B. Metode Pengumpulan Data

masyarakat sebagai sebuah satuan atau sebuah kesatuan yang menyeluruh. Karena itu penelitian harus dilakukan secara teliti, mendalam dan menyeluruh untuk memperoleh gambaran mengenai prinsip-prinsip umum atau pola-pola yang berlaku umum sehubungan dengan gejala-gejala yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat yang diteliti sebagai kasus itu sendiri. Penelitian dengan pendekatan kualitatif memberi kesempatan kepada peneliti untuk mengungkap hal-hal yang tersimpan dalam pikiran partisipan, perasaan dan keyakinan-keyakinan partisipan yang sulit diungkapkan dengan pendekatan kuantitatif. Pemilihan metode kualitatif menjadi metode dalam penelitian ini karena pembentukan identitas merupakan suatu proses yang disebabkan tidak hanya sebuah faktor, melainkan berbagai faktor. Selain itu, faktor yang dialami oleh masing-masing individu dapat berbeda-beda. Peneliti juga dapat menemukan hal-hal baru dalam pembentukan identitas seseorang yang mengalami child abuse. Untuk mendapatkan faktor yang mendalam, luas dan kemungkinan munculnya hal-hal baru inilah yang membuat peneliti memilih metode kualitatif untuk penelitian ini.

III. B. Metode Pengumpulan Data

Tipe-tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam, disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian dan sifat objek yang diteliti. Wawancara, observasi, diskusi kelompok terfokus, analisis terhadap karya, analisis dokumen, analisis catatan pribadi, studi kasus, studi riwayat hidup adalah jenis pengumpulan data dalam penelitian kualitatif Poerwandari, 2001. Universitas Sumatera Utara Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong, 2000 sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan ini dapat dicatat melalui perekaman suara atau melalui catatan tertulis, pengambilan foto dan statistik. Pencatatan sumber data utama dalam dapat dilakukan dengan wawancara dan observasi yang merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, yaitu wawancara mendalam in-depth interviewing. Wawancara Mendalam In-depth Interviewing Wawancara mendalam merupakan satu bentuk wawancara, yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap peristiwa yang dialami dan dirasakan oleh partisipan penelitian. Wawancara mendalam memberikan kesempatan yang maksimal untuk menggali “background life” seseorang sehingga peneliti mendapatkan gambaran dan dinamika yang hendak diteliti. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu sesuai dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Hal ini merupakan keunggulan pendekatan kualitatif Banister dkk, dalam Poerwandari, 2001. Dengan demikian, wawancara mendalam akan memungkinkan peneliti untuk mengungkap semua aspek-aspek yang ingin diungkap dalam penelitian ini dengan detail. Selama wawancara dilakukan, peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai panduan agar hal-hal yang ingin diketahui tidak ada yang Universitas Sumatera Utara terlewat dan penelitian tetap pada jalur yang direncanakan sesuai kerangka teori. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan untuk menanyakan sesuatu di luar pedoman untuk menambah keakuratan data penelitian. Pedoman wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan teori proses pembentukan status identitas James Marcia. Teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik funnelling oleh Smith dalam Poerwandari, 2001 yaitu memulai dari pertanyaan- pertanyaan yang umum yang makin lama khusus dan makin khusus. Penelitian ini menggunakan observasi sebagai alat tambahan yang dilakukan pada saat wawancara berlangsung untuk melihat reaksi partisipan, antara lain: ekspresi wajah, gerakan tubuh, intonasi suara, melihat bagaimana reaksi calon partisipan ketika peneliti meminta kesediaannya untuk diwawancarai, bagaimana sikap partisipan terhadap peneliti, bagaimana sikap dan reaksi partisipan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, bagaimana keadaan partisipan pada saat wawancara, hal-hal yang sering dilakukan partisipan dalam proses wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan data tambahan selama wawancara berlangsung. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut Poerwandari, 2001. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi Universitas Sumatera Utara harus akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai informasi lain yang tidak relevan Poerwandari, 2001.

III. C. Alat Bantu Pengumpulan Data