IDENTIFIKASI PERESEPAN OBAT OFF-LABEL INDIKASI PADA PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI PERESEPAN OBAT OFF-LABEL INDIKASI PADA PASIEN DEWASA RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh SITI KHODIJAH

20120350016

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI PERESEPAN OBAT OFF-LABEL INDIKASI PADA PASIEN DEWASA RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh SITI KHODIJAH

20120350016

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI PERESEPAN OBAT OFF-LABEL INDIKASI PADA PASIEN DEWASA RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

Disusun oleh SITI KHODIJAH

20120350016

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 30 Agustus 2016 Dosen Pembimbing KTI

Bangunawati Rahajeng, S.Si., M.Si., Apt. NIK: 19701105201104 173 154

Dosen Penguji 1 Dosen Penguji 2

Pramitha Esha N.D., M.Sc., Apt. Nurul Maziyyah, M.Sc., Apt. NIK: 19860811201504173239 NIK: 19881018201410173231

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sabtanti Harimurti, S.Si., M.Sc., Ph.D., Apt. NIK: 19730223201310173127


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siti Khodijah

NIM : 2012 035 0016

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Siti Khodijah NIM: 2012 035 0016


(5)

iv

HALAMAN MOTTO

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-Baqarah [1]: 2)

Wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi.”

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.” (QS. Al-Ankabut [29]: 6)

Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must to keep moving.

– Albert Einstein

Impianmu berbeda dengan impianku. Apa yang kau suka tidak harus menjadi apa yang aku suka. Caramu memandang hidup tak sama dengan caraku memandang hidup. Prioritasmu bukan berarti prioritasku. Apa yang terbaik menurutmu belum

tentu yang terbaik menurutku. Tak perlu paksakan kehendak.

Biar saja kau menjadi kau, aku menjadi aku, dan kita menjadi mengagumkan dengan cara kita masing-masing.

Aku adalah aku. Bukan kau, dia, apalagi mereka. – Fiersa Besari


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga membuat hamba-Mu ini

selalu tegar dan istiqomah dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Sholawat serta salam tak lupa juga diucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat islam

dari jaman kebodohan ke jaman yang penuh pengetahuan, cahaya iman, dan islam seperti sekarang.

Kedua orang tua tercinta, Bapak Drs. H. Sodikin dan Ibu Drh. Hj. Maharani Dewi yang senantiasa memberikan nasihat, doa,

dukungan, bimbingan dan kasih sayang yang tiada henti. Semua yang Ananda raih tidak lepas dari restu Bapak dan

Ibu. Terima kasih atas segala kesabaran, perjuangan dan pengorbanannya.

Kakakku tercinta Choirul Umam (Mas Umam) dan adikku tercinta Muhammad Fahmi (Dek Fahmi), terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga kelak kita semua bisa menjadi

anak sholeh dan sholehah, berbakti serta membanggakan Bapak dan Ibu di dunia maupun di akhirat.

Teman-teman seangkatan Farmasi UMY 2012 yang membuatku terpacu untuk cepat menyelesaikan KTI dengan

silih bergantinya teman-teman yang sidang. Semoga Allah senantiasa mempertemukan kita semua kembali dalam

keadaan sukses dan sejahtera. Aamiin ya Allah…

Terima kasih semuanya sekali lagi. Jazakumullah Khoiran Katsiran.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Identifikasi Peresepan Obat Off-Label Pada Pasien Dewasa Rawat Inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode Januari - Desember 2014”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari semua penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan oleh berbagai pihak, untuk itu dengan segala keikhlasan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya.

2. Sabtanti Harimurti, S.Si., M.Sc., Ph.D., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi yang telah memberi izin dalam pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Bangunawati Rahajeng, S.Si., M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan yang berharga dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Pramitha Esha N. D., M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji 1 dan Nurul Maziyyah, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji 2 yang telah memberikan kritik dan saran dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(8)

vii

5. Sri Tasminatun, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik dari tahun pertama hingga lulus yang telah membimbing dan menyemangatibelajar. 6. Seluruh dosen Program Studi Farmasi Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta

yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Keluargaku tercinta Ibu, Bapak, kakakku Choirul Umam dan adikku Muhammad Fahmi yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan serta nasihat-nasihat kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

8. Teman sebimbingan Karya Tulis Ilmiah yaitu Nadira Alvi Syahrina dan semua teman-teman seperjuangan angkatan 2012 khususnya Sari Nafila, Annisa Rizky Setyani dan Ratna Sitaresmi atas semangat dan kebersamaannya selama ini, dukungan serta masukkan dalam membantu penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku. Semoga impian kita dapat terwujud.

Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, serta kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada umumnya. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... 14

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Obat Off-Label ... 6

1. Definisi ... 6

2. Klasifikasi ... 7

3. Contoh Penggunaan Obat Off-label pada Suatu Penyakit ... 8

4. Alasan Penggunaan Obat Off-Label ... 9

5. Hukum Menurut FDA Mengenai Penggunaan Obat Off-Label ... 10

B. Rumah Sakit ... 11

1. Definisi ... 11

2. Rawat Inap ... 13

3. Dewasa ... 13


(10)

ix

5. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta ... 15

C. Kerangka Konsep ... 16

D. Keterangan Empirik... 17

BAB III METODE PENELITIAN... 18

A. Desain Penelitian ... 18

B. Tempat Dan Waktu... 18

C. Populasi Dan Sampel ... 18

D. Kriteria Inklusi Dan Ekslusi ... 19

E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 20

F. Instrumen Penelitian ... 20

G. Cara Kerja ... 21

H. Skema Langkah Kerja ... 22

I. Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Gambaran Peresepan Sampel ... 24

B. Penggolongan Obat ... 25

C. Penggunaan Obat Off-Label Indikasi ... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

A. Kesimpulan ... 33

B. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep ... 16 Gambar 2. Skema Langkah Kerja ... 22 Gambar 3. Pola Penggolongan Obat ... 25


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh Penelitian Peresepan Obat Off-label ... 4

Tabel 2. Contoh Obat Kategori Off-Label... 9

Tabel 3. Kategori Usia Menurut Depkes RI 2009... 14

Tabel 4. Distribusi Sampel ... 24


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 41 Lampiran 2. Data Gambaran Peresepan Obat Off-label Indikasi ... 42


(14)

xiii INTISARI

Pemberian obat yang rasional dan tepat indikasi kepada setiap pasien merupakan suatu keharusan agar terciptanya terapi yang optimal. Kenyataannya ada obat yang diresepkan tetapi tidak sesuai dengan informasi resmi obat dan tidak sesuai dengan yang dinyatakan dalam izin edarnya yang disebut obat off-label. Adapun obat dikategorikan sebagai off-label indikasi jika obat yang digunakan diluar indikasi yang tertera pada leaflet. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran peresepan obat off-label indikasi pada pasien dewasa rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan desain observasional deskriptif dengan metode cross-sectional. Pengumpulan data resep obat off-label dilakukan secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah systematic random sampling yaitu pengambilan data dari rekam medik pasien dewasa rawat inap periode Januari sampai Desember tahun 2014. Pengolahan data dilakukan secara analisa deskriptif. Penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2015 hingga Mei 2016.

Dari penelitian ini diperoleh hasil total sampel 354 data rekam medik pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan 1.306 peresepan obat yang didapatkan, terdapat 4 (0,22%) obat yang termasuk dalam kategori obat off-label indikasi. Daftar obat off-label yang diresepkan selama periode Januari sampai Desember 2014 adalah Misoprostol, Ondansentron, dan Domperidone. Kata Kunci: Obat off-label, indikasi, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta


(15)

14 ABSTRACT

The rational and appropriate indication of medicines prescriptions to every patient is a necessity so that the optimal therapy can be established. In fact, there is prescribed medicine that inappropriate with the official information of medicines and the circulation license called as off-label medicines. The medicines which is categorized as off-label indication is when the medicines which is listed in the leaflet. This research aims to know indication prescribing of off-label indication of medicines prescription on hospitalized adult patients in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital.

This research included in observational descriptive design in cross-sectional method. The data collecting of off-label prescription had been done retrospectively. The technique used in it was systematic random sampling in which the data were taken from the medical records of hospitalized adult patients during the period of January to December 2014. The data processing had been done using descriptive analysis. The research was done in August 2015 until May 2016.

The research resulted from total sample 354 medical record data patients that appropriate with inclusion criteria. Based on 1.306 medicines prescriptions, there were 4 (0,22%) which include in off-label indication category medicines. The list of off-label which prescribed during January to December 2014 was Misoprostol, Ondansentron, and Domperidone.

Key Words: Off-label medicines, indication, PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital


(16)

(17)

INTISARI

Pemberian obat yang rasional dan tepat indikasi kepada setiap pasien merupakan suatu keharusan agar terciptanya terapi yang optimal. Kenyataannya ada obat yang diresepkan tetapi tidak sesuai dengan informasi resmi obat dan tidak sesuai dengan yang dinyatakan dalam izin edarnya yang disebut obat off-label. Adapun obat dikategorikan sebagai off-label indikasi jika obat yang digunakan diluar indikasi yang tertera pada leaflet. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran peresepan obat off-label indikasi pada pasien dewasa rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan desain observasional deskriptif dengan metode cross-sectional. Pengumpulan data resep obat off-label dilakukan secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah systematic random sampling yaitu pengambilan data dari rekam medik pasien dewasa rawat inap periode Januari sampai Desember tahun 2014. Pengolahan data dilakukan secara analisa deskriptif. Penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2015 hingga Mei 2016.

Dari penelitian ini diperoleh hasil total sampel 354 data rekam medik pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan 1.306 peresepan obat yang didapatkan, terdapat 4 (0,22%) obat yang termasuk dalam kategori obat off-label indikasi. Daftar obat off-label yang diresepkan selama periode Januari sampai Desember 2014 adalah Misoprostol, Ondansentron, dan Domperidone. Kata Kunci: Obat off-label, indikasi, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta


(18)

ABSTRACT

The rational and appropriate indication of medicines prescriptions to every patient is a necessity so that the optimal therapy can be established. In fact, there is prescribed medicine that inappropriate with the official information of medicines and the circulation license called as off-label medicines. The medicines which is categorized as off-label indication is when the medicines which is listed in the leaflet. This research aims to know indication prescribing of off-label indication of medicines prescription on hospitalized adult patients in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital.

This research included in observational descriptive design in cross-sectional method. The data collecting of off-label prescription had been done retrospectively. The technique used in it was systematic random sampling in which the data were taken from the medical records of hospitalized adult patients during the period of January to December 2014. The data processing had been done using descriptive analysis. The research was done in August 2015 until May 2016.

The research resulted from total sample 354 medical record data patients that appropriate with inclusion criteria. Based on 1.306 medicines prescriptions, there were 4 (0,22%) which include in off-label indication category medicines. The list of off-label which prescribed during January to December 2014 was Misoprostol, Ondansentron, and Domperidone.

Key Words: Off-label medicines, indication, PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital


(19)

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui pemilihan obat harus berdasarkan pada penyakit, usia, jenis kelamin, berat badan, dan karakteristik pasien. Obat off-label merupakan obat yang diresepkan tetapi tidak sesuai dengan informasi resmi obat. Ketidaksesuaian tersebut seperti indikasi obat yang tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh izin edar serta dosis, umur pasien, dan rute pemberian (Pratiwi, et al., 2013).

Prevalensi penggunaan obat off-label di berbagai negara berbeda-beda. Menurut penelitian di Perancis mengenai penggunaan obat off-label pada pasien dewasa sebagian besar digunakan pada kasus infeksi, profilaksis penyakit ulcer atau pengobatan kejang dengan tingkat penggunaan off-label mencapai 26,5% (Lat et al., 2010). Di Amerika penggunaan obat off-label banyak dijumpai pada kasus psikiatrik meningkat hingga 31% dan pada anak-anak 50-75% dari semua obat yang diresepkan dokter di AS (Ikawati, 2010).

Penilaian keamanan dan efektivitas merupakan salah satu aspek kunci dari penggunaan resep off-label. FDA mengakui bahwa, dalam keadaan tertentu, penggunaan produk obat off-label disetujui jika rasional, dan dapat diterima oleh praktek medis. Dalam konteks ini, penting bahwa dokter harus memiliki akses informasi yang akurat tentang obat yang digunakan merupakan obat yang tidak sesuai indikasi atau off-label (Schultz, 2009).


(21)

2

Di Inggris, komunitas apoteker bertanggung jawab untuk mengawasi resep dan obat tanpa resep yang digunakan. Apoteker bertugas untuk memastikan bahwa semua obat-obatan, termasuk yang diresepkan off-label, adalah yang diresepkan dan dikeluarkan secara tepat (Stewart, et al., 2007). Di Indonesia sendiri tercatat dalam Standar Praktik Apoteker Indonesia IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) pada tahun 2014 menyebutkan pada poin 3.13 apoteker memastikan bahwa pasien memahami tentang obat yang diterimanya dengan:

1. Memberikan konseling agar pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai obatnya.

2. Memberikan konseling kepada pasien sehingga mereka memahami manfaat dan risiko yang terkait dengan penggunaan obat off-label.

3. Melakukan verifikasi berkaitan dengan obat baik cara pemakaian, kapan digunakan, frekuensi penggunaan, cara penyimpanan, kemungkinan adanya ESO dan cara penanganannya dan sebagainya.

Pengetahuan seputar obat off-label dirasa penting untuk menghindari terjadinya medication error atau hal-hal yang tidak diinginkan. Pemilihan obat pada pasien harus berhati-hati karena tidak semua obat yang tidak diberikan tanpa indikasi dapat digunakan, selain memiliki keuntungan penggunaan obat off-label juga memiliki kerugian. Maka sebaiknya tenaga medis khususnya apoteker diharuskan untuk memiliki pengetahuan lebih mengenai obat. Ketika seorang muslimin dan muslimah memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan yang lain, maka sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Surah Al-Mujaadilah [58] ayat ke 11 Allah SWT. berfirman:


(22)

3

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11).

Sebelum mempertimbangkan obat off-label yang digunakan, aspek pendukung keselamatan dan bukti kemanjuran perlu dievaluasi untuk menentukan risiko dan manfaat yang akan terjadi, terutama obat yang telah disetujui BPOM. Mempertimbangkan atau meninjau penggunaan obat off-label, seorang tenaga kesehatan atau tenaga medis harus berdasarkan bukti ilmiah (evidence based) yang ada terkait penggunaan obat tersebut.

Penggunaan obat off-label di Indonesia sendiri masih sedikit yang memiliki bukti data prevalensi serta diketahui keberadaan penggunaannya. Banyak penelitian menjelaskan penggunaan obat off-label pada pasien pediatrik, tetapi sangat sedikit yang membahas pada pasien dewasa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan mengidentifikasi seberapa banyak penggunaan obat off-label di Indonesia khususnya pasien dewasa di salah satu rumah sakit yaitu di RS PKU Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y).


(23)

4

B. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimana gambaran peresepan obat off-label indikasi pada pasien dewasa rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Keaslian Penelitian

Banyak penelitian mengenai identifikasi peresepan obat off-label pada pasien pediatrik atau anak-anak telah dilakukan, sedangkan penelitian terkait off-label pada pasien dewasa belum ditemukan. Beberapa diantaranya dapat dilihat pada tabel 1, yakni:

Tabel 1. Contoh Penelitian Peresepan Obat Off-label No. Judul Penelitian Nama

Peneliti

Metode Hasil

1. Adverse drug reactions and off-label drug use in pediatric outpatients.

Horen et al., 2002.

Survei

pharmacovigil ance secara prospektif dari peresepan obat dokter anak.

Penggunaan pada anak 18,9% adalah off-label, alasan utama sebanyak 11,5% yakni dengan indikasi yang berbeda.

2. Evolution of pediatric off-label use after new significant medicines become available for adults: a study on triptans in Finnish children 1994–2007.

Lindkvistet al., 2011.

Membandingk an pemberian resep obat Sumatriptan pada anak dari waktu ke waktu.

Penggunaan off-label meningkat menjadi 1119 (61% dari resep Sumatriptan anak) pada tahun 2007.

3. Incidence of unlicensed and off-label prescription in children.

Langerova et al., 2014.

Desain studi dan

pengaturan populasi penelitian.

Peresepan obat off-label (9,01%) dan resep tanpa izin (1,26%) ditemukan.


(24)

5

Penelitian ini berbeda dari penelitian yang ada sebelumnya, karena beberapa penelitian sebelumnya banyak membahas mengenai peresepan obat off-label pada pasien pediatrik, namun penelitian kali ini akan membahas mengenai peresepan obat off-label pada pasien dewasa dan dilakukan pada tempat yang berbeda.

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran peresepan obat off-label indikasi pada pasien dewasa rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi farmasis ketika akan melayani

peresepan obat off-label dan memberikan konseling khususnya pada pasien dewasa.

2. Bahan informasi bagi tenaga kesehatan lainnya mengenai penggunaan obat off-label.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi seluruh tenaga medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.


(25)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat Off-Label 1. Definisi

Menurut FDA penggunaan obat off-label mengacu pada penggunaan obat atau perangkat medis yang berbeda dari label produk yang telah disetujui oleh lembaga izin edar seperti FDA. FDA akan memproses peredaran obat dengan cara uji klinis acak yang menunjukkan khasiat untuk indikasi tertentu sebelum pemasaran (Pickar et al., 2008).

Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care menjelaskan bahwa off-label berarti "penggunaan yang tidak disetujui”, dengan kata lain off-label adalah penggunaan obat dengan indikasi yang belum dilisensi oleh pihak berwenang di suatu negara. Setiap obat yang dapat dibeli dari apotek atau toko obat di suatu negara perlu dinilai dan berlisensi oleh otoritas regulasi. Otoritas yang bertanggung jawab di Jerman adalah Federal Institute Obat dan Alat Kesehatan (Bundesinstitut für Arzneimittel und Medizinprodukte, BfArM). Otoritas perizinan Eropa yang berbasis di London disebut European Medicines Agency (EMA), di Amerika Serikat disebut Food and Drug Administration (FDA), dan di Indonesia disebut Badan Penelitian Obat dan Makanan (BPOM) (Nasser & Sawicki, 2009).

Suatu penelitian di Jerman berdasarkan Institute for Quality and Efficiency in Health Care juga menjelaskan bahwa sebuah obat tunggal kadang dapat


(26)

7

digunakan untuk kondisi yang berbeda atau dalam kelompok orang yang berbeda, misalnya pada anak-anak dan orang dewasa. Penggunaan obat yang pertama harus disetujui untuk setiap indikasi dan beberapa kelompok orang. Suatu perusahaan farmasi memiliki kewenangan untuk persetujuan penggunaan setiap obat yang diproduksinya, tapi mereka tidak berkewajiban mengajukan permohonan persetujuan untuk produk obat mereka di semua negara. Ini berarti bahwa obat tertentu mungkin berlisensi indikasi di satu negara (misal negara A), tetapi tidak di negara lain (negara B). Jika seseorang di negara B meresepkan obat dengan indikasi yang sama dari obat di negara A, maka mereka termasuk menggunakan obat off-label (Nasser & Sawicki, 2009).

2. Klasifikasi

Penggunaan obat off-label dikelompokkan dan dikategorikan meliputi tidak tepat dosis, usia, kontraindikasi, rute pemberian, dan indikasi. Berikut adalah penjelasan diantaranya (Prawiti et al., 2013), yakni:

a. Off-label usia

Obat dikategorikan sebagai obat off-label usia jika digunakan diluar rentang usia yang telah disetujui.

b. Off-label dosis

Informasi dosis merupakan hal penting dalam pengobatan karena profil farmakokinetik dan farmakodinamik setiap rentang usia individu berbeda-beda. Obat yang diberikan dengan dosis lain dari yang tercantum pada izin edar atau izin penjualan dikategorikan sebagai obat off-label dosis.


(27)

8

c. Off-label kontraindikasi

Obat dikatakan termasuk kategori off-label kontraindikasi jika menimbulkan kontraindikasi saat diberikan kepada pasien yang usianya tidak sesuai dengan peruntukan obatnya.

d. Off-label rute pemakaian

Obat dikategorikan sebagai obat off-label rute pemberian jika digunakan diluar prosedur mengenai cara pemakaian yang seharusnya.

Sedangkan menurut Kimland dan Odlind, 2012 menjelaskan bahwa obat dikategorikan sebagai off-label indikasi jika obat yang digunakan diluar indikasi yang tertera pada leaflet.

3. Contoh Penggunaan Obat Off-label pada Suatu Penyakit

Sebuah penelitian dilakukan pada semua wanita yang didiagnosa kanker payudara antara Januari 2000 sampai Juni 2009 yang menerima setidaknya satu terapi kanker telah disetujui oleh US-FDA selama masa penelitian. Penelitian ini melibatkan 2.663 wanita dengan usia rata-rata 59 tahun. Tercatat penggunaan obat off-label sebanyak 1.636, mewakili 13,0% dari semua temuan. Dari 65 kasus terapi kanker yang diteliti ada 55,4% yang mendapatkan resep label. Obat off-label yang sering digunakan secara berturut-turut adalah Vinorelbine, Carboplatin, Bevacizumab, Leuprolida, Liposomal Doxorubicin dan Cisplatin. Kebanyakan penggunaan obat off-label yang ditemukan telah berbasis bukti (Hamel., 2015).

Berikut ini adalah contoh obat-obat yang diindikasikan sebagai obat off-label. Meski bukan berdasar indikasi yang sebenarnya penggunaan obat-obat yang


(28)

9

masuk dalam katagori ini berdasarkan pada pengalaman dokter dan hasil-hasil penelitian terbaru, namun regulator obat seperti FDA atau BPOM belum menyetujuinya.

Tabel 1. Contoh Obat Kategori Off-Label

4. Alasan Penggunaan Obat Off-Label

Ada beberapa alasan mengenai penggunaan obat off-label menurut penelitian di suatu rumah sakit ruang ICU di negara Perancis antara lain penggunaan obat dengan indikasi yang tidak disetujui 66%, dosis 27%, dan rute pemberian 17% (Lat et al., 2010). Penggunaan obat off-label terkait dengan usia Nama Generik Obat Klasifikasi Indikasi

Obat

Indikasi Baru Misoprostol Prostaglandin analog

sebagai sitoprotektif pada ulkus peptikum

Persalinan

Metformin Oral antidiabetika PCOS

Lamotrigin Antikonvulsan epilepsi Nyeri neuropati Levamisol, Mebendazol Antelmintika Immunomodulator Selekoksib, Refokoksib Analgesika

NSAID-COX-2

Mencegah kanker kolorektal, kanker payudara

N-Asetil Sistein Mukolitik Mencegah efek samping

radiokontras dan terapi kulit

Siproheptadin Antihistamin, antialergi Penambahan nafsu makan

Metoklorpramid, domperidon

Antimuntah-antimual Pelancar air susu ibu Botulinum toksin tipe A Terapi strasbismus dan

spasme hemifacial dan Blefarospasme

Kosmetik pada mata

Tramadol Analgesik Terapi ejakulasi dini

Slidenafil Gangguan disfungsi ereksi

Terapi hipertensi pulmonar

(Sumber: Dikutip dari buku Obat Kategori Off-Label dalam Aplikasi Klinik, Suharyono, 2009)


(29)

10

dan dosis untuk tiap obat, selain itu alasan lain untuk resep off-label mungkin muncul karena ketergantungan pada pengalaman pribadi, pengalaman rekan atau catatan resep pasien sebelumnya sebagai panduan untuk resep masa depan (Daukeset al., 2005). Seorang apoteker maupun tenaga kesehatan untuk menentukan obat mana yang akan diberikan pada pasien harus memiliki prinsip dalam mengutamakan keamanan dan ketepatan.

Berikut adalah prinsip-prinsip yang memandu penggunaan obat off-label menurut American Society of Hospital Pharmacists (ASHP, 2012):

1. Off-label harus berdasarkan bukti ilmiah yang diterbitkan dan keselamatan pasien menjadi pertimbangan utama.

2. Ketika penggunaan obat off-label sering terjadi dalam pemakaiannya, harus menetapkan dasar bukti terkait obat yang digunakan sebagai panduan untuk pengambilan keputusan.

3. Tanggung jawab utama untuk keamanan dan kemanjuran off-label digunakan dengan resep dokter yang terkait, harus dengan bukti sebelum mempertimbangkan penggunaan off-label, serta konsultasikan dengan apoteker yang tepat memiliki pengetahuan lebih.

5. Hukum Menurut FDA Mengenai Penggunaan Obat Off-Label

Peraturan FDA saat ini mengenai penggunaan obat off-label dengan cara membandingkan antara manfaat dan risiko yang ditimbulkan. Meskipun FDA tidak dapat membatasi dokter memberi resep obat off-label, tapi dengan tegas melarang produsen farmasi untuk mempromosikan penggunaan obat tanpa


(30)

11

indikasi, walau mungkin ada beberapa bukti tertulis bahwa penggunaan off-label aman dan berkhasiat (Kesselheim et al., 2011).

Jika seorang pasien menerima obat off-label, maka perlu diinformasikan bahwa mereka sedang dalam penggunaan obat off-label, dan diberitahu tentang kemungkinan konsekuensinya. Hal ini penting bagi pasien untuk mengetahui bahwa mungkin tidak cukup penelitian tentang manfaat dan bahaya obat bila digunakan untuk tujuan off-label. Dana asuransi kesehatan wajib di Jerman juga jarang menutupi biaya obat-obatan yang digunakan off-label (Anonim., 2013).

B. Rumah Sakit 1. Definisi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi adalah pelayanan yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang


(31)

12

bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Kepmenkes RI No. 1197 Menkes/SK/10/2004).

Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien (Depkes RI, 2006).

Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar, 2004).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.


(32)

13

2. Rawat Inap

Dalam Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009, bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Menurut Crosby (dalam Nasution, 2005) rawat inap adalah kegiatan penderita yang berkelanjutan ke rumah sakit untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Secara khusus pelayanan rawat inap ditujukan untuk penderita atau pasien yang memerlukan asuhan keperawatan secara terus menerus (Continous Nursing Care) hingga terjadi penyembuhan.

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).

3. Dewasa

Menurut Depkes RI tahun 2009 menjelaskan bahwa seorang pasien dikatakan dewasa dengan usia 26 – 35 tahun berada pada kategori masa dewasa awal, dan dengan usia 36 – 45 tahun berada pada kategori masa dewasa akhir.


(33)

14

Tabel 2. Kategori Usia Menurut Depkes RI 2009

No. Kategori Usia

1. Masa balita 0-5 tahun

2. Masa kanak-kanak 5-11 tahun

3. Masa remaja awal 12-16 tahun

4. Masa remaja akhir 17-25 tahun

5. Masa dewasa awal 26-35 tahun

6. Masa dewasa akhir 36-45 tahun

7. Masa lansia awal 46-55 tahun

8. Masa lansia akhir 56-65 tahun

9. Masa manula 65 tahun ke atas

Secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu semakin bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis maupun psikologis pada orangtuanya (Dariyo, 2003).

4. Rekam Medik

Medical record atau rekam medik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada paien.

Pada Bab IV Pasal 15 menjelaskan bahwa minimal sarana pelayanan rawat jalan, rekam medis harus memuat identitas, anamnese dan tindakan atau pengobatan. Selanjutnya pada Bab IV Pasal 16 menjelaskan bahwa pelayanan rawat inap memerlukan data yang lebih lengkap, maka ditentukan data minimal yang harus terkandung dalam rekam medis agar kebutuhan akan informasi dapat

(Sumber: ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/kategori-umur.html (data diolah)


(34)

15

terpenuhi dan kegunaan rekam medis dapat digunakan untuk mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik, maka harus memuat identitas pasien, anamnese, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan laboratorik, diagnosis, persetujuan tindakan medik, tindakan/ pengobatan, catatan perawat, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, dan resume akhir dan evaluasi pengobatan.

Pemanfaatan rekam medik dapat dipakai sebagai: a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.

b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi. c. Keperluan pendidikan dan penelitian.

d. Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan. e. Data statistik kesehatan (Depkes RI, 2008).

5. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

RS PKU Muhammadiyah awalnya didirikan berupa klinik sederhana pada tanggal 15 Februari 1923 di kampung Jagang Notoprajan Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa’. Didirikan atas inisiatif H.M. Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan. Seiring dengan perkembangan jaman, pada sekitar era tahun 1980-an nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara


(35)

16

berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu rumah sakit umum dengan tipe kelas B, yakni rumah sakit umum yang mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelasspesialistik dan subspesialistik luas.

Untuk pelayanan rawat inapnya sendiri RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki 205 tempat tidur dengan kelas yang bervariasi dan ditata secara baik sesuai kebutuhan perawatan, mulai kelas VIP sampai kelas III, sedangkan pelayanan rawat jalan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di Poliklinik dilakukan waktu pagi dan sore hari. Dengan pola pelayanan yang ditata dengan baik dan dilaksanakan oleh tenaga spesialis dan sub spesialis yang berpengalaman.

C. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep ResepPasien Dewasa Rawat Inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode Janauari – Desember

Tahun 2014


(36)

17

D. Keterangan Empirik

Adanya penggunaan obat off-label indikasi pada pasien dewasa rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.


(37)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan metode pengambilan sampel secara retrospektif cross-sectional pada peresepan obat pasien dewasa rawat inap.

B. Tempat Dan Waktu

Tempat penelitian ini adalah di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta.

Periode pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dari bulan Agustus 2015 sampai bulan Mei 2016 menggunakan data rekam medik.

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Semua resep pasien dewasa rawat inap pada bulan Januari – Desember Tahun 2014 di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 2.586 data rekam medik.

2. Sampel

Penelitian dilakukan berdasarkan populasi yang memiliki kriteria inklusi terhadap pasien usia dewasa rawat inap pada bulan Januari – Desember Tahun 2014.


(38)

19

Ada pun rumus untuk menghitung besaran sampel yang akan diambil menggunakan rumus:

Keterangan:

n = besar sampel minimum

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N = besar populasi

= 346,53 dibulatkan menjadi 347 sampel

D. Kriteria Inklusi Dan Ekslusi

Berikut adalah yang termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, yakni:

1. Pasien dewasa dengan usia 26 – 45 tahun (Depkes., 2009).

2. Pasien dengan pelayanan rawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari – Desember 2014.

Sedangkan kriteria ekslusi pada penelitian ini, yakni:


(39)

20

E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Peresepan obat off-label indikasi pada pasien dewasa

2. Definisi Operasional

a. Obat off-label adalah penggunaan obat tanpa indikasi yang sesuai dan belum mendapatkan lisensi persetujuan dari pihak perizinan yang berwenang seperti BPOM.

b. Pasien dewasa adalah seseorang dengan usia 26 – 35 tahun berada dalam kategori masa dewasa awal, dan dengan usia 36 – 45 tahun berada dalam kategori masa dewasa akhir.

c. Rekam medik adalah catatan penyakit dan obat yang didapatkan pasien terdahulu.

F. Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui informasi berapa banyak peresepan obat off-label yang terdapat pada RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta maka digunakan rekam medik sebagai informasi riwayat obat serta penyakit terdahulu yang diderita pasien dewasa dan Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas) sebagai panduan obat-obatan yang telah disetujui dari BPOM.


(40)

21

G. Cara Kerja

Pertama peneliti mengajukan proposal penelitian dan membuat surat izin yang nantinya akan diberikan pada universitas juga Kepala Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Selanjutnya peneliti mendatangi ruangan bagian Rekam Medik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kemudian peneliti mengumpulkan data rekam medik dan mencatat peresepan obat pasien dewasa rawat inap, selanjutnya diidentifikasi termasuk obat off-label indikasi atau tidak menggunakan panduan PIO Nas. Sampel dianalisa satu persatu dan dicatat kesalahannya.


(41)

22

H. Skema Langkah Kerja

Gambar 1. Skema Langkah Kerja Rekam Medik

Pasien Dewasa

Pencatatatan Jumlah Peresepan Obat

Pasien Dewasa

Identifikasi Off-label Indikasi menggunakan PIO Nas

Analisa dan Pembahasan Pengajuan Proposal

Perizinan dari Universitas

Perizinan dari Kepala Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta


(42)

23

I. Analisis Data

Analisis data ini menggunakan persentase data untuk menghitung persentase peresepan obat off-label pada pasien dewasa rawat inap dan penulis menggunakan rumus:

Keterangan:

P = Persentase (jumlah persentase yang dicari) f = Jumlah obat off-label

n = Jumlah total obat pada sampel 100% = Bilangan tetap

P =


(43)

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Peresepan Sampel

Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus 2015 sampai Mei 2016 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada penelitian ini didapat sampel 354 rekam medik dari total 2.586 rekam medik yang diperoleh. Distribusi sampel terlihat pada Tabel 4.

Tabel 1. Distribusi Sampel

No. Bulan Jumlah Rekam Medik Jumlah Sampel Obat

1. Januari 28 133

2. Februari 29 76

3. Maret 30 93

4. April 32 167

5. Mei 30 123

6. Juni 26 83

7. Juli 32 109

8. Agustus 27 90

9. September 29 104

10. Oktober 31 113

11. November 29 95

12. Desember 31 120

Total 354 1.306

Pengambilan sampel secara acak pada setiap bulan dari tahun 2014 dari total data rekam medik pasien dewasa di RS PKU Muhammadiyah, tersebut dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah obat yang telah diresepkan


(44)

25

termasuk dalam kategori on-label indikasi dan off-label indikasi dengan melakukan analisis data terlebih dahulu menggunakan panduan PIO Nas.

B. Penggolongan Obat

Diperoleh sebanyak 1.306 total peresepan obat dari 354 data rekam medik pasien dewasa umur 26 – 45 tahun rawat inap yang dapat diklasifikasikan ke dalam 8 golongan, yaitu golongan analgesik antipiretik dan NSAIDs, golongan sistem pencernaan, golongan antibiotik antiviral dan antifungi, golongan sistem pernafasan, golongan kardiovaskuler, golongan vitamin, golongan kortikosteroid, golongan anti depresi, dan golongan anti alergi atau antihistamin.

Gambar 1. Pola Penggolongan Obat

Presentase penggolongan obat paling banyak diresepkan adalah golongan analgesik antipiretik dan NSAIDs yaitu sebanyak (25,44%) seperti yang terlihat pada Gambar 3.

1% 1%

3% 7%

7%

13%

21% 22%

25%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%

Anti alergi/ Antihistamin Anti depresi Kortikosteroid Vitamin Kardiovaskuler Sistem Pernafasan Antibiotik, Antiviral, dan Antifungi Sistem Pencernaan Analgesik, Antipiretik, dan NSAIDs


(45)

26

Dalam suatu studi ditemukan, Inggris merupakan negara dengan peresepan analgesik terbanyak. Sebanyak 10% dari semua resep dalam satu tahun yang diresepkan adalah obat penghilang rasa sakit atau analgesik (Bedson, et al, 2010). Gejala toksisitas gastrointestinal dan ginjal yang sering diderita pasien dewasa ini mendorong dokter meresepkan analgesik sebagai salah satu terapi yang harus diberikan. Peresepan ini sebaiknya perlu dibatasi karena efek samping yang berlebihan seperti sembelit dan gangguan kardiovaskular yaitu terjadinya gangguan fungsi hati, meskipun efek samping seperti ketergantungan dan kematian karena overdosis bukan merupakan kejadian yang umum terjadi pada pasien dewasa yang mendapatkan resep analgesik (Michael, et al., 2014).

Medicines and Healthcare productRegulatory Agency (MHRA) di Inggris telah memberitahu dokter mengenai ulasan berbasis bukti yang berkaitan dengan efek samping konsumsi analgesik berlebih untuk pasien tertentu seperti infark miokard. Selain itu MHRA juga memberikan pedoman nasional termasuk saran dalam peresepan individu dalam kaitannya menjamin keamaanan obat yang diterima atau saran umum mengenai pengelolaan penyakit untuk menjaga kesehatan masyarakat (Bedson, et al, 2010).

C. Penggunaan Obat Off-Label Indikasi

Dari 1.306 peresepan obat yang didapatkan, sebanyak 4 (0,22%) daftar obat termasuk dalam kategori obat off-label indikasi dan sebanyak 1.302 (99,69%) daftar obat termasuk dalam kategori obat on-label indikasi. Daftar obat off-label indikasi terdapat pada Tabel 5.


(46)

27

Tabel 2. Daftar Obat Off-label Indikasi

Kewaspadaan dalam memberikan resep obat yang benar kepada setiap pasien merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Kurangnya penelitian dan pengetahuan yang mendalam dari tenaga kesehatan terhadap suatu obat akan mempengaruhi hasil yang diharapkan dari obat tersebut. Meskipun beberapa terapi yang menggunakan obat off-label hasilnya dapat bermanfaat dan bahkan menyelamatkan nyawa untuk beberapa pasien, namun dalam banyak kasus obat off-label yang digunakan malah menimbulkan masalah, terutama jika data mengenai keamanan obat dan efektivitas untuk penggunaan obat off-label tidak memadai (Gota, et al, 2015).

Idealnya, penggunaan obat dalam praktek klinis harus didasarkan pada teori yang rasional dan ilmiah, pendapat ahli medis juga terkendali dengan baik, yaitu dengan berbasis bukti ilmiah (Gota, et al, 2015).

No. Nama Obat Golongan Indikasi Off-label

Jumlah Peresepan

Persentase

1. Ondansentron SSP Mual

Muntah Kehamilan

2 50%

2. Misoprostol Pencernaan Indukasi Persalinan

1 25%

3. Domperidone SSP Pelancar

ASI

1 25%


(47)

28

Berikut penjelasan mengenai obat-obat off-label indikasi yang ditemukan, meliputi:

1. Misoprostol

Induksi persalinan adalah proses dimana kontraksi uterus dimulai dengan bantuan farmakologi medis atau tindakan medis sebelum onset persalinan normal. Dari sekian banyak obat yang digunakan untuk indikasi induksi, oksitosin dan prostaglandin adalah yang paling sering. Prostaglandin dapat digunakan untuk membantu mematangkan serviks pada proses-proses awal induksi. Dari beberapa studi yang telah dilakukan di negara-negara maju, menggunakan prostaglandin E2 (jel dinoproston) untuk pematangan serviks dan induksi persalinan dinilai efektif. Namun bagaimanapun penggunaan obat ini masih terbatas karena biaya tinggi dan instabilitas terhadap suhu sehingga menyulitkan dalam penyimpanan (Permana, et al, 2015).

Misoprostol adalah obat yang telah dinilai aman oleh FDA sebagai obat pencegah ulkus gaster akibat obat antiinflamasi non-steroid. Misoprostol adalah prostaglandin E1 sintesis, yang saat ini mendapat perhatian lebih karena murah, stabil pada suhu ruangan, penyimpanan yang mudah, dan cara pemakaian yang mudah untuk proses pematangan serviks yang belum matang. Pada serviks, analog prostaglandin dapat mengurangi jumlah suatu protein yang merupakan bagian dari kolagen yang disebut hidroksiprolin dari serviks, dimana ketika hidroksiprolin berkurang maka akibatnya jumlah rambut atau serabut pada kolagen akan rontok dan berkurang sehingga menyebabkan seviks dapat melebar. Pada kasus dimana serviks masih kaku, penggunaan misoprostol dapat memberikan efek, seperti lama


(48)

29

induksi yang lebih singkat, kemajuan persalinan lebih cepat serta angka kegagalan yang lebih rendah. Waktu untuk mencapai kadar puncak saat induksi asam Misoprostol adalah 9-15 menit dan waktu paruh 20-30 menit (Permana, et al, 2015; dan Dianggra, 2009).

Serabut kolagen adalah unsur utama penusunan serviks. Serviks yang matang ditandai dengan konsistensi lunak dan datar. Pematangan serviks diperkirakan oleh karena biomedik yaitu terjadinya penurunan jumlah serabut kolagen. Penurunan jumlah serabut ini dihubungkan dengan peningkatan aktifitas kolanogenik pada serviks selama kehamilan (Dianggra, 2009).

Pada uterus Misoprostol menimbulkan kontraksi miometrium dan pematangan serviks. Seperti pada prostaglandin lainnya Misoprostol dapat menaikkan jumlah ion logam Ca2+ yang berfungsi untuk melenturkan kontraksi otot miometrium, dimana ion logam Ca2+ banyak ditemukan dalam tubuh manusia berupa cairan tubuh dan juga pada tulang dan email gigi. Pada vagina prostaglandin dapat diabsorbsi dengan mudah dan cepat sehingga dapat diberikan dalam bentuk tablet. Tablet Misoprostol yang dimasukan ke dalam vagina lebih baik atau setara efektifitasnya dibandingkan dengan gel prostaglandin E2 intraservikal (Dianggra, 2009).

2. Ondansentron

Selama kehamilan, hampir semua sistem organ termasuk gastrointestinal mengalami perubahan fisiologi. Keluhan gastrointestinal yang muncul pun beragam seperti mual, muntah, hyperemesis gravidarum, hingga penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesofageal reflux disease/GERD). Patogenesis yang


(49)

30

mendasari gangguan gastrointestinal ini dikaitkan adanya perubahan hormon selama kehamilan, penurunan motilitas lambung, efek mekanik uterus gravid hingga faktor psikologis (Firmansyah, 2014).

Sebuah penelitian mengenai penggunaan ondansentron sebagai obat off-label dengan indikasi mual muntah atau nausea vomiting of pregnancy (NVP) pada ibu hamil di Australia Barat sepanjang tahun 2002 – 2005 banyak ditemukan. Spektrum ekstrim NVP disebut hyperemesis gravidarum (HG). Salah satu rumah sakit utama di Australia Barat khusus wanita, memberikan pedoman khusus HG dengan obat ondansentron sebagai lini kedua (Colvin, et al, 2013).

Sebanyak 17.694 resep dalam periode tiga bulan ditemukan 83% dari obat yang diresepkan pada ibu hamil digunakan off-label dengan 59% diklasifikasikan sebagai “hati-hati” atau “beresiko tinggi” di suatu rumah sakit bersalin diUnited Kingdom. Seorang dokter kandungan di Australia menemukan bahwa penggunaan off-label ondansentron pada kasus NVP terjadi luas. Selain kekhawatiran mengenai keselamatan kesehatan pasien, ondansentron juga memiliki harga jauh lebih mahal dari obat-obatan yang sudah ada sebelumnya. Penelitian lainnya terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2012 yang melaporkan peningkatan cacat pada bibir sumbing setelah pemakaian ondansentron pada masa kehamilan. Berdasarkan data yang ada saat ini, penggunaan ondansentron tidak dapat diasumsikan aman selama kehamilan. Pada bulan September 2011 AS FDA mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan serius antara orang-orang yang menerima ondansentron, karena dalam kasus NVP beberapa wanita mungkin


(50)

31

memiliki gangguan keseimbangan elektrolit (hipokalemia atau hipomagnesemia) (Colvin, et al, 2013).

Ondansetron merupakan obat selektif terhadap reseptor antagonis 5-Hidroksi-Triptamin (5-HT3) di otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Di mana selektif dan kompetitif untuk mencegah mual dan muntah setelah operasi dan radioterapi. Ondansetron memblok reseptor di gastrointestinal (Putri, 2010).

Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula. Serotonin antagonis yang biasa digunakan adalah ondansetron. Ondansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain (Widayana, et al, 2010).

3. Domperidone

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain untuk bayi, ASI juga membawa dampak positif bagi kesehatan ibu. Walaupun ASI dapat memberikan banyak manfaat untuk ibu dan bayi, ternyata jumlah ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif pun masih tinggi. Salah satu alasan seorang ibu tidak melanjutkan pemberian ASI ekslusif karena merasa jumlah ASI yang dihasilkan kurang, sehingga tidak melanjutkan menyusui (William & Carrey, 2016).

Domperidone merupakan obat golongan antagonis reseptor dopamin . Di Asia dan Eropa, domperidonetelah lama digunakan sebagai prokinetik danantiemetik. Kegunaan klinis domperidonesebagai terapi penyakit refluks


(51)

32

gastroesofageal, dispepsia kronis dan terkadang direkomendasikan untuk merangsang laktasi post-partum. Selain domperidone, terdapat beberapa obat lain yang memiliki efek merangsang laktasi (galactogogue), namun domperidone yang paling direkomendasikan karena telah terbukti efektif, belum ditemukan efek samping terhadap bayi, serta efek samping yang jarang pada ibu yang menyusui (William & Carrey, 2016). Meski domperidone banyak digunakan sebagai galactogogue, namun di beberapa negara seperti Australia, Belgia, Kanada, Irlandia, Italia, Jepang, Belanda, dan Inggris mengungkapkan bahwa penggunaan tersebut termasuk obat off-label. Pada tahun 2004 FDA mengeluarkan peringatan bagi ibu menyusui agar tidak mengkonsumsi domperidone karena akan meningkatkan resiko aritmia jantung dan kematian tiba-tiba (Campbell-Yeo, et al, 2010).

Domperidone bekerja secara efektif di sistem saraf pusat karena kerja obat ini di kelenjar hipofisis. Pada proses laktasi, hipotalamus mensekresikan prolactin-inhibiting hormone (PIH) yang dikenal sebagai neurotransmitter dopamin dan prolactin-releasing hormone (PRH). Sekresi kedua hormon tersebutberpengaruh pada sekresi hormone prolaktin. Domperidone bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin. Hambatan neurotransmitter dopamin di otak mampumensupresi produksi PIH, sehingga sekresi PIH menurun dan produksi hormon prolaktin meningkat. Hal tersebut memberikan dampak positif terhadap peningkatan rangsangan sekresi ASI (William & Carrey, 2016).


(52)

33 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhamamdiyah Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa dari 1.306 jumlah peresepan obat yang diberikan, sebanyak 4 (0,22%) obat termasuk dalam kategori obat off-label indikasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan permasalahan yang diperoleh selama penelitian dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran yaitu:

1. Peneliti

Perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan obat off-label lainnya seperti off-label dosis, umur pasien, dan rute pemberian. Selain itu penelitian juga dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan metode dan teknik pengambilan sampel lainnya.

2. Tenaga Kesehatan

Perlu adanya peningkatan pengetahuan obat-obatan bagi tenaga medis lainnya dalam pemberian obat off-label kepada pasien.


(53)

34

DAFTAR PUSTAKA

Anatomical Therapeutical Chemical. (2011). Dipetik May 24, 2015, dari World Health Organization: http://www.who.int/

Anonim. (2005). AHFS Drug Information. Dipetik May 27, 2015, dari Amrican Society of Health System Pharmacists Inc, USA.

Anonim. (2007). "Off-label" Drug Use. Dipetik May 23, 2015, dari http://www.CRBestBuyDrugs.org

Anonim. (2012). ASHP Guidelines on the Pharmacy and Therapeutics Committee and the Formulary System. Formulary Management Guidelines.

Anonim. (2014). Profil RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dipetik May 31, 2015, dari http://www.rspkujogja.com

Bedson, J., Belcher, J., Martino, O., Ndlovu, M., Rathod, T., Walters, K., . . . Jordan, K. (2013). The effectiveness of national guidance in changing analgesic prescribing in primary care from 2002 to 2009: An observational database study. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 17(3): 434–443.

Campbell-Yeo, M. L., Allen, A. C., Joseph, K. S., Ledwidge, J. M., Caddell, K., Allen, V. M., & Dooley, K. C. (2010, January). Effect of Domperidone on the Composition of Preterm Human Breast Milk. pp. PEDIATRICS Volume 125, Number 1.

Chen, Y. (2014). Anatomocal Therapeutic Chemical (ATC) Classification and The Defined Daily Dose (DDD) : Principles for Classifying and Quantifying Drug Use. International Conference on Pharmacoepidemiology & Therapeutic Risk Management.

Clasen, T. F., Alexander, K. T., Sinclair, D., Boisson, S., Peletz, R., Chang, H. H., . . . Craincross, S. (2015). Interventions to improve water quality for preventing diarrhoea. US National Library of Medicine National Institutes of Health, (10): 1–201.

Colvin, L., Gill, A. W., Slack-Smith, L., Stanley, F. J., & Bower, C. (2013). Off-Label Use of Ondansetron in Pregnancy in Western Australia. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 2013: 909860.


(54)

35

Danes , I., Agusti, A., Vallano, A., Alerany, C., Martinez, J., Bosch, A. J., . . . Bonafont, X. (2014). Outcomes of off-label drug uses in hospitals: a multicentric prospective study. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 70(11): 1385–1393.

Daukes, S. E., Helms, P. J., Taylor, M. W., & McLay, J. S. (2005). Off-label prescribing to children: attitudes and experience of general practitioners. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 60(2): 145-149.

Delgado, M. J., Gutierrez, J. M., Radic, L. B., Maretic, T., Zekan, S., Avsic-Zupanc, T., . . . Brustenga, J. G. (2008). Imported Dengue Hemorrhagic Fever, Europe. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 14(8): 1329–1330.

Dewantri, E. O. (2015). Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Dwirahayu, Y. (2009). Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gayatri, K., Kumar, J. S., & Kumar, B. B. (2010). Metformin and N-acetyl Cysteine in Polycystic Ovarian - A Comparative Study. Indian Journal of Clinical Medicine, 1 7–13.

Gota, V., & Divatia, J. V. (2015). Off-label use of drugs: An evil or a necessity? US National Library of Medicine National Institutes of Health, 59(12): 767–768.

Hamel, H., McNair, D. S., Birkett, N. J., Mattison, D. R., Krantis, A., & Krewski, D. (2015). Off-label use of cancer therapies in women diagnosed with breast cancer in the United States. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 4: 209.

Heyman, M. B. (2006). Lactose Intolerance in Infacts, Children and Adolescent. Ped. J., 118, 3, 1279.

Horen, B., Montastruc, J. L., & Lapeyre-mestre, M. (2002). Adverse drug reactions and off-label drug use in paediatric outpatients. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 54(6): 665-670.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2014). Dipetik May 18, 2015, dari Surat Keputusan Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor: PO.001/PP.IAI/1418/VII/2014


(55)

36

Tentang Peraturan Organisasi Tentang Standar Praktik Apoteker Indonesia: http://www.ikatanapotekerindonesia.com

Ikawati, Z;. (2010). Penggunaan Obat Off-label : Apa dan Mengapa ? Dipetik Mei 9, 2015, dari http://zulliesikawati.wordpress.com/tag/obat-off-label/ Intanwati, S. (2012). Intoleransi Laktosa. Malang: FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA.

Khamar, B. (2007). Off-label use of medicines: Medical research and medical practice. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 55(6): 411–412.

Kimland, E., & Odlind, V. (2012). Off-label Drug Use in Pediatric Patients. Clinical Pharmacology and Therapeutics, 91(5): 797.

Kimland, E., & Odlind, V. (2012). Off-Label Drug Use in Pediatric Patients. Clinical Pharmacology & Therapeutics, 91(5): 797.

Knopf, H., Wolf, I., Sarganas, G., Zhuang, W., Rascher, W., & Neubert, A. (2013). Off-label medicine use in children and adolescents: results of a population-based study in Germany. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 13: 631.

Lacy, B. E., Talley, N. J., Locke, G. R., Bouras, E. P., DiBaise, J. K., El-Serag, H. B., . . . Prather, C. (2012). Review article: current treatment options and management of functional dyspepsia. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 36(1): 3–15.

Langerová, P., Vrtal, J., & Urbánek, K. (2014). Incidence of Unlicensed and Off-label Prescription in Children. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 40: 12.

Lat, I., Micek, S., Janzen, J., Cohen, H., Olsen, K., & Haas, C. (2010). Off-label medication use in adult critical care patients. Journal of Critical Care. Lenk, C., & Duttge, G. (2014). Ethical dan legal framework and regulation for

off-label use: European perspective. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 10: 537–546.

Lindkvist, J., Airaksinen, M., Kaukonen, A. M., Klaukka, T., & Hoppu, K. (2011). Evolution of paediatric off-label use after new significant medicines become available for adults: a study on triptans in Finnish


(56)

37

children 1994–2007. US National Library of Medicine National Institutes of Health Journal, 71(6): 929-935.

Magalhaes, J., Rodrigues, A., Roque, F., Figueiras, A., Falcao, A., & Herdeiro, M. (2014). Use of off-label and unlicenced drugs in hospitalised paediatric. Eur J Clin Pharmacol, 71:1–13.

Muchid, A., Wurjati, R., Chusun, Komar, Z., Purnama, N. R., Masrul, . . . Retrohidayanti, D. (2007). PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT ASMA. Jakarta: DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHARAN RI.

Muyassaroh, A. (2009). EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Diseases) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA TAHUN 2008. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nasser, M., & Sawicki, P. (2009). Institute of Quality and Efficiency in Health Care : Germany. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 57: 1-12.

Palcevski, G., Skocibusic, N., & Palcevski, V. (2012). Unlicensed and off-label drug use in hospitalized children. Eur J Clin Pharmacol, 00228-012-1221-x.

Permana, G. A., Kemara, P., & Megadhana, I. W. (2011). MISOPROSTOL UNTUK INDUKSI PERSALINAN PADA KEHAMILAN ATERM. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Pickar, D., Vinik, J., & Bartko, J. J. (2008). Pharmacotherapy of Schizophrenic Patients: Preponderance of Off-Label Drug Use. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 3(9): e3150.

Pratiwi, A. A., Khairinnisa, M. A., Alfian, S. D., Priyadi, A., Pradipta, I. S., & Abdullah, R. (2013). Peresepan Obat-obatan Off-label pada Pasien Anak Usia 0 Hingga 2 Tahun di Apotek Kota Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2, 39.

Pratiwi, A., Miski, A., Khairinnisa, Sofa, D., Alfian, Priyadi, A., . . . Abdulah, R. (2013). Peresepan Obat-obat Off-label Pada Pasien Anak Usia 0 Hingga 2 Tahun di Apotek Kota Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2, 2.


(57)

38

Schultz, W B;. (2009). Promotion of Unapproved Drugs and Medical Devices. Dipetik Mei 11, 2015, dari U.S. Department of Health & Human Servicess Journal: http://fda.gov/newsevents/testimony/ucm115098.html

Sejarah Berdirinya RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. (t.thn.). Dipetik Mei 20, 2015, dari http://www.rspkujogja.com/profile/sejarah

Simadibrata K, M., Makmum, D., Abdullah, M., Syam, A. R., Fauzi, A., Renaldi, K., . . . Utari, A. P. (2014). Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).

Srikiatkhachorn, A., & Kelley, J. F. (2014). Endothelial Cells in Dengue Hemorrhagic Fever. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 0: 160–170.

Steinman, M. A., Komaiko, K. D., Fung, K. Z., & Ritchie, C. S. (2015). Use of Opioids and Other Analgesics by Older Adults in the United States, 1999– 2010. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 16(2): 319-327.

Stewart, D., Rouf, A., Snaith, A., Elliott, A., Helms, P. J., & McLay, J. S. (2007). Attitudes and experiences of community pharmacists towards paediatric off-label prescribing: a prospective survey. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 64(1): 90-95.

Strom, H. (2013). Guidelines for ATC Classification and DDD Assignment : 16th Edition. WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology Norwegian Institute of Public Health.

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 001/PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG STANDAR PRAKTIK APOTEKER INDONESIA. (2014). Dipetik Mei 18, 2015, dari Ikatan Apoteker Indonesia: http://www.ikatanapotekerindonesia.com

Sweetser, S. (2012). Evaluating the Patient With Diarrhea: A Case-Based Approach. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 87(6): 596–602.

Tambunan, T., Rundjan, L., Satari, H. I., Windiastuti, E., Somasetia, D. H., & Kadim, M. (2012). Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.


(58)

39

Undang-undang Republik Indonesia. Tentang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ventola, C. L. (2009). Off-Label Drug Information. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 34(8): 428–440.

Walton, S. M., Galanter, W. L., Rosencranz, H., Meltzer, D., Stafford, R. S., Tiryaki, F., & Sarne, D. (2011). A Trial of Inpatient Indication Based Prescribing During Computerized Order Entry with Medications Commonly Used Off-Label. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 2(1): 94–103.

William, V., & Carrey, M. (2016). Domperidone untuk Meningkatkan Produksi Air Susu Ibu (ASI). CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT, CDK-238/ vol.43 no.3.

Yusriana, C. S. (2010). POLA PENGOBATAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSIY PDHI YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI 2010. Yogyakarta.


(59)

NASKAH PUBLIKASI

IDENTIFIKASI PERESEPAN OBAT OFF-LABEL INDIKASI PADA PASIEN DEWASA RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh SITI KHODIJAH

20120350016

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(60)

Identifikasi Peresepan Obat Off-Label Indikasi pada Pasien Dewasa Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode Januari -

Desember 2014

The Identification of Off-Label Indication of Medicines Prescriptions on Hospitalized Adult Patients in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital

During Period of January December 2014 Siti Khodijah

Pharmacy Department, Medical and Health Science Faculty Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

s.khodijah1995@gmail.com

ABSTRACT

The rational and appropriate indication of medicines prescriptions to every patient is a necessity, so the optimal therapy can be established. In fact, there is prescribed medicine that inappropriate with the official information of medicines and the circulation license, it called as off-label medicines. The medicines which is categorized as off-label indication is when the medicines used different from which is listed in the leaflet. The aim of this research is to know off-label indication of medicines prescription on hospitalized adult patients in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital.

This research included in observational descriptive design in cross-sectional method. The data collecting of off-label prescription had been done retrospectively. The technique used in it was systematic random sampling in which the data were taken from the medical records of hospitalized adult patients during the period of January to December 2014. The data processing had been done using descriptive analysis. The research was done in August 2015 until May 2016.

The research resulted from total sample 354 medical record data patients that appropriate with inclusion criteria. Based on 1.306 medicines prescriptions, there were 4 (0,22%) which include in off-label indication category medicines. The list of off-label which prescribed during January to December 2014 was Misoprostol, Ondansentron, and Domperidone.

Key Words: Off-label medicines, indication, PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital


(61)

INTISARI

Pemberian obat yang rasional dan tepat indikasi kepada setiap pasien merupakan suatu keharusan agar terciptanya terapi yang optimal. Kenyataannya ada obat yang diresepkan tetapi tidak sesuai dengan informasi resmi obat dan tidak sesuai dengan yang dinyatakan dalam izin edarnya yang disebut obat off-label. Adapun obat dikategorikan sebagai off-label indikasi jika obat yang digunakan diluar indikasi yang tertera pada leaflet. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran peresepan obat off-label indikasi pada pasien dewasa rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan desain observasional deskriptif dengan metode cross-sectional. Pengumpulan data resep obat off-label dilakukan secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah systematic random sampling yaitu pengambilan data dari rekam medik pasien dewasa rawat inap periode Januari sampai Desember tahun 2014. Pengolahan data dilakukan secara analisa deskriptif. Penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2015 hingga Mei 2016.

Dari penelitian ini diperoleh hasil total sampel 354 data rekam medik pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan 1.306 peresepan obat yang didapatkan, terdapat 4 (0,22%) obat yang termasuk dalam kategori obat off-label indikasi. Daftar obat off-label yang diresepkan selama periode Januari sampai Desember 2014 adalah Misoprostol, Ondansentron, dan Domperidone. Kata Kunci: Obat off-label, indikasi, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta


(62)

PENDAHULUAN

Obat off-label merupakan obat yang diresepkan tetapi tidak sesuai dengan informasi resmi obat. Ketidaksesuaian tersebut seperti indikasi obat yang tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh izin edar serta dosis, umur pasien, dan rute pemberian (Pratiwi, et al., 2013). Prevalensi penggunaan obat off-label di berbagai negara berbeda-beda. Menurut penelitian di Perancis mengenai penggunaan obat off-label pada pasien dewasa sebagian besar digunakan pada kasus infeksi, profilaksis penyakit ulcer atau pengobatan kejang dengan tingkat penggunaan off-label mencapai 26,5% (Lat, et al., 2010). Di Amerika penggunaan obat off-label banyak dijumpai pada kasus psikiatrik meningkat hingga 31% dan pada anak-anak 50-75% dari semua

obat yang diresepkan dokter di AS (Ikawati, 2010).

Penilaian keamanan dan efektivitas merupakan salah satu aspek kunci dari penggunaan resep off-label (Schultz, 2009). Sebelum mempertimbangkan obat off-label yang digunakan, aspek pendukung keselamatan dan bukti kemanjuran perlu dievaluasi untuk menentukan risiko dan manfaat yang akan terjadi, terutama obat yang telah disetujui BPOM. Mempertimbangkan atau meninjau penggunaan obat off-label, seorang tenaga kesehatan atau tenaga medis harus berdasarkan bukti ilmiah (evidence based) yang ada terkait penggunaan obat tersebut.

Penggunaan obat off-label di Indonesia sendiri masih sedikit yang memiliki bukti data prevalensi serta

diketahui keberadaan


(1)

Penggunaan Obat Off-Label Indikasi Dari 1.306 peresepan obat yang didapatkan, sebanyak 4 (0,22%) daftar obat termasuk dalam kategori obat off-label indikasi dan sebanyak 1.302 (99,69%) daftar obat termasuk dalam kategori obat on-label indikasi. Daftar obat off-label indikasi terdapat pada Tabel 1.

DISKUSI

Pola Penggunaan Obat

Presentase penggolongan obat paling banyak diresepkan adalah golongan analgesik antipiretik dan NSAIDs yaitu sebanyak (25,44%) seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pola Penggolongan Obat Dalam suatu studi ditemukan,

Inggris merupakan negara dengan peresepan analgesik terbanyak. Sebanyak 10% dari semua resep dalam satu tahun yang diresepkan adalah obat penghilang rasa sakit

atau analgesik (Bedson, et al, 2010). Gejala toksisitas gastrointestinal dan ginjal yang sering diderita pasien dewasa ini mendorong dokter meresepkan analgesik sebagai salah satu terapi yang harus diberikan. 1%

1% 3%

7% 7%

13%

21% 22%

25%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%

Anti alergi/ Antihistamin Anti depresi Kortikosteroid Vitamin Kardiovaskuler Sistem Pernafasan Antibiotik, Antiviral, dan Antifungi Sistem Pencernaan Analgesik, Antipiretik, dan NSAIDs


(2)

Peresepan ini sebaiknya perlu dibatasi karena efek samping yang berlebihan seperti sembelit dan gangguan kardiovaskular yaitu terjadinya gangguan fungsi hati, meskipun efek samping seperti ketergantungan dan kematian karena overdosis bukan merupakan kejadian yang umum terjadi pada pasien dewasa yang mendapatkan resep analgesik (Steinman, et al., 2015).

Penggunaan Obat Off-Label Indikasi Berikut penjelasan mengenai obat-obat off-label indikasi yang ditemukan, meliputi:

1. Misoprostol

Misoprostol adalah obat yang telah dinilai aman oleh FDA sebagai obat pencegah ulkus gaster akibat obat antiinflamasi non-steroid. Misoprostol adalah prostaglandin E1 sintesis, yang saat ini mendapat perhatian lebih karena murah, stabil pada suhu ruangan, penyimpanan yang mudah, dan cara pemakaian yang mudah untuk proses pematangan serviks yang belum Tabel 1. Daftar Obat Off-Label Indikasi

No. Nama Obat Golongan Indikasi Off-label

Jumlah Peresepan

Persentase

1. Ondansentron SSP Mual

Muntah Kehamilan

2 50%

2. Misoprostol Pencernaan Indukasi Persalinan

1 25%

3. Domperidone SSP Pelancar

ASI

1 25%


(3)

matang. Pada serviks, analog prostaglandin dapat mengurangi jumlah suatu protein yang merupakan bagian dari kolagen yang disebut hidroksiprolin dari serviks, dimana ketika hidroksiprolin berkurang maka akibatnya jumlah rambut atau serabut pada kolagen akan rontok dan berkurang sehingga menyebabkan seviks dapat melebar. Pada kasus dimana serviks masih kaku, penggunaan misoprostol dapat memberikan efek, seperti lama induksi yang lebih singkat, kemajuan persalinan lebih cepat serta angka

kegagalan yang lebih rendah

(Permana, et al, 2015; dan Dianggra, 2009).

2. Ondansetron

Ondansetron merupakan obat selektif terhadap reseptor antagonis 5-Hidroksi-Triptamin (5-HT3) di otak dan mungkin juga pada aferen

vagal saluran cerna. Di mana selektif dan kompetitif untuk mencegah mual dan muntah setelah operasi dan radioterapi. Ondansetron memblok reseptor di gastrointestinal (Putri, 2010).

Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula. Serotonin antagonis yang biasa digunakan adalah ondansetron. Ondansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain (Widayana, et al, 2010).

3. Domperidone

Domperidone merupakan obat golongan antagonis reseptor dopamin

. Kegunaan klinis


(4)

refluks gastroesofageal, dispepsia

kronis dan terkadang

direkomendasikan untuk merangsang laktasi post-partum. Selain domperidone, terdapat beberapa obat lain yang memiliki efek merangsang laktasi (galactogogue) (William & Carrey, 2016).

Domperidone bekerja secara efektif di sistem saraf pusat karena kerja obat ini di kelenjar hipofisis. Pada proses laktasi, hipotalamus mensekresikan prolactin-inhibiting hormone (PIH) yang dikenal sebagai neurotransmitter dopamin dan prolactin-releasing hormone (PRH).

Sekresi kedua hormon

tersebutberpengaruh pada sekresi hormone prolaktin. Domperidone bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin. Hambatan neurotransmitter dopamin di otak mampumensupresi produksi PIH, sehingga sekresi PIH

menurun dan produksi hormon prolaktin meningkat. Hal tersebut memberikan dampak positif terhadap peningkatan rangsangan sekresi ASI (William & Carrey, 2016).

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhamamdiyah Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa dari 1.306 jumlah peresepan obat yang diberikan, sebanyak 4 (0,22%) obat termasuk dalam kategori obat off-label indikasi. Daftar obat off-label yang diresepkan selama periode Januari sampai Desember 2014 adalah Misoprostol, Ondansentron, dan Domperidone.

DAFTAR PUSTAKA

Bedson, J., Belcher, J., Martino, O., Ndlovu, M., Rathod, T., Walters, K., . . . Jordan, K. (2013). The effectiveness of


(5)

national guidance in changing analgesic prescribing in primary care from 2002 to 2009: An observational database study. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 17(3): 434–443.

Dianggra, P. S. (2009). PERBANDINGAN INDUKSI MISOPROSTOL DENGAN INDUKSI OKSITOSIN

TERHADAP LAMA

PERSALINAN PADA KEHAMILAN POSTTERM

DI RSU PKU

MUHAMMADIYAH

DELANGGU KLATEN. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Ikawati, Z;. (2010). Penggunaan Obat Off-label : Apa dan Mengapa ? Dipetik Mei 9,

2015, dari

http://zulliesikawati.wordpres s.com/tag/obat-off-label/ Lat, I., Micek, S., Janzen, J., Cohen,

H., Olsen, K., & Haas, C. (2010). Off-label medication use in adult critical care patients. Journal of Critical Care.

Permana, G. A., Kemara, P., & Megadhana, I. W. (2011). MISOPROSTOL UNTUK INDUKSI PERSALINAN

PADA KEHAMILAN

ATERM. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Pratiwi, A., Miski, A., Khairinnisa, Sofa, D., Alfian, Priyadi, A., . . . Abdulah, R. (2013). Peresepan Obat-obat Off-label Pada Pasien Anak Usia

0 Hingga 2 Tahun di Apotek Kota Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2, 2.

Putri, K. N. (2010). PERBANDINGAN

EFEKTIFITAS

ONDANSETRON DAN METOKLOPRAMID DALAM MENEKAN MUAL DAN

MUNTAH PASCA

LAPARATOMI. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Schultz, W B;. (2009). Promotion of

Unapproved Drugs and Medical Devices. Dipetik Mei 11, 2015, dari U.S. Department of Health & Human Servicess Journal:

http://fda.gov/newsevents/test imony/ucm115098.html

Steinman, M. A., Komaiko, K. D., Fung, K. Z., & Ritchie, C. S. (2015). Use of Opioids and Other Analgesics by Older Adults in the United States, 1999–2010. US National Library of Medicine National Institutes of Health, 16(2): 319–327.

Widayana, A., Megadhana, I. W., & Kemara, K. P. (2009).

DIAGNOSIS DAN

PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS

GRAVIDARUM. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

William, V., & Carrey, M. (2016). Domperidone untuk Meningkatkan Produksi Air

Susu Ibu (ASI).

CONTINUING PROFESSIONAL


(6)

DEVELOPMENT, CDK-238/ vol.43 no.3.


Dokumen yang terkait

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA DIABETES MELITUS TIPE II PADA PASIEN RAWAT INAP MENGGUNAKAN SULFONILUREA-BIGUANIDA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012

0 2 19

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2015

1 13 96

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN OBAT OFF-LABEL DOSIS PADA PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-DESEMBER TAHUN 2014

23 246 72

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT PADA IBU HAMIL PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA JANUARI–JUNI TAHUN 2009.

1 3 16

EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 0 13

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016.

0 1 41

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016.

0 12 56

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan sindrom koroner akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Oktober 2016.

0 1 53

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari 2015-Juni 2016.

0 0 50

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari Juni 2016

0 0 39