Pengertian Destination Branding citra destinasi

destinasi tersebut. Suatu Unique Selling Proposition perlu diciptakan dalam branding suatu destinasi wisata. 4 Menyampaikan pesan brand messages Setelah citra diciptakan, maka tantangan selanjutnya adalah untuk “menyampaikan pesan” yang “merefleksikan citra destinasi” kepada calon wisatawan. Penyampaian pesan akan efektif jika jalur komunikasi antar destinasi dan calon pengunjung selalu terbuka. 5 Konsisten consistency Upaya untuk membuat destinasi masuk ke dalam evoked set atau “peta pilihan”calon wisatawan adalah dengan mengkomunikasikannya secara konsisten. Konsisten dalam menyampaikan citra, pesan, dan pengalaman yang akan didapat wisatawan dalam kunjungan ke suatu destinasi akan sangat membantu pembentukan awareness dan jaminan akan kualitas sekaligus berarti mengurangi risiko yang dirasakan oleh calon wisatawan. 6 Membangkitkan respon emosional emotional response Strategi branding perlu berupaya membangkitkan respons emosional dari calon wisatawan, terutama karena kunjungan wisata lebih merupakan pengalaman yang holistik daripada sekedar pembelian tunggal. Wisatawan cenderung mengeluarkan cukup banyak uang dan menghabiskan waktu yang cukup panjang dalam suatu pengalaman perjalanan. Jika reaksi mereka tidak positif secara emosional, maka sebuah destinasi sulit untuk mendapatkan wisatawan yang loyal, yang diukur dengan kunjungan ulang maupun rekomendasi world-of-mouth postif yang diberikan ke calon wisatawan lain. 7 Membangkitkan harapan creating expectations Seiring dengan intensitas persaingan dalam industri pariwisata global, branding suatu destinasi wisata, selain membentuk citra, juga harus menyampaikan janji akan memberikan pengalaman yang berkualitas dan mengesankan pada calon wisatawan. Branding berarti harus membentuk ekspektasi calon wisatawan akan pengalaman perjalanan yang akan didapat. Hal ini akan mempengaruhi keputusan destinasi kunjungan. Gambar 2.1 Places as Relational Brand Networks Hankinson, 2004 dalam Blain, Levy, dan Ritchie, 2005 Dikutip melalui Dewi 2011 Destinasi yang ingin menjual produk wisata yang berbasis nilai- nilai berkelanjutan perlu menetapkan intisari brand brand essence berdasarkan pada nilai-nilai berkelanjuttan sustainability values. Beberapa konsep brand essence yang dapat dipilih adalah sebagai berikut: a Pemeliharaan lingkungan dengan menjaga keaslian bentang alam b Konservasi budaya masyarakat c Konservasi bangunan bersejarah Relasi dengan konsumen wisatawan dan penduduk lokal  Sasaran pasar yang sesuai  Penduduk dan karyawan  Konsumen internal  Relasi yang dikelola Relasi dengan Instrafuktur Brand  Akses: Transportasi eksternal udara, darat, laut  Fasilitas Hygiene Parkir Mobil Core Inti Brand Brand Personalitas Positioning Identifiers Hubungan relasional dengan Jasa dan Penyedia Jasa Utama  Pengecer  Acara dan aktivitas wisata  Hotel dan akomodasi lainnya  Restoran  Transportasi Relasi dengan Media  Komunikasi organik  Komunikasi pemasaran yang diciptakan induced d Penerapan prinsip perdagangan yang adil fair trade e Pelibatan masyarakat dalam industri pariwisata f Manfaat ekonomi bagi masyarakat g Perlindungan dan edukasi wisatawan h Penjaminan hak-hak wisatawan Persaingan dalam industri pariwisata telah diidentifikasi oleh Porter yang dikutip melalui Dewi 2011, lima faktor yang akan menentukan daya tarik, secara jangka panjang suatu pasarindustrisegmen pasar. Kelima faktor tersebut antara lain, intensitas persaingan di industri sekarang ini segment rivalry, posisi tawar pemasok supplier power, posisi tawar pembeli buyer power, ancaman produk pengganti substitues, dan ancaman pendatang baru potential entrants Gambar 2.2 Model Persaingan “Five Forces of Competition” Porter, 2008 Dikutip melalui Dewi 2011 Potential Entrants Threat of Mobility Suppllers suppler power Substitutes Threat of substitutes Buyers Buyer power Industry Competitors Segment rivalry Mendefinisikan persaingan dalam industri pariwisata, persaingan bisa diidentifikasikan antar destinasi baik secara nasional maupun lokal maupun antar daya tarik wisata. Sehingga perlu dikenali berbagai keunggulan banding kepariwisataan di suatu negara atau destinasi untuk mengembangkannya sebagai produk wisata dan keunggulan saing.

E. Pengertian Atribut

Konsumen memiliki tiga jenis pengetahuan produk: pengetahuan mengenai atribut atau karakteristik produk, akibat keuntungan penggunaan produk, dan pencapaian nilai konsumen atas produk Schiffman dan Kanuk 2008: 70. Mowen dan Minor, mengatakan titik awal untuk memahami hubungan antara kepercayaan, sikap, dan perilaku adalah studi tentang pembentukan kepercayaan, konsumen. Kepercayaan konsumen consumen beliefs adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Objek objects dapat berupa produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut attributes adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek. Dua kelas atribut yang luas telah diidentifikasikan sebelumnya, atribut intrinsik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual produk, sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama, merek, kemasan dan label. Akhirnya, manfaat benefits adalah hasil positif yang diberikan atribut kepada konsumen. Kepercayaan, yang kita katakan mewakili asosiasi yang konsumen bentuk diantara objek, atribut, dan manfaat didasarkan atas pembelajaran yang kognitif. Seseorang membentuk tiga jenis kepercayaan Peter dan Olson, 2013:70 sebagai berikut; 1 Kepercayaan atribut-objek object-attribute beliefs Kepercayaan ini menghubungkan sebuah atribut dengan objek, seperti seseorang, barang, atau jasa, melalui kepercayaan atribut-objek, konsumen menyatakan apa yang mereka ketahui tentang sesuatu hal dalam variasi atributnya. 2 Kepercayaan manfaat-atribut attribute-benefit beliefs Persepsi konsumen tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan, atau memberikan manfaat tertentu. 3 Kepercayaan manfaat-objek object-benefits beliefs Persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang, atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu Pemasar dapat mengubah atribut merek dengan membuat produk lebih menarik bagi konsumen. Konsumen dapat memiliki pengetahuan mengenai tipe atau jenis atribut produk berbeda. 7 Atribut nyata mewakili karakteristik fisik dapat disentuh nyata, seperti jenis serat dalam selimut atau ruang kaki kursi depan dalam mobil. 8 Atribut abstrak mewakili karakteristik subjektif tidak dapat disentuh tidak nyata, seperti kualitas atau kehangatan sebuah selimut, gaya, atau kenyamanan sebuah mobil. Konsumen juga memiliki pengetahuan mengenai evaluasi afektif setiap atribut seperti misalnya saya tidak suka rasa gatal yang ditimbulkan selimut wol; saya suka es krim dengan adonan kue Peter dan Olson, 2013:70-71. Atribut sendiri sangat berbeda dalam hal kepentingannya bagi para konsumen. Kepentingan atribut attribute importance didefinisikan sebagai penilaian umum seseorang terhadap signifikansi atribut atas produk atau jasa tertentu. Harga merupakan salah satu atribut paling penting yang dievaluasi oleh konsumen, dan manajer perlu benar-benarmenyadari peran tersebut dalam pembentukan sikap konsumen. Dalam situasi tertentu para konsumen sangatlah sensitif terhadap harga misalnya, permintaan yang elastik sehingga harga yang relatif tinggi dibanding para pesaingnya dapat mengeliminasi produk dari pertimbangan konsumen, akan tetapi, dalam kasus lainnya harga dapat dipergunakan sebagai indikator pengganti kualitas produk, dengan hasil bahwa harga yang lebih tinggi dipandang oleh segmen pasar tertentu. Kemudian harga produk dapat memberikan baik pengaruh positif maupun negatif terhadap konsumen. Dalam bukunya Mowen dan Minor 2002:312 mengatakan para peneliti telah mengidentifikasi tujuh dimensi atribut harga, lima negatif dan dua positif. Pada peran negatif pertimbangan harga telah ditemukan untuk mempengaruhi orang yang : a Sadar nilai value conscious yaitu keadaan dimana konsumen memperhatikan rasio kualitas produk terhadap harga. b Sadar harga price conscious keadaan dimana konsumen lebih berfokus pada pembayaran harga yang lebih murah. c Penawaran kupon coupon prone yaitu keadaan dimana konsumen menanggapi tawaran pembelian yang melibatkan kupon. d Penawaran penjualan sale prone yaitu keadaan dimana konsumen menanggapi tawaran pembelian yang melibatkan pengurangan harga sementara. e Mavens harga price mavens yaitu keadaan dimana konsumen menjadi sumber informasi bagi orang lain tentang harga di pasar bisnis.