9
Dari beberapa pengertian diatas bahwa sakramen Ekaristi adalah sebuah perayaan syukur dan sumber puncak seluruh kehidupan umat Kristiani. Sakramen
Ekaristi adalah sumber cinta kasih, kesatuan dan ikatan cinta kasih dengan Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya. Dalam perayaan Ekaristi juga
kita mengenang kembali akan penderitaan Yesus sebelum disalibkan untuk menyelamatankan seluruh umat Kristiani yang beriman. Selain itu juga melalui
perayaan Ekaristi dalam Tubuh dan Darah Kristus yang kita santap memohon agar kehadiran Kristus senantiasa menyertai hidup kita. Yang menjadi hal terpenting di
sini bahwa kita diajak untuk selalu mengenang kembali akan peristiwa penyelamatan melalui perayaan Ekaristi dan ikut serta ambil bagian di dalamnnya.
2. Ekaristi dalam Tradisi Gereja a. Dasar Ekaristi dalam Gereja Perdana
Sejak awal mula dalam gereja, dasar Perayaan Ekaristi terdiri atas Liturgi Perayaan Sabda Liturgi Perayaan Ekaristi. Terbukti yang disampaikan oleh
Yustinus Martir pada abad ke II. Dengan Liturgi Sabda umat yang hadir untuk merayakan Ekaristi sungguh merasakan keheningan batin dan merasakan
kehadiran Tuhan lewat sabda Tuhan dan lewat nyanyian serta mengimani Yesus Kristus dalam setiap doa-doa. Liturgi Ekaristi tidak terlepas dengan adanya
Liturgi Sabda yang membawa perkembangan bagi Liturgi Perayaan Ekaristi itu sendiri. Sedangkan Liturgi Perayaan Ekaristi ialah umat yang turut menghadirkan
Kristus yang telah mengurbankan diri dan memberikan keselamatan dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus Martasudjita, 2003: 281-282.
10
Bapa-Bapa Gereja juga menekankan pada Ekaristi yaitu masalah
realis praesentia
bahwa sabda Kristus yang menyebabkan suatu perubahan
consecration, mutation
dari roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Pada abad pertengahan zaman Skolastik, Ekaristi terus menerus diperdalam dan
diperkaya dengan berbagai macam pemikiran. Mengenai ajaran tentang
realis praesentia
diperjelas dengan baik oleh Thomas Aquinas yang dituangkan dalam bukunya
Summa Theologiae
yaitu Ekaristi menjadi puncak seluruh hidup iman umat dan Allah selalu hadir di tengah-tengah umat Martasudjita, 2003: 283-287.
b. Dasar Ekaristi dalam Konsili Trente
Konsili Trente yang diadakan pada abad ke-XVI untuk menanggapi ajaran Reformasi dengan membicarakan tentang Ekaristi yang bergejolak karena para
kaum reformator lebih menekankan sifat simbolis dari kehadiran Kristus dalam Ekaristi, sifat perjamuan dari Ekaristi dan menolak sifat korban dari misa kudus.
Pada sidang yang ke-13 pada tahun 1551 yaitu mengesahkan dekrit mengenai realis prasentia DS 1635-1661, yang berisi dengan ajaran bahwa kehadiran
Kristus yang sungguh-sungguh real dan nyata dalam Ekaristi, dan juga ajaran
transsubstantiatio.
Sidang yang ke-21 pada tahun 1562 yaitu mengajarkan tentang komuni dalam dua rupa DS 1725-1734. Dalam sidang tersebut menyatakan
bahwa penerimaan komuni walaupun hanya dalam satu rupa saja sudah merupakan penerimaan seluruh diri Kristus yang secara tak berbagi dan sakramen
yang benar DS 1729-NR 590. Selanjutnya pada sidang yang ke-22 tahun 1562 membahas dengan rinci soal kurban misa DS 1738-1759. Konsili Trente
menegaskan tentang keyakinan tradisi mengenai misa kudus, bahwa misa kudus di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI