Tindakan Komunikatif Wawancara Mendalam Observasi Partisipatif

untuk jangka waktu tertentu. Begitu juga yang terjadi dalam Upacara Adat Moponika dalam setiap proses yang terjadi didalamnya terdapat pertukaran simbol yang menimbulkan makna sebagai hasil daripada interaksi baik itu verbal dan non verbal.

IV. Kesimpulan

1. Situasi Komunikatif dalam Upacara adat Moponika memiliki rangkaian acara adat yang sudah dari dulu dilakukan secara turun temuran. Upacara adat Moponika sendiri merupakan sebuah pengresmian atau pengukuhan calon pengantin. Secara garis besar Upacara adat Moponika dilaksanakan di lingkungan Gorontalo tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan di luar lingkongan Gorontalo, asalkan tetap memakai rentetan acara adat yang sudah ditentukan. Dalam Upacara adat Moponika dilaksanakan di rumah orang tua mempelai perempuan dimana semua proses pelaksanaan Upacara adat Moponika dilakukan di rumah orang tua mempelai perempuan yang akan melibatkan Baate Lo Hulondalo atau Ketua Adat Gorontalo, Buatula Aadati Pemangku Adat, Buatula Saraqa Pegawai Agama, dan pihak keluarga. Setiap berlangsungnya Upacara adat Moponika pasti akan berbeda tempat pelaksanaanya, karena pelaksanaan Upacara adat Moponika selalu melakukan upacara adat di rumah orang tua mempelai perempuan 2. Peristiwa Komunikatif Upacara adat Moponika merupakan adat pernikahan masyarakat Gorontalo. Dalam masyarakat Gorontalo sudah merupakan kewajiban dalam pernikahan melaksanakan Upacara adat Moponika dengan rentetan acara yang telah ditentukan dari pada para leluhur. Dimulai dari tahap pertama adalah Mongilalo Meninjau, Molenilo Mencari kepastian, Tolobalango Peminangan, Modutu Mengantarkan adat, Mopotilantahu Malam pengantin, Molapi saronde, Tidi, Akaji Akad nikah, Molomela taluhu tabia Pembatalan air wudhu. Tahapan tersebut harus dilakukan dengan dengan baik demi kelancaran prosesi tersebut karena dalam Upacara adat Moponika terdapat beberapa nilai kebudayaan yang sangat diperlihatkan dari tarian-tarian, musik, dan tata cara pelaksanaan. Selain nilai kebudayaan yang terlihat dalam Upacara adat Moponika bentuk pesan merupakan salah satu yang ditonjolkan dalam Upacara Adat Moponika melalui kode verbal dan nonverbal yang terlihat dalam beberapa prosesi adat. Dengan dilaksanakannya Upacara Adat Moponika bertujuan untuk tetap terus melaksanakan warisan budaya sudah dari turun temurun tetap dilaksanakan oleh masyarakat Gorontalo.

3. Tindakan Komunikatif

merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal, bentuk perintah dan pernyataan yang ada ketika pengantin laki-laki diucapkan Tuja’I momuduqo, Tuja’i mopodiambango, Tuja’i mopotuoto, sebagai bentuk perintah, pernyataan, permohonan dalam Upacara Adat Moponika. Upacara Adat Moponika terdapat beberapa perilaku nonverbal yang terdapat dalam beberapa prosesi didalmnya seperti yang terjadi dalam prosesi Molamela Taluhu Tabia, yang merupakan satu bukti kedua mempelai telah menjadi suami istri. Pakaian yang dipergunakan juga mempunyai arti dan makna tertentu.

4. Aktivitas Komunikasi

Upacara Adat Moponika merupakan suatu Upacara Adat pernikahan Gorontalo yang telah turun temuran dilaksankan oleh masyarakat Gorontalo. setiap rangkaian prosesi adatnya memilki arti dan makna tersendiri. Pelaksanaan Upacara Adat Moponika memiliki tujuan untuk memberikan penghormatan kepada kedua mempelai yang menjadi raja dan ratu sehari dan untuk memuliakan suatu pernikahan yang dilaksanakan secara teratur menurut adat yang sudah ditentukan. Keagungan suatu masyarakat biasa dinilai dari hukum adat pernikahannya sehingga Upacara Adat Moponika tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat Gorontalo. DAFTAR PUSTAKA Buku-buku : Abdussamad, Kadir. 1985. 4 Aspek Adat Daerah Gorontalo Alo liliweri, 1994. Komunikasi Verbal dan Non Verbal , PT. Citra Aditya Bakti Bandung Alo liliweri, 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Prenada Media Group, Jakarta Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Effendy, Onong Uchjana. 1994. Ilmu teori filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung Littlejhon, 2009. Teori Komunikasi “ Theories of Human Communication” , Salemba Humanika, Jakarta Hikmat, Mahi. 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. PT Graha Ilmu, Bandung Meleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif . PT Rosdakarya, Bandung Mulyana, Deddy.2002 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy.2010. Komunikasi Antar Budaya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Mulyana, Deddy.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung Norman K. Denzin Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Suatu Pengantar Dan Contoh Penelitiannya. Widya Padjajaran, Bandung Satori, Djam’an. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung Internet : http:lifestyle.okezone.comread20110513408456698menyibak-prosesi- pernikahan-adat-gorontalo http:elib.unikom.ac.idfilesdisk1602jbptunikompp-gdl-mauludindw-30053-9- unikom_m-i.pdf http:www.gorontalofamily.orgupacara-adataspek-adat-perkawinan.html http:www.kebudayaanindonesia.com201409kebudayaan-provinsi- gorontalo.html http:www.referensimakalah.com201211pengertian-budaya-dan- kebudayaan.html Penelitian terdahulu : Septian Restu Unggara; NIM. 41808037Ilmu komunikasi UNIKOM:2012 Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya Muhammad Sofyan; Ilmu komunikasi Telkom University:2014 Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci Ratna Wulansari ; NIM. 41810037Ilmu komunikasi UNIKOM:2014 Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung iii ABSTRAK AKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM UPACARA ADAT MOPONIKA Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo Oleh : SHOFYAN TANAIYO NIM 41810168 Skripsi ini dibawah bimbingan : Adiyana Slamet, S.IP., M.Si Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika., maka fokus masalah tersebut peneliti bagi menjadi beberapa sub masalah mikro yaitu, situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Moponika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi etnografi komunikasi dengan teori substantif interaksi simbolik. Subyek penelitian ini adalah beberapa orang yang terlibat dalam Upacara Adat Moponika, terdiri dari 5 Lima informan yang diperoleh melalui teknik Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, catatan lapangan, studi pustaka, dokumentasi, internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara ketekunan pengamatan, kecukupan referensi, pengecekan anggota, triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, situasi komunikatif dalam Upacara Adat Moponika merupakan tradisi pernikahan yang suci dan sakral, di mana dalam proses ada tahapan yang harus dilakukan. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Adat Moponika terkandung beberapa nilai kebudayaan yaitu pada bagian Motolobalango, Mopotilantahu, Akaji, sementara tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Moponika berbentuk perintah, pernyataan, aplikasi dan sikap nonverbal yang terdapat dalam beberapa prosesi Upacara Adat Moponika. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika merupakan tradisi pernikahan masyarakat Gorontalo yang mempunyai makna memberikan penghormatan kepada kedua mempelai. Saran dari peneliti bagi masyarakat Gorontalo agar tetap melestarikan dan melaksanakan upacara adat pernikahan. Keyword: Etnografi Komunikasi, Aktivitas Komunikasi, Dalam Upacara Adat Moponika, Gorontalo iv ABSTRACT COMMUNICATION ACTIVITY IN THE CULTURAL CEREMONY OF MOPONIKA Ethnographic Study of Communication Regarding Activity Communication in The Cultural Ceremony of Moponika in the City of Gorontalo By: SHOFYAN TANAIYO NIM 41810168 This thesis is under the guidance of: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si This research is aimed to analyze in depth about Communication Activity in the Cultural Ceremony of Moponika. Researcher divided the focus of this problem into several sub micro problems such as communicative situation, communicative e vents, and communicative action in the cultural Ceremony of Moponika. The used method in this study is a qualitative ethnographic study method of communication with substantive theory of symbolic interaction. The subjects of this study are some people involved in the cultural Ceremony of Moponika, which consists of 5 five informant obtained through purposive sampling technique. The te chnique of collecting data are through interviews, observation, field notes, literature, documentation, Internet searching. Mechanical test the validity of data by observation persistence, the adequacy of reference, member checking, triangulation data. The results showed that, in a communicative situation of the cultural ceremony of Moponika is a wedding tradition that is holy and sacred, where there are steps that must be done. Communicative events in the cultural ceremony of Moponika contained some cultural values that is on the Motolobalango, Mopotilantahu, Akaji, while communicative action in the form of command ceremony of Moponika, statements, applications and nonverbal attitude contained in some procession of the cultural ceremony of Moponika. The conclusion of this study is that the Communication Activity in the cultural ceremony of Moponika is a wedding tradition of Gorontalo society that has meaning to honor the bride and groom. a suggestion from researcher for Gorontalo society is to keep preserve and carry out the cultural wedding ceremonies. Keyword: Ethnography of Communication, Communicative activity, In the cultural ce remony of Moponika, Gorontalo 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai penelitian ini, serta studi literature, dokumen atau arsip yang mendukung, yang telah dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian.

2.1.1 Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu adalah refensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan ajuan, antara lain sebagai berikut : 1. Septian Restu Unggara; Nim 41808037Ilmu Komunikasi UNIKOM:2012 Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk menjabarkannya, maka fokus maslah tersebut peneliti dibagi kedalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikasti, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikastif dalam upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif etnografi komunikasi dengan teori substantive yang diangkat yaitu interaksi simbolik dan pemusatan simbolis. Subjek penelitian adalah masyarakat Kampung Naga yang mengikuti upacara Hajat Sasih sebanya 5 lima orang, terdiri dari 3 tiga informan dan 2 dua informan kunci yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam Upacara Hajat Sasih ini bersifat sacral, tempat pelaksanaanya yaitu sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa komunikatif dalam Upacar Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yantg dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka menghormati leluhurnya, sedangkan tindakan komunikatif yang terdapat dalam Upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual dalam Upacara Hajat Sasih bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhur Kampung Naga yang pelaksanaanya, namun dalam setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang sama. 2. Muhammad Sofyan, 2014. Ilmu Komunikasi. Konsentrasi Marketing Communication. Telkom University Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji simbol- simbol tertentu yang menciptakan kebudayaan tersendiri khususnya dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali. Agar masyarakat memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang ditemukan dalam simbol-simbol. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif etnografi komunikasi. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan suatu kebudayaan dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali. Menjelaskan simbol-simbol, pesan, dan makna. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik. Hasil penelitian menunjukan bahwa, situasi komunikatif yang terjadi saat Upacara Pernikahan Hindu-Bali terdapat tahapan dan proses yang harus dijalankan, dimana disetiap proses tahap pelaksanaanya terdapat banyak keluarga dari pihak mempelai wanita dan pria yang ikut dalam berjalannya prose pernikahan. Pernikahan tersebut sangat sakral dan kental akan budaya Bali. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali bermula dari nenek moyang atau leluhurnya yang sudah menjalankan tradisi tersebut dari dulu hingga sekarang, sedangkan tindakan komunikatif yang terdapat dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. 3. Ratna Wulansari; 41810037Ilmu Komunikasi UNIKOM:2014 Fokus pada penelitian ini adalah Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung. Dalam melakukan penelitian peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi komunikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa, dalam pelaksanaanya menjadi suatu aktivitas khas yang tampak dalam setiap proses pernikahan adat Sunda. Situasi komunikatif terdiri dari bahwa Upacara Adat Mapag Panganten ini adalah upacara adat yang ada dalam perikahan adat sunda dan sudah menjadi tradisi yang ada di tatar Sunda, yang dilaksanakan untuk menjemput calon pengantin pria yang datang kekediaman calon pengantin perempuan. Peristiwa komunikatif merupakan unit dasar tujuan deskriptif. Untuk menganalisis peristiwa komunikatif terdapat beberapa komponen, yaitu kata Speaking, yang terdiri dari: settingscence, partipants, ends, act sequence, keys, instrumentalities, norms of interaction, genre. Tindakan komunikati pada saat Upacara Adat Mapag Pengantin merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Tabel 2.1 Tebel Penelitian Relevan Nama Peneliti Uraian Septian Restu Unggara 41808037.2012 Muhammad Sofyan 2014 Ratna Wulansari 41810037.2014 Universitas Universitas Komputer Indonesia Universitas Telkom Universitas Komputer Indonesia Judul Penelitian Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung Tujuan Penelitian Untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, tindakan komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya untuk mengetahui dan mengkaji simbol-simbol tertentu yang menciptakan kebudayaan tersendiri khususnya Upacara Pernikahan Hindu-Bali. Agar masyarakt memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang ditemukan dalam simbol-simbol. Untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung Metode Penelitian Metode kualitatif tradisi etnografi Metode kualitatif studi etnografi komunikasi Metode kualitatif studi etnografi komunikasi Hasil Penelitian Menunjukan bahwa, situasi komunikatif yang terdapat dalam Upacara Hajat sasih ini bersifat sacral, tempat pelaksanannya yaitu sungai Ciwulan, Hasil penelitian yang diperoleh yaitu situasi komunikatif pada pernikahan tersebut sangat sakral dan kental akan budaya Bali. Peristiwa komunikatif memberikan Situasi komunikatif terdiri dari bahwa Upacara Adat Mapag Panganten ini adalah upacara adat yang ada dalam perikahan adat sunda dan sudah menjadi tradisi yang ada di tatar Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksananakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besaar islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang untuk menghormati para leluhur, sedangkan tindakan komunikatif yang terdapat dalam Upacara Hajat Sasih berbentuk perintah, gambaran secara keseluruhan mengenai proses terjadinya pernikahan dari awal, ritual upacara pernikahan sampai akhir ritual upacara. Sedangkan tindak komunikatif mendeskripsikan secara mendetail bagaimana tindakan-tindakan atau interaksi yang terjadi memberikan arti simbolik sebagai pesan komunikasi non verbal. Ketiga unsur tersebut menajdi kunci dalam mendeskripsikan proses komunikasi yang terdapat pada pernikahan Hindu-Bali di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli, Sunda, yang dilaksanakan untuk menjemput calon pengantin pria yang datang kekediaman calon pengantin perempuan. Peristiwa komunikatif merupakan unit dasar tujuan deskriptif. Untuk menganalisis peristiwa komunikatif terdapat beberapa komponen, yaitu kata Speaking, yang terdiri dari: settingscence, partipants, ends, act sequence, keys, instrumentalities, norms of interaction, genre. Tindakan komunikati pada saat Upacara Adat Mapag Pengantin merupakan bentuk pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Bali. perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Sumber : Data Peneliti 2015 Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Nomor 1 Satu dengan judul Penelitian Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Dimana penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif dalam Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Sedangkan penelitian yang peneliti membahas aktivitas komunikasi upacara adat Moponika di Kota Gorontalo. Jika melihat masalah mikro yang sama pada penilitian ini. Objek penelitian yang peneliti teliti adalah mengenai bagaimana aktivitas komunikasi pada upacara adat Moponika. Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Nomor 2 Dua Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli pada penelitian ini merupakan pernikahan dari pasangan yang berbeda agama, menurut agama Hindu agar perkawinan dianggap sah haruslah kedua belah calon pengantin disamakan dulu agamanya dengan upacara Suddhi Wadani, dengan persyaratan si wanita lain agama Hindu rela mengikuti agama suaminya. Setelah dilaksanakan upacara Suddhi Wadani status seseorang yang sebelumnya beragama di luar hindu dapat disahkan menjadi agama Hindu, wajib menjunjung tinggi dan melaksanakan ajaran agama Hindu. Sedangkan penelitian yang peneliti membahas aktivitas komunikasi upacara adat Moponika di Kota Gorontalo. Yang merupakan perkawinan dengan menurut ajaran agama Islam. Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian nomor 3 dengan judul penelitian Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung. adalah Upacara Adat Mapag Panganten ini adalah upacara adat yang ada dalam perikahan adat sunda dan sudah menjadi tradisi yang ada di tatar Sunda, yang dilaksanakan untuk menjemput calon pengantin pria yang datang kekediaman calon pengantin perempuan. Sedangkan penelitian yang peneliti membahas aktivitas komunikasi upacara adat Moponika di Kota Gorontalo. Yang merupakan keselurahan ritual upacara adat perkawinan masyarakat Gorontalo.

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu syarat bagi berlangsungnya hubungan atau interaksi sosial. Karena pada dasarnya manusia tidak bias hidup sendiri, manusia adalah makhluk sosial yang harus selalu berkomunikasi dengan manusia yang lain. Oleh karena itu, komunikasi merupakan hal yang bias terjadi didalam kehidupan manusia.

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” to make common. Istilah pertama communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara bersamaan. Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan, bukan hanya dikalangan ilmuan komunikasi, melainkan juga di kalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti yang berlainan. Mulyana, 2007:46 Kata lain yang mirip dengan komunikasi adala kelempok community yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan kelompok merujuk pada pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak aka nada kelompok. Komunikasi bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, kelompok juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan erat dengan seni, agama Bahasa dan masing- masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah kelompok tersebut. Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi hanya bisa terjadi jika seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Artinya komunikasi hanya bias terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bias juga disebut komponen dan elemen komunikasi. Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendudkung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa elemen yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada yang menambah umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan. Cangara, 2006.21

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Harold D. Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah manusia dapat mengontrol lingkungannya, beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada, serta melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya. Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk menumbuhkan berfungsi untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan mengedalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan. Fungsi komunikasi antar pribadi ialah mengendalikan lingkunangan guna memperoleh imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan sosial, serta meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengetasi konflik konflik pribadi. Komunikasi public berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan solidaritas, mempengaruhi orang banyak, memberi informasi, mendidik, dan menghibur. Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang Cangara, 2004: 55-57.

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi

Tujuan yang dimaksud disini menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Efendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi teori dan praktek, tujuan komunikasi adalah 1. Perubahan sikap Attitude Change 2. Perubahan pendapat opinion Change 3. Perubahan perilaku Behavior Change 4. Perubahan sosial Sosial Change. Effendy, 2004:8

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Antar Budaya

Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyampaikan pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim pesan, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi. Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antar komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antar budaya. Namun, apa yang terutama menandanai komunikasi antar budaya adalah bahwa sumber dan penerimaannya berasal dari budaya yang berbeda. Ciri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi. Kini kita akana mendefinisikan komunikasi antarbudaya dan membahasnya melalui perspektif suatu model. Kemudian kita akan melihat pula berbagai untuk komunikasi antarbudaya. Mulyana, 2010:20 Adapun dalam buku Dasar-Dasar Komunikasi menurut Lustig dan Koester Intercultur Communication Competence, 1993: Komunikasi Antarbudaya adalah suatu proses Komunikasi simbolik, interpretative, transaksional, kontekstual, yang dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki perbedaan derajat kepentingan tertentu, memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan. Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran system simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antar budaya itu dilakukan: 1. Dengan negosiasi untuk melinatkan manusia didalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema 2. Melalui pertukaran system symbol yang tergantung dari persetujuan antar subjek yang terlibatkan dalam komunikasi sebuah keputusan dibuat untuk berpatisipasi dalam proses pemberian makna yang sama 3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita 4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lainnya dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara. Liliweri, 2003:11 2.1.4 Tinjauan Upacara Adat 2.1.4.1 Definisi Pernikahan Pernikahan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang dialami oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada beberapa diantaranya yang tidak terikat dengan pernikahan sampai ajal menjemput. Semua agama resmi di Indonesia memandang pernikahan sebagai sesuatu yang sakral, harus dihormati, dan harus dijaga kelanggengannya. Oleh karena itu, setiap orang tua merasa tugasnya sebagai orang tua telah selesai bila anaknya telah memasuki jenjang pernikahan 2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal 2.1.5.1 Definisi Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah salah satu bentuk komunikasi yang ada dalam kehidupan manusia dalam hubungan atau interaksi sosialnya. Pengertian Komunikasi Verbal verbal communication adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan atau dengan tertulis. Peranannya sangat besar karena sebagian besar dengan komunikasi verbal ide-ide, pemikiran atau keputusan lebih mudah disampaikan secara verbal dibandingkan non verbal. Komunikan juga lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan dengan komunikasi verbal ini.

2.1.5.1.1 Pesan dan Bahasa dalam Komunikasi Verbal

Pesan yang disampaikan berupa pesan verbal yang terdiri atas kode- kode verbal. Dalam penggunaannya kode-kode verbal ini berupa bahasa. Bahasa adalah seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi kumpulan kalimat yang mengandung arti. Bahasa ini memiliki tiga fungsi pokok, yaitu : 1. Untuk mempelajari tentang segala hal yang ada di sekeliling kita. 2. Untuk membina hubungan yang baik dalam hubungan manusia sebagai makhluk sosial antara satu individu dengan individu lainnya. 3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam perjalanan kehidupan manusia. Bahasa dapat dipelajari dengan beberapa cara. Hal ini dijelaskan dalam beberapa teori, seperti teori Operant Conditioning, teori kognitif, dan yang terakhir adalah mediating theory. A. Menurut teori operant conditing bahasa dipelajari dengan adanya stimulus dari luar yang menyebabkan seseorang pada akhirnya berbicara dengan Bahasa yang dimengerti oleh orang yang memberi stimulun. B. Dalam teori kognitif Bahasa merupakan pembawaan manusia sejak lahir yang merupakan pembawaan biologis. Disini ditekankan bahwa manusia yang lahir keduania berpotensi untuk bias berbahasa. C. Mediating theory dikenal dengan istilah teori penengah. Disini menekankan bahawa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak hanya sekedar sebagai reaksi dari adanya stimulus dari liuar, tapi juga dipengaruhi proses internal yang terjadi dalam diri manusia itu sendiri.

2.1.5.1.2 Pentingnya Komunikasi Verbal

Dengan komunikasi verbal, pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Komunikan pun dapat memberikan feedback dengan komunikasi verbal pula. Sehingga dapat dipastikan bahwa dengan penggunaan komunikasi verbal ini, kesalahan persepsi komunikasi atau miss communication dapat diminimalisir. Oleh karena itu, kemampuan dalam berbahasa merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang komunikator. Semakin banyak bahawa yang dikuasai maka semakin besar pula potensi untuk menjadi seorang komunikator dan komunikan yang baik untuk mencapai komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam kehidupan kita dalam segala bidang.

2.1.5.2 Definisi Komunikasi Non Verbal

Seperti halnya komunikasi secara umum, komunikasi non verbal juga memiliki banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam Mulyana, 2007:343 menuturkan bahwa : “Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”. Sementara itu Edward T. Hall “Menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” silent language dan “dimensi tersembunyi” hidden dimension. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberi kita isyarat-isyarat kontekstual. Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.”Mulyana, 2007:344

2.1.5.2.1 Karakteristik Dan Fungsi Komunikasi Non Verbal Asente

dan Gundykust 1989 dalam Liliweri, 1994:97-100 mengemukakan bahwa pemaknaan pesan non verbal maupun fungsi non verbal memiliki perbedaan dalam cara dan isi kajiannya. Pemaknaan meanings merujuk pada cara interpretasi suatu pesan; sedangkan fungsi functions merujuk pada tujuan dan hasil suatu interaksi. Setiap penjelasan terhadap makna dan fungsi komunikasi non verbal harus menggunakan sistem. Hal ini disebabkan karena pandangan terhadap perilaku non verbal melibatkan, penjelasan dari beberapa kerangka teoritis penulis : sosiologi, antropologi, psikologi, etnologi, dan lain–lain seperti teori sistem, interaksionisme simbolis dan kognisi. Pemaknaan terhadap perilaku non verbal dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : immediacy, statusdan responsiveness Adapun yang dimaksudkan dengan pendekatan Immediacy merupakan cara mengevaluasi objek non verbal secara dikotomis terhadap karakteristik komunikator baik buruk, positif negatif, jauh dekat. Pendekatan yang didasarkan pada karya Mahrebian itu memandang seseorang maupun objek yang disukainya pada pilihan skala yang bergerak antara valensi positif hingga ke negatif. Pendekatan status berusaha memahami makna non verbal sebagai ciri kekuasaan. Ciri ini dimiliki setiap orang yang dalam prakteknya selalu mengontrol apa saja yang ada di sekelilingnya. Pendekatan terakhir adalah pendekatan Responsiveness yang menjelaskan makna perilaku non verbal sebagai cara orang bereaksi terhadap sesuatu, orang lain, peristiwa yang berada di sekelilingnya Responsiveness selalu berubah dengan indeks tertentu karena manusia pun mempunyai aktivitas tertentu. Dimensi–dimensi Mahrabian seperti diungkapkan tersebut analog dengan pemaknaan verbal daro Osgood, Suci, dan Tannenbaun dalam semantic differensial antara lain dalam evaluasi, potensi dan aktivitas. Dimensi tersebut sangat relevan dengan komunikasi antar budaya sehingga budaya dianggap sebagai kunci untuk menjelaskan perilaku baik verbal maupun non verbal. Penelitian terhadap tema ini bersandar pada pertanyaan : bagaimana budaya mempengaruhi pernyataan dan pemaknaan pesan non verbal. Pendekatan berikut terhadap non verbal adalah pendekatan fungsional. Sama seperti pendekatan sistem maka dalam pendekatan fungsional aspek–aspek penting yang diperhatikan adalah informasi, keteraturan, pernyataan keintimankeakraban, kontrol sosial dan sarana – sarana yang membantu tujuan komunikasi non verbal

2.1.6 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi

1. Situasi Komunikatif, merupakan konteks terjadinya komunikasi. Contohnya, gereja, pengadilan, pesta, lelang, kereta api, atau kelas disekolahnya. Situasi bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, seperti dalam kereta, bus, atau mobil, atau bisa berubah dalam lokasi yang sama apabila aktifitas-aktifitas yang berbeda berlangsung di tempat itu pada saat yang berbeda. Situasi yang sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktifitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana. 2. Peristiwa Komunikatif, merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang sama. Sebuah peristiwa berakhir apabila terdapat perubahan dalam partisipan utama, misalnya perubahan posisi duduk atau suasana hening. Kuswarno, 2008:41. Analisis peristiwa komunikatif dimulai dengan deskripsi komponen-komponen penting, yaitu :

a. Genre, atau tipe peristiwa misalnya, lelucon, cerita, ceramah,

salam, percakapan.

b. Keys, atau fokus referensi yang bertujuan menghasilkan nada emosi

yang dihasilkan saat melakukan interaksi..

c. Ends, peristiwa secara umum dan dalam bentuk tujuan interaksi

partisipan secara individual.

d. Setting, termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi itu

misalnya, besarnya ruang, tata letak perabot.

e. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik,status sosial, atau

kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain.

f. Instrumentalities, termasuk saluran vokal dan nonvokal, dan

hakekat kode yang digunakan misalnya, bahasa yang mana, dan varietas yang mana.

g. Act Sequence, urutan tindakakan, atau urutan tindak komunikatif

atau tindak tutur, termasuk alih giliran atau fenomena percakapan.

h. Norms, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan kebudayaan, nilai

yang dianut, tabu-tabu yang harus dihindari, dan sebagainya. 3. Tindakan Komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal Kuswarno, 2008:41. 2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik Menurut teoritisi interaksi simbolik yang di kutip dari buku Deddy Mulyana, yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif adalah Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol- simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Secara ringkas interaksi simbolik didasarkan pada premis-premis berikut: 1. Individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik benda dan objek sosial perilaku manusia berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Ketika mereka mengahadapi suatu situasi, respon mereka tidak bersifat mekanis. Tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal. Respon mereka bergantung pada bagaimana mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. Jadi individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri. 2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindak atau peristiwa bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindak atau peristiwa itu, namun juga gagasan yang abstrak. 3. Makna yang di interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukaan. Mulyana, 2008: 71-72 Adapun menurut Blummer dalam buku Engkus Kuswarno interkasi simbolik mengacu pada tiga premis utama, yaitu: 1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu pada mereka. 2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain. 3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung. Kuswarno, 2008:22. Keunikan dan dinamika simbol dalam proses interaksi sosial menuntut manusia harus lebih kritis, peka, aktif dan kreatif dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul dalam interaksi sosial, penafsiran yang tepat atas simbol tersebut turut menentukan arah perkembangan manusia dan lingkungan, sebaliknya, penafsiran yang keliru atas simbol dapat menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.

2.2.2 Simbol

Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tinggi kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis verbal maupun melalui isyarat-isyarat tertentu nonverbal. Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi. bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit. Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman. Hal ini di dapat dari hasil kerja manusia itu pula, dimana yang menunjukan manusia memiliki keistimewaan sehingga hanya dialah yang dapat menciptakan komunikasi baru yang mampu menyimpan berbagai ide dan gagasan dalam human memory yang pada gilirannya tidak mudah dilupakan. Alo Liliweri : 2011 Etnografi komunikasi memulai penelitiannya dengan melihat interaksi antarindividu dalam Setting alamiahnya. Kemudian mengakhiri dengan menjelaskan pola-pola perilakunya yang khas, atau dengan menjelaskan perilaku berdasarkan tema kebudayaan dalam masyarakat tersebut. Kemampuan masyarakat tersebut dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman terntang realita yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya. Spradley menjelaskan fokus perhatian etnografi adalah pada apa yang individu dalam suatu masyarakat lakukan perilaku, kemudian apa yang mereka bicarakan Bahasa, dan terakhir apakah ada hubungan antara perilaku dengan apa yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat tersebut, sebaik apa yang mereka buat atau mereka buat atau mereka pakai sehari-hari. Kuswarno, 2008:35 Pada etnologi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap symbol-simbol yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal, sehingga memunculkan sebuah interaksi yang didalmnya terdapat symbol-simbol. Pada penelitian ini terlihat ketika proses dalam upacara adat pernikahan Gorontalo, dimana terdapat aktivitas komunikasi baik komunikasi verbal atau nonverbal, yang khas dan kompleks serta terdapat peristiwa khas komunikasi. Peristiwa komunikasi melibatkan tindakan komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi, sehingga proses komunikasi menghasilkan peristiwa yang khas dan berulang. Dalam mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, maka diperlukan sebuah unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut, seperti yang dikatakan oleh Hymes yaitu dengan mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif. Seperti di dalamnya terdapat berbagai simbol-simbol yang muncul, Ketika masuk ke dalam tempat upacara adat tersebut telah terjadi tindak-tindak komunikatif. Ketika masuk ke dalam tempat acara terdapat berbagai tahapan yang harus dilakukan, dan para tamu dalam menempati tempat duduk harus mengikuti tata letak yang telah ditentukan dari adat pernikahan Gorontalo. Dimana ada tempat yang sudah diatur untuk para tamu dari pihak laki laki dan perempuan. Begitu juga simbol simbol yang digunakan ketika proses pernikahan adat batak toba, dari dulu hingga sekarang selalu digunakan, sehingga simbol simbol tersebut sudah menjadi bagian yang harus ada setiap proses pernikahan adat Gorontalo. Dari pemaparan diatas dapat digambarkan tahapan-tahapan model penelitian, seperti gambar dibawah ini : Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran Sumber : Data peneliti 2015 Upacara Adat Moponika ETNOGRAFI KOMUNIKASI Kajian Peranan bahasa, budaya, komunikasi dalam perilaku suatu masyarakat Kuswarno 2008:22 PERISTIWA KOMUNIKATIF Unit dasar tujuan deskriptif termasuk komponen komunikasi SITUASI KOMUNIKATIF Konteks terjadinya Komunikasi AKTIVITAS KOMUNIKASI Aktivitas khas yang komplek Kuswarno, 2008:41 TINDAKAN KOMUNIKATIF Fungsi interaksi tunggal INTERAKSI SIMBOLIK Pertukaran pesan yang menggunakan simbol yang memilik makna tertentu Kuswarno, 2008:41 AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA ADAT MOPONIKA 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan yang teroraganisir untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakikat penelitian juga dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller 1986:9 mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia. Penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi adalah sebagai perspektif subjektif. Asumsi-asumsi dan pendekatan serta teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sangat relevan dengan ciri-ciri dari penelitian yang berperspektif subjektif seperti : 1 Sifat realitas yang bersifat ganda, rumit, semu, dinamis mudah berubah-ubah, dikontruksikan, dan holistik : pembenaran realitas bersifat relatif. 2 Aktor subyek bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas, dimana perilaku komunikasi secara internal dikendalikan oleh individu. 3 Sifat hubungan dalam dan mengenai realitas. 4 Hubungan peneliti dengan subjek penelitian juga bersifat strata, empati, akrab, interaktif, timbal balik, saling mempengaruhi dan berjangka lama. 5 Tujuan penelitian terkait dengan hal-hal yang bersifat khusus. 6 Metode penelitian yang deskriptif. 7 Otentisitas adalah kriteria kualitas penelitian subyektif. 8 Nilai etika, dan pilihan moral penelitian melekat dalam proses penelitian Mulyana, 2002: 147-148.

3.1.1 Paradigma

Kontruktivisme seperti di paparkan oleh Guba dan Lincoln, mengadopsi ontologi kaum relativis, epistemologi transaksional, dan metodologi hermeneutis atau dialektis. Tujuan tujuan penelitian dari paradigm ini diarahkan untuk mengahasilkan berbagai pemahaman yang bersifat rekontruksi, yang di dalamnya kriteria kaum positivis tradisional tentang validitas internal dan eksternal digantikan dengan terma-terma sifat layak dipercaya. Makna terma terma tersebut bergantung pada maksud orang yang memakainya. Sebagai alat deskripsi umum bagi sekelompok pandangan metodologi dan filosofis yang terkait secara longgar, terma terma ini sebaiknya dipahami secara khusus dan hati hati. Blumer 1945:146. Paradigma sebagai pandangan dunia seseorang tersebut, membangun realitas yang dipersepsikan tentang realitas, memfokuskan perhatian pada aspek- aspek tertentu dari realitas objektif dan membimbing interpretasi sesorang pada struktur yang mungkin dan berfungsi kedua realitas yang tampak maupun yang tidak tampak. Keduanya menekankan bahwa perkembangan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru. Kaum konstruktivis meyakini bahwa untuk memahami dunia makna ini orang harus menginterpretasikannya. Peneliti harus menjelaskan proses-proses pembentuk makna dan menerangkan bagaimana makna-makna tersebut terkandung dalam bahasa dan tindakan oleh para aktor sosial. Upaya menyusun interpretasi tidak lain adalah upaya melakukan pembacaan tentang makna-makna ini, mengemukakan konstruksi peneliti tentang kontruksi-kontruksi makna para aktor yang ditelitinya.

3.1.2 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif, dengan studi etnografi komunikasi, teori subtantif yang diangkat dalam penelitian adalah interaksi simbolik, untuk menganalisis aktivitas komunikasi dalam upacara adat Moponika. Menurut Sugiyono dalam bukunya mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasi. Sugiyono, 2012:1 Beda dengan pendapat diatas, David Williams 1995 dalam buku Lexy Moleong menyatakan: “Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah” Moleong, 2007:5 Dari definisi yang dikemukan diatas, didalamnya terdapat pemaparan tentang yang alamiah, hal ini berarti penelitian ini bersifat apa adanya atau natural setting .Berbeda dengan definisi diatas Kirk dan Miller 1986:9 mengemukakan bahwa : “ Pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pegetahuan sosialyang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalamkawasan sendiri yang berhubungan dengan orang orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.” Hikmat,2011:38 Dengan demikian tradisi etnografi komunikasi membutuhkan alat atau metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah Natural setting mereka. Dell Hymes memperkenalkan studi ini untuk pertama kalinya pada tahun1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistic yang terlalu memfokuskan diri pada fisik bahasa saja. Definisi etnografi komunikasi itu sendiri adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya. Etnografi komunikasi ethnography communication juga dikenal sebagai salah satu cabang ilmu dari Antropologi, khususnya turunan dari Etnografi Berbahasa ethnography of speaking. Disebut etnografi komunikasi karena Hymes beranggapan bahwa yang menjadi kerangka acuan untuk memberikan tempat bahasa dalam suatu kebudayaan haruslah difokuskan pada komunikasi bukan pada bahasa. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan. Etnografi komunikasi sangat percaya bahwa setiap individu dibelahan dunia manapun ketika berkomunikasi akan dipengaruhi dan diatur oleh kaidah- kaidah sosiokultural dari mana ia berasal dan dimana ia berkomunikasi. Dalam penjelasannya, etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setia individu sebagai mahluk sosial. Ketiga keterampilan ini terdiri dari keterampilan linguistic, keteramilan interaksi, dan keterampilan budaya. Kuswarno, 2008:18 Ketiga keterampilan ini pada dasarnya menggambarkan ruang lingkup etnografi komunikasi, atau bidang apa saja yang menjadi objek kajian etnografi komunikasi. Selanjutnya etnografi komunikasi menyebut ketiga keterampilan ini sebagai kompotensi berkomunikasi. Sehingga melalui penjelasan tersebut dapat digambarkan model etnografi komunikasi sebagai sebuah model perilaku komunikasi dalam sebuah peristiwa komunikasi. Penggambaran model komunikasi dari sudut pandang etnografi komunikasi menjadi penting karena: 1. Untuk membedakan etnografi komunikasi memandang perilkau komunikasi dan peristiwa komunikasi dari ilmu yang lain. 2. Untuk mempermudah pemahaman bagaimana etnografi komunikasi dalam memandang perilaku komunkasi dan peristiwa komunikasi. 3. Sebagai panduan dalam melakukan penelitian etnografi komunikasi.

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sebagai bentuk penunjang dari penelitian yang valid tidak hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, melainkan informasi-informasi dalam bentuk data yang relevan dan dijadikan bahan-bahan penelitian untuk di analisis pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interview yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai interviewee yang memberikan jawaban pertanyaan itu. Moleong, 2007 : 135 Wawancara juga dimaksudkan untuk memverifikasi khususnya pengumpulan data. Wawancara yang akan dilakukan secara terstruktur bertujuan mencari data yang mudah dikualifikasikan, digolongkan, diklasifikasikan dan tidak terlalu beragam, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan data pertanyaan. Wawancara dalam etnografi komunikasi dapat berlangsung selama peneliti melakukan observasi partisipan, namun seringkali perlu juga wawancara khusus dengan beberapa responden. Khusus yang dimaksud adalah dalam waktu dan setting yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Itu semua bergantung kepada kebutuhan peneliti akan data lapangan. Kuswarno, 2008:55

2. Observasi Partisipatif

Pasif Peneliti datang ditempat kegiatan tetapi tidak ikut serta dan terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan maupun ikut menjadi, ini didasari pertimbangan peneliti bahwa kegiatan terkait kegiatan yang dilakukan, untuk memperoleh data dan informasi pada penelitiannya, peneliti tidak harus aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan serta pertimbangan terhadap keamanan peneliti sendiri. Djam’an dan Aan,2002

3. Dokumentasi

Dokumen yang terkait

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

1 30 90

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

3 27 88

Aktivitas Komunikasi Pada Ritual Upacara Kematian Etnis Tionghoa (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Pada Ritual Upacara Kematian Etnis Tionghoa di Kota Sukabumi)

5 29 49

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

6 39 90

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung)

2 6 1

Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya)

1 4 1

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

7 36 104