Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Return saham Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya Tandelilin, 2010:47. Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return saham, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return saham yang didapatkan investor dari berinvestasi saham dapat berupa capital gain atau dividen. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham dapat berupa return saham realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang Jogiyanto, 2010:109. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan bersifat tidak pasti. Investor dalam melakukan investasi dihadapkan pada ketidakpastian uncertainty antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Keuntungan investor dapat berupa deviden maupun capital gain. Capital gain loss merupakan selisih dari harga 14 investasi sekarang relatif dengan harga periode masa lalu dan yield dianggap tidak diperhitungkan sehingga dengan demikian return saham dapat dinyatakan sebagai berikut Jogiyanto, 2010:108: P t – P t-1 Return saham R it = P t-1 Keterangan: R it : Tingkat keuntungan saham i pada periode t. P t : Harga penutupan saham i pada periode t periode akhir P t-1 : Harga penutupan saham i pada periode sebelumnya. Perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima Sartono, 2010:41. Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut. Terdapat beberapa jenis nilai saham yang dapat mempengaruhi dalam penetapan harga saham, salah satu diantaranya adalah menurut apa yang dipaparkan oleh Tandelilin 2010:183 yaitu nilai nominal, nilai buku, nilai intrinsik dan nilai pasar. 15 1 Nilai nominal. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham dan pencantumannya berdasarkan keputusan dan dari hasil pemikiran perusahaan yang mempunyai saham tersebut. Jadi nilai nominal sudah ditentukan pada waktu saham itu diterbitkan. 2 Nilai buku. Nilai buku menunjukan nilai bersih kekayaan perusahaan, artinya nilai buku merupakan hasil perhitungan dari total aktiva perusahaan yang dikurangkan dengan utang serta saham preferen kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku sering kali lebih tinggi daripada nilai nominalnya. 3 Nilai intrinsik. Nilai Intrinsik merupakan nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk menghimpun laba dimasa yang akan datang. 4 Nilai pasar. Nilai pasar adalah harga saham biasa yang terjadi dipasar selembar saham biasa adalah harga yang dibentuk oleh penjualan dan pembelian ketika mereka memperdagangkan saham. Pada surat berharga tercantum antara lain harga saham. Harga ini disebut harga atau nilai nominal. Harga nominal ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya nominal ini biasanya tergantung dari keinginan emiten atau perusahaan. Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya closing price. Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya harga saham Saefudin, 16 2008:63. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui penilaian perubahan harga saham dapat dilihat pada saat pasar bursa tutup. Sehingga harga pasar inilah yang menyatakan naik atau turunnya harga saham. 2.1.2 Rasio likuiditas Likuiditas berasal dari kata likuid yang berarti cair, lancar, cepat dan bebas. Dalam dunia usaha likuiditas berarti kelancaran gerak usaha daripada badan usaha tergantung dari berbagai faktor, misalnya dana yang cukup, perputaran modal lancar, dan memenuhi pembayaran utang tepat pada waktunya. Menurut Munawir 2010:31 likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi, atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban pada saat tagihan. Sartono 2010:121 menyatakan likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas merupakan tolak ukur untuk menilai ketersediaan assets-assets likuid untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dalam rangka membiayai kegiatan operasi maupun pembayaran utang dan bunga yang jatuh tempo. Menurut Riyanto 2012:26 likuiditas badan usaha adalah kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya kepada pihak luar pada saat ditagih. Likuiditas badan usaha dapat diketahui dari neraca saat tertentu dengan membandingkan jumlah aktiva lancar di satu pihak dengan utang lancar di lain pihak. Berdasarkan pendapat para ahli, pada prinsipnya tidak ada perbedaan pengertian likuiditas yang dikemukakan, yaitu suatu rasio keuangan yang 17 menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban lancarnya yang harus segera dibayar. Likuiditas dapat diukur dengan membandingkan aktiva lancar dengan utang lancar. Dimana aktiva lancar merupakan aktiva yang tingkat likuiditasnya paling lama 1 tahun dan utang lancar yang merupakan kewajiban yang harus dibayar dalam jangka waktu lama 1 tahun. Menurut Riyanto 2012:331-332 ada tiga macam rasio yang digunakan dalam mengukur likuiditas yaitu: 1 Current ratio. Rasio ini adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rumus: Aktiva lancar Current ratio = x 100 Utang lancar Current ratio yang tinggi menunjukkan jaminan yang lebih baik dari utang jangka pendek, tapi bila terlalu tinggi efeknya terhadap earning effect power kurang baik karena tidak semua modal kerja dapat digunakan dan akan terjadi banyaknya dana yang menganggur. 2 Quick ratio. Rasio ini dihitung dengan mengurangkan persediaan dan aktiva lancar sisanya dibagi dengan utang lancar. Rumus: Aktiva lancar – Persediaan Quick ratio = x 100 Utang lancar Rasio ini membandingkan beberapa elemen dari aktiva lancar yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi yaitu kas, efek dan piutang. Alat analisa ini tidak memperhitungkan elemen persediaan barang inventory karena inventory dipandang sebagai elemen aktiva lancar yang paling tidak 18 likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya dan juga paling mengalami fluktuasi harga. 3 Cash ratio. Rasio ini adalah perbandingan antara kas dengan utang lancar. Rumus: Kas + Efek Cash ratio = x 100 Utang lancar Rasio ini membandingkan aktiva yang sangat likuid dengan utang lancar. Persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk diralisir menjadi uang kas. Walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang, sehingga dalam menghitung rasio ini kedua elemen aktiva lancar tersebut tidak diperhitungkan. Dari ketiga cara perhitungan rasio likuiditas, rumus yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah current ratio. Rasio ini menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga perfomance kinerja perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi performance harga saham. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan return saham. 2.1.3 Rasio aktivitas Menurut Sartono 2010:125 rasio aktivitas menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan, atau dengan kata lain rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio 19 aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Kasmir 2012:172 menyatakan rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya dapat dikatakan pula rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumberdaya yang dikendalikan yang melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Jika rasio aktivitas dibandingkan dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Riyanto 2012:334 menyebutkan rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas adalah: 1 Inventory turnover. Perputaran persediaan inventory turnover adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh persediaan. Rumus: Harga pokok penjualan Inventory turnover = x 100 Rata-rata persediaan Inventory turnover ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun dijual dan diganti. 2 Total asset turnover. Rasio ini adalah perbandingan antara penjualan neto dengan jumlah aktiva. Rumus: Penjualan neto Total assets turnover = x 100 Jumlah aktiva 20 Total asset turnover adalah menunjukkan bagaimana efektivitas perusahan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan memperoleh laba. 3 Receivable turnover. Rasio ini adalah merupakan perbandingan antara penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Rumus: Penjualan Kredit Receivable turnover = x 100 Piutang Rata-rata Receivable turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar suatu periode tertentu. 4 Working capital turnover. Rasio ini adalah merupakan perbandingan antara penjualan neto dengan selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rumus: Penjualan neto Working capital turnover = x 100 Aktiva lancar – Utang lancar Working capital turnover menunjukkan kemampuan modal kerja neto berputar dalam suatu periode siklis kas cash cycle dari perusahaan. Jenis rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turnover, mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva paling relevan adalah penjualan, karena penjualan penting bagi laba. Total assets turnover, merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam periode 21 tertentu. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisiensi penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat Sawir, 2010:56. 2.1.4 Rasio profitabilitas Menurut Brigham dan Houston 2010:107 menjelaskan bahwa profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Sawir 2010:17 menyatakan bahwa profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Husnan 2012:330 menyatakan bahwa profitabilitas menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat maka hal ini akan menunjukkan daya tarik bagi investor dan calon investor dalam menanamkan modalnya ke perusahaan. Jika permintaan saham meningkat maka harga saham akan cenderung meningkat. Hal ini akan berakibat pada naiknya return saham. Menurut Riyanto 2012:35 profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka didapat kesimpulan bahwa rasio profitabilitas adalah perbandingan antara laba perusahaan dengan aktiva atau modal perusahaan untuk membantu perusahaan dalam membuat suatu kebijakan dan mengambil keputusan yang akan dilakukan oleh perusahaan. 22 Menurut Sawir 2010:18-20 ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas, yaitu: 1 Gross profit margin GPM. Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindinkasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rumus: Sales – Cost of good sold Gross profit margin GPM = x 100 Sales 2 Net profit margin NPM. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Rumus: Net income Net profit margin NPM = x 100 Sales 3 Daya laba dasar basic earning power. Daya dasar laba mencoba mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang menunjukan rentabilitas ekonomis perusahaan. Rumus: EBIT Basic earning power = x 100 Total assets 4 Return on assets ROA. Return on Investment atau return on assets didasarkan pada pendapat bahwa karena aktiva didanai oleh pemegang saham dan kreditor, maka rasio harus dapat memberikan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian kepada kedua penanam modal itu. Rumus: Net income + Interest 1 – Tax Return on assets ROA = x 100 Sales 23 5 Return on equity ROE. Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri new worth secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukakan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha. Rumus: Laba bersih Return on equity ROE = x 100 Ekuitas Dari kelima cara perhitungan rasio profitabilitas di atas rumus yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Return on equity ROE. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Brigham dan Houston 2010:149 menjelaskan bahwa pengembalian atas ekuitas biasa Return on Equity merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. Sawir 2010:19 menjelaskan bahwa return on equity ROE adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri new worth secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukakan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin besar rasio ini maka akan menunjukan kemapuan perusahaan yang semakin baik dan pemegang saham sangat menyukai hal ini, karena ini akan memberikan informasi yang baik. Semakin baik kondisi keuangan perusahaan dalam memperoleh laba maka akan baik pula pengembalian investasi yang telah ditanamkan oleh investor. 24 2.1.5 Rasio leverege Banyak pakar menjelaskan tentang leverage atau utang yang biasa dikenal dengan solvabilitas. Sawir 2010:13 menyatakan bahwa leverage digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Pendapat ini menunjukkan bahwa leverage berarti kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Brigham dan Houston 2010:140 rasio leverage merupakan rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang financial leverage. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat dinyatakan bahwa leverage atau rasio utang adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendek. Hal ini umumnya sangat penting bagi seorang kreditur karena akan menunjukan posisi keuangan perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin pula risiko yang akan dialami oleh kreditur untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Menurut Sawir 2010:13 ada dua jenis rasio leverage yaitu rasio utang terhadap asset dan rasio utang terhadap modal. 1 Rasio utang terhadap aktiva atau debt to tottal asset ratio. Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham. 25 Rumus: Total utang Debt to tottal asset ratio DAR = x 100 Total aktiva 2 Rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio. Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rumus: Total utang Debt to equity ratio DER = x 100 Ekuitas Jenis rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio, rasio yang membandingkan total utang dengan modal. Menurut Husnan 2012:70 menjelaskan bahwa debt to equity ratio menunjukan perbandingan antara utang dengan modal sendiri. Menurut Sawir 2010:13 menjelaskan bahwa debt to equity ratio adalah rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Kreditur melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman. Pemegang saham dengan menghimpun dana melalui utang maka dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas. Rasio ini dapat menggambarkan potensi manfaat dan resiko yang berasal dari penggunaan utang. 26 2.1.6 Teori agensi agency theory Jensen dan Meckling 1976 yang dikutip oleh Messier, dkk. 2006 : 7 menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi agency theory bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak nexus of contract antara pemilik sumber daya ekonomis principal dan manajer agent yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan yaitu: terjadinya informasi asimetris information asymmetry, dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan terjadinya konflik kepentingan conflict of interest akibat ketidak samaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik. Menurut Woods, et al. 2008 : 81 penerapan manajemen risiko dapat menurunkan biaya keagenan dan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko dijadikan mekanisme pengawasan dalam menurunkan informasi asimetris dan berkontribusi untuk menghindari perilaku oportunis dari manajer. Dalam kaitannya dengan masalah keagenan ini, mengajukan tiga hipotesis, yaitu bonus plan hypothesis, debtequity hypothesis dan political cost hypothesis, yang secara implisit mengakui tiga bentuk keagenan, yaitu antara pemilik dengan manajemen, antara kreditor dengan manajemen, dan antara pemerintah dengan manajemen. Sehingga secara luas, principal bukan hanya pemilik perusahaan, tetapi juga bisa berupa pemegang saham, kreditur, maupun pemerintah. 27 Woods, et al. 2008 : 85 menyatakan bahwa pemilik atau pemegang saham sebagai prinsipal, sedangkan manajemen sebagai agen. Agency theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam perusahaan, dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya. Menurut Kaeown, et al. 2006 : 72 aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing- masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Inti dari agency theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan. 2.1.7 Teori pensinyalan signalling theory Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh 28 investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto 2010: 392, informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik good news atau sinyal buruk bad news. Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan 29 secara terbuka dan transparan Husnan, 2012:210. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa adanya pengukuran kinerja merupakan hal yang krusial dalam hubungan antara perusahaan dengan stakeholders perusahaan. Diharapkan dengan adanya penilaian kinerja keuangan dapat menjadi sinyal bagi para investor untuk membuat keputusan investasi pada perusahaan yang memiliki kinerja baik. 2.1.8 Industri tekstil dan garment Industri tekstil dan garment adalah salah satu produk ekspor andalan Indonesia. Sejarah pertekstilan Indonesia sudah berkembang pesat sejak tahun 80- an. Jumlah penduduk di dunia yang terus tumbuh menjadikan tingkat konsumsi atau permintaan pasar dunia untuk produk tekstil meningkat. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi para penghasil dan pengolah produk tekstil untuk terus meningkatkan pangsa pasarnya, baik di dalam maupun luar negeri. Secara teknis, struktur industri tekstil dan produk tekstil nasional dibagi menjadi tiga yaitu: sektor hulu upstream, sektor menengah midstream dan sektor hilir downstream Warta Ekspor, Agustus 2014. 1 Sektor industri hulu upstream, adalah industri yang memproduksi seratfiber natural fiber dan man-made fiber atau synthetic dan proses pemintalan spinning menjadi produk benang unblended dan blended yarn. Industrinya bersifat padat modal, full automatic, berskala besar, jumlah tenaga kerja realtif kecil dan out put pertenagakerjanya besar. 2 Sektor industri menengah midstream, meliputi proses penganyaman interlacing benang enjadi kain mentah lembaran grey fabric melalui proses pertenunan weaving dan rajut knitting yang kemudian diolah lebih lanjut 30 melalui proses pengolahan pencelupan dyeing, penyempurnaan finishing dan pencapan printing menjadi kain-jadi. Sifat dari industrinya semi padat modal, teknologi madya dan modern berkembang terus, dan jumlah tenaga kerjanya lebih besar dari sektor industri hulu. 3 Sektor industri hilir downstream, adalah industri manufaktur pakaian jadi garment termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishing yang menghasilkan ready-made garment. Pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga sifat industrinya adalah padat karya. Sebuah produk tekstil ialah produk mentah, produk setengah diolah atau yang telah diolah, produk semi manufaktur atau manufaktur, produk setengah jadi atau produk jadi apapun, yang khusus terdiri dari serat tekstil, terlepas dari pencampuran atau proses perakitan yang digunakan. Pakaian jadiclothinggarment adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tekstil, berbagai jenis pakaian yang siap pakai ready to wear dalam berbagai ukuran standar, antara lain pakaian pria dan wanita baik dewasa, remaja dan anak-anak, pakaian pelindung, pakaian seragam, pakaian olah raga, dan lain-lain Hermawan, 2011.

2.2 Hipotesis Penelitian