44 dimana, barangkali yang pertama kali dalam sejarah, anggota-anggota individu
dari kelompok tersebut bisa hidup berdampingan dengan tetangganya; menyelesaikan konflik lama yang telah menyebabkan munculnya kelompok-
kelompok yang saling bermusuhan dalam menjabat dan yang tidak memungkinkan adanya pemerintahan yang dipilih rakyat; melenyapkan ancaman
kelaparan terhadap jutaan rakyat, membatasi eksploitasi ekonomi oleh para rentenir, dan memberikan kesempatan pertama bagi warga negara mereka untuk
memperoleh perawatan kesehatan dan pendidikan. Bagaimanapun kritisnya seseorang memandang landasan metode dan etika pemerintahan otoriter, amatlah
penting untuk tidak mengabaikan prestasi-prestasinya yang ada kalanya mempunyai arti penting termasuk bagi kemanusiaan. Penonjolan otoriterisme
dalam sejarah dunia akan merupakan ulasan yang menyedihkan bagi umat manusia sekiranya sepenuhnya ia dinggap buruk. Karena tidak seperti agama,
tidak ada yang seluruhnya baik atau buruk dalam politik.
12. Otoritarisme dan Pemerintahan satu Partai
Dalam dunia sekarang ini, kiranya tidak salah kalau pemerintahan yang otoriter kerap dicirikan oleh kehadiran satu partai politik. Pengklasifikasian
negara menurut letak dan ruang lingkup kekuasaan politik, sebenarnya bukan tidak lebih bermanfaat bila didasarkan pada jumlah dan karakteristik partai-partai
politiknya. Dan agak meragukan suatu pemerintahan yang hanya mengijinkan satu partai di dalam sistem politiknya bisa disebut sebagai pemerintahan otoriter.
Tiadanya oposisi poliytik yang terorganisasi; tiadanya para pemimpin politik yang lain yang bisa menggantikan elit yang ada untuk melaksanakan program-program
baru; terbatasnya komunikasi politik sebatas ijin pemerintah dan partai yang berkuasa; dan perubahan orang-orang serta kebijakan pemerintah, pasti bukan
tidak terjadi dalam partai tunggal itu, meski sering hanya sesudah kematian atau pengusiran peminpin yang berkuasa.
Generalisasi seperti ini sulit dimengerti tanpa ada beberapa contoh yang jelas, bukan tidak mungkin kalau di dalam membayangkan ciri-ciri otoriter atau
45 negara satu partai tersebut diatas, pembaca berfikir tentang satu atau lebih negara-
negara dewasa ini; China? Kuba? Vietnam? Ya. Menurut kriteria di atas, kelima negara ini memenuhi syarat sebagai negara otoriter. Akan tetapi bagaimana
dengan Yugoslavia, Mesir, Meksiko, Aljajair, Korea Selatan, atau Filipina? Negara-negara ini dan juga banyak negara yang lainnya memang dicirikan oleh
kelemahan atau ketiadaan oposisi politik selain oleh kekuasaan oligarki yang menikmati monopoli komunikasi politik dan pembuatan kebijakan. Tetapi jelas
bahwa beberapa negara lebih otoriter dari pada yang lainnya.
13. Totaliterisme
Sejak tahun 1950-an sebagian ahli berpendapat bahwa adalah tepat untuk menggambarkan jenis otoriterisme yang paling ekstrim sebagai totaliterisme.
Disamping ciri-ciri yang sudah disebut, totaliterisme juga merupakan suatu ideologi resmi yang harus dianut oleh para anggota masyarakat dan harus meliputi
semua segi kehidupannya; suatu sistem kontrol polisi yang bersifat teror yang ditopang dan diawasi pemimpin serta diarahkan pada musuh-musuh negara; selain
merupakan pengawasan dan pengarahan langsung terhadap seluruh kegiatan ekonomi. Beberapa ciri lain totaliterisme dapat pula ditambahkan disini: kesenian
dan ilmu pengetahuan ada dibawah kepentingan elit politik dan menjadi bagian tersendiri dalam ideologi; organisasi-organisasi kepemudaan, serikat buruh,
perhimpunan-perhimpunan budaya, sistem pendidikan, dan struktur sosial perantara lainnya dijadikan sebagai sarana untuk memperluas kontrol sosial dan
politik kaum elit selain sebagai sarana pendukung tujuan-tujuan ideologisnya. Dan sekalipun ada alat komunikasi yang canggih untuk menyampaikan tuntutannya
kepada rakyat tetapi tidak ada saluran terlembaga yang memungkinkan adanya hubungan timbal balik antara mereka dengan rakyat. Pendeknya pemerintahan
yang otoriter senantiasa mengontrol kebebasan perilaku warga negaranya dan mengikis setiap kemunculan oposisi yang terorganisasi. Mereka tidak hanya
mencoba mengawasi perilaku warga negaranya tetapi juga pemikirannya. Dalam
46 pengertian ini, banyak agama termasuk Yudanisme dan Kristen yang permulaan
merupakan bentuk awal dari pemerintahan yang totaliter. Meskipun begitu, penting dicatat bahwa ciri-ciri totaliterisme yang
demikian lebih merupakan hasil dari logika yang bersifat deduktif daripada pengamatan yang empirik. Totaliterisme merupakan suatu bentuk ideal; negara
yang begitu hanya dalam bentuk saja. Istilah totaliterisme mungkin hanya bisa digunakan dalam menjelaskan definisi, tapi perlu diingat bahwa ia jarang,
kalaupun pernah ada dalam kenyataan. Bukanlah suatu kebetulan misalnya, kalau para mahasiswa dari masyarakat komunis yang mengumpulkan data melihat
bahwa hal tersebut sebenarnya lebih dekat dengan komunisme, dan mereka kerap sepakat untuk membuang cap “totaliterisme” itu. Karenanya mungkin bisa
dikemukakan bahwa Jerman Nazi dan Rusia Stalin pertengahan tahun1930-an, dan akhit tahun 1940-an hingga sebelum wafatnya Stalin tahun 1953,
sesungguhnya lebih merupakan totaliterisme, meski akan salah untuk menyimpulkan bahwa ciri-ciri politik, ideologis, dan sosial kedua masyarakat ini
sangat mirip satu sama lain. Dan kalaupun ada perbedaan ciri pada bentuknya, perbedaan itu boleh dikatakan hampir tidak mempunyai manfaat konseptual.
Juga diragukan apakah fasis Italia kata ‘totaliterisme” tampaknya ditemukan oleh Mussolini, Uni Soviet di bawah Krushchev dan Brezhev, Kuba di
bawah Castro atau Batista, Franco di Spanyol, atau bahkan Cina di bawah Mao haruslah dicap totalier, dan cap itu tentu menyesatkan bila dikaitkan dengan
Polandia, Hongaria, Yugoslavia, Afrika Selatan, Vietnam, dan kedua negara Korea, serta berbagai negara otoriter lainnya sekarang ini yang lebih suka dihina
dapipada diberi julukan totaliter. Tingkat pensifatan keotoriteran negara-negara ini sangatlah berbeda satu sama lain dan pada satu negara dari satu masa ke masa
yang lain. Orang tidak boleh seenaknya menggunakan istilah itu sekedar dalih untuk melakukan penelitian yang seksama dan analisa yang tidak memihak.
Tetapi juga jelas bahwa suatu pemerintahan oleh sedikit orang, bagaimanapun ringan atau berat keotoriteriannya, ia tidaklah sesuai dengan pengertian awam
tentang demokrasi.
47
14. Pemerintahan oleh Banyak orang a. Demokrasi Langsung