Rasio-rasio Keuangan dan Return Saham.
1
RASIO-RASIO KEUANGAN DAN
RETURN
SAHAM
SKRIPSI
Oleh :
I GUSTI AGUNG AYU SISKA SUANDEWI NIM : 0906305056
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(2)
i
RASIO-RASIO KEUANGAN DAN
RETURN
SAHAM
SKRIPSI
Oleh :
I GUSTI AGUNG AYU SISKA SUANDEWI NIM : 0906305056
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2016
(3)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji pada tanggal 29 Februari 2016
Tim Penguji Tanda Tangan
1. Ketua : Drs. I Made Mertha, M.Si., Ak. ..……..………….
2. Sekretaris : Dr. I Putu Sudana, SE., MS.Acc., Ak .……….
3. Anggota : Ketut Alit Suardana, SE., M.Si., Ak .……….
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
(Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak.) NIP. 19650323 199 103 1 004
Pembimbing
(Dr. I Putu Sudana, SE., Ms.Acc., Ak.)
(4)
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 16 Januari 2016 Mahasiswa,
Nama : I Gusti Agung Ayu Siska Suandewi NIM : 0906305056
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya, dapat diselesaikan skripsi yang
berjudul “Rasio-rasio Keuangan dan Return Saham”. Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., MSi., Ak. dan Bapak Dr. I Dewa
Nyoman Badera, SE., MSi. masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak Dr. I Putu Sudana, SE., Ms.Acc., Ak. selaku Dosen Pembimbing atas
waktu, bimbingan, masukan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Sonny Sedana, S.E., M.Si., Ak. selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan tuntutan dan pengarahan selama perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
(6)
v
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik penulis selama ini sehingga
mampu menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar.
7. PT Bursa Efek Indonesia yang telah mempublikasikan laporan keuangan
industri tekstil dan garment melalui website: www.idx.co.id sehingga
membantu dalam pengumpulan data
8. Kedua orang tua saya, kaka, adik, dan seluruh keluarga tercinta yang telah
banyak memberikan dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya untuk memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, bantuan dan perhatiannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini disadari sepenuhnya masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman, namun demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.
Denpasar, 16 Januari 2016
(7)
vi
Judul : Rasio-rasio Keuangan dan Return Saham
Nama : I Gusti Agung Ayu Siska Suandewi
NIM : 0906305056
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh rasio-rasio keuangan yaitu rasio-rasio likuiditas, rasio-rasio aktivitas, rasio-rasio profitabilitas dan rasio-rasio
leverage pada return saham industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek
Indonesia.
Jenis data terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
eksternal diperoleh dengan mengakses website Bursa Efek Indonesia, yaitu:
www.idx.co.id dan website finance.yahoo.com yang diambil secara berkala.
Sampel penelitian ditentukan dengan metode sensus sebanyak 15 emiten yang
termasuk dalam industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek Indonesia dengan
periode pengamatan selama lima tahun dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Data dianalisis dengan uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, analisis determinasi, uji kelayakan model (uji F) dan uji hipotesis (uji t).
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: rasio likuiditas tidak
berpengaruh pada return saham industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek
Indonesia, artinya perubahan rasio likuiditas tidak mempengaruhi perubahan
tinggi rendahnya return saham. Rasio aktivitas tidak berpengaruh pada return
saham industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek Indonesia, artinya perubahan
rasio aktivitas tidak mempengaruhi perubahan tinggi rendahnya return saham.
Rasio profitabilitas berpengaruh positif pada return saham industri tekstil dan
garment di PT Bursa Efek Indonesia, artinya apabila rasio profitabilitas meningkat
maka akan diikuti oleh meningkatnya return saham. Rasio leverage berpengaruh
positif pada return saham industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek
Indonesia, artinya apabila rasio leverage meningkat maka akan diikuti oleh
meningkatnya return saham.
Kata kunci: Return Saham, Rasio Keuangan. .
(8)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 10
1.5 Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 13
2.1 Kajian Pustaka ... 13
2.1.1 Return saham ... 13
2.1.2 Rasio likuiditas ... 16
2.1.3 Rasio aktivitas ... 18
2.1.4 Rasio profitabilitas ... 21
2.1.5 Rasio leverege ... 24
2.1.6 Teori agensi (agency theory) ... 26
2.1.6 Teori pensinyalan (signalling theory) ... 27
2.1.7 Industri tekstil dan garment ... 29
2.2 Hipotesis Penelitian ... 30
2.2.1 Pengaruh rasio likuiditas pada return saham ... 30
2.2.2 Pengaruh rasio aktivitas pada return saham ... 31
2.2.3 Pengaruh rasio profitabilitas pada return saham .. 32
2.2.4 Pengaruh rasio leverage pada return saham ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1 Desain Penelitian ... 34
3.2 Lokasi Penelitian ... 35
3.3 Obyek Penelitian ... 35
3.4 Identifikasi Variabel ... 36
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 36
(9)
viii
3.6.1 Jenis data berdasarkan sifat ... 38
3.6.2 Jenis data berdasarkan sumber ... 39
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 39
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.9 Teknik Analisis Data ... 40
3.9.1 Uji asumsi klasik ... 40
3.9.2 Analisis regresi linier berganda ... 43
3.9.3 Analisis determinasi ... 44
3.9.4 Uji kelayakan model (uji F) ... 44
3.9.5 Uji hipotesis (uji t) ... 45
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 47
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 47
4.1.1 Sejarah PT Bursa Efek Indonesia ... 47
4.1.2 Struktur organisasi Bursa Efek Indonesia ... 51
4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 53
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 54
4.3.1 Uji multikolinearitas ... 54
4.3.2 Uji autokorelasi ... 55
4.3.3 Uji heteroskedastisitas ... 55
4.3.4 Uji normalitas ... 57
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 58
4.5 Analisis determinasi ... 60
4.6 Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 61
4.7 Uji Hipotesis (Uji t) ... 61
4.8 Pembahasan ... 63
4.8.1 Pengaruh rasio likuiditas pada return saham ... 63
4.8.2 Pengaruh rasio aktivitas pada return saham ... 64
4.8.3 Pengaruh rasio profitabilitas pada return saham .. 66
4.8.4 Pengaruh rasio leverage pada return saham ... 67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 73
5.1 Simpulan ... 73
5.2 Saran ... 74
DAFTAR RUJUKAN ... 76
(10)
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Hasil Statistik Desktiptif ... 53
4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55
4.3 Hasil Uji Autokorelasi ... 56
4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 58
4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 59
4.6 Koefisien Determinasi pada Model Summary ... 60
4.7 Hasil Uji F pada Tabel Anova ... 61
(11)
x
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual ... 34
4.1 Struktur Organisasi PT Bursa Efek Indonesia ... 52
(12)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1. Daftar Perusahaan Sub Sektor Industri Tekstil dan Garment di
PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 ... 81
2. Return Saham Industri Tekstil dan Garment di PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 ... 82
3. Rasio Likuiditas Industri Tekstil dan Garment di PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 ... 84
4. Rasio Aktivitas Industri Tekstil dan Garment di PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 ... 86
5. Rasio Profitabilitas Industri Tekstil dan Garment di PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 ... 88
6. Rasio Leverage Industri Tekstil dan Garment di PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 ... 90
7. Tabulasi Data Rasio-Rasio Keuangan dan Return Saham Industri Tekstil dan Garment di PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 . 92 8. Statistik Deskriptif Data Menggunakan Program SPSS 18.0 for Windows ... 94
9. Uji Asumsi Klasik Menggunakan Program SPSS 18.0 for Windows .. 95
10. Hasil Analisis Regresi Menggunakan Program SPSS 18.0 for Windows ... 97
11. Tabel Durbin-Watson ... 99
12. Deskripsi Jabatan di PT Bursa Efek Indonesia ... 101
13. Aktivitas Usaha di PT Bursa Efek Indonesia ... 114
14. Perusahaan-perusahaan Tekstil dan Garment di PT Bursa Efek Indonesia ... 115
(13)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan wahana investasi masyarakat yang mempunyai peranan strategis dalam menunjang percepatan perbaikan perekonomian nasional. Para pelaku pasar yaitu para individu atau badan-badan usaha yang mempunyai
kelebihan dana (surplus fund) dapat melakukan investasi dalam bentuk surat
berharga yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjual saham di
pasar modal (emiten). Sebaliknya perusahaan yang membutuhkan dana dapat
menawarkan surat berharga dengan cara mendaftar lebih dulu (listing) pada badan
otoritas di pasar modal sebagai emiten. Investasi merupakan penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.
Investasi dalam bentuk saham (common stock) memerlukan informasi yang akurat
sehingga investor tidak terjebak pada kondisi yang merugikan karena informasi di bursa efek merupakan jenis investasi dengan resiko yang relatif tinggi, meskipun menjanjikan keuntungan dengan resiko yang relatif besar (Sunariyah, 2010:5).
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi
(return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari
selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain) (Brigham dan
Houston, 2010:125). Return saham secara umum dipengaruhi oleh faktor-faktor
(14)
2
yaitu top down dan bottom up. Pendekatan top down, obyek yang dianalisa adalah
kondisi makro ekonomi, sektor industrinya dan terakhir perusahaan, sedangkan
bottom up adalah kebalikannya mulai dari perusahaan, sektornya dan kondisi
makro ekonomi. merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan, informasi ini mempengaruhi kemampuan manajemen perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, hak-hak investor, prospek perusahaan, pemasaran dan tekhnologi. Faktor teknikal memberikan informasi kepada investor dan calon investor untuk menentukan kapan pembelian saham dilakukan dan pada saat kapan saham akan dijual atau ditukar dengan saham yang lain agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal, faktor ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individu maupun gabungan (Samsul, 2010:25). Ditinjau dari kedua faktor tersebut dapat dikatakan faktor fundamental merupakan faktor yang penting dan berpengaruh terhadap harga pasar saham. Bagi pemegang saham faktor tersebut memberikan gambaran yang jelas dan bersifat analisis terhadap prestasi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan.
Prediktabilitas return saham memberikan kontribusi untuk mencapai
keuntungan tertinggi dengan risiko terendah, sehingga telah menjadi salah satu tema utama bagi investor di seluruh dunia (Kheradyar, 2011). Rasio keuangan
memiliki kekuatan yang signifikan dalam memprediksi return saham masa depan
dan memiliki daya prediksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio lainnya (Bilal Khan, 2012). Rasio-rasio keuangan yag digunakan dalam penelitian ini
(15)
3
Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas yang tinggi dapat memperkecil risiko kegagalan bagi perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek kepada kreditur. Tetapi tingkat likuiditas yang tinggi akan menekan profitabilitas perusahaan, disebabkan banyaknya dana yang terikat pada unsur-unsur aktiva lancar yang umumnya kurang produktif. Secara matematis tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur
dengan current ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar
(Anoraga dan Pakarti, 2010:63-65). Perusahaan harus memberi perhatian lebih terhadap likuiditas dan perusahaan harus membuat strategi yang bermanfaat, untuk mengoptimalisasikan dan mengelola aktiva lancar yang dimiliki perusahaan agar seluruh utang lancarnya yang segera jatuh tempo dapat dilunasi dengan baik, sama halnya keuntungan atau profitabilitas yang diperoleh dari aktivitas
operasional yakni penjualan juga baik sehingga harga saham dan return saham
akan meningkat.
Berpengaruh positifnya likuiditas pada return saham dipertegas dari
beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Anggarani (2010) menemukan
bahwa terdapat pengaruh yang positif antara current ratio pada return saham pada
saham Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia. Penelitian lain yang sejalan
adalah oleh Rafiq (2013) menemukan bahwa current ratio mempunyai pengaruh
yang positif pada return saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
Hasil tidak konsisten ditemukan pada penelitian Farkhan (2013) yaitu current
(16)
4
Indonesia. Penelitian Astiti (2014) juga menemukan secara parsial rasio likuiditas
(cash ratio) tidak mempunyai pengaruh positif pada return saham perusahaan
otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia.
Aktivitas operasi perusahaan membutuhkan investasi, baik untuk aset yang
bersifat jangka pendek (inventory and account receivable) maupun jangka
panjang (property, plan, and equipment). Rasio aktivitas menggambarkan
hubungan antara tingkat operasi perusahaan (sales) dengan aset yang dibutuhkan
untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan (baik untuk
kegiatan operasi maupun jangka panjang) (Anggarani, 2010). Total assets
turnover mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Ukuran
penggunaan aktiva paling relevan adalah penjualan, karena penjualan penting bagi
laba. Total assets turnover merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan
dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode
menunjukan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran
bahwa semakin efisien penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat (Sawir, 2010:56). Laba usaha yang semakin meningkat akan meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga return saham di pasar modal
(17)
5
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Miningsih (2011) yaitu ada
pengaruh positif secara parsial antara rasio aktivitas (total asset turnover) pada
return saham perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil ini konsisten dengan penelitian Dianasari (2012) yang
menemukan rasio aktivitas berpengaruh positif pada return saham. Hasil tidak
konsisten ditemukan pada penelitian Farkhan (2013) yaitu rasio aktivitas tidak
berpengaruh pada return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian Rafiq (2013) juga menemukan hasil tidak konsisten yaitu secara parsial
total assets turnover tidak berpengaruh pada return saham perusahaan farmasi di
Bursa Efek Indonesia.
Profitabilitas menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat maka hal ini akan menunjukkan daya tarik bagi investor dan calon investor dalam menanamkan modalnya ke perusahaan. Jika permintaan saham meningkat maka harga saham akan cenderung meningkat. Hal ini akan berakibat pada naiknya
return saham (Husnan, 2012:330). Profitabilitas diukur dengan return on equity
atau rasio laba bersih terhadap ekuitas memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif untuk mendapatkan keuntungan dari investasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan (Sawir, 2010 : 20).
Berpengaruh positifnya profitabilitas pada return saham ditunjukkan oleh
hasil penelitian Miningsih (2011) yang menemukan bahwa variabel profitabilitas
(18)
6
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil
penelitian lain yang sejalan adalah oleh Yunita (2012) yaitu variabel return on
equity berpengaruh positif pada return saham perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian lain oleh Venkates (2012) juga
menemukan ada pengaruh positif antara rasio profitabilitas pada return saham di
Bursa Efek India. Ketidak konsistenan ditemukan pada hasil penelitian Hidayati
(2014) yang menemukan return on equity tidak berpengaruh pada return saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil tidak konsisten juga ditemukan pada penelitian Pande (2013) yaitu tidak adanya
pengaruh antara profitabilitas (return on equity) pada return saham perusahaan
sektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.
Sawir (2010:13) menyatakan bahwa leverage digunakan untuk mengukur
tingkat solvabilitas suatu perusahaan, diukur dengan rasio utang terhadap modal
atau debt to equity ratio. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Brigham dan Houston (2010:85), menyatakan penggunaan utang
(leverage) akan menaikan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi pemegang
saham karena dua sebab: 1) karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung laba karena pajak maka penggunaan utang mengakibatkan tagihan pajak lebih rendah dan menyisakan lebih banyak laba operasi yang tersedia bagi investor,
2) Jika tingkat pengembalian yang diharapkan atas aktiva melebihi suku bunga
utang, maka perusahaan pada umumnya dapat menggunakan utang untuk membeli aktiva, membayar bunga atas utang.
(19)
7
Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Contesa (2012) yang
menemukan bahwa ratio leverage berpengaruh positif terhadap tingkat imbal hasil
(return saham) di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ
45. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Al-Qudah (2013) yang
menunjukkan adanya pengaruh yang positif secara statistik antara leverage
keuangan pada return saham. Ketidak konsistenan ditemukan pada hasil
penelitian Acheampong (2014) yang menemukan adanya pengaruh negatif antara
leverage pada return saham. Hasil tidak konsisten juga ditemukan pada penelitian
Yunita (2012) yaitu variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh pada return
saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikatakan teori pensinyalan
(signalling theory) adalah sebagai dasar teori dengan menggunakan
variabel-variabel rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan dalam memprediksi return
saham. Teori Pensinyalan merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:58). Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan (Husnan, 2012:210). Menurut Sambora (2014) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan yang mempunyai peranan penting dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan
salah satu faktor yang turut mempengaruhi naik turunnya return saham di pasar
(20)
8
investasi pada perusahaan yang memiliki kinerja baik. Salah satu ukuran kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam bentuk rasio-rasio keuangan.
Obyek dalam penelitian ini adalah industri tekstil dan garment di PT Bursa
Efek Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun dari PT Bursa Efek Indonesia melalui www.idx.co.id sampai bulan Desember tahun 2014 tercatat 15 (lima
belas) emiten yang termasuk industri tekstil dan garment yang go public di
PT Bursa Efek Indonesia, seperti terlihat pada Lampiran 1. Penelitian ini
dilakukan pada industri tekstil dan garment mengingat perkembangan industri
tekstil dan garment di Indonesia menarik untuk dicermati. Perdagangan bebas
membuat seluruh kuota tekstil bagi Indonesia dihapuskan dan Perjanjian Tekstil
dan Garment (Agreement on Textile and Clothing-ATC ) adalah perjanjian di
masa transisi yang memuat tahapan-tahapan dan cara pengintegrasian tekstil dan garmen dalam skema perdagangan internasional sebelum seluruh kuota dihapuskan selama 10 tahun (1 Januari 1995 sampai 31 Desember 2004). Mulai 1 Januari 2005 tidak ada lagi kuota yang diberikan sehingga kompetisi berlangsung
antara negara pengekspor tekstil dan garment. Kondisi ini menyebabkan banyak
persoalan serius yang dihadapi antara lain: dihapusnya kuota, membanjirnya impor produk Cina dan iklim berusaha yang kurang kondusif banyak menghambat kinerja dan daya saingnya. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti memilih
perusahaan tekstil dan garment sebagai sampel penelitian karena industri ini
merupakan salah satu industri yang masih bertahan di tengah kondisi perekonomian Indonesia.
(21)
9
Tinggi rendahnya return saham suatu perusahaan mencerminkan nilai
perusahaan di mata masyarakat, apabila return saham suatu perusahaan tinggi,
maka nilai perusahaan di mata masyarakat juga baik dan begitu juga sebaliknya,
oleh karena itu return saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan.
Penelitian sebelumnya ditemukan hasil yang tidak konsisten antara pengaruh rasio
likuiditas, aktivitas, profitabilitas dan leverage pada return saham. Berdasarkan
hal ini maka sangat relevan penelitian ini mengambil judul: Rasio-rasio Keuangan
dan Return Saham (studi pada Industri Tekstil dan Garment di PT Bursa Efek
Indonesia).
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah:
1) Apakah rasio likuiditas berpengaruh pada return saham industri tekstil dan
garment di PT Bursa Efek Indonesia?
2) Apakah rasio aktivitas berpengaruh pada return saham industri tekstil dan
garment di PT Bursa Efek Indonesia?
3) Apakah rasio profitabilitas berpengaruh pada return saham industri tekstil dan
garment di PT Bursa Efek Indonesia?
4) Apakah rasio leverage berpengaruh pada return saham industri tekstil dan
(22)
10 1.3 Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh rasio likuiditas pada return
saham industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek Indonesia.
2) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh rasio aktivitas pada return
saham industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek Indonesia.
3) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh rasio profitabilitas pada return
saham industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek Indonesia.
4) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh rasio leverage pada return
saham industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek Indonesia.
1.4 Kegunaan penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1) Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan bagi akademisi dan peneliti di bidang keuangan yang dijadikan sebagai referensi tambahan untuk memperkuat teori yang ada, khususnya tentang
pengaruh rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas dan leverage pada return
saham.
2) Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Bagi investor, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam mempertimbangkan keputusan investasi di pasar modal. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini dapat
(23)
11
dipergunakan sebagai dasar mengambil keputusan keuangan pendanaan dalam perusahaan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab sebagai berikut.
Bab I. Pendahuluan
Bab I merupakan pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab II merupakan kajian pustaka terdiri dari landasan teori dan
konsep, diuraikan teori tentang: return saham, rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas, rasio leverege, teori keagenan (agency
theory) teori pensinyalan (signalling theory) dan industri tekstil dan
garment. Selanjutnya berdasarkan kajian penelitian terdahulu, maka
dirumuskan hipotesis penelitian tentang pengaruh rasio-rasio
keuangan pada return saham.
Bab III. Metode Penelitian
Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.
(24)
12
BAB IV. Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
Bab IV membahas tentang gambaran umum PT Bursa Efek Indonesia
dan sekilas tentang perusahaan-perusahaan tekstil dan garment di
PT Bursa Efek Indonesia, deskripsi variabel dan pembahasan hasil penelitian, terdiri dari: uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji kelayakan model (uji F) dan uji hipotesis (t-test).
BAB V. Simpulan dan Saran
Bab V merupakan penutup yang berisi simpulan dari hasil penelitian dan kemudian saran kepada pihak emiten dan investor berkaitan
(25)
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Return saham
Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor
berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2010:47). Tujuan investor
dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return saham, tanpa melupakan faktor
risiko investasi yang harus dihadapinya. Return saham yang didapatkan investor
dari berinvestasi saham dapat berupa capital gain atau dividen. Return saham
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham dapat berupa return
saham realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi
yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, 2010:109). Return
realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data
historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan
sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi
merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan bersifat tidak pasti.
Investor dalam melakukan investasi dihadapkan pada ketidakpastian
(uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan
dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi,
semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi
memiliki hubungan positif dengan risiko. Keuntungan investor dapat berupa
(26)
14
investasi sekarang relatif dengan harga periode masa lalu dan yield dianggap tidak
diperhitungkan sehingga dengan demikian return saham dapat dinyatakan sebagai
berikut (Jogiyanto, 2010:108): Pt– Pt-1
Return saham (Rit) =
Pt-1
Keterangan:
Rit : Tingkat keuntungan saham i pada periode t.
Pt : Harga penutupan saham i pada periode t (periode akhir)
Pt-1 : Harga penutupan saham i pada periode sebelumnya.
Perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Harga saham adalah sebesar nilai sekarang
atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima (Sartono,
2010:41).
Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut. Terdapat beberapa jenis nilai saham yang dapat mempengaruhi dalam penetapan harga saham, salah satu diantaranya adalah menurut apa yang dipaparkan oleh Tandelilin (2010:183) yaitu nilai nominal, nilai buku, nilai intrinsik dan nilai pasar.
(27)
15
1) Nilai nominal. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham dan pencantumannya berdasarkan keputusan dan dari hasil pemikiran perusahaan yang mempunyai saham tersebut. Jadi nilai nominal sudah ditentukan pada waktu saham itu diterbitkan.
2) Nilai buku. Nilai buku menunjukan nilai bersih kekayaan perusahaan, artinya nilai buku merupakan hasil perhitungan dari total aktiva perusahaan yang dikurangkan dengan utang serta saham preferen kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku sering kali lebih tinggi daripada nilai nominalnya.
3) Nilai intrinsik. Nilai Intrinsik merupakan nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk menghimpun laba dimasa yang akan datang.
4) Nilai pasar. Nilai pasar adalah harga saham biasa yang terjadi dipasar selembar saham biasa adalah harga yang dibentuk oleh penjualan dan pembelian ketika mereka memperdagangkan saham.
Pada surat berharga tercantum antara lain harga saham. Harga ini disebut harga atau nilai nominal. Harga nominal ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya nominal ini biasanya tergantung dari keinginan emiten atau perusahaan.
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika
pasar bursa tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price).
(28)
16
2008:63). Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui penilaian perubahan harga saham dapat dilihat pada saat pasar bursa tutup. Sehingga harga pasar inilah yang menyatakan naik atau turunnya harga saham.
2.1.2 Rasio likuiditas
Likuiditas berasal dari kata likuid yang berarti cair, lancar, cepat dan bebas. Dalam dunia usaha likuiditas berarti kelancaran gerak usaha daripada badan usaha tergantung dari berbagai faktor, misalnya dana yang cukup, perputaran modal lancar, dan memenuhi pembayaran utang tepat pada waktunya. Menurut Munawir (2010:31) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi, atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban pada saat tagihan. Sartono (2010:121) menyatakan likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas merupakan
tolak ukur untuk menilai ketersediaan assets-assets likuid untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek dalam rangka membiayai kegiatan operasi maupun pembayaran utang dan bunga yang jatuh tempo.
Menurut Riyanto (2012:26) likuiditas badan usaha adalah kemampuan
perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi kewajiban finansialnya kepada pihak luar pada saat ditagih.
Likuiditas badan usaha dapat diketahui dari neraca saat tertentu dengan membandingkan jumlah aktiva lancar di satu pihak dengan utang lancar di lain pihak. Berdasarkan pendapat para ahli, pada prinsipnya tidak ada perbedaan pengertian likuiditas yang dikemukakan, yaitu suatu rasio keuangan yang
(29)
17
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban lancarnya yang harus segera dibayar.
Likuiditas dapat diukur dengan membandingkan aktiva lancar dengan utang lancar. Dimana aktiva lancar merupakan aktiva yang tingkat likuiditasnya paling lama 1 tahun dan utang lancar yang merupakan kewajiban yang harus dibayar dalam jangka waktu lama 1 tahun. Menurut Riyanto (2012:331-332) ada tiga macam rasio yang digunakan dalam mengukur likuiditas yaitu:
1) Current ratio. Rasio ini adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan
utang lancar. Rumus:
Aktiva lancar
Current ratio = x 100%
Utang lancar
Current ratio yang tinggi menunjukkan jaminan yang lebih baik dari utang
jangka pendek, tapi bila terlalu tinggi efeknya terhadap earning effect power
kurang baik karena tidak semua modal kerja dapat digunakan dan akan terjadi banyaknya dana yang menganggur.
2) Quick ratio. Rasio ini dihitung dengan mengurangkan persediaan dan aktiva
lancar sisanya dibagi dengan utang lancar. Rumus: Aktiva lancar – Persediaan
Quick ratio = x 100%
Utang lancar
Rasio ini membandingkan beberapa elemen dari aktiva lancar yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi yaitu kas, efek dan piutang. Alat
analisa ini tidak memperhitungkan elemen persediaan barang (inventory)
(30)
18
likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya
dan juga paling mengalami fluktuasi harga.
3) Cash ratio. Rasio ini adalah perbandingan antara kas dengan utang lancar.
Rumus:
Kas + Efek
Cash ratio = x 100%
Utang lancar
Rasio ini membandingkan aktiva yang sangat likuid dengan utang lancar.
Persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk diralisir menjadi uang
kas. Walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang,
sehingga dalam menghitung rasio ini kedua elemen aktiva lancar tersebut tidak diperhitungkan.
Dari ketiga cara perhitungan rasio likuiditas, rumus yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah current ratio. Rasio ini menunjukkan besarnya kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja
yang sangat penting untuk menjaga perfomance kinerja perusahaan yang pada
akhirnya mempengaruhi performance harga saham. Hal ini dapat memberikan
keyakinan kepada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga
dapat meningkatkan return saham.
2.1.3 Rasio aktivitas
Menurut Sartono (2010:125) rasio aktivitas menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan, atau dengan kata lain rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio
(31)
19
aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Kasmir (2012:172) menyatakan rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya dapat dikatakan pula rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumberdaya yang dikendalikan yang melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Jika rasio aktivitas dibandingkan dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Riyanto (2012:334) menyebutkan rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas adalah:
1) Inventory turnover. Perputaran persediaan (inventory turnover) adalah
merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh persediaan. Rumus:
Harga pokok penjualan
Inventory turnover = x 100%
Rata-rata persediaan
Inventory turnover ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang
dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti).
2) Total asset turnover. Rasio ini adalah perbandingan antara penjualan neto
dengan jumlah aktiva. Rumus:
Penjualan neto
Total assets turnover = x 100%
(32)
20
Total asset turnover adalah menunjukkan bagaimana efektivitas perusahan
menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan memperoleh laba.
3) Receivable turnover. Rasio ini adalah merupakan perbandingan antara
penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Rumus: Penjualan Kredit
Receivable turnover = x 100%
Piutang Rata-rata
Receivable turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
piutang berputar suatu periode tertentu.
4) Working capital turnover. Rasio ini adalah merupakan perbandingan antara
penjualan neto dengan selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rumus:
Penjualan neto
Working capital turnover = x 100%
Aktiva lancar – Utang lancar
Working capital turnover menunjukkan kemampuan modal kerja (neto)
berputar dalam suatu periode siklis kas (cash cycle) dari perusahaan.
Jenis rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total asset
turnover, mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Ukuran
penggunaan aktiva paling relevan adalah penjualan, karena penjualan penting bagi
laba. Total assets turnover, merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan
dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam periode
(33)
21
tertentu. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisiensi penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat (Sawir, 2010:56).
2.1.4 Rasio profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2010:107) menjelaskan bahwa profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Sawir (2010:17) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Husnan (2012:330) menyatakan bahwa profitabilitas menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat maka hal ini akan menunjukkan daya tarik bagi investor dan calon investor dalam menanamkan modalnya ke perusahaan. Jika permintaan saham meningkat maka harga saham akan cenderung meningkat. Hal
ini akan berakibat pada naiknya return saham. Menurut Riyanto (2012:35)
profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka didapat kesimpulan bahwa rasio profitabilitas adalah perbandingan antara laba perusahaan dengan aktiva atau modal perusahaan untuk membantu perusahaan dalam membuat suatu kebijakan dan mengambil keputusan yang akan dilakukan oleh perusahaan.
(34)
22
Menurut Sawir (2010:18-20) ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas, yaitu:
1) Gross profit margin (GPM). Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga
pokok atau biaya produksinya, mengindinkasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rumus:
Sales – Cost of good sold
Gross profit margin (GPM) = x 100%
Sales
2) Net profit margin (NPM). Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak
terhadap penjualan. Rumus:
Net income
Net profit margin (NPM) = x 100%
Sales
3) Daya laba dasar (basic earning power). Daya dasar laba mencoba mengukur
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang menunjukan rentabilitas ekonomis perusahaan. Rumus:
EBIT
Basic earning power = x 100%
Total assets
4) Return on assets (ROA). Return on Investment atau return on assets
didasarkan pada pendapat bahwa karena aktiva didanai oleh pemegang saham dan kreditor, maka rasio harus dapat memberikan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian kepada kedua penanam modal itu. Rumus:
Net income + Interest (1 –Tax)
Return on assets (ROA) = x 100%
(35)
23
5) Return on equity (ROE). Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri (new worth) secara efektif, mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukakan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha. Rumus:
Laba bersih
Return on equity (ROE) = x 100%
Ekuitas
Dari kelima cara perhitungan rasio profitabilitas di atas rumus yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Return on equity (ROE). Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Brigham dan Houston (2010:149) menjelaskan bahwa pengembalian atas ekuitas biasa
(Return on Equity) merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa yang
mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. Sawir
(2010:19) menjelaskan bahwa return on equity (ROE) adalah rasio yang
memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (new
worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah
dilakukakan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin besar rasio ini maka akan menunjukan kemapuan perusahaan yang semakin baik dan pemegang saham sangat menyukai hal ini, karena ini akan memberikan informasi yang baik. Semakin baik kondisi keuangan perusahaan dalam memperoleh laba maka akan baik pula pengembalian investasi yang telah ditanamkan oleh investor.
(36)
24
2.1.5 Rasio leverege
Banyak pakar menjelaskan tentang leverage atau utang yang biasa dikenal
dengan solvabilitas. Sawir (2010:13) menyatakan bahwa leverage digunakan
untuk mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Pendapat ini menunjukkan bahwa
leverage berarti kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Brigham dan Houston
(2010:140) rasio leverage merupakan rasio yang mengukur sejauh mana
perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat dinyatakan bahwa
leverage atau rasio utang adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjang dan jangka pendek. Hal ini umumnya sangat penting bagi seorang kreditur karena akan menunjukan posisi keuangan perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin pula risiko yang akan dialami oleh kreditur untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Menurut Sawir (2010:13) ada dua jenis rasio leverage yaitu rasio utang
terhadap asset dan rasio utang terhadap modal.
1) Rasio utang terhadap aktiva atau debt to tottal asset ratio. Rasio ini
memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham.
(37)
25
Rumus:
Total utang
Debt to tottal asset ratio (DAR) = x 100%
Total aktiva
2) Rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio. Rasio ini
menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rumus:
Total utang
Debt to equity ratio (DER) = x 100%
Ekuitas
Jenis rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to
equity ratio, rasio yang membandingkan total utang dengan modal. Menurut
Husnan (2012:70) menjelaskan bahwa debt to equity ratio menunjukan
perbandingan antara utang dengan modal sendiri. Menurut Sawir (2010:13)
menjelaskan bahwa debt to equity ratio adalah rasio yang menggambarkan
perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Kreditur melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman. Pemegang saham dengan menghimpun dana melalui utang maka dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas. Rasio ini dapat menggambarkan potensi manfaat dan resiko yang berasal dari penggunaan utang.
(38)
26
2.1.6 Teori agensi (agency theory)
Jensen dan Meckling (1976) yang dikutip oleh Messier, dkk. (2006 : 7)
menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi (agency theory) bahwa
perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik
sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus
penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan yaitu: terjadinya informasi asimetris
(information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak
informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarya dan posisi operasi
entitas dari pemilik; dan terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest)
akibat ketidak samaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.
Menurut Woods, et al. (2008 : 81) penerapan manajemen risiko dapat
menurunkan biaya keagenan dan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko dijadikan mekanisme pengawasan dalam menurunkan informasi asimetris dan berkontribusi untuk menghindari perilaku oportunis dari manajer. Dalam
kaitannya dengan masalah keagenan ini, mengajukan tiga hipotesis, yaitu bonus
plan hypothesis, debt/equity hypothesis dan political cost hypothesis, yang secara
implisit mengakui tiga bentuk keagenan, yaitu antara pemilik dengan manajemen, antara kreditor dengan manajemen, dan antara pemerintah dengan manajemen.
Sehingga secara luas, principal bukan hanya pemilik perusahaan, tetapi juga bisa
(39)
27
Woods, et al. (2008 : 85) menyatakan bahwa pemilik atau pemegang
saham sebagai prinsipal, sedangkan manajemen sebagai agen. Agency theory
mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam perusahaan, dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya.
Menurut Kaeown, et al. (2006 : 72) aplikasi agency theory dapat terwujud
dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.
Inti dari agency theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang
tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.
2.1.7 Teori pensinyalan (signalling theory)
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
(40)
28
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Menurut Jogiyanto (2010: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk
(bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan
(41)
29
secara terbuka dan transparan (Husnan, 2012:210). Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa adanya pengukuran kinerja merupakan hal yang krusial dalam hubungan
antara perusahaan dengan stakeholders perusahaan. Diharapkan dengan adanya
penilaian kinerja keuangan dapat menjadi sinyal bagi para investor untuk membuat keputusan investasi pada perusahaan yang memiliki kinerja baik.
2.1.8 Industri tekstil dan garment
Industri tekstil dan garment adalah salah satu produk ekspor andalan
Indonesia. Sejarah pertekstilan Indonesia sudah berkembang pesat sejak tahun 80-an. Jumlah penduduk di dunia yang terus tumbuh menjadikan tingkat konsumsi atau permintaan pasar dunia untuk produk tekstil meningkat. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi para penghasil dan pengolah produk tekstil untuk terus meningkatkan pangsa pasarnya, baik di dalam maupun luar negeri. Secara teknis, struktur industri tekstil dan produk tekstil nasional dibagi menjadi tiga yaitu:
sektor hulu (upstream), sektor menengah (midstream) dan sektor hilir
(downstream) (Warta Ekspor, Agustus 2014).
1) Sektor industri hulu (upstream), adalah industri yang memproduksi serat/fiber
(natural fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan proses pemintalan
(spinning) menjadi produk benang (unblended dan blended yarn). Industrinya
bersifat padat modal, full automatic, berskala besar, jumlah tenaga kerja
realtif kecil dan out put pertenagakerjanya besar.
2) Sektor industri menengah (midstream), meliputi proses penganyaman
(interlacing) benang enjadi kain mentah lembaran (grey fabric) melalui proses
(42)
30
melalui proses pengolahan pencelupan (dyeing), penyempurnaan (finishing)
dan pencapan (printing) menjadi kain-jadi. Sifat dari industrinya semi padat
modal, teknologi madya dan modern berkembang terus, dan jumlah tenaga kerjanya lebih besar dari sektor industri hulu.
3) Sektor industri hilir (downstream), adalah industri manufaktur pakaian jadi
(garment) termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishing yang
menghasilkan ready-made garment. Pada sektor inilah yang paling banyak
menyerap tenaga kerja sehingga sifat industrinya adalah padat karya.
Sebuah produk tekstil ialah produk mentah, produk setengah diolah atau yang telah diolah, produk semi manufaktur atau manufaktur, produk setengah jadi atau produk jadi apapun, yang khusus terdiri dari serat tekstil, terlepas dari
pencampuran atau proses perakitan yang digunakan. Pakaian
jadi/clothing/garment adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tekstil, berbagai
jenis pakaian yang siap pakai (ready to wear) dalam berbagai ukuran standar,
antara lain pakaian pria dan wanita baik dewasa, remaja dan anak-anak, pakaian pelindung, pakaian seragam, pakaian olah raga, dan lain-lain (Hermawan, 2011).
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh rasio likuiditas pada return saham
Penelitian Anggarani (2010) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang
positif antara current ratio pada return saham Food and Beverages di Bursa Efek
Indonesia. Temuan Hartati (2014) dalam penelitiannya menunjukkan current ratio
(43)
31
Rafiq (2013) menemukan bahwa current ratio mempunyai pengaruh yang positif
pada return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Mulyana (2011)
menemukan terdapat pengaruh yang positif antara likuiditas saham terhadap harga saham pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan kajian hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini ditentukan sebagai berikut:
H1: Rasio likuiditas berpengaruh positif pada return saham.
2.2.2 Pengaruh rasio aktivitas pada return saham
Penelitian Miningsih (2011) menemukan hasil ada pengaruh positif secara
parsial antara rasio aktivitas (total asset turnover) pada return saham perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian
Dianasari (2012) yang menemukan rasio aktivitas berpengaruh positif pada return
saham. Handoyo (2012) dalam penelitiannya diperoleh hasil pengujian hipotesis
yang menunjukkan bahwa total assets turnover secara individual mempunyai
pengaruh yang positif terhadap harga saham. Penelitian Aldiansyah (2013)
menemukan bahwa total asset turnover berpengaruh positif terhadap harga saham
pada perusahaan BUMN (non bank) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan kajian hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini ditentukan sebagai berikut:
(44)
32
2.2.3 Pengaruh rasio profitabilitas pada return saham
Hasil penelitian Wajid Khan (2012) menemukan bahwa variabel
profitabilitas (return on equity) berpengaruh secara positif pada return saham
industri tekstil di Pakistan. Muhammad (2009) dalam penelitiannya menemukan
bahwa dari beberapa rasio keuangan yang diteliti, hanya variabel return on equity
yang berpengaruh positif pada return saham di Bursa Efek Australia. Penelitian
Jabbari (2014) menemukan bahwa return on equity berpengaruh positif pada
return saham bursa efek di Teheran. Hasil penelitian Haque (2013) menunjukkan
return on equity berpengaruh positif pada return saham di Bursa Efek Dhaka.
Penelitian Petcharabul (2014) menemukan rasio profitabilitas berpengaruh positif
pada return saham di bursa efek Thailand. Hasil penelitian Hermuningsih
(2013:145) mendapatkan temuan empiris variabel profitabilitas berpengaruh
positif pada return saham.
Berdasarkan kajian hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini ditentukan sebagai berikut:
H3: Rasio profitabilitas berpengaruh positif pada return saham.
2.2.4 Pengaruh rasio leverage pada return saham
Hasil penelitian Komala (2013) menemukan bahwa rasio leverage (debt to
equity ratio) berpengaruh positif terhadap tingkat imbal hasil (return saham) di
Bursa Efek Indonesia. Temuan penelitian Al-Qudah (2013) menunjukkan adanya
pengaruh yang positif secara statistik antara leverage keuangan pada return
saham. Penelitian Ramanta (2012) dalam pengujian hipotesisnya menemukan
(45)
33
di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini sejalan dengan penelitian Bhatti (2010) yang
menemukan bahwa tingkat leverage yang tinggi menciptakan tingkat tinggi risiko
sistematis, yang menyebabkan volatilitas yang tinggi dalam harga saham sehingga
return saham juga tinggi. Penelitian Al-Qudah (2013) juga mendukung hasil
penelitian ini yang menunjukkan adanya pengaruh yang positif secara statistik
antara leverage keuangan pada return saham. Penelitian Dewi (2012) menemukan
bahwa rasio leverage secara parsial berpengaruh positif pada return saham
perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan kajian hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini ditentukan sebagai berikut:
(46)
34 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini didesain dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan mendefinisikan, mengukur data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari data sampel. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori yang berkaitan dengan fenomena yang terjadi. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif (Umar, 2011:68).
Berdasarkan penelusuran teori dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya, maka desain penelitian dapat digambarkan pada Gambar 3.1.
(47)
35 H
Rasio-rasio Keuangan:
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Teori dan hasil penelitian sebelumnya.
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. H adalah hipotesis yang menjelaskan pengaruh rasio-rasio keuangan terdiri dari: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio
leverage pada return saham.
3.2 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses website BEI, yaitu: www.idx.co.id.
3.3 Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah return saham, rasio-rasio keuangan
(rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas dan leverage) pada industri tekstil dan
garment di PT Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.
Rasio likuiditas (X1)
Rasio aktivitas (X2)
Rasio profitabilitas
(X3)
Rasio leverage
(X4)
Return saham (Y)
(48)
36 3.4 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian diidentifikasi terdiri dari 1 (satu) variabel terikat dan 4 (empat) variabel bebas, yaitu:
1) Variabel terikat (dependent variable), yaitu variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:59).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham (Y).
2) Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,
2012:59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas (X1),
rasio aktivitas (X2), rasio profitabilitas (X3) dan rasio leverage (X4).
3.5 Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian berkaitan dengan obyek penelitian didefinisikan untuk mengetahui batasannya secara operasional, yaitu:
1) Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi berupa return
saham realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang diharapkan
akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, 2010:109). Return saham dalam
penelitian ini merupakan return realisasi adalah tingkat keuntungan yang
diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang dilakukan pada
perusahaan properti yang go public di PT Bursa Efek Indonesia tahun
2010-2014.
2) Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi,
(49)
37
atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban pada saat tagihan
(Munawir, 2010:31). Rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan
current ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar terhadap utang
lancar pada industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek Indonesia tahun
2010-2014. Rasio ini menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat
penting untuk menjaga perfomance kinerja perusahaan.
3) Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya, dapat dikatakan pula rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan
sumber daya perusahaan (Kasmir, 2012:172). Rasio aktivitasdalam penelitian
ini diukur dengan total asset turnover yaitu rasio antara penjualan neto
terhadap jumlah aktiva pada industri tekstil dan garment di PT Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2014. Rasio ini menunjukkan bagaimana efektivitas perusahan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan memperoleh laba.
4) Rasio profitabilitas adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (Riyanto, 2012:35). Rasio
profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan return on equity yaitu
perbandingan antara laba bersih terhadap ekuitas pada industri tekstil dan
garment di PT Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Rasio ini
(50)
38
worth) secara efektif untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang telah
dilakukakan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.
5) Rasio leverage adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada
saat itu dilikuidasi (Sawir, 2010:13). Rasio leverage dalam penelitian ini
diukur dengan debt to equity ratio, yaitu rasio yang menggambarkan
perbandingan antara utang terhadap ekuitas pada industri tekstil dan garment
di PT Bursa Efek Indonesia dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya selama periode tahun 2010-2014.
3.6 Jenis Data
3.6.1 Jenis data berdasarkan sifat 1) Data kuantitatif
Menurut Riduwan dan Sunarto (2012:21) data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka dan dapat dianalisis secara matematis. Data ini berupa harga saham penutupan, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas
dan rasio leverage perusahaan yang termasuk industri tekstil dan garment di
PT Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. 2) Data kualitatif
Menurut Riduwan dan Sunarto (2012:21), data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud kata-kata. Data ini bersifat subyektif sebab data tersebut bisa ditafsirkan lain oleh orang yang
(51)
39
berbeda. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah keterangan-keterangan
mengenai pasar modal dan gambaran umum industri tekstil dan garment di
PT Bursa Efek Indonesia.
3.6.2 Jenis data berdasarkan sumber
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini semuanya adalah data sekunder eksternal. Menurut Umar (2011:100), data sekunder eksternal adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain di luar perusahaan misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Dalam penelitian ini data sekunder eksternal diperoleh dari annual report perusahaan tekstil dan
garment yang seluruhnya terpublikasi pada situs-situs PT Bursa Efek Indonesia,
yaitu : www.idx.co.id dan www.finance.yahoo.com.
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang termasuk industri tekstil
dan garment di PT Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 sebanyak 15 emiten
bersumber dari ICMD (Indonesia Capital Market Directory) (Lampiran 1).
Teknik sampel jenuh atau sensus digunakan apabila semua populasi dijadikan sebagai sampel (Riduwan dan Sunarto, 2012:17). Sesuai dengan definisi tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode sensus dalam pengumpulan
(52)
40
data dimana seluruh perusahaan yang termasuk dalam industri tekstil dan garment
di PT Bursa Efek Indonesia digunakan sebagai sampel. Jumlah data yang digunakan dengan periode pengamatan selama 5 (lima) tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2014 adalah sebanyak 75 data.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi, yaitu: pengumpulan data dengan cara melihat informasi
laporan keuangan perusahaan tekstil dan garment tahun 2010-2014 yang ada di
situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan informasi tentang harga saham
melalui website finance.yahoo.com.
3.9 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitaif sehingga dapat menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini. Analisis
pengaruh rasio-rasio keuangan pada return saham menggunakan: uji asumsi
klasik, analisis regresi linier berganda, uji kelayakan model (uji F) dan uji hipotesis (uji t).
3.9.1 Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik perlu dilakukan agar regresi linier berganda bisa memberikan manfaat dengan benar, dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi antar variabel bebasnya, tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi heteroskedastisitas dan data berdistribusi normal. Regresi linier didasarkan pada
(53)
41
Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil, maka ada beberapa
asumsi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil prediksi yang baik (BLUE:
Best Linier Unbiased Estimation). Ghozali (2012 : 143) menyebutkan asumsi
dasar yang sering disebut asumsi klasik, meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas. Uji asumsi klasik
dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan software Statistical Package
for Social Science (SPSS) 18.0 for Windows.
1) Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama
dengan nol. Multikolinearitas dapat dilihat dari a) nilai tolerance dan
lawannya b) variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF=1/tolerance) dan menunjukan adanya kolonieritas yang tinggi.
Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan
VIF di atas 10 (Ghozali, 2012:105-106). 2) Uji autokorelasi
Uji ini mensyaratkan bahwa variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi kita
(54)
42
menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Kalau terjadi korelasi dalam variabel pada dirinya sendiri (autokorelasi), maka pengaruhnya terhadap variabel Y tidak murni (bias). Autokorelasi diketahui dari nilai Durbin-Watson (DW). Ketentuannya adalah sebagai berikut:
dU < d (DW) < 4-dU berarti tidak ada autokorelasi dL > d (DW) > 4-dL berarti ada autokorelasi
dL ≤ d (DW) ≤ dU atau 4-dU ≤ d (DW) ≤ 4-dL berarti tidak ada keputusan
(Ghozali, 2012 : 111). 3) Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual antara satu pengamatan
dengan pengamatan lainnya. Mendeteksi ada atau tidak heteroskedastisitas
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi,
dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Dasar analisis dari
scatterplot adalah:
(1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
(2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesiditas (Ghozali, 2012 : 139).
(1)
120 6) Panasia Indo Resources Tbk (HDTX)
Panasia Indo Resources Tbk (dahulu Panasia Indosyntec Tbk) didirikan tanggal 06 April 1973 dan mulai beroperasi secara komersil pada tahun 1974. Kantor pusat HDTX terletak di Jalan Moh. Toha KM 6 Kabupaten Bandung. Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih saham Panasia Indo Resources Tbk (30/10/2015), antara lain: Lucky Height Resources Limited (27,77 persen), Gold Gazelle Profits Corp. (19,63 persen), PT Panasia Synthetic Abadi (14,97 persen), Ortega Management Limited (10,05 persen), Mercury Capital International Inc (9,72 persen) dan Prime Invesco Limited (9,49 persen). Ruang lingkup kegiatan HDTX meliputi usaha dalam bidang proses bahan baku serat (polimerisasi), twisting, pemintalan, pertenunan, industri tekstil, dan perdagangan umum.
7) Indo Rama Synthetics Tbk (INDR)
Indo Rama Synthetics Tbk didirikan tanggal 03 April 1974 dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat Indo-Rama terletak di Graha Irama, Lantai 17, Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-1, Kav. 1-2, Jakarta. Pemegang saham pengendali Indo Rama Synthetics Tbk adalah Indorama Holdings Ltd (memiliki 2 persen saham INDR), singapura dan PT Irama Investama, yang dimiliki dan dikendalikan oleh Bapak Sri Prakash Lohia. Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih saham Indo Rama Synthetics Tbk, antara lain: PT Irama Investama (49,00 persen) dan HSBC Fund Services, Lynas Asia Fund (8,18 persen). Ruang lingkup kegiatan
(2)
121
INDR meliputi bidang usaha pemintalan benang, benang poliester filamen (termasuk benang mikrofilamen), poliester staple fibre, pet resin, tekstil
grade chips dan kain poliester (grey dan kain jadi).
8) Apac Citra Centertex Tbk (MYTX)
Apac Citra Centertex Tbk didirikan dengan nama PT Mayatexdian Industry pada 10 Februari 1987 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1987. Kantor pusat MYTX berlokasi di Graha BIP, Lt. 6, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta. Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih saham MYTX, antara lain: Growth Solution Limited (58,77 persen) dan PT Apac Centrury Corporation (18,76 persen). Kedua pemegang saham ini merupakan pemegang saham pengendali. Ruang lingkup kegiatan MYTX terutama meliputi investasi, industri tekstil dan pakaian jadi. Saat ini, kegiatan utama MYTX adalah sebagai perusahaan investasi di bidang industri tekstil terpadu.
9) Pan Brothers Tbk (PBRX)
Pan Brothers Tbk didirikan 21 Agustus 1980 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 14 September 1989. Kantor pusat dan pabrik PBRX berlokasi di Jalan Siliwangi No. 178 Alam Jaya, Jatiuwung, Tangerang dan mempunyai cabang di DK Dawangan, Purwosuman, Sragen, Jawa Tengah dan DK Butuh Rt 001 Rw 002 Butuh, Boyolali, Jawa Tengah. Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih saham Pan Brothers, antara lain: PT Trisetijo Manunggal Utama (pengendali) (26,329 persen) dan PT Ganda Sawit Utama (19,864 persen). Ruang lingkup kegiatan PBRX
(3)
122
meliputi perindustrian, perdagangan hasil usaha industri, mengimpor alat-alat, pengangkutan dan perwakilan atau keagenan, jasa pengelolaan dan penyewaan gedung perkantoran, taman hiburan atau rekreasi dan kawasan berikat. Saat ini, kegiatan usaha utama PBRX adalah pengembang, pemasok dan produsen garmen.
10) Asia Pasific Fibers Tbk (POLY)
Asia Pacific Fibers Tbk (dahulu Polysindo Eka Perkasa Tbk) didirikan tanggal 15 Februari 1984 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1986. Kantor pusat POLY terletak di Kendal, Jawa Tengah dan pabrik benang Polyester berlokasi di Kendal, Jawa Tengah dan fasilitas pabrik PTA,
polymer serta fiber terletak di Karawang, Jawa Barat. Kantor perwakilan
POLY berlokasi di Gedung The East, Lantai 35, Jalan Lingkar Mega Kuningan Kav. E-3 No.1, Jakarta. Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih saham POLY, antara lain: Damiano Investment BV (55,73 persen), KYOA Investment Limited (6,69 persen) dan PT Multikarsa Investama (5,68 persen). Induk usaha POLY adalah Damiano Investments BV, didirikan di Belanda. Sedangkan induk usaha utama adalah ADM Capital and Spinnaker Capital Group, yang masing-masing didirikan dan berdomisili di Hong Kong dan Inggris. Ruang lingkup kegiatan POLY adalah meliputi industri kimia dan serat sintetis, pertenunan dan perajutan serta industri tekstil lainnya. Saat ini, produk yang dihasilkan POLY meliputi Purified Terephthalic Acid (PTA), polyester chips, staple fiber, filament yarn dan performance fabrics
(4)
123 11) Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)
Ricky Putra Globalindo Tbk didirikan tanggal 22 Desember 1987 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1988. Kantor pusat RICY berlokasi di Jalan Sawah Lio II No. 29-37 Jembatan Lima, Tambora, Jakarta 11250 sedangkan pabrik berlokasi di Citeureup-Bogor dan Cicalengka-Bandung. Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih saham RICY, antara lain: Spanola Holding Ltd (pengendali) (19,48 persen), PT Ricky Utama Raya (15,46 persen) dan Denzin International Ltd (13,10 persen). Ruang lingkup kegiatan RICY terutama bergerak dalam bidang industri pembuatan pakaian dalam dan pakaian jadi (fashion wear). Saat ini, RICY mempunyai 2 bidang usaha, yaitu: (1) pakaian jadi (merek Ricky, GT Man, Ricsony, GT Man Kid, GT Kid, GT Man Sport dan BUM Equipment; baju berlisensi internasional yakni Walt Disney, Warner Bros, Those Characters From Cleveland, Inc., Sanrio dan Mister Men Limited), pakaian jadi pesanan khusus pembeli, baik untuk pasar luar negeri maupun dalam negeri, seperti baju tidur, pakaian dalam wanita, t-shirt dan polo shirt. (2) Benang rajut yang terdiri dari benang rajut katun dan TC dengan variasi dalam berbagai ukuran. 12) Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM)
Sunson Textile Manufacturer Tbk didirikan dengan nama PT Sandang Usaha Nasional Indonesia Tekstil Industri dan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1973. Kantor pusat Sunson terletak di Jalan Ranggamalela No. 27, Bandung dan lokasi utama bisnis terletak di Jalan Raya Rancaekek Km 25,5 Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Pemegang saham
(5)
124
yang memiliki 5 persen atau lebih saham SSTM, antara lain: PT Sunsonindo Textile Investama (40,99 persen), East Rise Capital Limited (14,50 persen), Easefull Enterprise Limited (14,04 persen) dan Sundjono Suriadi (5,92 persen). Ruang lingkup kegiatan utama SSTM meliputi usaha di bidang industri tekstil terpadu termasuk memproduksi dan menjual benang, kain dan produk tekstil lainnya serta melakukan perdagangan umum.
13) Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO)
Tifico Fiber Indonesia Tbk (dahulu Teijin Indonesia Fiber Tbk) didirikan dengan nama PT Teijin Indonesia Fiber Corporation pada tanggal 25 Oktober 1973 dan mulai beroperasi secara komersial sejak 1 Juli 1976. Kantor pusat TFCO dan pabriknya berlokasi di Jalan M.H. Thamrin, Kelurahan Panunggangan, Kecamatan Pinang, Tangerang, Propinsi Banten. Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih saham TFCO, antara lain: PT Prospect Motor (pengendali) (33,08 persen), Pioneer Atrium Holdings Ltd. (pengendali) (31,60 persen), PT Hermawan Sentral Investama (17,38 persen) dan PT Wiratama Karya Sejati (16,79 persen). Ruang lingkup kegiatan TFCO yang utama adalah memproduksi biji poliester (polyester
chips), serat poliester (polyester staple fiber) dan benang poliester (polyester
filament yarn) serta melakukan ekspor/impor bermacam-macam serat dan
barang lainnya. Hasil produksi dipasarkan di pasar lokal dan juga diekspor ke beberapa negara di Asia, Amerika Serikat, Australia dan Eropa.
(6)
125 14) Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT)
Nusantara Inti Corpora Tbk (dahulu bernama PT United Capital Indonesia Tbk) didirikan tanggal 30 Mei 1988 dengan nama PT Aneka Kelola dana dan mulai beroperasi komersial pada tahun 1992. Kantor pusat berdomisili di Gedung Menara Palma Lt.12 Jalan HR. Rasuna Said Blok X2 Kav 6 Kuningan Timur, Setiabudi Jakarta Selatan 12950. Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih saham UNIT, antara lain: Lenovo Worldwide Corporation (35,90 persen) dan Bloom International LTD (18,89 persen). Pada awalnya kegiatan usaha UNIT adalah perantara pedagang efek dan penjamin emisi efek. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha UNIT dan Anak Usaha meliputi bidang perdagangan komoditas tekstil, industri pemintalan benang, kapas dan lain-lain.
15) Unitex Tbk (UNTX)
Unitex Tbk didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing tanggal 14 Mei 1971 dan memulai operasi komersialnya pada tahun 1972. Kantor pusat dan pabrik Unitex berlokasi di Jalan Raya Tajur No.1 Sindangrasa Bogor Timur Bogor 16145. Induk usaha Unitex adalah Unitika Limited, berkedudukan di Jepang. Ruang lingkup kegiatan usaha Unitex meliputi bidang pembuatan benang, tenunan dan kain berbahan baku campuran polyester dan kapas. Saat ini produk yang dihasilkan Unitex berupa, yarn