Gambaran Umum Tempat Penelitian

47

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Sejarah PT Bursa Efek Indonesia Sejarah pasar modal Indonesia dimulai dari kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19 pada tanggal 14 Desember 1912 saat Amsterdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia bernama Vereniging voor de Effectenhandel bursa efek. Bursa Batavia merupakan yang tertua ke- empat di Asia setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Bursa Batavia didirikan sebagai salah satu sumber dana dari para penabung Belanda dan Eropa yang digunakan untuk membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif makelar yaitu: Fa. Dunlop and Kolf; Fa. Gijselman and Steup; Fa. Monod and Co.; Fa. Adree Witansi and Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert and V.D. Linden; Fa. Walbrink and Co; Wieckert and V.D. Linden; Fa. Vermeys and Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders. Sedangkan efek yang diperjual-belikan adalah saham dan obligasi perusahaanperkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan Pemerintah propinsi dan kotapraja, sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi 48 didirikan bursa. Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah: Fa. Dunlop and Koff, Fa. Gijselman and Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk and Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop and Koff, Fa. Gijselman and Steup, Fa. Monad and Co, Fa. Companien and Co, serta Fa. P.H. Soeters and Co. Pada permulaan tahun 1939 keadaan suhu politik di Eropa menghangat dengan memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler. Melihat keadaan ini, pemerintah Hindia Belanda mengambil kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan efeknya di Batavia serta menutup bursa efek di Surabaya dan di Semarang. Selanjutnya pada tanggal 17 Mei 1940 secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup dan dikeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda. Penutupan ketiga bursa efek tersebut sangat mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik efek, dan berakibat pula pada penutupan kantor-kantor pialang serta pemutusan hubungan kerja. Selain itu juga mengakibatkan banyak perusahaan dan perseorangan enggan menanam modal di Indonesia. Dapat dikatakan, pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya aktivitas pasar modal pada zaman penjajahan Belanda. Era pasar modal masa orde baru, dimulai saat pemerintah mendirikan Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam di bawah Departemen Keuangan pada tahun 1976. Setahun kemudian lantai bursa diaktifkan kembali dan Bapepam bertindak sebagai pengawas dan pengelola pasar modal Indonesia. Tahun 1989 memancang tonggak sejarah baru karena Bursa Efek Surabaya didirikan sebagai 49 bursa efek swasta pertama di Indonesia dengan tujuan untuk melayani pasar Jawa Timur dengan daerah lainnya di Indonesia. Tak lama kemudian, Bursa Efek Paralel didirikan untuk mengakomodir perusahaan kecil dan menengah yang tidak memenuhi syarat untuk diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya. Pada tahun 1995, Bursa Efek Paralel dan Bursa Efek Surabaya bergabung menjadi Bursa Efek Surabaya. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi alasan Batavia Stock Exchange dibuka kembali dengan nama Bursa Efek pada tahun 1991. Pada masa itu pula, Bapepam mengurangi dan menyerahkan fungsi pengelolaannya pada ketiga bursa. Beberapa tahun kemudian, Bursa Berjangka Indonesia yang pertama didirikan sebagai langkah persiapan yang penting dalam menghadapi era perdagangan bebas dan globalisasi Asia. Di bawah pengawasan yang ketat dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Bursa Berjangka Jakarta beroperasi sebagai bursa berjangka multi-komoditi yang memfasilitasi perdagangan komoditi dan derivatif berjangka. Dalam beberapa tahun terakhir, bursa komoditi dan saham Indonesia telah berkembang menjadi bursa kelas dunia yang efisien dengan didirikannya lembaga kliring dan penjamin PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia, pusat kustodian saham PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia baik untuk Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, serta lembaga kliring untuk perdagangan berjangka PT. Kliring Berjangka Indonesia. Dengan dikembangkannya sistem pengawasan internal dan metode-metode akunting yang ketat, serta berbagai alternatif investasi yang inovatif telah mendorong berkembangnya pasar investor domestik. Indonesia 50 memiliki 2 bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta BEJ dan Bursa Efek Surabaya BES, yang masing-masing dijalankan oleh perseroan terbatas. Pada September 2007, Bursa Efek Jakarta dan Surabaya digabungkan merger menjadi PT Bursa Efek Indonesia BEI. Melalui merger ini diharapkan dapat makin memberikan peluang bagi perusahaan ke pasar modal. Selain itu, otoritas pasar modal juga mengimplementasikan berbagai kebijakan yang mendorong partisipasi yang lebih besar dari perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, koperasi, dan pemerintah daerah; menanamkan corporate governance, mengembangkan pasar derivatif dan obligasi; meningkatkan perlindungan bagi investor; serta lebih mengembangkan infrastruktur manajemen dana dan teknologi informasi. Pemerintah Indonesia telah bertekad untuk terus mengimplementasikan berbagai kebijakan yang akan meningkatkan rasa percaya para investor serta membangun iklim investasi yang adil, akurat, dan efisien. Di era globalisasi, pasar modal merupakan pendanaan yang cukup penting berhubungan dengan perdagangan modal, seperti obligasi dan efek. Pasar ini berfungsi untuk menghubungkan investor, perusahaan dan institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang. Investor dapat melakukan investasi di beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek baru yang ditawarkan atau yang diperdagangkan di pasar modal. Sementara itu, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang. Adanya pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. 51 Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian nasional, memiliki peranan penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional. Dukungan sektor swasta menjadi kekuatan nasional sebagai dinamisator aktivitas perekonomian nasional. Pasar modal di Indonesia masih didominasi oleh pemodal asing. Idealnya, dalam pasar modal perlu ada keseimbangan antara pemodal asing dengan pemodal lokal. Pasar modal Indonesia masih dianalogikan dengan arena judi, bukan sebagai sarana investasi. Akibatnya, hal ini menyebabkan peningkatan fluktuasi dan merugikan investor minoritas. 4.1.2 Struktur organisasi PT Bursa Efek Indonesia Struktur organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerangka yang mewujudkan pola konstan dari hubungan-hubungan bidang kerja maupun orang- orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing dari sistem kerja. Struktur organisasi PT Bursa Efek Indonesia adalah struktur organisasi garis. Setiap atasan memimpin beberapa orang bawahan dan tiap-tiap bawahan mempertanggungjawabkan pekerjaan yang dilaksanakan pada satu orang atasan. Adapun struktur organisasinya dapat digambarkan seperti Gambar 4.1 berikut. 52 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Bursa Efek Indonesia Sumber: PT Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Dewan Komisaris Direktur Utama Divisi Hukum Divisi Perencanaan Strategis dan Manajemen Proyek Satuan Pemeriksa Internal Sekretaris Perusahaan Divisi Umum Divisi Sumber Daya Manusia Divisi Keuangan Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Direktur Teknologi dan Manajemen Risiko Divisi Edukasi Divisi Riset dan Pengemba- ngan Direktur Pengembangan Divisi Kepatuhan Anggota Bursa Divisi Pengawasan Transaksi Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Divisi Pendukung Perdaga- ngan Divisi Operasional Perdaga- ngan Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Direktur Penilaian Perusahaan Divisi Perencanaan dan Pe- ngembangan Teknologi Informasi Divisi Penilaian Perusahaan Group 1 Divisi Penilaian Perusahaan Group 2 Divisi Project Management Office- Teknologi Informasi Divisi Pengaturan dan Pemantauan Anggota Bursa Divisi Penilaian Perusahaan Non Group Divisi Operasional Teknologi Informasi Divisi Manajemen Informasi dan Pengemba- ngan Emiten Divisi Manajemen Risiko 53

4.2 Hasil Statistik Deskriptif