Penanggulangan Bencana Sistem Informasi Manajemen Penanggulangan Bencana.

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penanggulangan Bencana

Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi kedalam tiga kegiatan utama, yaitu: 1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini; 2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue SAR, bantuan darurat dan pengungsian; 3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

2.1.1 Bencana

Sekretariat Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana atau International Strategy for Disaster Reduction - Perserikatan Bangsa- Bangsa ISDR 2004, mendefinisikan bahwa bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasinya dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 2.1. Phase Bencana Bencana dapat berupa 1 fenomena alam seperti banjir, kekeringan, gempa bumi, longsor, tsunami, putting beliung, angin topan dan badai; 2 akibat kelalaian manusia seperti kebocoran nuclear plant atau pipa gas, kebakaran karena kelalaian, tumpahan minyak dilaut yang tidak disengaja, arus pendek listrik, pengeboran minyak tanah yang tidak sesuai prosedur, penyebaran virus; 3 kejahatan seperti sabotase, pembakaran, peledakan, pemboman, penyebaran virus dan perusakan fisik aset.

2.1.2 Tanggapan Terhadap Bencana

Tanggapan terhadap bencana adalah jumlah total tindakan yang dilakukan oleh orang-orang atau institusi-institusi dalam menghadapi bencana. Tindakan- tindakan ini mulai dengan peringatan akan datangnya satu kejadian yang mengancam atau dengan kejadian itu sendiri jika kejadiannya muncul tanpa memberi peringatan terlebih dahulu. Tanggapan terhadap bencana mencakup Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. implementasi dari rencana-rencana kesiapan bencana dan prosedur-prosedurnya, dengan demikian ada persamaannya dengan kesiapan bencana. Akhir dari tanggapan terhadap bencana muncul dengan penyelesaian program-program rehabilitasi bencana. Tahapan dari aktivitas penanggulangan bencana tersebut adalah seperti tampak pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Tahapan Aktifitas Penanggulangan Bencana 2.1.3 Manajemen Bencana Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bencana yang dikenal sebagai Siklus Manajemen Bencana seperti terlihat dalam Gambar Siklus Manajemen Bencana, yang bertujuan untuk 1 mencegah kehilangan jiwa; 2 mengurangi penderitaan manusia; 3 memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta 4 mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis. Gambar 2.3. Siklus Manajemen Bencana Kegiatan pada tahap pra bencana selama ini banyak dilupakan, padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana. Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah- kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi. Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah pada tahapan sebelum pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.

2.1.4 Kesiapsiagaan Bencana

Indonesia telah kehilangan ratusan ribu penduduk akibat bencana gempa bumi dan tsunami. Banyaknya korban jiwa menggambarkan bahwa persiapan dan kesiapsiagaan masyarakat masih rendah, terutama dikarenakan kurangnya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pengetahuan dan kepedulian akan fenomena alam ini serta segala hal yang diakibatkan. Pemerintah dan masyarakat Indonesia selama ini menfokuskan pengelolaan bencana pada kegiatan tanggap daurat dan kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana.Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana yang akan terjadi belum menjadi prioritas kegiatan. Bencana gempa dan tsunami yang maha dasyat di Aceh merupakan momentum untuk merubah paradigm pengelolaan bencana dengan cara meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat . Kegiatan pendidikan public dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi sangat penting dan urgent untuk dilakukan agar dapat mengurangi resiko bencana. Kesadaran dan kepedulian akan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat baru menjadi penting dalam penanganan bencana setelah terjadi mega bencana di Aceh yang menggemparkan seluruh dunia. Pengalaman yang sangat pahit ini mengajarkan bahwa masyarakat mutlak dan harus terlibat dalam kegiatan kesiapsiagaan mengantisipasi bencana.

2.1.5 Pemulihan, Rehabilitasi dan Rekontruksi

Pemulihan bencana terdiri dari pada pemberian bantuan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Sehingga rehabilitasi dan rekonstruksi termasuk ke dalam fase pemulihan bencana , keduanya muncul setelah adanya bantuan. Rehabilitasi tanggapan darurat adalah tindakan-tindakan yang dilakukan setelah terjadi satu bencana untuk memungkinkan pelayanan-pelayanan dasar Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. guna memfungsikan kembali, membantu para korban dengan usaha mandiri mereka untuk memperbaiki tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas komunitas, dan memberikan fasilitas terhadap bangkitnya kembali aktifitas-aktifitas ekonomi termasuk pertanian. Rekonstruksi konstruksi permanent adalah penggantian bangunan- bangunan fisik yang rusak parah, pembangunan kembali secara total dari semua pelayanan-pelayanan dan infrastruktur local, dan penguatan ekonomi termasuk pertanian. Terdapat perbedaan pokok dari Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah : a. Rekonstruksi cenderung ke pembangunan fisik, seperti sarana umum jalan, jembatan, listrik, air bersih, dll, pendidikan gedung sekolah, dll, dan sarana ibadah masjid, mushollah,dll. b. Rehabilitasi cenderung ke pembangunan social seperti pendidikan, pelatihan, kesehatan, penyuluhan, dll. 2.1.6 Model Manajemen Bencana Manajemen bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari bencana baik dengan mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan. Terdapat lima model manajemen bencana yaitu: a. Disaster management continuum model. Model ini mungkin merupakan model yang paling popular karena terdiri dari tahap-tahap yang jelas sehingga Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. lebih mudah diimplementasikan. Tahap-tahap manajemen bencana di dalam model ini meliputi emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan early warning. b. Pre-during-post disaster model. Model manajemen bencana ini membagi tahap kegiatan di sekitar bencana. Terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum bencana, selama bencana terjadi, dan setelah bencana. Model ini seringkali digabungkan dengan disaster management continuum model. c. Contract-expand model. Model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-tahap yang ada pada manajemen bencana emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan early warning semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang rawan bencana. Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah pada saat bencana tahap tertentu lebih dikembangkan emergency dan relief sementara tahap yang lain seperti rehabilitation, reconstruction, dan mitigation kurang ditekankan. d. The crunch and release model. Manajemen bencana ini menekankan upaya mengurangi kerentanan untuk mengatasi bencana. Bila masyarakat tidak rentan maka bencana akan juga kecil kemungkinannya terjadi meski hazard tetap terjadi. e. Disaster risk reduction framework. Model ini menekankan upaya manajemen bencana pada identifikasi risiko bencana baik dalam bentuk kerentanan maupun hazard dan mengembangkan kapasitas untuk mengurangi risiko tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Terkait dengan manajemen penanggulangan bencana, maka UU No. 24 tahun 2007 menyatakan “Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi”. Rumusan penanggulangan bencana mengandung dua pengertian dasar yaitu: a. Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus. b. Penanggulangan bencana dimulai dari penetapan kebijakan pembangunan yang didasari risiko bencana dan diikuti tahap kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

2.2 Sistem Informasi