Perkembangan Mortalitas Larva pada Pelarut Metanol Perkembangan Mortalitas Larva pada Pelarut Akuades

Gambar 15. Kondisi Larva S. Litura Setelah Perlakuan 15 A. Larva S.litura yang Sehat 15 B. Larva S. Litura yang Mati setelah disemprot dengan Pelarut Aseton Ekstrak daun mindi dengan pelarut aseton lebih cepat memberikan efektifitas peracunan terhadap mortalitas larva, karena pelarut aseton mengandung senyawa yang bersifat racun bagi serangga dan jamur yaitu senyawa alkoloida, flavanoida, triterpenoida dan saponin pada ekstrak daun mindi, sehingga larva yang telah disemprot dengan ekstrak daun mindi M. azedarach pada pelarut aseton nafsu makan larva menjadi berkurang dan daun mengalami perubahan warna menjadi coklat kehitaman dan daunnya tidak dimakan oleh larva Gambar 16. Gambar 16. Kondisi Larva S.litura Setelah Disemprot dengan Pelarut Aseton

b. Perkembangan Mortalitas Larva pada Pelarut Metanol

Universitas Sumatera Utara Perkembangan mortalitas larva setelah penyemprotan dengan ekstrak metanol dari hari ke-2 sampai hari ke-12 dengan konsentrasi 0 sampai konsentrasi 4 mortalitas larva semakin tinggi dari hari ke-2 sampai dengan hari ke-8 dan kematian larva mencapai 100 dengan konsentrasi 3 dan 4 sudah terjadi pada hari ke-8, pada konsentrasi 2 kematian larva mencapai 100 pada hari ke-10 dan pada hari ke-12 dengan konsentrasi 1 kematian larva mencapai 100 Gambar 17. Hal ini terjadi karena senyawa yang terdapat pada ekstrak daun mindi dengan pelarut metanol mampu mengurangi daya makan larva, aktifitas larva terhambat, yang ditandai dengan gerakan larva lamban, tidak memiliki respon gerak, nafsu makan kurang dan akhirnya mati. 6,67 13,33 46, 67 64,45 80 80 26,67 46, 67 60 73, 33 93,33 100 33, 33 53, 33 66, 67 86, 67 100 40 53, 33 80 100 40 60 86, 67 100 20 40 60 80 100 120 2 4 6 8 10 12 Hari Ke- Mo rt al it as L ar va Konsentrasi 0 Konsentrasi 1 Konsentrasi 2 Konsentrasi 3 Konsentrasi 4 Gambar 17. Perkembangan Mortalitas Larva pada Pelarut Metanol pada Pengujian dengan Ekstraktif Daun Mindi Hasil pengamatan yang dilakukan pada larva S. litura tidak mengalami perubahan warna setelah disemprot dengan pelarut metanol, tetapi pada bagian perut dan alat pencernaannya yang mengalami perubahan warna hitam. Hal ini terjadi karena ekstrak metanol mengandung senyawa- senyawa yang bersifat Universitas Sumatera Utara racun terhadap S. litura serta dapat menghambat pertumbuhan larva. Sesuai dengan pernyataan Endah dan Heri 2000 yang menyatakan bahwa senyawa alkoloida, triterpenoid, flavonoid pada daun mindi dapat menghambat daya makan larva serta cara kerja senyawa-senyawa tersebut bertindak sebagai racun perut dengan masuk dalam tubuh larva sehingga alat pencernaannya akan terganggu Gambar 18. Gambar 18. Kondisi Larva S.litura Setelah Disemprot dengan Pelarut Metanol

c. Perkembangan Mortalitas Larva pada Pelarut Akuades

Perkembangan mortalitas larva setelah penyemprotan dengan ekstrak akuades dari hari ke-2 sampai hari ke-12 dengan konsentrasi 0 sampai konsentrasi 4 mortalitas larva semakin tinggi dan kematian larva mencapai 100 dengan konsentrasi 3 dan 4 sudah terjadi pada hari ke-10, pada konsentrasi1 dan 2 kematian larva mencapai 100 pada hari ke-12 Gambar 19. Hal ini terjadi karena pelarut akuades mengandung zat-zat karbohidrat bagi larva yang menyebabkan larva menjadi semakin aktif. Universitas Sumatera Utara 6. 67 13. 33 46. 67 64 .4 5 80 80 6. 67 26. 67 46. 67 73 .3 3 80 100 6. 67 26. 67 46. 67 86 .6 7 86 .6 7 100 13. 33 33. 3 3 40 100 100 26. 67 53. 33 73 .3 3 100 100 20 40 60 80 100 120 2 4 6 8 10 12 Hari Ke- M o rt al it as L ar va Konsentrasi 0 Konsentrasi 1 Konsentrasi 2 Konsentrasi 3 Konsentrasi 4 Gambar 19. Perkembangan Mortalitas Larva pada Pelarut Metanol pada Pengujian dengan Ekstraktif Daun Mindi Pengamatan yang dilakukan setelah disemprot dengan pelarut akuades, daunnya habis dimakan oleh larva sehingga pada selang waktu 2 hari daun harus diganti dengan daun yang segar Gambar 20. Gambar 20. Kondisi Larva S. litura setelah Disemprot dengan Pelarut Akuades Hasil pengamatan yang dilakukan larva S. litura mengalami perubahan bentuk menjadi pupa tetapi pupa tersebut tidak normal. Hal ini terjadi karena pupa terbentuk sebelum larva selesai mengalami pergantian instar. Biasanya larva mengalami 5-6 instar dengan lama stadia 6-13 hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Desmier de Chenon 1982 dalam Hennarti 1996 yang menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa lingkungan sekitarnya tidak mendukung bagi pergantian instar sehingga larva terpaksa mempercepat perubahan bentuknya menjadi pupa, sehingga ukuran tubuh pupa yang terbentuk menjadi tidak sesuai dengan ukuran normalnya Gambar 21. Gambar 21. Pupa S. litura Uji Statistika Mortalitas Larva Hasil uji statistika, diperoleh bahwa perlakuan dengan menggunakan tiga jenis pelarut yang berbeda yaitu aseton, metanol dan akuades pada hari ke-2 sampai hari ke-12 berpengaruh nyata pada mortalitas larva. Konsentrasi yang digunakan yaitu konsentrasi 0, 1, 2, 3 dan 4 memberikan pengaruh yang nyata. Sedangkan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkembangan mortalitas larva S. litura Lampiran 6 sampai 11. Analisis sidik ragam pada hari ke-2 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun mindi pada berbegai pelarut, konsentrasi dan interaksi antar pelarut serta konsentrasi berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva S. litura. Hasil pengujian duncan pemberian ekstrak daun mindi pada pelarut aseton dan metanol Universitas Sumatera Utara berbeda nyata dengan pelarut akuades, perlakuan konsentrasi 0 dan 4 berbeda nyata dengan konsentrasi 1, 2, 3. Sedangkan interaksi antara pelarut dan konsentrasi berbeda sangat nyata terhadap mortalitas larva S. litura. Pada pelarut metanol dan aseton dengan konsentrasi 4 efektif terhadap mortalitas larva S. litura. Tabel 6. Uji Statistik Mortalitas Larva S. litura Pelarut Konsentrasi 0 1 2 3 4 Aseton 6,67a 17,77bc 28,89de 35,55ef 40,00f Metanol 6,67a 28,89de 35,55ef 37,77ef 42,22f Akuades 6,67a 13,33 8,88 11,11ab 24,44cd Analisis sidik ragam pada hari ke-12 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun mindi pada berbagai taraf konsentrasi 0, 1, 2, 3 dan 4 berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva S. litura. Sedangkan pelarut dan interaksi antara pelarut dan konsentrasi tidak berpengaruh nyata. Hasil pengujian duncan Lampiran 11 pemberian ekstrak daun mindi pada berbagai taraf konsentrasi menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0 berbeda nyata dengan konsentrasi 1, 2, 3 dan 4. Hasil pegujian yang dilakukan dengan menggunakan ekstrak daun mindi mengandung zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap S. litura yang dapat menghambat pertumbuhan larva dan sebagai racun perut dengan masuk dalam tubuh larva sehingga alat pencernaannya akan terganggu. Hal ini didukung dengan Universitas Sumatera Utara dilakukannya pengujian fitokimia yang menunjukkan adanya kandungan senyawa alkoloida, flavanoida, triterpenoida dan saponin pada ekstrak daun mindi dengan pelarut metanol, aseton, dan akuades. Penekanan Pertumbuhan Phytium sp Selama 5 Hari Penekanan pertumbuhan Phytium sp yang telah disemprot dengan ekstrak daun mindi selama 5 hari setelah aplikasi penyemprotan, dimana tingkatan ataupun kriteria penekanan yang diperoleh dapat ditingkatkan dari fungi tersebut tergolong kedalam keadaan sehat, tertekan ringan, tertekan sedang, tertekan berat, tertekan sangat berat dan sampai mati bila tidak ada tanda-tanda pertumbuhan fungi. Rata-rata penekanan pertumbuhan Phytium sp selama 5 hari dapat dihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Penekanan Pertumbuhan Phytium sp pada Ekstraktif Daun Mindi Pelarut Konsentrasi Luas Pertumbuhan Hari Ke-mm 2 Penekanan Pertumbuhan Keterangan Aseton 0 Sehat 1 4269 32.9 Tertekan Sedang 2 3330 47.65 Tertekan Sedang 3 1546 75.69 Tertekan Sangat Berat 4 193 96.96 Tertekan Sangat Berat Metanol 0 Sehat 1 469 92.63 Tertekan Sangat Berat 2 226 96.44 Tertekan Sangat Berat 3 55 98.66 Tertekan Sangat Berat 4 148 97.67 Tertekan Sangat Berat Akuades 0 Sehat 1 3888 38.87 Tertekan Sedang 2 4659 26.76 Tertekan Sedang 3 2612 59.1 Tertekan Sedang 4 2390 62.32 Tertekan Sedang

a. Rata-rata Penekanan Pertumbuhan Phytium sp pada Pelarut Aseton