Asuhan Keperawatan pada Tn. O dengan Masalah Gangguan Tidur di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan

(1)

   

Asuhan Keperawatan pada Tn.O dengan Masalah

Gangguan Tidur di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Sumatera Utara Medan

Karya Tulis Ilmiah

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Eko Aprizon Nanda

102500054

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, dan telah memberikan kekuatan, kesempatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. O dengan Masalah Gangguan Tidur di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan”.

Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Roxana Devi Tumanggor S.Kep, Ns, M.Nurs (MntlHlth) selaku dosen pembimbing yang selama ini telah membimbing dan memberikan saran, kritik, dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Disamping itu penulis juga banyak mendapat bantuan moril dan material dari berbagai pihak dalam menyelesaikan studi dan penulisan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Erniyati S.kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Pelaksana Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Mahnum Lailan Nst S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen penguji.


(4)

5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Yang terhormat kepada kedua orang tua saya ayahanda (Nurbai) dan ibunda (Nelwati) yang tercinta atas segala keikhlasan dalam memberikan kasih sayang serta adik saya yang saya sayangi (Wiranto Saputra), yang tidak pernah lelah memberikan dukungan moril maupun materil dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh keluarga besar saya yang juga memberikan dukungan langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada saya Yogi Pramana Putra, Randa Derma Putra, dan Desi Amaliah, terima kasih telah menjadi sahabat terbaik sampai saat ini dan untuk selamanya.

9. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan khususnya Teman-teman Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2010, terima kasih atas doa, dukungan dan kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang membangun dari semua pihak bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan keperawatan.

Medan, Juli 2013 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 4

1.3 Manfaat ... 5

BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur ... 6

2.1.1 Pengertian Tidur ... 6

2.1.2 Fisiologi Tidur ... 6

2.1.3 Pengaturan Tidur ... 7

2.1.4 Tahapan Tidur ... 8

2.1.5 Siklus Tidur ... 10

2.1.6 Fungsi Tidur ... 12

2.1.7 Kebutuhan dan Pola Tidur ... 13

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur ... 14

2.2 Gangguan Tidur ... 16

2.2.1 Pengertian Gangguan Tidur ... 16

2.2.2 Klasifikasi Gangguan Tidur ... 16

2.3 Proses Keperawatan ... 19


(6)

2.3.2 Analisa Data ... 22

2.3.3 Diagnosa Keperawatan ... 24

2.3.4 Rumusan Masalah ... 25

2.3.5 Perencanaa/intervensi ... 27

2.3.6 Pembahasan ... 31

2.4 Asuhan Keperawatan Kasus ... 34

2.4.1 Pengkajian Kasus ... 34

2.4.2 Analisa Data ... 49

2.4.3 Masalah Keperawatan ... 51

2.4.4 Diagnosa Keperawatan (Prioritas) ... 51

2.4.5 Perencanaan keperawatan ... 52

2.4.6 Implementasi dan evaluasi Keperawatan ... 60

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 66

3.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 1. Siklus Tidur Normal ... 12

Skema 2. Analisa Data Gangguan Tidur dengan Gejala Fisiologis ... 22


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Analisa data asuhan keperawatan pada Tn. O dengan Prioritas masalah kebutuhan dasar tidur di RS Jiwa

Provinsi Sumatera Utara Medan ... 49

Tabel 2. Perencanaan keperawatan dan rasional asuhan keperawatan Pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar tidur

di RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan ... 52

Tabel 3. Implementasi dan evaluasi keperawatan asuhan keperawatan pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar tidur

di RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan ... 60

Tabel 4. Catatan perkembangan asuhan keperawatan pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar tidur di RS Jiwa


(9)

   

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur dan istirahat yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan menurun serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003). Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme tubuh menurun (Choppra, 2003), tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007). Pola istirahat dan tidur yang biasa dari seorang yang masuk rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain dengan mudah dipengaruhi oleh penyakit atau rutinitas pelayanan kesehatan yang tidak dikenal. (Potter & Perry, 2005).


(10)

banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% : 54 % (National Sleep Foundation, 2007).

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga di tengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor & Aldrich, 1994). Banyak orang dewasa di Amerika Serikat memiliki hutang tidur yang signifikan karena ketidakadekuatan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidur malamnya dan mengalami hipersomnolen disiang hari selama melaksanakan aktivitas sehari-hari (National Commission on Sleep Disorders Research, 1993).

Gangguan tidur telah diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy, 1994), yang pertama Disomnia adalah gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang berbeda. Kedua Parasomnia adalah prilaku yang tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saat tidur seperti gangguan terjaga, terjaga sebagian. Ketiga gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan medis/psikiatrik. Yang terakhir gangguan tidur yang masih bersifat usulan adalah gangguan baru yang belum memiliki banyak informasi yang adekuat mengenai keberadaan gangguan tersebut (Potter & Perry, 2005).

Riwayat kesehatan sosial, keluarga dan tidur yang lengkap dan cermat harus diperoleh untuk mendapatkan informasi rinci tentang keluhan tidur (Naylor dan Aldrich, 1994). Kajian laboratorium tentang tidur sering kali digunakan untuk mendiagnosa gangguan tidur, termasuk penggunaan Polisomnogram (PSG) di


(11)

malam hari dan Multiple Sleep Latency test (MSLT) (Carskadon, 1994). PSG melibatkan penggunaan EEG, EMG, dan EOG untuk memantau tahapan tidur dan bangun selama tidur malam. MSLT memberi informasi objektif tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur tidur dengan mengukur seberapa cepat individu tertidur selama empat kesempatan tidur siang sepanjang hari (Potter & Perry, 2005).

Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan penting perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur, maka hal pertama yang harus dilakukan perawat yaitu mengkaji pola tidur pasien dengan menggunakan riwayat keperawatan untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi tidur. Klien membutuhkan suatu pendekatan individual berdasarkan pada kebiasaan pribadi mereka dan pola tidur serta masalah khusus yang mempengaruhi tidur mereka (Potter & Perry 2005).

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan setelah melakukan pengkajian lengkap tentang kebutuhan tidur pasien. Dengan begitu Intervensi keperawatan pada pasien dapat menjadi efektif dalam mengatasi gangguan tidur jangka pendek dan panjang (Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam suatu karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. O dengan Masalah Gangguan Tidur di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Medan “.


(12)

1.2Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Gangguan Tidur di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Medan.

1.2.2 Tujun Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. O dengan masalah gangguan tidur penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

b. Menegakkan diagnosa pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

c. Menyusun rencana keperawatan pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

d. Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah dibuat pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

e. Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.


(13)

1.3Manfaat

1.3.1 Bagi pelayanan kesehatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu klien gangguan jiwa yang mengalami gangguan tidur dalam meningkatkan kebutuhan tidur dengan memberikan asuhan keperawatan mengenai kebutuhan dasar tidur.

1.3.2 Bagi pendidikan keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat mengaplikasikan NANDA, NIC, dan NOC bagi ilmu keperawatan jiwa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan tidur dan dapat dijadikan sebagai bukti dasar yang dipergunakan dalam pembelajaran asuhan keperawatan jiwa.

1.3.3 Bagi Praktik Keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi panduan dasar untuk pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar lainnya.

1.3.4 Bagi rumah sakit jiwa

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan Dapat membantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan tidur di Rumah Sakit Jiwa.


(14)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur

2.1.1 Pengertian Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan, memelihara manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik secara fisik maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foreman & Wykle, 1995). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006). Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005).

2.1.2 Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini


(15)

seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).

Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).

2.1.3 Pengaturan Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal (Robinson 1993, dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan ecelctromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak


(16)

atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari konrteks serebri (emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006).

2.1.4 Tahapan Tidur

EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto & Wartonah, 2010).


(17)

Tahapan tidur menurut Potter & Perry (2005) yaitu :

1. Tahapan tidur NREM a. NREM tahap I

a) Tingkat transisi b) Merespons cahaya

c) Berlangsung beberapa menit

d) Mudah terbangun dengan rangsangan

e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi

b. NREM tahap II

a) Periode suara tidur b) Mulai relaksasi otot c) Berlangsung 10-20 menit

d) Fungsi tubuh berlangsung lambat e) Dapat dibangunkan dengan mudah c. NREM tahap III

a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak b) Sulit dibangunkan

c) Relaksasi otot menyeluruh d) Tekanan darah menurun e) Berlangsung 15-30 menit d. NREM tahap IV

a) Tidur nyenyak


(18)

c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun d) Sekresi lambung menurun

e) Gerak bola mata cepat 2. Tahapan tidur REM

a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM

b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25 % dari tidur malamnya c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan

dalam belajar, memori, dan adaptasi 3. Karateristik tidur REM

a. Mata : cepat tertutup dan terbuka

b. Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar imobilisasi c. Pernapasan : tidak teratur, kadang dengan apnea d. Nadi : cepat dan reguler

e. Tekanan darah : meningkat atau fluktuasi f. Sekresi gaster : meningkat

g. Metabolisme : meningkat, temperature tubuh naik h. Gelombang otak : EEG aktif

i. Siklus tidur : sulit dibangunkan

2.1.5 Siklus Tidur

Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit,


(19)

tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005).

Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur (Potter & Perry, 2005).

Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai cotoh, orang yang tidur dapat berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2,3, dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi. Perubahan tahap ke tahap cendrung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak cendrung bertahap (Closs, 1988 dalam Potter & Perry, 2005).


(20)

Siklus tidur normal dapat dilihat lebih jelas pada skema berikut (Potter & Perry, 2005) :

Tahap Pratidur

Non REM Non REM Non REM NonREM

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 tahap 4

Tidur REM

Non REM Non REM

Tahap 2 Tahap 3

Skema 1. Siklus Tidur Normal

2.1.6 Fungsi Tidur

Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson, 1991), tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk, 1988, dalam Potter & Perry, 2005).

Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Home, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm, 1988 dalam Potter & Perry, 2005).

Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini


(21)

dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran (Potter & Perry, 2005). Secara umum, ada dua efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yang dapat memulihkan kepekaan dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh (Hidayat, 2006).

2.1.7 Kebutuhan dan Pola Tidur Normal

Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam.

Kebutuhan dan pola tidur Normal menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) yaitu :

1. Neonatus sampai dengan 3 bulan a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari b. Mudah berespons terhadap stimulus

c. Pada minggu peratama kelahiran 50% adalah tahap REM 2. Bayi

a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam

b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari c. Tahap REM 20-30 %

3. Toddler

a. Tidur 10-12 jam/hari b. Tahap REM 25% 4. Prasekolah


(22)

b. Tahap REM 20% 5. Usia sekolah

a. Tidur 10 jam pada malam hari b. Tahap REM 18,5%

6. Remaja

a. Tidur 8,5 jam pada malam hari b. Tahap REM 20%

7. Dewasa muda

a. Tidur 7-9 jam/hari b. Tahap REM 20-25 % 8. Usia dewasa pertengahan

a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari b. Tahap REM 20%

9. Usia tua

a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari b. Tahap REM 20-25 %

2.1.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi tidur yaitu :

1. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tiduratau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan


(23)

gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persyarafan.

2. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

3. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4. Kelelahan

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM. 5. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya

6. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah

7. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :

a. Diuretik : menyebabkan insomnia b. Antidepresan : menyupresi REM

c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik d. Narkotika : menyupresi REM


(24)

2.2 Gangguan Tidur

2.2.1 Pengertian Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga maslah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan Aldrich, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).

2.2.2 Klasifikasi Gangguan Tidur

Klarifikasi gangguan tidur menurut Potter & Perry (2005) yaitu : 1. Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan/atau tidur singkat atau tidur nonrestoratif (Zorick, 1994, dalam Potter & Perry, 2005). Penderita insomnia mengeluhkan rasa kantuk yang berlebihan disiang hari dan kuantitasdan kualitas tidurnya tidak cukup. Namun, seringkali klien tidur lebih banyak dari yang disadarinya. Insomnia dapat menandakan adanya gangguan fisik dan psikologis.

Seseorang dapat mengalami insomnia transien akibat stress situasional seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, jet lag, penyakit, atau kehilangan orang yang disintai. Insomnia sering berkaitan dengan kebiasaan tidur yang buruk. Apabila kondisi berlanjut, ketakutan tidak dapat tidur cukup menyebabkan keterjagaan. Disiang hari, seseorang dengan insomnia kronik dapat merasa mengantuk, letih, depresi, dan cemas.


(25)

2. Apnea Tidur

Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur (Potter & Perry, 2005).

Ada tiga jenis apnea tidur : apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif.

Bentuk yang paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstruktive sleep apnea, OSA), terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorokan rileks pada saat tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran udara pada hidung berkurang (hipopnea) atau berhenti (apnea) selama 30 detik (Guilleminault, 1994). The National Commission on Sleep Disorders Research (1993) memperkirakan bahwa 18 juta orang di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik untuk OSA.

Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari , serangan tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual.

3. Narkolepsi

Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan tidur. EDS adalah keluhan utama paling sering yang berkaitan dengan gangguan ini. Di siang hari seseorang dapat merasakan kantuk berlebihan yang datang secara mendadak dan jatuh tertidur.


(26)

Individu yang menderita narkolepsi dapat mengalami mimpi hidup, yang terjadi pada saatorang tersebut tertidur, mimpi yang sulit dibedakan dari realita (disebut halusinasi hipnogik). Paralisis tidur atau perasaan tidak mampu bergerak atau berbicara tepat sebelum terbangun atau tertidur, merupakan gejala yang lain. Penelitian terakhir menunjukkan adanya hubungan genetik untuk narkolepsi (Mitler et al, 1990; Alderich, 1992).

Masalah signifikan untuk individu yang menderita narkolepsi adalah bahwa orang tersebut jatuh tertidur tanpa bisa dikendalikan pada waktu yang tidak tepat. Serangan tidur dapat dengan mudah disalahartikan dengan kemalasan,, kurangnya minat terhadap aktivitas, atau mabuk kecuali jika gangguan ini dipahami.

4. Deprivasi Tidur

Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat insomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya demam, sulit bernapas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misalnya asuhan keperawatan yang sering dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja.

Deprivasi tidur melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidakkonsistenan waktu tidur. Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan urutan siklus tidur normal. Terjadi deprivasi tidur kumulatif.

5. Parasomnia

Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Parasomnia yang terjadi pada anak-anak-anak-anak meliputi


(27)

somnambulisme (berjalan dalam tidur), terjaga malam, mimpi buruk, enuresis noktural (ngompol), dan menggeretekkan gigi (bruksisme) (Mindell, 1993).

2.3 Proses Keperawatan 3.3.1 Pengkajian

Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi dokumentasi keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya bertanya “apakah kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika pasien merasa kesulitan untuk tertidur, mengalami bangun lebih awal dan susah untuk kembali tidur, dan merasa istirahat/tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya jika pasien merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

1. Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?

2. Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam? 3. Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur? 4. Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?

5. apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu sepanjang hari?

6. apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau pertemuan,, atau ketika kamu menonton tv atau film?

Evaluasi klien apakah disana ada banyak perubahan lingkungan berhubungan dengan kamar tidur dan rumah tangga yang bisa menjadi pengaruh


(28)

perubahan di dalam siklus tidur. Pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

1. sudahkah kamu mengubah dimana kamu tidur?

2. Adakah perubahan didalam rumah tangga yang bisa mempengaruhi tidur?

3. Adakah perubahan di lingkungan mu (tetangga, lalu lintas) yang bisa mempengaruhi tidur?

Menentukan apakah ada banyak stressor emosional yang bisa menjadi pendukung kemampuan untuk tidur. Sebuah pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

1. apakah kamu menemukan dirimu terjaga pada malam hari karena cemas akan suatu masalah atau suatu aktivitas yang akan datang?

Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut Tarwoto & Wartonah (2010) yaitu :

1. Riwayat keperawatan

a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.

b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.


(29)

d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan tidur, kapan masalah itu terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva

merah.

c. Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.

3. Pemeriksaan diagnostik

a. Elektroencefalogram (EEG) b. Elektromiogram (EMG) c. Elektrookulogram (EOG)


(30)

2.3.2 Analisa Data

Gangguan Tidur Gejala Fisiologis

Funnel, dkk Tangan Pandangan Refleks Menurunya pendengaran respon daya penurunan aritmia (2005) Gemetar kabur Berkurang dan kewaspadaan berkurang ingat kemampuan jantung

Visual berkurang penilaian

ISDA Resiko Jatuh Konflik Decisional Impaired Memory Ineffective tissue perfusion : cardiopulmonary (2000) (memori melemah) (tidak efektifnya perfusi jaringan : kardiopulmonary)

Sue, dkk Noc : Fall prevention behavior Noc : Decision making Noc : Memory Noc : Vital sign status

(2003) (prilaku pencegahan jatuh) (membuat decision) (ingatan) Circulation status Gloria, dkk Nic : Fall Prevention Nic : Decision making suport Nic : Memory training Nic : Circulation Care


(31)

Gangguan Tidur Gejala Psikologis

Funnel, dkk Mood labil Agitasi Motivasi Menurun Kelelahan Tidur Berlebihan/tidur sedikit Peningkatan sensitivitas nyeri

(2005)

ISDA Stress overload Resiko Prilaku Kekerasan Activity Intolerance Insomnia

(2000) terhadap orang lain (intoleransi aktivitas)

Sue, dkk Noc : Coping Noc : Aggression self control Noc : Activity intolerance Noc : Sleep

(2003) (Koping) (Pengendalian diri agresif) (Intoleransi aktivitas) (Tidur) Nic : Coping enhancement Nic : Anger self control Nic : Energy management Nic : Sleep enhancement

Gloria, dkk (Peningkatan koping) (Control Marah) (manajemen energi) (Peningkatan Tidur)

(1996) Activity therapy


(32)

(33)

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pertimbangan klinis tentang individu, keluarga, atau masyarakat menjawab permasalahan kesehatan nyata atau potensial/proses hidup. Hasil diagnosa keperawatan menyediakan basis untuk menyusun intervensi untuk mencapai hasil di mana perawat mempunyai tanggung-jawab.” ( Carpenito-Moyet, 2010).

Pertama perawat harus memastikan bahwa pasien mempunyai gangguan pola tidur yang bisa menjadi petunjuk untuk memberikan asuhan keperawatan atau mungkin pasien memerlukan ahli terapi tidur. Jika pasien mengalami gangguan pola tidur (kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk memperoleh tidur yang nyenyak) atau sedang mengalami mimpi buruk atau ancaman saat tidur, perawat boleh membuat diagnosa dan memulai intervensi. Bagaimanapun, jika perawat mencurigai bahwa pasien mempunyai sesuatu yang terkait dengan gangguan bernafas saat tidur, narkolepsi, atau berjalan saat tidur, perawat perlu membuat suatu rujukan kepada ahli terapi tidur (Noreen & Lawrence, 2002).

Faktor atau variabel yang mempengaruhi diagnosis diintegrasikan dengan riwayat, rekam medis pasien, dan bukti lainnya. Variabel ini memberikan konteks,”faktor yang berhubungan”, yang dikombinasikan dengan batasan karateristik untuk membuat diagnosis keperawatan. Faktor yang berhubungan dapat dijelaskan sebagai antesenden, yang berkaitan, yang berhubungan, yang berkontribusi, atau yang mendukung diagnosis; faktor yang tersebut sangat bersesuaian dengan konsep etiologi (Heather Herdman, 2012).

Mahasiswa harus menjelaskan bahwa perawat mengatasi, jika memungkinkan, faktor berhubungan dengan intervensi keperawatan untuk


(34)

Sebagai contoh, jika diagnosis keperawatan yang diambil adalah kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik, intervensi yang diberikan perawat adalah meningkatkan mobilitas pasien. Jika perawat tidak mungkin menangani faktor yang berkaitan, mereka mengatasi batasan karateristik dengan intervensi keperawatan berbasis bukti tertentu agar mencapai hasil kesehatan yang dapat diukur sebelumnya. Sebagai contoh, jika faktor yang berhubungan untuk diagnosis ini adalah “usia yang ekstrem” seperti pasien lemah, individu yang berusia 96 tahun, perawat akan mengarahkan intervensi keperawatan ke arah batasan karateristik seperti kerusakan jaringan (Heather Herdman, 2012).

Diagnosa keperawatan yang terkait dengan gangguan tidur menurut Funnel, dkk (2005) yaitu :

1. Sleep-pattern disturbance : insomnia, sleep apnoea (gangguan pola tidur : insomnia, apnea tidur)

2. Anxiety (kecemasan)

3. Breating pattern ineffective (ketidakefektifan pola napas) 4. Coping, ineffective, family (ketidakefektifan koping keluarga) 5. Coping, ineffective, individual (ketidakefektifan koping individu) 6. Fatigue (kelelahan)

7. Sensory perception alteration (perubahan persepsi sensori)

2.3.4 Rumusan Masalah

Jika perawat sedang memulai perawatan untuk suatu gangguan pola tidur, seperti insomnia, hasil yang diharapkan dalam dua minggu yaitu pasien akan mengalami penyembuhan tidur dan akan mengatakan dapat tertidur dengan


(35)

mudah dan merasa segar saat bangun. Jika perawat sedang memulai perawatan untuk suatu kondisi seperti mimpi buruk, hasil yang diharapkan yaitu pasien akan memahami gangguan dan menetapkan cara mengatasi gangguan tersebut di dalam keluarganya (Noreen & Lawrence, 2002).

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang terkait dengan gangguan tidur, kriteria hasil menurut Moorhead (2003) yaitu :

1. Insonmia

Outcome/Kriteria hasil :

a. Distorted thought self countrol/Gangguan Kontrol Diri (1403)

Pasien memperlihatkan kontrol diri yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 : tidak pernah, jarang, kadand-kadang, sering, atau selalu menunjukkan) :

a) mengenali halusinasi yang terjadi terjadi b) frekwensi halusinasi

c) menguraikan isi halusinasi d) melaporkan penurunan halusinasi e) saling berhubungan dengan orang lain f) merasakan lingkungan dengan teliti g) memperlihatkan isi pikiran sesuai b. Sleep/Tidur

Pasien memperlihatkan tidur yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 : gangguan ekstrem, berat,


(36)

a) jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam/24 jam untuk orang dewasa)

b) pola, kualitas, dan rutinitas tidur c) perasaan segar setelah tidur d) terbangun di waktu yang sesuai 2. Anxiety (kecemasan)

Kriteria hasil :

a. Pengendalian diri terhadap Ansietas

Pasien menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu) :

a) Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan b) Mempertahankan performa peran

c) Memantau distorsi persepsi sensori d) Memantau manifestasi perilaku ansietas

e) Menggunakan tekhnik relaksasi untuk meredakan ansietas

2.3.5 Perencanaan/Intervensi

Untuk insomnia, intervensi yang paling baik yaitu sebuah standar kesehatan tidur. Perawat perlu mendidik keluarga dan pasien tentang kondisi dan menjelaskan bahwa standar kesehatan tidur adalah satu rangkaian teknik yang telah berguna bagi banyak orang. Perawat kemudian perlu membantu pasien untuk membedakan dari yang lain prosedure yang cocok sesuai kepribadian dan lingkungan pasien. Selanjutnya, perawat boleh menyarankan melengkapi


(37)

pernyataan, seperti relaksasi, terapi musik, atau pijatan, yang telah menolong banyak orang yang tidak mampu untuk tidur (Noreen & Lawrence, 2002).

Untuk pasien yang mengalami mimpi buruk atau teror saat tidur, perawat mempunyai dua intervensi penting. Pertama, mendukung dan menentramkan hati dari kecemasan karena kondisi ini deprlukan. Perawat perlu mengembangkan suatu hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga dan membantu keluarga untuk memelihara suatu perasaan mengenai gangguan. Kedua, perawat perlu menyediakan pendidikan tentang gangguan kepada pasien dan keluarga sehingga mereka mempunyai suatu pemahaman yang lebih baik tentang kondisi tersebut. Jika perawat mencurigai mimpi buruk atau teror saat tidur adalah suatu hasil dari trauma, kecemasan, atau khayalan, perawat harus melakukan pengkajian dan evaluasi lebih lanjut (Noreen & Lawrence, 2002).

Rencana asuhan keperawatan individual hanya dapat dibuat setelah perawat memahami pola tidur pasien yang terakhir (berdasarkan objektif), persepsi klien tantang pola tidur tersebut, dan faktor-faktor yang mengganggu tidur. Perawat dan pasien bersama-sama membuat intervensi yang realistik untuk meningkatkan istirahat dan tidur baik di rumah maupun di lingkungan pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2002).

Keberhasilan terapi tidur tergantung dari pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan gaya hidup pasien dan sifat dari gangguan tidur. Tujuan dari rencana asuhan bagi pasien yang memerlukan tidur atau istirahat adalah sebagai berikut (Potter & Perry, 2005) :

1. Klien mendapatkan perasaan segar setelah tidur 2. Klien mendapatkan pola tidur yang sehat


(38)

3. Klien memahami faktor-faktor yang meningkatkan atau mengganggu tidur

4. Klien melakukan perilaku perawatan diri untuk menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan gangguan tidur.

Perencanaan/intervensi yang dapat diterapkan pada diagnosa keperawatan yang terkait gangguan tidur menurut Gloria, dkk (1996) :

1. Insomnia

a. Hallucination Management (Manajemen Halusinasi) a) Bina hubungan saling percaya dengan pasien

b) Monitor dan mengatur tingkatan aktivitas dan rangsangan di (dalam) lingkungan

c) Melihara suatu lingkungan yang aman

d) Catat Perilaku Pasien yang menandai adanya halusinasi

e) Berikan pasien kesempatan untuk mendiskusikan halusinasinya f) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan sewajarnya

g) Fokuskan pasien ke topik jika komunikasi pasien tidak sesuai dengan keadaan

h) Dorong pasien untuk bercakap-cakap dengan orang lain yang dipercayainya

i) Sediakan antipsychotic dan antianxiety secara rutin j) Monitor prilaku pasien untuk efek samping pengobatan k) Sediakan keselamatan dan kenyamanan pasien dan orang lain

ketika pasien tidak mampu untuk mengendalikan perilaku l) Hentikan atau kurangi pengobatan


(39)

m) Didik keluarga dan orang lain tentang cara untuk berhubungan dengan pasien yang sedang mengalami halusinasi

b. Sleep Enhancement (Peningkatan tidur)

a) Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya, apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidaknyamanan, dan Sering Berkemih) atau faktor-faktor psikologis (misalnya, ketakutan atau ansietas) yang dapat mengganggu pola tidur

b) Catat pola tidur pasien dan kapan mulai tertidur

c) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit dan stress psikososial

d) Berikan waktu tidur siang

e) Berikan atau lakukan tindakan kenyamanan, seperti massase, pengaturan posisi, dan sentuhan afektif

f) Bantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan memberikan aktivitas yang membuat pasien tetap terjaga

g) Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor fase tidur REM

2. Anxiety (ansietas)

a. Anxiety Reduction/Penurunan Ansietas

a) Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien b) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

c) Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi, dan prognosis


(40)

d) Dampingi pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut

e) Nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien

f) Instruksikan pasien tentang penggunaan tekhnik relaksasi g) Berikan pujatan punggung/pijatan leher, jika perlu

h) Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

i) Berikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu

2.3.6 Pembahasan

Diagnosa keperawatan yang terkait untuk pasien dengan gangguan tidur menurut Funnel, dkk (2005) yaitu :

1. Sleep-pattern disturbance : insomnia, sleep apnoea (gangguan pola tidur : insomnia, apnea tidur)

2. Anxiety (kecemasan)

3. Breating pattern ineffective (ketidakefektifan pola napas) 4. Coping, ineffective, family (ketidakefektifan koping keluarga) 5. Coping, ineffective, individual (ketidakefektifan koping individu) 6. Fatigue (kelelahan)

7. Sensory perception alteration (perubahan persepsi sensori)

Sedangkan setelah dilakukan Analisa data berdasarkan gejala fisiologis dan psikologis gangguan tidur yang muncul menurut Funnel, dkk (2005) diperoleh beberapa diagnosa menurut ISDA (2000), yaitu :


(41)

1. Resiko jatuh 2. Konflik decisional

3. Impaired memory (memori melemah)

4. Ineffective tissue perfusion : cardiopulmonary (tidak efektifnya perfusi jaringan : kardiopulmonary)

5. Stress overload (stress berlebihan)

6. Resiko prilaku kekerasan terhadap orang lain 7. Activity intolerance (intoleransi aktivitas) 8. Insomnia

Dari kedua referensi tersebut terdapat banyak diagnosa yang didapatkan dari hasil analisa data sesuai dengan tanda dan gejala pada kasus ini. Berdasarkan diagnosa tersebut insomnia menjadi prioritas utama pada kasus ini karena insomnia muncul pada kedua referensi tersebut. Jadi, meskipun diagnosa dari kedua referensi berbeda tidak menutup kemungkinan diagnosa tersebut muncul pada pasien dengan gangguan tidur.

Maka dari itu perlu kiranya bagi perawat untuk mencermati setiap diagnosa medis untuk setiap kasus klien kelolaan, Hal ini terkait dengan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dari setiap diagnosis medis klien. Misalnya, Fortinash (2008) menyatakan bahwa klien dengan gangguan tidur bisa saja memunculkan beberapa diagnosa keperawatan seperti : ansietas, koping tidak efektif, gangguan pola tidur serta insomnia. Dan, Fontaine & Fletcher (1995) juga memunculkan beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien klien dengan gangguan tidur.


(42)

Jadi, pada dasarnya, ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering muncul dari klien dengan ganggun tidur pada beberapa teori diatas, yakni insomnia dan gangguan pola tidur. Hal ini terkait dengan etiologi dari gangguan tidur itu sendiri. Karena itu, sangat penting bagi perawat untuk mencermati setiap konsep dasar kebutuhan dasar manusia dan konsep dasar penyakit agar diagnosa keperawatan yang dimunculkan tidak merugikan klien kelolaan perawat.

                               


(43)

2.4 Asuhan Keperawatan Kasus

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. O

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 43 tahun

Status Perwakinan : Kawin

Agama : Katolik

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan : Pensiunan Polisi Alamat : Jalan Tuasan No. 162 Medan Tanggal Masuk RS : 11 Mei 2013

No. Registrasi : 021323

Ruangan/kamar : Sinabung/1 (satu) Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013 Tanggal operasi : -


(44)

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan dirinya susah tidur karena sering mendengar suara-suara yang memaki dan mengejek dia gila, orang yang tidak berguna, orang yang sok jagoan, terkadang suara-suara itu menyuruh dirinya mati saja. Pasien juga mengatakan dirinya susah tidur karena terlalu banyak pikiran terutama masalah rumah tangganya yang sudah broken home, terkadang juga tidak tahu apa yang dipikirkan dan sering bermenung, pasien juga mengatakan kepala sebelah kirinya terasa kebas. Pasien mengeluh sering terbangun di malam hari, susah untuk tidur juga pada siang hari.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa Penyebabnya : Halusinasi pendengaran 2. Hal-hal yang Memperbaiki Keadaan : Jika pasien minum obat

pasien mengatakan dirinya bisa tidur dan sebaliknya. B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan : Pasien mengatakan dirinya sangat gelisah, takut, dan cemas karena selalu mendengar suara-suara yang mengganggu pikirannya.

2. Bagimana dilihat : Pasien tampak gelisah, ekspresi tampak ketakutan, tampak sedih.

C. Region/lokasi

1. Dimana lokasinya : - 2. Apakah menyebar : - D. Severity

Pasien mengatakan suara-suara yang di dengarnya sangat mengganggu dirinya sehingga dia kesulitan untuk tidur siang maupun malam hari.

E. Time/waktu

Pasien mengatakan dirinya mendengar suara-suara ketika mau tidur pada malam hari dan pagi hari ketika istirahat atau saat sendirian.


(45)

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan dirinya di masa lalu sering juga mengalami gangguan jiwa karena sering bicara-bicara sendiri, stress, dan banyak pikiran. Pasien mengatakan dirinya tidak pernah mengalami penyakit uang serius selain gangguan jiwa.

B. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan

Pasien mengatakan dirinya diberikan obat THP, Haloperidol, CPZ, dan dilakukan tindakan ECT kepadanya.

C. Pernah dirawat/dioperasi

Pasien mengatakan dirinya sudah pernah dirawat di RS Bhayangkara Polda Sumut karena mengalami gangguan jiwa.

D. Lama rawat

Pasien mengatakan dirinya dirawat selama tiga bulan. E. Alergi

Pasien mengatakan dirinya alergi dengan makanan seperti udang, kepiting, dan kerang yang membuat tubuhnya gatal-gatal.

F. Imunisasi

Pasien mengatakan dirinya mendapatkan imunisasi lengkap sewaktu masih kecil

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Pasien mengatakan kedua orang tuanya tidak pernah mengalami gangguan jiwa, ibu pasien menggalami penyakit diabetes melitus yang sudah komplikasi dan ayahnya mengalami penyakit asam urat.


(46)

B. Saudara kandung

Pasien mengatakan semua saudara kandungnya sehat kecuali saudara kandungnya yang nomor dua yang juga mengalami gangguan jiwa.

C. Penyakit keturunan yang ada

Pasien mengatakan keluarganya mempunyai penyakit keturunan yaitu penyakit diabetes melitus. pasien mengatakan orang tua perempuannya mengalami penyakit DM dan saudara kandungnya yang pertama, kedua dan ketiga sekarang juga mengalami penyakit DM.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Pasien mengatakan saudara kandungnya yang bernomor dua mengalami gangguan jiwa semenjak pulang dari bandung setelah tamat kuliah.

Riwayat pengobatan/perawatan, pasien mengatakan keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dibawa ke RS jiwa tetapi pasien tidak mengetahui dirumah sakit jiwa yang mana. Pasien mengatakan saudara kandungnya sangat malas minum obat bahkan terkadang sampai tidak mau minum obat.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Pasien mengatakan kedua orang tuanya telah meninggal dunia. F. Penyebab meninggal

Pasien mengatakan orang tua perempuannya meninggal karna penyakit diabetes melitus yang sudah komplikasi sedangkan orang tua laki-lakinya meninggal karena penyakit asam urat.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

1. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan dirinya merasa rendah diri, depresi, malu bergaul dengar orang lain karena kondisinya yang sekarang.


(47)

2. Konsep Diri 1. Gambaran diri

Pasien mengatakan dirinya menyukai bentuk tubuhnya kecuali pada bagian kaki karena pasien merasa bagian kakinya terlalu besar sehingga sulit mencari sepatu yang pas dengan kakinya, hai ini membuat pasien merasa malu dengan ukuran kakinya.

2. Ideal diri

Pasien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh, supaya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya, bisa membiayai kehidupan keluarganya lagi. Pasien juga mengatakan dirinya ingin bekerja lagi.

3. Harga diri

Pasien mengatakan dirinya merasa rendah diri karena mengalami gangguan jiwa.

4. Peran diri

Pasien mengatakan dirinya sebagai kepala keluarga dari istri dan sebagai ayah dari 4 anaknya.

5. Identitas diri

Pasien mengatakan sebelum masuk RS jiwa tidak merasa puas menjadi polisi, pasien sebenarnya lebih memilih menjadi pengusaha. Selain itu pasien tidak puas karena sebagai laki-laki dirinya pemalu dan tidak bisa bergaul.

3. Keadaan emosi

Pasien merasa depresi, tampak ketakutan, cemas dengan suara-suara yang sering muncul mengganggu pikirannya, dan tampak khawatir dengan keadaan dirinya dan keluarganya.


(48)

4. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti : Istri dan anak

2. Hubungan dengan keluarga : pasien mengatakan dirinya sering bertengkar dengan saudara kandungnya karena saudara kandungnya sering menganggap rendah dirinya. Pasien mengatakan hubungan dirinya dengan istri dan anak-anaknya baik, pasien masih sering di jenguk oleh istri dan anaknya.

3. Hubungan dengan orang lain : pasien mengatakan hubungannya dengan orang lain baik meskipun dirinya kurang suka bergaul apalagi setelah mengalami gangguan jiwa.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien mengatakan dirinya merasa minder karena terkadang teman-temannya membuat dia emosi, selalu mengejek dia, dan merendahkan dirinya.

5. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan : pasien mengatakan dirinya mempunyai nilai dan keyakinan yang kuat tentang agama yang dianutnya.

2. Kegiatan ibadah : pasien mengatakan sebelum masuk RS jiwa dirinya rajin beribadah, tetapi setelah masuk rumah sakit jiwa sudah jarang beribadah, tetapi pasien sering berdoa jika melakukan kegiatan sehari-hari.

VII. STATUS MENTAL

1. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran pasien compos mentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2. Penampilan

Penempilan pasien tampak rapi baik cara berpakaian, dalam hal makan, mandi, dan toileting.

3. Pembicaraan

Pasien berbicara jelas, nada suara lembut, frekuensi suara lambat.


(49)

4. Alam perasaan

Pasien merasa ketakutan karena halusinasinya yang masih sering muncul, pasien juga merasa putus asa dengan semua kejadian hidup yang dia alami.

5. Afek

Pasien tidak mengalami gangguan pada afek, seperti afek datar yaitu tidak ada perubahan dalam roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkanatau menyedihkan, hanya bereaksi bila ada stimulus yang lebih kuat.

6. Interaksi selama wawancara

Pasien kooperatif, mau diajak bicara, kontak mata pasien saat dilakukan pengkajian bagus, pasien mau menatap lawan bicara, pasien tidak mudah tersinggung, tidak curiga pada lawan bicara.

7. Persepsi

Pasien mengalami persepsi pendengaran berupa suara-suara yang mengejek dirinya dan mendorong dirinya untuk bunuh diri.

8. Proses pikir

Pasien tidak mengalami gangguan proses piker seperti sirkuntasial (pikiran berputar-putar), tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit), flight of idea (pikiran melayang).

9. Isi pikir

Pasien tidak mengalami gangguan isi piker seperti obsesi (pikiran yang terus muncul meskipun pasien berusaha menghilangkannya), fobia (rasa ketakutan yang patologis/tidak rasional terhadap suatu objek/situasi/benda tertentu yang tidak dapat dihilangkan).

10.Waham

Pasien tidak mengalami gangguan waham seperti waham agama, waham kebesaran, waham curiga, maupun waham somatic/hipokondrik.

11.Memori

Pasien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang, jangka pendek maupun gangguan memori saat ini.


(50)

VIII.PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Kesadaran compos mentis, tampak gelisah, masih sering mendengar suara-suara, tampak lelah dan pucat, sering bermenung, terlihat bingung,

B. Tanda-tanda Vital

a. Suhu tubuh : 36,80C

b. Tekanan darah : 110/70 mmHg c. Nadi : 80 x/i

d. Pernapasan : 24 x/i e. Skala nyeri : -

f. TB : 170 cm

g. BB : 67 kg

C. Pemerikasaan Head to toe a. Kepala dan rambut

a) Bentuk : normal, simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan b) Ubun-ubun : tertutup dan keras

c) Kulit kepala : bersih, tidak ada masalah b. Rambut

a) Penyebaran dan keadaan rambut : bagus, penyebaran merata, keadaan normal

b) Bau : tidak berbau

c) Warna kulit : normal, bewarna hitam c. Wajah

a) Warna kulit : normal, sawo matang

b) Struktur wajah : normal, simetris, tidak ada kelainan d. Mata

a) Kelengkapan dan kesimetrisan : normal, mata lengkap dan simetris

b) Palpebra : normal, tidak ada ptosis, tidak ada oedema, tidak ada tanda-tanda radang


(51)

c) Konjungtiva dan sklera : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterus

d) Pupil : isokor, kontraksi pupil (+/+), reflek cahaya (+)

e) Cornea dan iris : pengapuran katarak (-), oedema (-), tidak ada tanda-tanda radang

f) Visus : klien dapat melihat lambaian tangan dalam jarak satu meter

g) Tekanan bola mata : tekanan bola mata normal kiri dan kanan

e. Hidung

a) Tulang hidung dan posisi septumnasi : normal, tulang hidung simetris, posisi septumnasi simetris

b) Lubang hidung : normal, bersih, tidak ada sumbatan

c) Cuping hidung : normal, tidak ada pernapasan cuping hidung

f. Telinga

a) Bentuk telinga : normal, daun teling simetris kiri dan kanan

b) Ukuran telinga : normal, sama besar, simetris kiri dan kanan

c) Lubang telinga : normal, lubang telinga paten d) Ketajaman pendengaran : baik, tidak ada gangguan g. Mulut dan faring

a) Keadaan bibir : kering, bentuk bibir simetris

b) Keadaan gusi dan gigi : gigi tampak kuning, gusi tidak ada perdarahan

c) Keadaan lidah : lidah bersih, tidak ada stomatitis d) Orofaring : normal tidak ada tanda-tanda


(52)

h. Leher

a) Posisi trachea : medial normal

b) Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid c) Suara : terdengar dengan cukup jelas

d) Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening

e) Vena jugularis : tidak ada distensi vena jugularis f) Denyut nadi karotis : teraba jelas dan reguler

i. Pemeriksaan integumen

a) Kebersihan : kulit bersih dan berminyak

b) Kehangatan : kulit tarasa hangat ( dalam keadaan normal)

c) Warna : normal, warna kulit sawo matang d) Turgor : normal, turgor kembali < 3” e) Kelembaban : terasa lembab

f) Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan j. Pemeriksaan thoraks/dada

a) Inspeksi thorak : bentuk normal

b) Pernafasan : frekuensi 24 x/i, irama teratur dan reguler

c) Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda kesulitan bernafas k. Pemeriksaan paru

a) Palpasi getaran suara : fremitus taktil seimbang kiri & kanan

b) Perkusi : terdengar bunyi resonan

c) Auskultasi : suara nafas normal, suara ucapan jelas, suara tambahan tidak ada terdengar

l. Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

b) Palpasi : ictus cordis (PMI) pada ics 5 mid clavicula sinistra, teratur


(53)

d) Auskultasi : bunyi jantung didapat s1 dan s2 tunggal, lup dup (normal), murmur tidak ada, frekuensi 80 x/i

m. Pemeriksaan abdomen

a) Inspeksi : bentuk abdomen normal, simetris, tidak tampak massa/benjolan, bayangan pembuluh darah tidak tampak

b) Auskultasi : peristaltik 8 x/i, tidak ada suara tambahan

c) Palpasi : tanda nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa/benjolan, tidak ada tanda ascites, tidak ada pembengkakan hepar

d) Perkusi : suara abdomen timpani, ascites (-) n. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

a) Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan b) Anus dan perinium : tidak dilakukan pemeriksaan o. Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas

a) Kesimetrisan otot : normal simetris b) Pemeriksaan oedema : tidak ada oedema

c) Kekuatan otot : normal, tidak ada gangguan

d) Kelainan pada ekstremitas dan kuku : ekstremitas hangat, tidak ada clubing finger

p. Pemeriksaan neurologi

a) Tingkat kesadaran : GCS 15

b) Meningeal sign : kaku kuduk (-), kernig (-), babinsky (-), brudzinky (-)

c) Nervus cranialis

1) Nervus olfaktorius/N 1 Dapat membedakan bau-bauan 2) Nervus optikus/N 2

Penglihatan normal, tidak kabur

3) Nervus okulomotoris/N 3, Trochlearis/N 4, Abdusen/N 6 Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor, gerakan bola mata normal


(54)

4) Nervus trigeminus/N 5

Tidak mengalami paralis pada otot wajah , reflek kornea baik 5) Nervus fasialis/N 7

Wajah simetris, tidak ada kelainan pada saraf wajah, persepsi pengecapan dalam batas normal

6) Nervus vestibulocochlearis/N 8 Tidak dilakukan pemeriksaan

7) Nervus glossopharingeus/N 9, Vagus/N 10

Kemampuan menelan baik, palatum sedikit terangkat dan letak uvula relatif ditengah saat mengatakan “aa”, ada refleks tersedak

8) Nervus asesorisus/N 11

Tidak ada atrofi otot sternocleidomastoideus dan trapesius 9) Nervus Hipoglossus/N 12

Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra pengecapan normal

q. Fungsi motorik

a) Cara berjalan : pasien berjalan normal

b) Romberg test : mampu menggerakkan tangan dengan mata tertutup, dapat berdiri tegak dengan satu kaki tetapi sebentar

c) Pronasi-supinasi test : klien dapat menelentangkan dan menelungkupkan telapak tangan

r. Fungsi sensorik

a) Identifikasi sentuhan ringan : klien dapat mengidentifikasi sentuhan kapas tanpa melihat

b) Test tajam-tumpul : klien dapat membedakan sentuhan tajam tumpul

c) Test panas dingin : klien dapat membedakan sensasi panas dan dingin

d) Streognosis test : klien dapat mengidentifikasi benda yang diletakkan pada telapak tangan


(55)

e) Graphestesia test : klien dapat merasakan tulisan yang dibuat pada telapak tangan

f) Membedakan dua titik : klien dapat menbedakan dua titik

g) Topognosis test : klien dapat mengidentifikasi lokasi sentuhan

s. Refleks

a) Bisep : tidak dilakukan pemeriksaan b) Trisep : tidak dilakukan pemeriksaan c) Brachioradialis : tidak dilakukan pemeriksaan d) Patelar : tidak dilakukan pemeriksaan e) Tendon achiles : tidak dilakukan pemeriksaan f) Plantar : tidak dilakukan pemeriksaan

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

A. Pola makan dan minum

a. Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari b. Nafsu/selera makan : selera makan baik c. Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati

d. Alergi : gatal-gatal jika makan udang, kerang e. Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah

f. Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) : tidak memisahkan diri, tampak makan bersama dengan teman yang lain g. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, sore

h. Jumlah dan jenis makanan : sesuai porsi nasi, lauk, sayur dan buah

i. Waktu pemberian cairan/minum : saat setelah makan saja j. Masalah makanan dan minuman (kesulitan mengunyah, menelan)

: normal, tidak ada maslah makanan dan minuman B. Perawatan diri/personal hygiene

a. Kebersihan tubuh : tubuh tampak bersih

b. Kebersihan gigi dan mulut : gigi tampak sedikit kuning dan kurang bersih


(56)

c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku dan kaki tangan pendek dan bersih

C. Pola kegiatan/aktivitas

a. Uraian aktivitas pasien mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.

Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian

b. Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Pasien selama dirawat di RS jarang melakukan ibadah, tetapi selalu berdoa jika makan dan mau tidur

D. Pola eliminasi a. BAB

a) Pola BAB : teratur 1 x/hari b) Karakter feses : keras

c) Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan

d) BAB terakhir : pagi hari sebelum dilakukan pengkajian e) Diare : tidak ada diare

f) Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laktasif b. BAK

a) Pola BAK : 5-6 x/hari b) Karakter urine : kuning jernih

c) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada rasa nyeri/kesulitan

d) Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada e) Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik f) Upaya mengatasi masalah : tidak ada upaya mengatasi masalah


(57)

E. Mekanisme koping a. Adaptif

Pasien mau bicara dengan orang lain, melakukan tekhnik relaksasi, tetapi tidak mampu menyelesaikan masalah.

b. Maladaptif

Pasien tidak meminum alkohol, tidak bekerja berlebihan, tidak menghindar, dan tidak menciderai diri sendiri.


(58)

2.4.2 ANALISA DATA

Tabel 1. Analisa data asuhan keperawatan pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar tidur di RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan

No Data Masalah keperawatan

1 Data Subjek :

 Pasien menyatakan sering mendengar suara-suara yang mengejek dan menyuruh dirinya mati saja

 Pasien menyatakan sulit memulai tidur

 Pasien menyatakan sulit tidur nyenyak

 Pasien menyatakan sulit tidur kembali stelah terbangun

 Pasien menyatakan ketidakpuasan tidur

 Pasien menyatakan terbangun terlalu dini

Data Objek :

 Pasien tampak kurang bergairah

 Lingkungan bising dan tidak nyaman

 Konjungtiva anemis

Insomnia

no Data Masalah Keperawatan

2 Data Subjek :

 Pasien menyatakan ketidakpuasan tidur

 Pasien menyatakan sering terjaga


(59)

 Pasien menyatakan tidak cukup puas istirahat

Data Objek :

 Fasilitas tidur yang tidak nyaman

 Faktor lingkungan : kebisingan

 Pola tidur tidak normal : 4-5 jam sehari

No Data Masalah Keperawatan

3 Data Subjek :

 Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang mengganggu dan mengejeknya bahkan menyuruhnya mati saja

Data Objek:

 Pasien tampak ketakutan

 Ansietas

 Pasien tampak gelisah

Ketakutan

No Data Masalah Keperawatan

4 Data Subjek :

 Pasien mengatakan dirinya merasa malu dengan kehidupannya yang sekarang karena mengalami gangguan jiwa

 Pasien menyatakan kesedihannya karena penyakit dan masalah keluarga yang dialaminya

 Pasien mengatakan dirinya tidak diperhatikan keluarga karna sudah lama tidak di jenguk

Data Objek :

 Pasien tampak gelisah


(60)

 Insomnia

 Tampak sedih

 Ketakutan

 Mengalami gangguan tidur

2.4.3 MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan pola tidur 2. Insomnia

3. Ketakutan 4. Ansietas

5. Kepedihan kronis 6. Resiko sindrome disuse

7. Gangguan penyesuaian individu 8. Ketidakefektifan performa peran 9. Resiko pelemahan martabat

2.4.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Insomnia berhubungan dengan halusinasi ditandai dengan pasien sering mendengar suara-suara, menyatakan sulit memulai tidur, tampak kurang bergairah, sulit tidur nyenyak, sulit tidur kembali setelah terbangun, menyatakan ketidakpuasan tidur, terbangun terlalu dini, lingkungan yang bising dan tidak nyaman.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan ditandai dengan kebisingan, fasilitas tidur yang tidak nyaman, perubahan pola tidur normal, pasien menyatakan ketidakpuasan tidur, pasien menyatakan sering terjaga, menyatakan tidak merasa cukup istirahat.

3. Ketakutan berhubungan dengan gangguan persepsi pendengaran ditandai dengan pasien sering mendengar suara-suara, pasien melaporkan kegelisahan, rasa takut, ansietas, pasien tampak gelisah.

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, dan pola


(61)

interaksi ditandai dengan pasien gelisah, insomnia, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, kesedihan yang mendalam, ketakutan, gangguan tidur, gangguan perhatian.

2.4.5 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Tabel 2. Perencanaan keperawatan dan rasional asuhan keperawatan pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar tidur di RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan

Diagnosa keperawatan

Outcome/Kriteria hasil (NOC) :

1. Insomnia berhubungan dengan halusinasi ditandai dengan pasien sering mendengar suara-suara, menyatakan sulit memulai tidur, tampak kurang bergairah, sulit tidur nyenyak, sulit tidur kembali setelah

terbangun, menyatakan ketidakpuasan tidur, terbangun

terlalu dini, lingkungan yang bising dan tidak nyaman.

Distorted thought self

countrol/Gangguan Kontrol Diri (1403)

Pasien menunjukkan kontrol diri yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut(skala 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu menunjukkan) :

 mengenali halusinasi yang terjadi terjadi

 frekwensi halusinasi

 menguraikan isi halusinasi

 melaporkan penurunan halusinasi

 saling berhubungan dengan orang lain

 merasakan lingkungan dengan teliti

 memperlihatkan isi pikiran sesuai

Sleep/Tidur

pasien memperlihatkan tidur yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :

 jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam/24 jam untuk orang dewasa)

 pola, kualitas, dan rutinitas tidur

 perasaan segar setelah tidur


(62)

Intervensi (NIC) Rasional Hallucination Management

(Manajemen Halusinasi)

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien

2. Monitor dan mengatur tingkatan aktivitas dan rangsangan di (dalam) lingkungan

3. Melihara suatu lingkungan yang aman

4. Catat Perilaku Pasien yang menandai adanya halusinasi

5. Berikan pasien kesempatan untuk mendiskusikan halusinasinya

6. Dorong pasien untuk bercakap-cakap dengan orang lain yang dipercayainya

7. Sediakan antipsychotic dan antianxiety secara rutin

Sleep Enhancement (Peningkatan tidur)

1. Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya, apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidaknyamanan, dan Sering Berkemih) atau faktor-faktor psikologis (misalnya, ketakutan atau ansietas) yang dapat

Hallucination Management (Manajemen halusinasi)

1. Memudahkan pemberian intervensi kepada klien

2. Aktivitas yang kurang dapat menyebabkan gangguan tidur

3. Lingkungan yang aman dapat meningkatkan kualitas tidur

4. Untuk mengidentifikasi halusinasi

5. Membuat perasaan pasien menjadi nyaman dan tenang

6. Untuk mengalihkan jika halusinasi terjadi

7. Untuk mengurangi gejala halusinasi dan kecemasan

Sleep Enhancement (peningkata tidur)

1. Untuk mengetahui faktor penyebab gangguan tidur pada klien


(63)

mengganggu pola tidur

2. Catat pola tidur pasien dan kapan mulai tertidur

3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit dan stress psikososial

4. Berikan waktu tidur siang

5. Berikan atau lakukan tindakan kenyamanan, seperti massase, pengaturan posisi, dan sentuhan afektif

6. Bantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan memberikan aktivitas yang membuat pasien tetap terjaga

7. Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor fase tidur REM

2. Mengetahui kualitas dan kuantitas tidur

3. Meningkatkan pengetahuan sehingga pasien dapat memenihi kebutuhan tidurnya

4. Diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tidur

5. Memberikan kenyamanan sehingga pasien mudah untuk tertidur

6. Terlalu banyak tidur di siang hari akan mengakibatkan pasien mengalami gangguan tidur

7. Mempermudah pasien tidur dan memenuhi kebutuhan tidur pasien

Diagnosa Keperawatan Outcome/kriteria hasil (NOC) :

2. Gangguan pola tidur

berhubungan dengan faktor lingkungan ditandai dengan kebisingan, fasilitas tidur yang tidak nyaman, perubahan pola tidur normal, pasien menyatakan ketidakpuasan tidur, pasien menyatakan sering terjaga, menyatakan tidak merasa cukup istirahat.

Sleep (Tidur)

Pasien menunjukkan tidur, yang dibuktikan oleh indikator berikut (skala 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, dan tidak mengalami gangguan) :

 Perasaan segar setelah tidur

 Pola dan kualitas tidur

 Retunitas tidur

 Jumlah waktu tidur yang terobservasi


(64)

Intervensi (NIC) Rasional Environmental Management

(Manajemen Lingkungan, hal 320)

1. Menciptakan lingkungan yang aman untuk pasien

2. Menyediakan lingkungan dan tempat tidur yang nyaman dan bersih

3. mengendalikan atau mencegah suara gaduh berlebihan atau yang tidak diinginkan, jika memungkinkan

Sleep Enhancement (Peningkatan tidur)

1. Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya, apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidaknyamanan, dan Sering Berkemih) atau faktor-faktor psikologis (misalnya, ketakutan atau ansietas) yang dapat mengganggu pola tidur

2. Catat pola tidur pasien dan kapan mulai tertidur

3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit dan stress psikososial

4. Berikan waktu tidur siang, jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tidur

5. Berikan atau lakukan tindakan

Environmental Management (Manajemen Lingkungan)

1. Mengurangi faktor eksternal yang mengganggu tidur klien

2. Meningkatkan motivasi untuk tidur

3. Suara gaduh dapat mengganggu tidur klien

Sleep Enhancement (Peningkatan Tidur)

1. Untuk mengetahui faktor penyebab gangguan tidur pada klien

2. Mengetahui kualitas dan kuantitas tidur

3. Meningkatkan pengetahuan sehingga pasien dapat memenihi

kebutuhan tidurnya

4. Diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tidur


(65)

kenyamanan, seperti massase, pengaturan posisi, dan sentuhan afektif

6. Bantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan memberikan aktivitas yang membuat pasien tetap terjaga

7. Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor fase tidur REM

pasien mudah untuk tertidur

6. Terlalu banyak tidur di siang hari akan mengakibatkan pasien mengalami gangguan tidur

7. Mempermudah pasien tidur dan memenuhi kebutuhan tidur pasien

Diagnosa Keperawatan Outcome/kriteria hasil (NOC) :

3. Ketakutan berhubungan dengan gangguan persepsi pendengaran ditandai dengan pasien sering mendengar suara-suara, pasien melaporkan kegelisahan, rasa takut, ansietas, pasien tampak gelisah.

Pengendalian diri terhadap Ketakutan (fear self control)

Pasien akan memperlihatkan pengendalian diri terhadap ketakutan, dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu menunjukkan) :

 Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan

 Menghindari sumber ketakutan bila mungkin

 Menggunakan tekhnik relaksasi untuk menurunkan ketakutan

 Mempertahankan performa peran dan hubungan sosial

 Mengendalikan respon ketakutan

 Tetap produktif

Intervensi (NIC) Rasional Peningkatan Koping

1. Nilai pemahaman pasien terhadap proses penyakitnya

2. Gunakan pendekatan yang tenang

Peningkatan Koping

1. Untuk mengidentifikasi faktor yang menyebabkan pasien ketakutan


(66)

dan meyakinkan

3. Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu peristiwa

4. Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam keadaan stress berat

5. Dukung untuk menyatakan perasaan, persepsi, dan ketakutan secara verbal

6. Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interpretasikan sebagai ancaman

Anxiety Reduction/Penurunan Ansietas (5820, hal 138)

1. Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi, dan prognosis

2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

3. Nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien

4. Dampingi pasien untuk

meningkatkan keamanan dan rasa takut

5. Instruksikan pasien tentang penggunaan tekhnik relaksasi

6. Berikan pijatan punggung/leher, bila perlu

memberikan intervensi kepada klien

3. Mengurangi ketakutan terhadap faktor penyebab ketakutan

4. Keadaan stress berat dapat menyebabkan klien teertekan dengan keputusan yang diambil

5. Meningkatkan perasaan tenang

6. Stimulasi lingkungan yang berlebih dapat meningkatkan persepsi yang salah

Anxiety reduction/penurunan ansietas

1. Untuk mengurangi tingkat kecemasan

2. Untuk mempermudah pemberian intervensi kepada klien

3. Memberikan motivasi kepada klien

4. Mengurangi ketakutan pasien

5. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang manfaat relaksasi

6. Pijatan dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi


(67)

7. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

ansietas

7. Meningkatkan pengetahuan pasien untuk melakukan intervensi mandiri jika ansietas terjadi

Diagnosa Keperawatan Outcome/kriteria hasil (NOC)

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, dan pola interaksi ditandai dengan pasien gelisah, insomnia, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, kesedihan yang mendalam, ketakutan, gangguan tidur, gangguan perhatian.

Pengendalian diri terhadap Ansietas

Pasien menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu) :

 Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan

 Mempertahankan performa peran

 Memantau distorsi persepsi sensori

 Memantau manifestasi perilaku ansietas

 Menggunakan tekhnik relaksasi untuk meredakan ansietas

Intervensi (NIC) Rasional Anxiety Reduction/Penurunan

Ansietas (5820, hal 138)

1. Menentukan kemampuan

pengambilan keputusan pasien 2. Gunakan pendekatan yang tenang

dan meyakinkan

3. Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi, dan prognosis

Anxiety reduction/penurunan ansietas

1. Untuk melihat tingkat kecemasan klien

2. Untuk mempermudah pemberian intervensi kepada klien

3. Untuk mengurangi tingkat kecemasan


(68)

4. Dampingi pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut

5. Nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien

6. Instruksikan pasien tentang penggunaan tekhnik relaksasi

7. Berikan pujatan punggung/pijatan leher, jika perlu

8. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

9. Berikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu

4. Mengurangi ketakutan pasien

5. Memberikan motivasi kepada klien

6. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang manfaat relaksasi

7. Pijatan dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi ansietas

8. Meningkatkan pengetahuan pasien untuk melakukan intervensi mandiri jika ansietas terjadi


(69)

2.4.6 IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Tabel 3. Implementasi dan evaluasi keperawatan asuhan keperawatan pada Tn.O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar tidur di RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan

Hari/ tanggal

No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

18 Juni 2013

1 Hallucination Management (Manajemen Halusinasi)

1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien

2. Menungukur vital sign

3. Menciptakan/melihara suatu lingkungan yang aman

4. Mencatat Perilaku Pasien yang menandai adanya halusinasi

5. Memberikan pasien

kesempatan untuk mendiskusikan halusinasinya

6. Mendorong pasien bercakap-cakap untuk mengalihkan halusinasi dengan orang lain yang dipercayainya

7. menyediakan antipsychotic dan antianxiety secara rutin, jika diperlukam

Sleep Enhancement (Peningkatan tidur)

1. Mencatat pola tidur pasien dan lama waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur

S = klien mengatakan : dirinya lega setelah bercerita tentang halusinasinya,

halusinasinya sudah jarang muncul, ketika muncul dia mengajak temannya bercakap-cakap, merasa nyaman untuk tidur, dapat memulai tidur sedikit lebih cepat, dapat tidur nyenyak dan bangun segar jika menggunakan obat tidur

O = klien tanpak tenang, terlihat ansietas dan ketakutan berkurang setelah berdiskusi, tampak nyaman dengan tempat tidurnya, kebutuhan tidur terpenuhi dengan tidur siang yang dibatasi, tampak lebih segar dan bersemangat


(1)

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel 4. Catatan perkembangan asuhan keperawatan pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar tidur di RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan

Implementasi dan Evaluasi keperawatan  Hari/

tanggal

No. Dx

Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)

18 Juni 2013

1

09.00

09.30

Hallucination Management (Manajemen Halusinasi)

1. Membina hubungan saling

percaya

2. Memantau Keadaan umum

paien dan mengukur tanda-tanda vital pasien

TD : 110/70 mmHg HR : 80 x/i

RR : 24 x/i T : 36,50C

3. Menciptakan/melihara suatu

lingkungan yang aman

4. Mencatat Perilaku Pasien

yang menandai adanya halusinasi

5. Memberikan pasien

kesempatan untuk mendiskusikan halusinasinya

6. Mendorong pasien

bercakap-cakap untuk mengalihkan halusinasinya dengan orang

S = klien mengatakan : dirinya lega setelah bercerita tentang halusinasinya,

halusinasinya sudah jarang muncul, ketika muncul dia mengajak temannya

bercakap-cakap, merasa nyaman untuk tidur,

dapat memulai tidur sedikit lebih cepat, dapat tidur nyenyak dan bangun segar jika menggunakan obat tidur

O = klien tanpak tenang, terlihat ansietas dan ketakutan

berkurang setelah berdiskusi, tampak


(2)

12.45

11.00

7. menyediakan antipsychotic

dan antianxiety secara rutin, jika diperlukam

Sleep Enhancement (Peningkatan tidur)

7. Mencatat pola tidur pasien dan

lama waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur

8. Menjelaskan pentingnya tidur

yang adekuat selama sakit dan stress psikososial

9. Memberikan waktu tidur

siang, jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tidur

10.Memberikan atau melakukan

tindakan kenyamanan, seperti massase, pengaturan posisi, dan sentuhan afektif

11.Membantu pasien untuk

membatasi tidur di siang hari dengan memberikan aktivitas yang membuat pasien tetap terjaga

8. Mendukung penggunaan obat

tidur yang tidak mengandung supresor fase tidur REM

tempat tidurnya, kebutuhan tidur terpenuhi dengan tidur siang yang dibatasi, tampak lebih segar dan bersemangat

TD = 110/70 mmHg HR = 80 x/i

RR = 24 x/i

T = 36,50C

A = Pengkajian dilanjutkan, pasien masih sering mendengar

suara-suara, kualitas dan kuantitas tidur klien sedikit bertambah dan merasa cukup segar saat bangun tidur, masih tampak pucat

P = Intervensi dilanjutkan

 NOC (gangguan

kontrol diri skala 2

: jarang) (sleep/tidur skala 5

: tidak ada gangguan)


(3)

(Hallucination Management/ manajemen

halusinasi, dan sleep

enhancement/ peningkatan tidur)

Implementasi dan Evaluasi keperawatan  Hari/

tanggal

No. Dx

Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)

19 Juni 2013

1,2

2

09.00

09.45

Environmental Management (Manajemen Lingkungan, hal 320)

1. Pantau keadaan umun dan

TTV pasien

TD : 110/70 mmHg HR : 84 x/i

RR : 22 x/i T : 36,70C

2. Menciptakan lingkungan yang

aman untuk pasien

3. Menyediakan lingkungan dan

tempat tidur yang nyaman dan bersih

4. Mengendalikan atau

mencegah suara gaduh berlebihan atau yang tidak

S = klien mengatakan : merasa tenang dan aman, nyaman dengan tempat tidurnya, kuantitas dan kualitas tidur bertambah, merasa segar saat bangun, membatasi tidur siangnya, tidak minum obat tidur

O = klien tampak tenang, tampak nyaman dengan tempat tidur dan lingkungan sekitarnya, kebutuhan tidur cukup


(4)

1,2 11.00

memungkinkan

Sleep Enhancement (Peningkatan tidur)

8. Mencatat pola tidur pasien dan

lama waktu untuk memulai tidur

9. Menjelaskan pentingnya tidur

yang adekuat selama sakit dan stress psikososial

10.Memberikan waktu tidur

siang, jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tidur

11.Memberikan atau melakukan

tindakan kenyamanan, seperti massase, pengaturan posisi, dan sentuhan afektif

12.Membantu pasien untuk

membatasi tidur di siang hari dengan memberikan aktivitas yang membuat pasien tetap terjaga

TD = 110/70 mmHg HR = 84 x/i

RR = 22 x/i

T = 36,70C

A = pengkajian dilanjutkan,

lingkungan pasien nyaman dan cukup tenang, tempat tidur bersih, kebutuhan tidur cukup terpenuhi meski masih sesekali terbangun, cukup segar bangun di pagi hari.

P =

 NOC (slepp/ tidur

skala 5 : tidak ada gangguan)

 NIC (enviromental

management/ manajemen

lingkungan dan sleep

enhancement/ peningkatan tidur)


(5)

Implementasi dan Evaluasi keperawatan  Hari/

tanggal

No. Dx

Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)

20 Juni

2013 3,4

3

09.00

09.30

Peningkatan Koping

1. Pantau keadaan umun dan

TTV pasien

TD = 110/80 mmHg HR = 80 x/i

RR = 22 x/i

T = 36,70C

2. Menilai pemahaman pasien

terhadap proses penyakitnya

3. Menggunakan pendekatan

yang tenang dan meyakinkan

4. Membantu pasien dalam

membangun penilaian yang objektif terhadap suatu peristiwa

5. Tidak membuat keputusan

pada saat pasien berada dalam keadaan stress berat

6. Mendukung untuk

menyatakan perasaan, persepsi, dan ketakutan secara

verbal

7. Mengurangi stimulasi dalam

lingkungan yang dapat disalah

interpretasikan sebagai ancaman

S = pasien mengatakan : ketakutan dan kecemasan berkurang,

merasa tenang dan aman, melakukan tekhnik relaksasi jika merasa cemas dan ketakutan, mampu mengidentifikasi

situasi yang menimbulkan ansietas

O = klien tampak tenang, merasa nyaman saat bercakap-cakap,

ketakutan dan ansietas tampak berkurang, tampak bersemangat dengan hal-hal yang diajarkan perawat TD = 110/80 mmHg HR = 80 x/i

RR = 22 x/i

T = 36,70C

A = pengkajian dilanjutkan, ketakutan


(6)

3,4 11.15 Ansietas (5820, hal 138)

8. Menyediakan informasi

faktual menyangkut diagnosis, terapi, dan prognosis

9. Menyatakan dengan jelas

tentang harapan terhadap perilaku pasien

10.Mendampingi pasien untuk

meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut

11.Menginstruksikan pasien

tentang penggunaan tekhnik relaksasi

12.Memberikan pijatan

punggung/leher, bila perlu

13.Membantu pasien untuk

mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

dan ansietas pasien berkurang setelah bercakap-cakap,

ekspresi wajah tampak tenang

P =  NOC

(pengendalian diri terhadap ketakutan skala 3 : kadang-kadang)

(pengendalian diri terhadap ansietas 2 : jarang)

 NIC (peningkatan

koping, dan anxiety Reduction/

penurunan ansietas)