Pengkajian Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi A. Aziz alimul, 2009

3. Imobilitas emosional, merupakan kondisi yang dapat terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai. 4. Imobilisasi sosial, merupakan kondisi individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga mempengaruhi perannya dalam kehidupan social. Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis.Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri.Selain itu kondisi ini juga disertai dengan ketidaksesuaian antara emosi dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis. Sedangkan dari segi fisik, imobilisasi dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan pada metabolisme, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan pengubahan zat gizi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system pernafasan, perubahan kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal, perubahan system integumen, perubahan eliminasi, dan perubahan perilaku. Tingkat imobilitas bervariasi, meliputi : 1. Imobilitas komplet, dimana imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tingkat kesadaran. 2. Imobilitas parsial, dimana imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur ekstremitas bawah kaki. 3. Imobilitas karena alasan pengobatan, dimana imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan pernapasan misalnya, sesak napas atau pada penderita penyakit jantung. Pada kondisi tirah baring bedrest total, klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi. Akan tetapi, pada tirah baring bukan total, klien masih diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi.

2.2 Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi A. Aziz alimul, 2009

2.2.1. Pengkajian

Pengkajian pada kebutuhan dasar mobilisasi meliputi : a. Riwayat keperawatan sekarang, meliputi alasan klien yang menyebabkan terjadi keluhangangguan dalam mobilitas atau imobilitas, seperti adanya nyeri, Universitas Sumatera Utara kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas. b. Pengkajian keperawatan penyakit yang pernah diderita, berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis, riwayat penyakit kardiovaskular, riwayat penyakit sistem muskuluskeletal, riwayat penyakit sistem pernafasan, riwayat penyakit pemakaian obat seperti sedatif, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksania, dan lain-lain. c. Kemampuan fungsi motorik, pengkajiannya antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis. d. Kemampuan mobilitas, dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut : Tingkat 0 : Mampu merawat diri secara penuh Tingkat 1 : Memerlukan penggunaan alat Tingkat 2 : Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain Tingkat 3 : Memerlukan bantuan, pengawasan dan peralatan Tingkat 4 : Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan. e. Kemampuan rentang gerak, pengkajian rentang gerak Range of Motion – ROM dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki. f. Perubahan intoleransi aktivitas, berhubungan dengan perubahan pada sistem pernafasan, antara lain : suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian perubahan intoleransi aktivitas terhadap sistem kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi. g. Kekuatan otot dan gangguan kordinasi, dalam mengkaji kekuatan otot dapat dilakukan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan : Skala presentase kekuatan normal karakteristik : Paralisis sempurna Nilai : 0 1 : Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat Universitas Sumatera Utara Nilai : 10 2 : Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan Nilai : 25 3 : Gerakan yang normal melawan gravitasi Nilai : 50 4 : Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal Nilai : 75 5 : Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahan optimal Nilai : 100 h. Perubahan psikologis, disebabkan karena adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme tulang, dan lain-lain.

2.2.2 Rumusan Masalah