempat dilakukannya penelitian. Selanjutnya sebelum proses penelitian dimulai, peneliti juga melakukan pengisian informed consent, yaitu lembar persetujuan untuk menjadi responden yang diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan kepada seluruh responden yang siap untuk diteliti, tanpa adnaya unsur pemaksaan.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1.

Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Asrama kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, tepatnya asrama Maria Qibtiyah. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena akses dan jaraknya yang cukup mudah dijangkau, serta latar belakang sekolah berasrama yang mempermudah pemberian intervensi serta pengamatan, dan sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti dimana subjek yang diteliti adalah siswi kelas III Mts Mu’allimaat yang tinggal di asrama dan memiliki tingkat

kﱟcﱟmasan ≠ 0 mﱟlalui uji kuisionﱟr TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale).

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sebagai sekolah berasrama yang menekankan pendidikan agama disamping pendidikan formal, memiliki kebiasan membaca Al-Qur’an setiap sehabis shubuh dan sehabis maghrib, namun belum ada pembiasaan untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an secara rutin sembari membaca terjemahnya guna mempermudah pemahaman terhadap ayat yang di dengar. Pembiasaan yang diterapkan baru sebatas membaca ayat Al-Qur’an saja.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru BK, pamong asrama, serta guru pendamping di asrama, beberapa siswi dirasa masih belum maksimal dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional, dilihat dari


(56)

rata-rata nilai try out yang masih kurang dari standar kelulusan serta semangat belajar mandiri dari siswi yang semakin mendekati hari ujian nasional semakin turun.

2. Karakteristik Subjek Penelitian

Murid kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari 187 siswi yang semuanya berjenis kelamin perempuan dengan rentang usia 14-15 tahun. Pada penelitian ini diambil 65 orang siswi sebegai responden, dengan karakteristik tingkat kecemasan secara umum 43 orang (66,1%) mengalami kecemasan tinggi, dan 22 orang lainnya (33,8%) mengalami kecemasan sedang.

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kestabilan pengukuran. Suatu alat pengukuran dikatakan reliabel apabila pada penggunaan yang dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan nilai yang tetap sama. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode Cronbach’s Alpha. (Sopiyudin, 2004)

Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan pada kuisioner TMAS

(Taylor Manifest Anxiety Scale) diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0,730 (>0.60), sehingga dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan yang dicantumkan dalam kuisioner TMAS yang digunakan pada penelitian ini adalah reliabel.

4. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah sebaran nilai yang didapatkan pada


(57)

penelitian ini normal atau tidak. Sebaran data dikatakan normal apabila nilai signifikansi >0,05. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk pada perhitungan rata-rata kecemasan masing-masing kelompok karena jumlah responden penelitian tiap kelompok berjumlah kurang dari 50 orang. Sedangkan uji normalitas untuk mengukur penurunan kecemasan pada kedua kelompok digunakan Uji Kolmogorov Smirnov karena jumlah keseluruhan sampel lebih dari 50 orang. (Sopiyudin, 2010)

Tabel 4.1. Uji Normalitas pretest dan post test kelompok Intervensi dan Kontrol

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sebelum Intervensi .110 33 .200* .977 33 .697

Kontrol .102 32 .200* .967 32 .415

Sesudah Intervensi .106 33 .200* .962 33 .297

Kontrol .123 32 .200* .959 32 .254

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persebaran data pada penelitian ini adalah normal atau simetris dengan signifikansi pada keseluruhan data >0,05.

Tabel 4.2. Uji Normalitas selisih penurunan tingkat kecemasan kelompok Intervensi dan Kontrol

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. Penurunan Intervensi .178 33 .009 .898 33 .005

Kontrol .166 32 .025 .954 32 .182

Dari tabel uji normalitas Kolmogorof Smirnov di atas dapat diketahui bahwa persebaran data pada selisih penurunan tingkat kecemasan antara


(58)

kelompok intervensi dan kontrol adalah tidak normal, ditunjukkan dengan signifikansi pada kedua kelompok >0.05.

5. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 4.3. Frekuensi tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol (n = 65)

Kelompok Kategori Tingkat Kecemasan

Frekuensi

Sebelum Sesudah

f % F %

Intervensi Ringan 0 00,00 0 00,00

Sedang 9 27,28 25 75,76

Tinggi 24 72,72 8 24,24

Total 33 100,00 33 100,00

Kontrol Ringan 0 00,00 0 00,00

Sedang 13 40,625 18 56,25

Tinggi 19 59,375 14 43,75

Total 32 100,00 32 100,00

Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh responden kelompok intervensi mengalami kecemasan tinggi sebelum diperdengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya. Hal serupa juga terjadi pada kelompok kontrol dimana 59,38% responden mengalami kecemasan yang sama tinggi ketika pretest. Namun angka ini mengalami penurunan pada kelompok intervensi setelah diberikannya intervensi sehingga 75,76% siswi berubah menjadi kecemasan sedang. Hal serupa juga terjadi pada post test kelompok kontrol, namun dengan jumlah penurunan kecemasan yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok intervensi yaitu

Pada kelompok intervensi terdapat 28 responden mengalami penurunan kecemasan, dan 5 orang mengalami peningkatan. Sedangkan pada kelompok kontrol diketahui 11 orang mengalami penurunan kecemasan, 15


(59)

oarng mengalami peningkatan, dan 6 orang tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan

6. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test Kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 4.4. Perbedaan rata-rata tingkat kecemasan pre test kelompok intervensi dan kontrol (n = 65)

Independent T test

Kelompok N Mean Std. Deviation Sig. (2-tailed) Sebelum Intervensi 33 25.06 7.136

.181

Kontrol 32 22.78 6.795

Tabel 4.4 menggambarkan perbedaan rata-rata tingkat kecemasan saat

pre test pada kelompok intervensi dan kontrol. Diketahui rata-rata kecemasan pada kelompok intervensi saat pre test lebih tinggi dibandingkan kecemasan pada kelompok kontrol, dengan signifikansi 0,181 (p >0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan saat pre test pada kelompok intervensi dan kontrol, atau dapat dikatakan bahwa kecemasan kedua kelompok adalah homogen.

7. Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Terjemahnya Terhadap Tingkat Kecemasan

Perbedaan rata-rata tingkat pada kecemasan kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah mendengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.5. Rata-rata tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol (n = 65) Paired Samples Statistics

Mean N

Std.


(60)

Intervensi Sebelum 25.06 33 7.185 1.251

Sesudah 17.39 33 6.031 1.050

Kontrol Sebelum 22.78 32 6.795 1.201

Sesudah 24.38 32 7.512 1.328

Tabel 4.6. Signifikansi tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Intervensi Sebelum & Sesudah 33 .382 .028

Kontrol Sebelum & Sesudah 32 .684 .000 Dari tabel 4.5 dan 4.6 di atas dapat dicermati bahwa kecemasan pada kelompok intervensi setelah perlakuan menurun sebanyak 7,67 dengan signifikansi sebesar 0,028 (p < 0,05) yang artinya pada penelitian ini H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa mendengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya efektif terhadap penurunan tingkat kecemasan siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam menempuh Ujian Nasional. Hal berbeda terjadi pada kelompok kontrol dimana terjadi peningkatan rata-rata kecemasan sebesar 1,6 dengan signifikansi 0.000 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna pada pretest dan post-test kelompok kontrol. Peningkatan ini dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti yang diungkapkan Irmayanti (2009) bahwa seringkali terjadi kecemasan pada pelajar menjelang Ujian Nasional, diantaranya ketakutan tidak lulus, ketakutan tidak diterima di jenjang pendidikan selanjutnya apabila nilai ujiannya rendah, hingga pengaruh lingkungan dan keluarga yang seringkali memengaruhi kondisi psikis siswa. Kecemasan yang muncul saat menghadapi ujian dapat mengakibatkan siswa


(61)

sulit berkonsentrasi, bingung memilih jawaban, mental blocking, khawatir, muncul perasaan takut dan gelisah, hingga gemetar saat menghadapi ujian. (Casbarro, 2005).

8. Perbedaan Rata-Rata Selisih Penurunan Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 4.7. Perbedaan rata-rata selisih penurunan tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol

Test Statisticsa

Nama

Mann-Whitney U 160.500

Wilcoxon W 1.386E3

Z -4.071

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Pada tabel 4.7 menjelaskan mengenai perbedaan rata-rata penurunan tingkat kecemasan yang diperoleh antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol yang diukur menggunakan metode pengukuran Mann Whitney. Selisih kecemasan pada kedua kelompok ini memiliki angka signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan kecemasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

B. Pembahasan

Responden pada penelitian ini adalah 65 siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dengan kisaran usia 14 hingga 15 tahun. Usia ini merupakan usia remaja, seperti disampaikan Wandi (2013) dimana usia remaja merupakan masa transisi atau peralihan. Masa remaja merupakan suatu masa yang rentan terhadap kecemasan, baik kecemasan yang


(1)

PENDAHULUAN

Sekolah Menengah Pertama atau SMP merupakan jenjang pendidikan tingkat menengah yang ditempuh oleh remaja kisaran usia 12 hingga 15 tahun, dimana siswa-siswi SMP merupakan remaja pada masa transisi atau peralihan yang rentan mengalami kecemasan, baik dipicu oleh hormonal maupun lingkungan sekitar1. Kecemasan yang seringkali dihadapi oleh seorang sisiwa adalah kecemasan menghadapi ujian, salah satunya Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan seorang siswa dari suau jenjang pendidikan2. Kecemasan yang muncul saat menghadapi ujian dapat mengakibatkan siswa sulit berkonsentrasi, bingung memilih jawaban, mental blocking, khawatir, muncul perasaan takut dan gelisah, hingga gemetar saat menghadapi ujian3.

Saat ini Ujian Nasional memang bukan menjadi satu-satunya syarat penentu kelulusan siswa, namun adanya Ujian Nasional tetap menimbulkan kecemasan bagi siswa maupun bagi pihak sekolah. Kecemasan yang dialami siswa biasanya merupakan kecemasan tidak lulus Ujian Nasional, sedangkan pihak sekolah pada umunya merasa takut apabila ketidak lulusan siswa akan berpengaruh pada akreditasi sekolah tersebut4.

Berbagai upaya telah banyak dilakukan untuk mengatasi kecemasan, diantaranya berupa pendekatan pada aspek spiritual atau disebut psikoreligius seperti sholat, do’a, dzkir, dan ayat Al-Qur’an baik yang didengarkan atapun dibaca5. Bacaan ayat Al-Qur’an yang merdu mempunyai gelombang yang sama dengan musik Mozart, sehingga dapat memberikan efek relaksasi bagi tubuh. Mendengarkan murottal dapat memengaruhi kecerdasan emosi (Emotional Question), kecerdasan intelektual (Intelectual Question), dan kecerdasan spiritual (Spiritual Question)6.

Dari uraian tersebut dirasa perlu adanya penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya yang


(2)

merupakan salah satu bentuk psikoreligius sebagai terapi guna menurunkan kecemasan pada siswi menjelang Ujian Nasional.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain Eksperiment dengan pendekatan pre test post test with control group dengan penilaian menggunakan skala TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Dilakukan pemilihan sampel secara rundomize sampling pada populasi 187 siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, sehingga diperoleh 65 orang sampel penelitian yang kemudian dibagi dalam 2 kelompok intervensi dan kontrol.

Dilakukan pemberian intervensi berupa memperdengarkan bacaan Al-Qur’an surah Ar-Rahman yang dibacakan oleh Sa’ad Al-Ghomidi dengan durasi 8 menit 30 detik, sambil membaca terjemahnya pada 33 orang siswi dalam kelompok intervensi, yang kemudian dibandingkan dengan kecemasan pada 32 orang kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi apapun. Pemberian intervensi ini dilakukan selama 14 hari berturut-turut hingga H-2 Ujian Nasional tingkat SMP tahun H-2016, bertempat di asrama kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

HASIL

Hasil penelitian diperoleh dengan melihat perbandingan tingat kecemasan yang diukur dengan skala TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) antara pretest dan post test pada kelompok intervensi dan kontrol.

Tabel 1. Frekuensi tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol (n = 65) Kelompok Kategori

Tingkat Kecemasan

Frekuensi

Sebelum Sesudah

F % F %

Intervensi Ringan 0 00,00 0 00,00

Sedang 9 27,28 25 75,76


(3)

Total 33 100,00 33 100,00

Kontrol Ringan 0 00,00 0 00,00

Sedang 13 40,625 18 56,25

Tinggi 19 59,375 14 43,75

Total 32 100,00 32 100,00

Pada pretest diperoleh rata-rata kecemasan siswi kelompok intervensi sebesar 25,06, dan 22,78 pada kelompok kontrol dengan signifikansi 0,181 (p>0,05). Hal ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan kedua kelompok sebelum pemberian intervensi.

Tabel 2. Perbedaan rata-rata tingkat kecemasan pre test kelompok intervensi dan kontrol (n = 65)

Independent T test

Kelompok N Mean Std. Deviation Sig. (2-tailed) Sebelum Intervensi 33 25.06 7.136

.181

Kontrol 32 22.78 6.795

Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap kecemasan pada kedua kelompok saat pretest dan post test untuk mengetahui adakah perbedaan kecemasan yang terjadi pada sebelum dan setelah pemberian intervensi.

Tabel 3. Rata-rata tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol (n = 65) Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation Sig. (2-tailed) Intervensi Sebelum 25.06 33 7.185 1.251

Sesudah 17.39 33 6.031 1.050

Kontrol Sebelum 22.78 32 6.795 1.201

Sesudah 24.38 32 7.512 1.328

Tabel 4. Signifikansi tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Intervensi Sebelum & Sesudah 33 .382 .028


(4)

Pada tabel 3 dapat diamati bahwa terjadi penurunan kecemasan pada kelompok intervensi setelah pemberian intervensi, sedangkan hal sebaliknya terjadi pada kelompok kontrol, dimana pada post test didapati tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan saat pre test dengan signifikansi pada kedua kelompok <0,05.

Tabel 4. Perbedaan rata-rata selisih penurunan tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol

Test Statisticsa

Nama

Mann-Whitney U 160.500

Wilcoxon W 1.386E3

Z -4.071

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Pada tabel 4 menjelaskan angka signifikansi yang diperoleh dari rata-rata selisih penurunan tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol yaitu sebesar 0,000 (p<0,05).

PEMBAHASAN

Pada kelompok intervensi maupun kontrol didapati memiliki kecemasan tinggi (>21) pada saat pre test atau sebelum pemberian intervensi. Salah satu faktor yang mungkin menyebabkan tingginya kecemasan ini adalah ketidaksiapan siswi dalam menghadapi ujian, serta adanya tekanan dan pengharapan yang berlebihan dari orang tua terhadap hasil ujian anaknya7.

Setelah pemberian intervensi, dilakukan penghitungan kembali tingkat kecemasan pada kedua kelompok dengan hasil adanya penurunan rata-rata tingkat kecemasan post test sebanyak 7,67 pada kelompok intervensi, dimana hal ini berbading terbalik dengan kelompok kontrol yang mengalami kenaikan rata-rata tingkat kecemasan sebesar 1,6 pada saat post test . Peningkatan ini dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti ketakutan tidak lulus, ketakutan tidak diterima di jenjang pendidikan selanjutnya apabila nilai ujiannya rendah, hingga pengaruh lingkungan dan keluarga yang seringkali memengaruhi kondisi psikis siswa8. Pada


(5)

hasil ini diperoleh signifikansi pada kedua kelompok sebesar <0,05, sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata kecemasan yang signifikan antara kelompok yang diberikan intervensi mendengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya, dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi apapun.

Selanjutnya dilakukan uji untuk mengetahui selisih rata-rata penurunan kecemasan pada kelompok intervensi dan kontrol menggunakan metode Mann Whitney Test dan diperoleh signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada penurunan tingkat kecemasan antara kelompok intervensi dan kontrol.

KESIMPULAN

Dari seluruh uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :

1. Terdapat penurunan rata-rata tingkat kecemasan yang signifikan pada kelompok intervensi antara sebelum dan sesudah diperdengaran bacaan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya dengan angka signifikansi 0,028 (p<0,05).

2. Terdapat peningkatan rata-rata tingkat kecemasan pada kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan bacaan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya dalam memepersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional sebanyak 1,6 dengan signifikansi 0,000 (p<0,005).

3. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya berpengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan siswi kelas III MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam menghadapi Ujian Nasional.

SARAN

Dari penelitian di atas disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengamati penyebab tingginya angka kecemasan yang muncul pada pretest atau sebelum


(6)

pemberian intervensi, serta mengamati adakah pengaruh kematangan persiapan belajar yang jauh-jauh hari telah dilakukan oleh siswi, dengan ketenangan yang diperoleh dari mendengarkan bacaan Al-Qur’an dalam menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian nasional yang dilakukan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wandi. (2013). Efektivitas Latihan Relaksasi (Relaxation Exercise) terhadap Tingkat Kecemasan (Anxiety Level) Siswa Kelas 3 SMP Menjelang Ujian Nasional (UN). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Muslim. (2008). Hubungan Sikap Siswa tentang Penerapan Nilai Standar Kelulusan Ujian Nasional dengan Motivasi Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

3. Casbarro, J. (2005). Test Anxiety and What You Can Do About It. Port Chester, NY: Dude.

4. Khazanah, Ismatun. (2015). Pengaruh Melakukan Dzikir Asmaul Husna terhadap Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional Anak Panti Asuhan Darussalam Mranggen Demak. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.

5. Hawari, Dadang. (2011). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FK Universitas Indonesia.

6. Gusmiran. (2005). Ruqyah Terapi Religi Sesuai Sunnah Rasulullah SAW. Jakarta : Pustaka Marwa.

7. Winarsunu, Tulus. (2009). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

8. Irmayanti, Dwi Fadilah,. Hadi Warsito. (2009). Penerapan Strategi Relaksasi untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Menjelang Ujian. Surabaya: Universitas Negeri.


Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Belajar Dengan Tingkat Kecemasan Siswa-Siswi dalam Menghadapi Persiapan Ujian Nasional

2 74 68

STUDI DESKRIPTIF TENTANG TINGKAT KECEMASAN DAN GAYA BELAJAR PADA SISWA SMU KELAS III DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

2 10 2

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT YANG MENGALAMI CEMAS PERPISAHAN

32 156 132

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT

1 30 97

ANALISIS ISI SURAT DAN PENGULANGAN KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN Analisis Isi Surat dan Pengulangan Kalimat pada Terjemahan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar.

0 2 16

ANALISIS ISI SURAT DAN PENGULANGAN KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN Analisis Isi Surat dan Pengulangan Kalimat pada Terjemahan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar.

0 3 13

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL.

0 0 9

PENGARUH PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA DAN SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS ipi397728

1 1 11

Pengaruh Pemberian Terapi Audio Murottal Qur’an Surat Ar-Rahman terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre-Operasi Katarak Senilis

0 1 5

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS IX DI SMP MUHAMMADIYAH 6 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SI

0 2 20