Konsep Dasar Mobilisasi Pengelolaan Kasus

BAB 2 Pengelolaan Kasus

2.1 Konsep Dasar Mobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.Setiap orang butuh untuk bergerak.Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif, dan utnuk aktualisasi diri harga diri dan citra tubuh. Jenis mobilisasi antara lain: A. Aziz alimul H 2009 1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. 2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang. b. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik. Universitas Sumatera Utara Faktor yang mempengaruhi mobilisasi seseorang antara lain: 1. Gaya hidup dan kebudayaan Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal masyarakat. Contoh sederhananya adalah wanita jawa.Di masyarakat tempat mereka tinggal, wanita jawa ditiuntut untuk berpenampilan lemah dan lembut.Selain itu, tabu bagi mereka untuk melakukan aktivitas yang berat. 2. Kesehatan fisik Penyakit, cacat tubuh, dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh. 3. Tingkat energi Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi.Dalam hal ini, cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.Disamping itu, ada kecenderungan seseorang untuk menghindsri stresor guna mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis. 4. Usia dan tingkat perkembangan tubuh Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan.Usia juga mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskular dan tubuh secara proporsional, postur, pergerakan dan refleks akan berfungsi secara optimal. 5. Emosi Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang.Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat, yang kemudian ssering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas. Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan aktivitas, misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak beratdisertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya. Jenis imobilitas antara lain: A. Aziz alimul,2009 1. Imobilitas fisik, merupakan kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut. 2. Imobilitas intelektual, merupakan kondisi yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak. Universitas Sumatera Utara 3. Imobilitas emosional, merupakan kondisi yang dapat terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai. 4. Imobilisasi sosial, merupakan kondisi individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga mempengaruhi perannya dalam kehidupan social. Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis.Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri.Selain itu kondisi ini juga disertai dengan ketidaksesuaian antara emosi dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis. Sedangkan dari segi fisik, imobilisasi dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan pada metabolisme, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan pengubahan zat gizi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system pernafasan, perubahan kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal, perubahan system integumen, perubahan eliminasi, dan perubahan perilaku. Tingkat imobilitas bervariasi, meliputi : 1. Imobilitas komplet, dimana imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tingkat kesadaran. 2. Imobilitas parsial, dimana imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur ekstremitas bawah kaki. 3. Imobilitas karena alasan pengobatan, dimana imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan pernapasan misalnya, sesak napas atau pada penderita penyakit jantung. Pada kondisi tirah baring bedrest total, klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi. Akan tetapi, pada tirah baring bukan total, klien masih diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi.

2.2 Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi A. Aziz alimul, 2009