d. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan ini menunjukkan perubahan aktiva bersih yang terjadi dalam suatu badan usaha selama satu periode akuntansi. Menurut PSAK No. 1, perusahaan
harus menyajikan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan beberapa hal berikut:
1. Labarugi periode tersebut 2. Pos pendapatan, beban, ke.untungan, dan kerugian yang terkait langsung
dengan ekuitas. 3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
kesalahan. 4. Transaksi modal pemilik
5. Laba yang ditahan pada awal dan akhir tahun 6. Rekonsiliasi nilai tercatat dari masing-masing akun ekuitas
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.4 : PT Gaga Gigi Gogo Laporan Perubahan Ekuitas untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2007
dalam rupiah Modal
Saham Agio
Saham Selisih
Revaluasi Selisih
Kurs Saldo
Laba Jumlah
Saldo Per 31122006
300.000 150.000
25.000 10.000 500.000
965.000 Perubahan
Kebijakan Akuntansi
50.000 50.000
Saldo yang disajikan
kembali 300.000
150.000 25.000
10.000 450.000 915.000
Selisih revaluasi
aktiva tetap 5.000
5.000
Laba belum direalisasi
dari efek jangka
pendek 1.000
1.000
Selisih kurs dari
penjabaran laporan
keuangan 5.000
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Keuntunga nkerugian
Netto yang tidak diakui
pada laporan
laba rugi 300.000
150.000 31.000
5.000 450.000 926.000
Laba bersih periode
berjalan 50.000
50.000
Dividen 25.000
25.000 Penerbitan
modal saham
100.000 50.000
150.000
Saldo Per 31122007
400.000 200.000 31.000 5.000 475.000 1.101.000
Sumber : Standar Akuntansi Keuangan, 2004:1.12 – 2.2
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
PSAK No. 1 menjelaskan bahwa atas laporan keuangan ini disajikan dengan mengungkapkan :
1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan akuntansi, dan peristiwatransaksi penting.
2. Informasi yang tidak disajikan pada laporan keuangan lainnya.
2.2.2.2 Analisis Laporan Keuangan
Sebelum mengadakan analisis terhadap suatu laporan keuangan, penganalisis harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut.
Penganalisis juga harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup di dalam mengambil suatu kesimpulan, di samping harus memeperhatikan
perubahan tingkat harga yang terjadi, agar dapat menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan hasil yang memuaskan, maka perlu mengetahui latar belakang
dari data keuangan tersebut. Menurut Hanafi dan Halim, 2005 : 72, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam analisis laporan keuangan, sebagai berikut : 1.
Analisis harus mengidentifikasikan adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan .
2. Diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik atau
tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. 3.
Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati sangatlah penting. Mencari informasi
sekitar aktivitas perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Analisis membutuhkan informasi tambahan di luar laporan keuangan.
Menurut Hanafi dan Halim 2005 : 93-94 analisis laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut :
1. Data yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarakan
pada harga perolehan historical cost. 2.
Penyusunan laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa alternatif metode akuntansi, misalnya metode FIFO, LIFO, dan rata-rata
prsediaan. 3.
Upaya perbaikan dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan terlihat
jelas dan baik. 4.
Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan yang bergerak pada bidang usaha industri. Untuk
perusahaan semacam ini, analisis akan kesulitan memilih pembandingnya karena perusahaan tersebut bergerak pada beberapa
industri. 5.
Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan, terutama yang berkaitan dengan rekening-rekening jangka panjang seperti
investasi jangka panjang. 6.
Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri.
Menurut Sawir, 2005 : 45-46 ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Analisis Horisontal Perbandingan Laporan Keuangan
Adalah analisis dengan cara membandingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan, sehingga dapat
diperoleh gambaran selama beberapa tahun terakhir apakah telah terjadi kenaikan atau penurunan.
2. Analisis Vertikal per komponen
Adalah analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi pos-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau
proporsi dari unsur-unsur tertentu laporan laba rugi dengan jumlah tertentu dari laporan laba rugi.
Adapun teknik-teknik analisis yang biasa digunakan dalam laporan keuangan menurut, Munawir 2002 : 36-37 adalah sebagai berikut :
1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.
2. Tren atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase trend percentage analysis, adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada
keadaan keuangannya, apakh menunjukan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3. Laporan keuangan prosentase per komponen atau common size
statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya juga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
untuk mengetahui strutur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode
tertentu. 5.
Analisis sumber dan penggunaan kas cash flow statement analysis, adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya
jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tesebut.
7. Analisis perubahan laba kotor gross profit analysis, adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode
tersebut. 8.
Analisis break-event, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break-event ini juga akan diketahui
berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemua itu adalah merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis
laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Menurut Harahap, 2002 : 194 analisa laporan keuangan memiliki sifat-
sifat, antara lain : 1.
Fokus laporan adalah adalah laba rugi, neraca, arus kas yang merupakan akumulasi transaksi dari kejadian historis, dan penyebab
terjadinya dalam suatu perusahaan. 2.
Prediksi, analisa harus mengkaji implikasi kejadian yang sudah berlalu terhadap dampak dan prospek perkembangan keuangan
perusahaan di masa yang akan datang. 3.
Dasar analisa adalah laporan keuangan yang memiliki sifat dan prinsip tersendiri sehingga hasil analisa sangat tergantung pada
kualitas laporan. Sedangkan kegunaan analisa laporan keuangan menurut Harahap 2002
:195-196 dapat dikemukakan sebagai berikut : 1.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata
explicit dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan implicit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan
keuangan. 4.
Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yamg diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan
model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan rating.
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan. 7.
Dapat menentukan peringkat rating perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami
perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami
perusahaan di masa yang akan datang.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.3 Analisis Rasio Keuangan 2.2.3.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Perencanaan adalah kunci kesuksesan bagi manajer keuangan. Rencana keuangan mungkin mempunyai bermacam-macam bentuk, tetapi suatu rencana
yang baik harus dihubungkan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan, oleh karena itu rencana tersebut harus dimulai dari analisis keuangan pada perusahaan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa
rasio yang akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan yang digunakan secara standart Munawir, 2002 : 64.
Rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
keuangan perusahaan Keown et all, 2005: 74, rasio keuangan dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba
rugi saja, atau pada neraca dan laba rugi, setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu
Husnan, 1998 : 560. Analisis rasio keuangan, menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan laba rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini, analisis rasio
juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh Sawir, 2005 : 6.
2.2.3.1.1 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Sebagaimana disebutkan di muka macamnya rasio finansiil banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Demikian pula
pengempokan rasio juga macam-macam. Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka rasio-rasio dapat digolongkan dalam 3 golongan,
yaitu Riyanto, 2010:330 : 1.
Rasio-rasio neraca ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca.
2. Rasio-rasio laporan laba rugi ialah rasio-rasio yang disusun dari data
laporan laba rugi income statement 3.
Rasio-rasio antar-laporan ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya.
Adapula yang mengelompokkan rasio-rasio sebagai berikut Riyanto, 2010 : 330- 340 :
1. Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
likuiditas perusahaan. 2.
Rasio leverage hutang adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
3. Rasio aktivitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber- sumber dananya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
2.2.4 Tingkat Pengembalian Investasi Dividen 2.2.4.1 Pengertian Tingkat Pengembalian Investasi Dividen
Menurut Gitman 2003 dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian investor atas suatu saham, dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang
saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang, karena retained earnings saldo laba adalah salah satu bentuk pendanaan internal,
maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan, dengan demikian, semakin besar dividen kas yang
dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham.
Pendefinisian dividen yang senada diungkapkan oleh Ross et al 1999, Ross menyatakan bahwa dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan
oleh perusahaan kepada para pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun saham., dividen dikatakan juga sebagai “komponen pendapatan” dari return investasi pada
saham.
2.2.4.1.1 Teori Kebijakan Dividen
Dividen merupakan pembayaran dari perusahaan kepada para pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya, kebijakan dividen adalah kebijakan
yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang
ditahan untuk kepentingan perusahaan Sutrisno, 2001, dalam banyak hal,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual
value theory of dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan.
Gitman 2003 memberikan definisi kebijakan dividen sebagai suatu perencanaan tindakan perusahaan yang harus dituruti ketika keputusan dividen
harus dibuat. Sedangkan Lee dan Finerty 1990 mengartikan kebijakan dividen sebagai suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan earnings yang
dihasilkan kepada para pemegang saham atau akan menahan earnings untuk kegiatan reinvestasi dalam perusahaan.
Dengan demikian, kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar
bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiaya investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam
bentuk dividen, maka akan mengurangi retained earnings dan selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih
untuk menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar.
Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa
mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan, berikut ini adalah pemaparan mengenai beberapa teori kebijakan dividen:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. H
ipotesis Kontrak Konsep dasar hipotesis kontrak digambarkan oleh Myers 1977, dalam Smith
Watts 1992 sebagai berikut: IOS perusahaan merupakan call option hak untuk melakukan pembelian atau investasi di masa mendatang pada tingkat
harga tertentu yang nilainya bergantung pada kecenderungan bahwa manajemen akan melaksanakan kesempatan tersebut, jika perusahaan
memiliki hutang yang berisiko tinggi dan dengan hutang tersebut perusahaan melaksanakan pilihan untuk menjalankan proyek yang memiliki net present
value positif, maka akan terdapat kemungkinan terjadinya penurunan nilai perusahaan.
Hubungan antara kebijakan investasi dan dividen dapat diidentifikasi melalui arus kas perusahaan, yaitu semakin besar jumlah investasi dalam satu periode
tertentu, akan semakin kecil dividen yang diberikan, dengan demikian perusahaan yang bertumbuh aktif melakukan kegiatan investasi diidentifikasi
sebagai perusahaan yang free cash flow-nya rendah Jensen, 1986 dalam Smith dan Watts 1992 dengan pembayaran dividen yang rendah pula.
Argumentasi mengenai hipotesis kontrak adalah new issue market merupakan salah satu cara menurunkan biaya agensi, karena berarti terjadi peningkatan
pengawasan terhadap manajer oleh pemegang saham yang jumlahnya menjadi lebih banyak atau hak kontrol yang lebih besar bagi pemegang saham, oleh
karena itu, perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan yang rendah akan segan atau jarang melakukan new issue market, salah satu cara
mempertahankan nilai modal saham yang ada adalah dengan membayar
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dividen lebih tinggi Rozef 1982 dan Easterbrook 1984, dalam Smith Watts 1992.
2. Hipotesis Pecking Order Hipotesis Pecking Order yang dikemukakan oleh Myers Majluf 1984 di
dalam Hartono 1999 menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen relatif rendah dalam rangka
memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya, bahkan bagi perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat
menjadi berita buruk bad news karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana investasinya Kalay 1982, dalam Hartono 1999.
3. Hipotesis Sinyal Hipotesis sinyal yang dikemukakan oleh Miller Rock 1985 di dalam
Hartono 1999 menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas tinggi akan membayar dividen lebih tinggi, jika sinyal meningkat karena adanya disparitas
informasi antara manajer dengan investor, maka perusahaan yang memiliki disparitas informasi besar yang biasanya merupakan perusahaan yang
memiliki pilihan pertumbuhan yang kecil akan membayarkan dividen lebih tinggi hubungan negatif sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik.
4. Residual Dividend Policy Kebijakan ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa
dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang dibayarkan untuk membiayai perencanaan modal perusahaan Weston dan Brigham, 1993.
Artinya, perusahaan membayarkan dividen hanya jika terdapat kelebihan dana
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
atas laba perusahaan yang digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan, dasar dari kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai
perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang diinvestasikan
kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih tinggi daripada return rata rata yang dapat dihasilkan investor dari investasi lain dengan risiko yang
sebanding.
2.2.4.1.2. Dividen Sebagai Tingkat Pengembalian Investasi
Laba bersih perusahaan dapat diperlakukan menjadi tiga, yaitu diinvestasikan kembali ke dalam aset yang produktif, dibayarkan untuk melunasi
kewajiban dan dibagikan sebagai dividen Pratt, 2000, laba bersih merupakan return dari investasi perusahaan, sedangkan laba bersih yang dibagikan sebagai
dividen merupakan direct return bagi pemegang saham, pengertian ataupun definisi mengenai dividen sebagai tingkat pengembalian investasi termuat dalam
PSAK No. 23, pernyataan itu merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal
tertentu. Dividen disebutkan sebagai bagian laba earnings income yang dibagi.
Income, berdasarkan penerimanya dapat diklasifikasikan menjadi lima konsep, yaitu : 1konsep nilai tambah value added concept, 2 konsep laba bersih
perusahaan enterprise net income concept, 3 konsep laba bersih untuk investor net income to investor, 4 konsep laba bersih untuk pemegang saham net
income to shareholders concept, dan 5 konsep laba bersih untuk pemiliki
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
residual ekuitas net income to residual equity holders Hendriksen dan Breda 1992. Penelitian ini lebih melihat dividen sesuai dengan konsep laba bersih
untuk investor karena mengacu kepada teori Pratt 2000 dan PSAK No.23 IAI, 2002.
2.2.5 Dividend Payout Ratio 2.2.5.1 Pengertian Dividend Payout Ratio
Free Cash Flow didefinisikan oleh Jensen 1986 sebagai kelebihan dana kas setelah dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan net present
value positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Pengertian senada diungkapkan oleh Brown 1996 yang mendefinisikan aliran
kas bebas sebagai cash flow yang dihasilkan dari operasi bisnis yang sedang berjalan dan tersedia untuk didistribusikan kembali kepada pemegang saham
tanpa mempengaruhi tingkat pertumbuhan perusahaan saat ini. Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah
pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas Gitman 2006: 602. Dividend Payout Ratio DPR ini
ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak.
Dividend Payout Ratio = share
per Earning
share per
Dividend
Definisi Dividend Payout Ratio menurut Van Horne Machowicz Jr.
1998:483 Dividend Payout Ratio adalah: “ Annual cash dividends divided by
annual earnings; or alternatively Dividend per Share divided by Earning per
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Share. The ratio indicates the percentage of a company’s earnings that’s paid out to shareholder in cash.” Jadi, Dividend Payout Ratio merupakan persentase
dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi
besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Kas yang benar- benar tersedia bagi para pemegang saham adalah suatu
free cash flow.
2.2.6 Pengaruh Rasio Keuangan dengan Kebijakan Dividen Perusahaan
Tambang Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Seperti yang kita ketahui, penelitian mengenai kebijakan dividen telah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut mengaitkan dividen dengan
banyak hal, mulai dari harga saham, likuiditas saham, struktur modal, kebijakan keuangan perusahaan, laba, dan lain-lain.
Beberapa teori dividen yang telah dibahas sebelumnya menyatakan bahwa salah satu pertimbangan manajer dalam menentukan kebijakan maupun besaran
dividen yang dibagikan adalah keputusan serta kondisi keuangan perusahaan. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan antara kebijakan
dividen perusahaan dengan keputusan investasi, hutang, serta kondisi laba perusahaan. Kebijakan perusahaan terhadap keputusan serta kondisi tersebut,
seperti yang dijelaskan Keown, Martin, dan Scott Jr. 2003, dan Van Horne 2001, tercerminkan serta dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan. Meskipun ada
banyak jenis rasio keuangan, namun berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penulis menyimpulkan rasio profitabilitas, likuiditas, dan hutang
merupakan tiga rasio utama yang memiliki kaitan dengan dividen. Hal ini
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dikarenakan ketiga rasio tersebut mencerminkan keputusan atau kebijakan keuangan inti perusahaan.
2.2.6.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan
Tambang Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi karena deviden adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh
perusahaan, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan, keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang
saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak, oleh karena itu deviden yang diambilkan dari
keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio, perusahaan yang
semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden Sudarsi, 2002:79.
Bahwa dapat ditarik suatu kesimpulan jika deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih maka besarnya keuntungan perusahaan akan mempengaruhi
dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang emakin besar sebagai deviden.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba profit.
Laba inilah yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai ataupun dividen saham. Hermi 2004 mengungkapkan laba
diperoleh dari selisih antara harta yang masuk pendapatan dan keuntungan dan harta yang keluar beban dan kerugian, laba perusahaan tersebut dapat ditahan
sebagai laba ditahan dan dapat dibagi sebagai dividen, sehingga peningkatan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
laba bersih perusahaan investee akan meningkatkan tingkat pengembalian
investasi berupa pendapatan dividen bagi investor.
2.2.6.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan
Tambang Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Likuiditas juga bisa berarti mudah tidaknya suatu jenis
investasi dicairkan menjadi uang kas Anaroga 2001: 79. faktor yang mempengaruhi risiko tidak sistematis salah satunya adalah
likuiditas perusahaan. Kemampuan likuiditas keuangan antar perusahaan cenderung berbeda-beda. Berdasarkan Rahardjo 2006:110 kriteria perusahaan
yang mempunyai posisi keuangan kuat adalah mampu memenuhi kewajiban keuangannya kepada pihak luar secara tepat waktu, mampu menjaga kondisi
modal kerja yang cukup, mampu membayar bunga dan kewajiban dividen yang harus dibayarkan, dan menjaga posisi kredit utang yang aman. Rasio likuiditas
bertujuan menaksir kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan komitmen pembayaran keuangannya.
Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan semakin baik bagi investor. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas tinggi akan diminati para investor dan
akan berimbas pula pada harga saham yang cenderung akan naik karena tingginya permintaan, kenaikan harga saham ini mengindikasikan meningkatnya kinerja
perusahaan dan hal ini juga akan berdampak pada para invesor karena mereka akan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham, oleh karena dividen merupakan ”
cash outflow” maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan untuk membayar dividen.
Suatu perusahaaan yang sedang tumbuh, mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dananya tertanam dalam aktiva tetap dan
modal kerja dengan demikian kemampuannya untuk membayar cash divident pun
sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan-
keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya. Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu
perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, makin tinggi ”
dividend payout ratio”nya. Riyanto 2010: 267. Current ratio menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar ada sekian
kalinya hutang jangka pendek. Current ratio 200 kadang-kadang sudah
memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat
ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200 hanya merupakan
kebiasaan rule of thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk
mengadakan penelitian atau analisa lebih lanjut. Munawir 2002: 72.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.6.3 Pengaruh Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Tambang Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Menurut Howton
et. al. 1998 mengutip Opler dan Titman 1993 dan Johnson 1995; perusahaan yang memiliki peluang investasi yang tidak
menguntungkan serta arus kas bebas yang tinggi, dengan membedakan perusahaan yang pembayaran dividennya tinggi dengan yang rendah, bahwa
perusahaan yang pembayaran dividennya rendah mempengaruhi harga saham secara positif pada pengumuman penawaran hutang. Kebijakan hutang dinyatakan
dalam rasio hutang .
Rozeff 1982 menyatakan bahwa perusahaan yang hutang operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan dividen yang rendah, pernyataannya sesuai
dengan pandangan bahwa perusahaan yang berisiko akan membayar dividennya rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara
eksternal. Struktur permodalan perusahaan akan membandingkan antara permodalan dari kreditor dan pemegang saham, struktur permodalan yang lebih
tinggi dimiliki oleh hutang menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen, rasio hutang
yang paling umum digunakan adalah rasio hutang terhadap modal debt to equity
ratio Karnadi, 1993, oleh karena itu penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio untuk menghitung tingkat hutang.
Perusahaan yang memiliki rasio hutang lebih besar seharusnya membagikan dividen lebih kecil karena laba yang diperoleh digunakan untuk
melunasi kewajiban, dengan demikian investor dapat mempelajari kewajiban
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
perusahaan untuk memperkirakan pendapatan dari investasi berupa dividen, di masa yang akan datang, dengan demikian investor dapat mempelajari kewajiban
perusahaan untuk memperkirakan pendapatan dari investasi berupa dividen, di masa yang akan datang.
2.3. Kerangka Pikir