PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN TALKING-STICKPADA MATERI RUANG DIMENSITIGA DI KELAS X SMA SWASTA RAKSANA MEDANT.A 2015/2016.
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE
(TTW) DAN TALKING- STICK PADA MATERI RUANG DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA SWASTA RAKSANA MEDAN T.A 2015/2016
Oleh :
Banilameywati Marbun NIM.4123111009
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2016
(2)
(3)
ii
RIWAYAT HIDUP
Banilameywati Marbun dilahirkan di Lahewa (Nias) pada tanggal 29 Mei 1994. Ayah bernama L.Marbun dan Ibu bernama A. Zega dan merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk SD Swata St. Fransiskus Pandan dan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP Swasta St. Fransiskus Aek Tolang dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan sekolah di SMAN 1 Plus Matauli Pandan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di program studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , melalui jalur SNMPTN Tertulis.
(4)
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN TALKING- STICK PADA MATERI RUANG DIMENSI TIGA
DI KELAS X SMA SWASTA RAKSANA MEDAN T.A 2015/2016
BANILAMEYWATI MARBUN (NIM. 4123111009)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan perbandingan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking- Stick pada materi ruang dimensi tiga di kelas X SMA Swasta Raksana Medan.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Raksana Medan dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X-4 sebagai kelas eksperimen 2 yang masing-masing berjumlah 36 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan tes esai dengan jumlah soal 7 item Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa kelas eksperimen 1 adalah sebesar
53,33 dan rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa
kelas eksperimen 2 adalah sebesar 48,8333. Pada uji pihak kanan dengan dk 70 dan � = 0,05 diperoleh thitung = 4,21083 dan ttabel = 1,6745 sehingga thitung > ttabel maka H� ditolak dan sebaliknya H� diterima . Sehingga diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dari pada kemampuan komunikasi matematik siswayang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking- Stick khususnya pada materi ruang dimensi tiga.
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) dan Talking- Stick Pada Materi Ruang Dimensi Tiga Di Kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016”.
Dalam skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda L. Marbun dan Ibunda A. Zega, yang telah memberikan semangat serta doa dan materi dalam penyelesaian perkulihaan.
2. Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Drs. Yasifati Hia, M.Si, Prof. Mukhtar, M.Pd, Budi Halomoan, S.Pd, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik serta saran dalam pembuatan skripsi.
4. Drs. M. Manullang, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan studi Strata 1 di Universitas Negeri Medan.
6. Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
7. Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika dan Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan.
(6)
9. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Matematika yang tidak bosan-bosannya membimbing,, mengingat dan terus mengajari saya selama perkulihan. 10.Drs. Hotman Situmorang selaku Kepala Sekolah SMA Swata Raksana Medan beserta stafnya yang telah memberikan izin dan kemudahan selama peneliti melakukan peneltian.
11.Adik tercinta penulis Noperianti, Edi Saputra, Dewi Sartika dan Maria Thresia yang selalu memberikan semangat serta doa.
12.Abang penulis yang terkasih Joni L. Manullang yang selalu mendukung, memberi semangat dan membantu penulis.
13.Keluarga kecil Ellionai ( Kak Ayu Sibuea, Kak Apriani Simanjuntak, Minar Pakpahan, Minar Sinaga, Royarti Tamba, Elita Silaban dan Lambok Simanjuntak) yang selalu memberikan semangat selama pengerjaan skripsi.
14.Teman-teman seperjuangan Fiveser (Agnes Agustina Purba, Yessika Tambunan, Margaret Siringo-ringo, dan Maria Silalahi) yang senantiasa mendukung penulis selama pengerjaan skripsi
15.Teman teman DIK B 2012 Agnes Agustina Purba, Yessika Tambunan, Margaret Siringo-ringo, Maria Silalahi , Irawati, Elisa Sinaga, Rosa Intan Nia Sinaga, Lisnawati Tampubolon, Thevran, Doksen, Firman, Roy dan teman-teman lainnya.
16.Teman-teman PPLT SMKN 2 Balige (Maya, Rugun, Erlika, Eva, Azmo,Sutan, John dan teman lainnya) yang selalu memberikan semangat kepada penulis
17.Keluarga besar UKMKP- UP MIPA yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
18.Keluarga besar IKBKM yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
Penulis berharap semoga Tuhan Yesus Kristus membalas kebaikan dari semua pihak yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun mengingat penulis masih dalam tahap belajar,
(7)
vi
penulis menyadari bahwa isi yang disajikan dalam skripsi ini masih memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. .
Medan, 2016
penulis,
Banilameywati Marbun NIM. 4123111009
(8)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 6
1.3. Batasan Masalah 7
1.4. Rumusan Masalah 7
1.5. Tujuan Penelitian 8
1.6. Manfaat Penelitian 8
1.7. Definisi Operasional 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis 10
2.1.1 Belajar 10
2.1.2 Pembelajaran Matematika 12
2.1.3 Komunikasi 13
2.1.4 Komunikasi Matematik 16
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif 21
2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif 21 2.1.5.2 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif 22 2.1.5.3 Unsur Penting dan Prinsip Utama
Pembelajaran Kooperatif 23
2.1.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 25 2.1.5.5 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif 26
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Talk Write (TTW) 27
2.1.6.1Kemampuan Berpikir, Berdiskusi
dan Menulis (Think Talk Write) 27 2.1.6.2Keutamaan Think Talk Write (TTW) 29 2.1.6.3Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) 32 2.1.6.4Teori Belajar yang Melandasi Model
(9)
vii
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) 32 2.1.6.5Langkah-langkah Pembelajaran
think-talk-write (TTW) 34
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick 39 2.1.7.1Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick 40 2.1.7.2Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran Talking Stick 41
2.1.8 Ruang Dimensi Tiga 42
2.1.8.1Jarak Pada Bangun Ruang 43
2.2 Penelitian yang Relevan 48
2.3 Kerangka Konseptual 50
2.4 Hipotesis Penelitian 54
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 56
3.1.1 Waktu Penelitian 56
3.1.2 Tempat Penelitian 56
3.2 Populasi dan Sampel 56
3.2.1 Populasi 56
3.2.2 Sampel 56
3.3 Variabel Penelitian 56
3.4 Jenis dan Desain Penelitian 57
3.5 Prosedur Penelitian 58
3.6 Instrumen Penelitian 61
3.6.1 Tes 61
3.6.2 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik 67
3.6.3 Uji Validitas 69
3.6.4 Uji Reabilitas 70
3.6.5 Tingkat Kesukaran Tes 71
3.6.6 Daya Pembeda Tes 72
3.7 Teknik Analisis Data 73
3.7.1 Menghitung Rata-Rata Skor 73
3.7.2 Menghitung Standar Deviasi 74
3.7.3 Uji Normalitas 74
3.7.4 Uji Homogenitas 75
3.7.5 Analisis Pengujian Hipotesis 75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 77
4.1.1 Hasil Uji Instrumen (Tes) 77
(10)
4.1.3 Skor Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen 2 79
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 80
4.2.1 Uji Normalitas Data 80
4.2.2 Uji Homogenitas Data 81
4.2.3 Uji Hipotesis 82
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 88
5.1 Kesimpulan 88
5.2 Saran 89
(11)
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Pola Jawaban Siswa 3
Tabel 2.1 Aspek Komunikasi Matematik 18
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 25 Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran dengan Strategi Think Talk Write 36
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 57
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pretest dan Posttest 62 Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematika 67
Tabel 3.4 Perhitungan Validitas Pretest 70
Tabel 3.5 Perhitungan Validitas Posttest 70
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Reliabilitas 71
Tabel 3.7 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Pretest 72 Tabel 3.8 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Posttest 72 Tabel 3.9 Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal Pretest 73 Tabel 3.10 Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal Posttest 73
Tabel 4.1 Hasil Uji Soal Pretest 77
Tabel 4.2 Hasil Uji Soal Posttest 77
Tabel 4.3 Data Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 78 Tabel 4.4 Data Postest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 79 Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Normalitas 81 Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas 82 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis 82
(12)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Langkah-langkah pembelajaran Strategi TTW 35
Gambar 2.2 Jarak dua titik 43
Gambar 2.3 Jarak titik ke garis 43
Gambar 2.4 Segitiga PBA 44
Gambar 2.5 Jarak titik ke bidang 44
Gambar 2.6 Bidang W dan Bidang V 45
Gambar 2.7 Jarak Dua Garis Sejajar 45
Gambar 2.8 Jarak Garis dan Bidang yang Sejajar 46
Gambar 2.9 Jarak Dua Bidang yang Sejajar 47
Gambar 2.10 Jarak Dua Garis Bersilangan 47
Gambar 2.11 bidang α yang melalui garis l dan tegak lurus garis k 48
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 60
Gambar 4.1 Diagram Data Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2 79
Gambar 4.1 Diagram Data Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
(13)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen I) 92 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen II) 109
Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa 1 129
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa 2 133
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa 3 137
Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest 142
Lampiran 7 Soal Pretest 148
Lampiran 8 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Pretest 150
Lampiran 9 Soal Posttest 157
Lampiran 10 Kunci Jawaban dan pedoman Penskoran Soal Posttest 158 Lampiran 11 Kriteria Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik 167
Lampiran 12 Lembar Validitas Pretest 170
Lampiran 13 Lembar Validitas Posttest 179
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen 1 188 Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen 2 194 Lampiran 16 Hasil Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (Eksperimen 1) 200 Lampiran 17 Hasil Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (Eksperimen 2) 201
Lampiran 18 Perhitungan Uji Validitas 202
Lampiran 19 Perhitungan Uji Reliabilitas 205
Lampiran 20 Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran Tes 207
Lampiran 21 Perhitungan Uji Daya Pembeda 210
Lampiran 22 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda
dan Taraf Kesukaran 214
Lampiran 23 Data Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen 1 215 Lampiran 24 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians Data
Pretest Kelas Eksperimen 1 217
Lampiran 25 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians Data
(14)
Lampiran 26 Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 2 219
Lampiran 27 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varian Data
Pretest Kelas Eksperimen 2 221 Lampiran 28 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varian Data
Postestt Kelas Eksperimen 2 222
Lampiran 29 Perhitungan Uji Normalitas 223
Lampiran 30 Perhitungan Uji Homogenitas 228
Lampiran 31 Data Hasil Selisih Pretest dan Posttest 230
Lampiran 32 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varian Data
Peningkatan (Selisih Pretest dan Posttest) 233
Lampiran 33 Pengujian Hipotesis 235
Lampiran 34 Daftar Absen Siswa 240
(15)
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar dikelas dapat berhasil bergantung pada cara bagaimana guru menyampaikan suatu pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan guru, aspek kemampuan yang lebih ditekankan guru. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA Swasta Raksana Medan tanggal 28 Januari 2016 terdapat berbagai masalah mengenai keberhasilan kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Masalah pertama yaitu guru menyampaikan suatu pembelajaran dengan paradigma transfer of knowledge yang menjadikan siswa menjadi pasif. Hasil pengamatan ditemukan bahwa guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dimana pembelajaran lebih berpusat pada guru, peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru. Kondisi ini mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif dan kurang tertarik dalam mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari permasalahan yang diberikan dalam mengikuti pelajaran matematika. Akan berdampak juga dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang menjadi kurang berkembang. Dari permasalahan yang diungkapkan diatas dibutuhkan model pembelajaran yang mampu menjadikan siswa lebih aktif dan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Model pembelajaran yang mendukung untuk hal tersebut adalah model pembelajaran Think-Talk-Write dan Talking Stick yang menekankan pada komunikasi matematik siswa.
Masalah pertama yang diidentifikasi oleh peneliti di SMA Swasta Raksana Medan adalah guru masih menganut paradigma transfer of knowledge dalam kegiatan pembelajaran matemtika. Paradigma ini beranggapan bahwa siswa merupakan objek atau sasaran belajar dimana berbagai usaha proses pembelajaran lebih banyak dilakukan oleh guru. Kegiatan seperti mencari, mengumpulkan, memecahkan dan menyampaikan informasi dan permasalahan matematika dilakukan oleh guru. Hal tersebut ditujukan hanya agar peserta didik memperoleh pengetahuan. Didukung dengan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di kelas
(16)
X SMA Swasta Raksana peran guru masih lebih banyak dalam kegiatan pembelajaran dibandingkan siswa. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi pasif, dan tidak ada umpan balik dari siswa keguru dalam kegiatan pembelajaran.
Kurang aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran dikelas juga menjadi salah satu masalah dalam proses belajar mengajar yang ditemukan di siswa kelas X SMA Swasta Raksana Medan. Siswa hanya mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal yang diberikan guru tanpa ada respon, kritik, atau pertanyaan kepada guru. Berdasarkan hasil observasi juga terdapat siswa yang tidak memperhatikan guru menjelaskan materi di depan kelas. Akibatnya siswa akan kurang maksimal menerima dan memahami materi pelajaran tersebut.
Ketika proses belajar mengajar berlangsung terdapat siswa kurang tertarik untuk belajar matematika. Aktifitas siswa hanya mengulang prosedur atau menghafal logaritma tanpa diberi peluang lebih banyak berinteraksi dengan sesama akan menjadikan siswa menjadi bosan. Begitu juga dengan materi yang sulit dipadu dengan pembelajaran yang tidak menarik atau tidak bervariasi juga menjadi penyebabnya. Kondisi seperti ini didukung dengan hasil observasi siswa dikelas X SMA Swasta Raksana Medan pada saat proses pembelajaran yang dilakukan guru dimana siswa hanya duduk diam mendengarkan guru menjelaskan materi bahkan kurang tertarik untuk memberi penjelasan atau ide dari masalah (soal) yang diberikan. Pembelajaran matematika seperti diatas, mengakibatkan motivasi siswa dalam belajar matematika akan menjadi rendah dan proses pembelajaran menjadi kurang efektif.
Masalah berikutnya yang juga terjadi dalam kegiatan pembelajaran matematika adalah siswa kelas X SMA Swasta Raksana masih sulit mengungkapkan ide dan penjelaan dari permasalahan matematika yang diberikan. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa bahkan tidak memiliki keberanian untuk menjelaskan suatu ide dari permasalah matematika yang diberikan guru. Akibatnya ketika dihadapkan pada permasalahan matematika siswa menjadi pasif dan proses pembelajaran akan menjadi kurang efektif.
Kemampuan komunikasi matematik siswa adalah kemampuan dan keterampilan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
(17)
3
Berdasarkan pemberikan tes diagnostik kepada siswa kelas X SMA Swasta Raksana Medan menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah. Siswa masih sulit mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika serta memajukan tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa. Berikut adalah hasil dari jawaban siswa berdasarkan soal yang diberikan.
Tabel 1.1 Pola Jawaban Siswa Soal no 1
Gambarlah sebuah kubus KLMN.PQRS, dan tentukan letak : a. Titik sudut c. Rusuk
b. Diagonal sisi d. Diagonal ruang
Siswa kurang mampu menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi dan melukis secara visual masih kurang. Tampak dalam menggambar sketsa kubus yang masih salah, dan penggunaan simbol yang salah pada penulisan titik sudut
Soal No 2
1. Diketahui sebuah kubus ABCD.EFGH dimana panjang rusuknya adalah 10 cm. Hitunglah panjang garis yang menghubungkan:
a. titik A dan titik G
b. Tiitk A dan titik O, dengan O adalah titik yang berada di tengah CG
Siswa kurang memahami, menafsirkan ide (masalah) yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam bentuk visual. Jawaban siswa ini menunjukkan siswa kurang tertarik memberi penjelasan dari permasalahan yang diberikan
(18)
Soal No 3
Dari soal nomor 2, berapakah besar sudut yang dibentuk oleh garis AC dan BC
Siswa tidak mampu
mengkonstruk, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi dari masalah yang diberikan. Dari jawaban siswa tersebut tampak siswa tidak mampu mengkomunikasikan maksud dari soal yang diberikan. Soal No 4
Ayah membeli aquarium tanpa tutup berbentuk balok dengan panjang 35 cm, lebar 15 cm dan tingginya 20 cm. Agar ikannya tidak keluar dari akuarium ayah memutuskan untuk mengisi airnya bagian akuarium. Hitunglah luas permukaan akuarium tersebut dan berapa volume air yang dibutuhkan ayah untuk mengisi akuarium?
Siswa tidak mampu
memahami dan
menginperpretasikan ide matematik adalam bentuk tulisan. Pada soal diketahui bahwa akuarium tanpa tutup, namun jawaban yang dibuat adalah akuarium dengan tutup.
Hasil tes diagnostik menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi ruang dimensi tiga masih rendah. Tes diagnostik yang diberikan berupa materi prasyarat ruang dimensi tiga yaitu mengenai unsur-unsur bangun ruang, panjang garis, dan volum serta luas permukaan bangun ruang. Siswa sulit untuk mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari permasalah yang diberikan. Contohnya ketika siswa diminta untuk
(19)
5
mengemukakan alur berpikir mereka dalam mengerjakan suatu soal dimensi tiga, mereka mengalami kesulitan dan terkesan tidak tertarik untuk mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan.
Kemampuan komunikasi antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Terdapat dua alasan yang dikemukakan Baroody (dalam Ansari, 2009 : 4) mengapa kemampuan komunikasi matematik siswa sangat dibutuhkan selama proses belajar mengajar, yakni :
“Pertama, Matematics as languange, artinya matematika tidak hanya
sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat (an invaluabel tool for communicating a varriety of ideas clearly, precisely, and succintly). Kedua, matematics learning as social activity, artinyasebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa”.
Berbeda dari kenyataan, bahwa kemampuan komunikasi adalah kemampuan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar matematika. Untuk itu, dari masalah yang diungkapkan diatas maka diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika. Antara lain model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk_Write (TTW) dan Talking Stick. Model pembelajaran Think-Talk_Write (TTW) dan Talking Stick merupakan tipe pembelajaran yang mengedepankan perlunya siswa mengkomunikasikan atau menjelaskan hasil pemikiran matematikanya.
Ansari (2009:69) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write merupakan model pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa. Pembelajaran ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Di mulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis.
(20)
Dengan begitu siswa dapat melatih berbicara untuk mengungkapkan suatu ide dari permasalahan yang diberikan oleh guru dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Selain itu Suprijono (2009:109) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada interaksi atau komunikasi antar siswa dalam suasana belajar yang menjadikan leih aktif dan menarik. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib mendapat pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Dari kedua model pembelajaran tersebut peneliti bermaksud mengadakan penelitian untuk melihat perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Talking Stick terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Untuk pemilihan meteri, penulis memilih materi Ruang Dimensi Tiga dimana masih kurangnya pemahaman siswa terhadap materi Ruang Dimensi Tiga yaitu jarak pada bangun ruang.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian berjudul, “Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) dan Talking- Stick Pada Materi Ruang Dimensi Tiga Di Kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016 “
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang diidentifikasikan , yaitu :
(21)
7
1. Cara guru di SMA Swasta Raksana menyampaikan pembelajaran dengan menganut paradigma transfer of knowllege membuat siswa pasif dalam belajar
2. Keaktifan siswa di kelas X SMA Raksana Medan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika masih rendah
3. Siswa kelas X SMA Raksana Medan kurang tertarik untuk mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari permasalahan yang ada dalam mengikuti pelajaran matematika.
4. Peserta didik kelas X di SMA Swasta Raksana Medan sulit untuk mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari permasalah yang diberikan
5. Kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas X SMA Raksana Medan masih rendah
1.3 Batasan Masalah
Supaya penelitian lebih terarah maka masalah yang akan diteliti terbatas pada : kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka, rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016?
2. Bagaimana perbandingan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016?
(22)
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016
2. Untuk mengetahui perbandingan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan terutama :
1. Bagi siswa, sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran matematika dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Bagi guru, sebagai pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Talking Stick
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dimasa yang akan datang.
1.7 Definisi Operasional
Untuk mnghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut.
(23)
9
1. Kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan dalam mengekspresikan matematika, dimana siswa dapat menyatakan ide-ide matematika menggunakan simbol atau bahasa matematika secara tertulis, dapat melukiskan atau menggambarkan dan membaca gambar, diagram atau grafik serta pemahaman matematika dimana siswa dapat menjelaskan secara langsung masalah dengan memberikan argumen terhadap permasalahan matematika yang diberikan
2. Pembelajaran Kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa menekankan dan mendorong kerja sama antar siswa dalam suatu kelompok tertentu
3. Model pembelajarn kooperatif tipe think-talk-write (TTW) merupakan rangkaian pembelajaran yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
a. THINK : siswa secara individual membaca, berpikir dan menuliskan hal-hal penting dari bahan pembelajaran yang disajikan dalam LAS b. TALK: siswa mengkomunikasikan hasil kegiatan membacanya pada tahap think melalui diskusi dalam kelompoknya yang terdiri dari 4-5 orang siswa
c. WRITE : siswa secara individual menulis hasil diskusi berdasarkan pemikiran dan bahasa masing-masing
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe talking stick adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
(24)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab terdahulu maka didapat kesimpulan sebagai berikut ;
1. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Dilihat dari nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen 1 sebesar 53,33 . Sementara nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen 2 sebesar 48,8333. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Kriteria pengujian yaitu terima H0 jika − 1−1
2�
< ℎ� � <
1−1 2�
. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa
−1,995 < ℎ� � < 1,995, sehingga terlihat bahwa ternyata thitung tidak berada dalam interval tersebut yang berarti bahwa� ditolak dan � diterima. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2015/2016
2. Pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe Think-Talk-Write lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Dilihat dari nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen 1 sebesar 53,33 . Sementara nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen 2 sebesar 48,8333. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Setelah dilakukan pengujian data ternyata diperoleh ℎ� � > �� yaitu 4,21083 > 1,6745, maka �0 ditolak dan sebaliknya � diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe
(25)
89
Think-Talk-Write lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick.
3. Kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran, ada beberapa siswa dalam kelompok yang mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan diri karena didominasi oleh siswa yang lebih mampu, Kurangnya kemauan siswa untuk belajar mandiri di rumah sebelum pembelajaran di sekolah, dan lingkungan kelas yang tidak kondusif
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru, disarankan untuk dapat mengajarkan materi bangun ruang dimensi tiga dengan menggunakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa baik dalam lisan maupun tulisan. Oleh karena itu kepada guru diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Talking Stick yang dapat diterapkan sebagai usaha dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
2. Bagi guru dan peneliti disarankan untuk lebih memotivasi siswa agar siswa tidak malu-malu dalam mengeluarkan pendapat dan mempresentasikan pelajaran di depan kelas dan lebih memfasilitasi siswa ketika belajar kelompok
3. Bagi mahasiswa atau peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih mengatur waktu sebaik mungkin ketika menggunakan model pembelajaran berkelompok dan memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai kepada setiap kelompok untuk saling berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran serta menyatukan ide setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru
(26)
90
Daftar Pustaka
Ansari, B.I, (2009), Komunikasi Matematik, Pena, Banda Aceh
Arends, I. Richard, (2008), Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Arikunto, Suharsani (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Bumi Aksara, Jakarta
Hudojo, H., (2009), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan
Kunandar, (2007), Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Lange, D. Jan, (1990), Mathematics for Literacy, Utrecht University, Netherlands
Sagala,, H. Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Penerbit Alfabeta, Bandung
Shadiq, F., (2014), Pembelajaran Matematika: Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, Graha Ilmu, Yogyakarta
Shoimin, Aris, (2014), 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, AR-Ruzz Media, Yogyakarta
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung
Sullivan, Mousley, (1995), Natural Communication in Mathematics Classrooms: What does it Look Like?, MERGA, Darwin
Suprijono, A., (2012), Cooperative Learning : Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
(27)
91
91
Sugiyono, (2013), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta
(1)
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016
2. Untuk mengetahui perbandingan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2015/2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan terutama :
1. Bagi siswa, sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran matematika dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Bagi guru, sebagai pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Talking Stick
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dimasa yang akan datang.
1.7 Definisi Operasional
Untuk mnghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut.
(2)
1. Kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan dalam mengekspresikan matematika, dimana siswa dapat menyatakan ide-ide matematika menggunakan simbol atau bahasa matematika secara tertulis, dapat melukiskan atau menggambarkan dan membaca gambar, diagram atau grafik serta pemahaman matematika dimana siswa dapat menjelaskan secara langsung masalah dengan memberikan argumen terhadap permasalahan matematika yang diberikan
2. Pembelajaran Kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa menekankan dan mendorong kerja sama antar siswa dalam suatu kelompok tertentu
3. Model pembelajarn kooperatif tipe think-talk-write (TTW) merupakan rangkaian pembelajaran yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
a. THINK : siswa secara individual membaca, berpikir dan menuliskan hal-hal penting dari bahan pembelajaran yang disajikan dalam LAS b. TALK: siswa mengkomunikasikan hasil kegiatan membacanya pada tahap think melalui diskusi dalam kelompoknya yang terdiri dari 4-5 orang siswa
c. WRITE : siswa secara individual menulis hasil diskusi berdasarkan pemikiran dan bahasa masing-masing
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe talking stick adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab terdahulu maka didapat kesimpulan sebagai berikut ;
1. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Dilihat dari nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen 1 sebesar 53,33 . Sementara nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen 2 sebesar 48,8333. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Kriteria pengujian yaitu terima H0 jika
− 1−1 2�
< ℎ� � <
1−1 2�
. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa
−1,995 < ℎ� � < 1,995, sehingga terlihat bahwa ternyata thitung tidak berada dalam interval tersebut yang berarti bahwa � ditolak dan � diterima. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write dengan model kooperatif tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2015/2016
2. Pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe Think-Talk-Write lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick di kelas X SMA Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Dilihat dari nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen 1 sebesar 53,33 . Sementara nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen 2 sebesar 48,8333. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Setelah dilakukan pengujian data ternyata diperoleh ℎ� � > �� yaitu 4,21083 > 1,6745, maka �0 ditolak dan sebaliknya
� diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe
(4)
Think-Talk-Write lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick.
3. Kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran, ada beberapa siswa dalam kelompok yang mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan diri karena didominasi oleh siswa yang lebih mampu, Kurangnya kemauan siswa untuk belajar mandiri di rumah sebelum pembelajaran di sekolah, dan lingkungan kelas yang tidak kondusif
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru, disarankan untuk dapat mengajarkan materi bangun ruang dimensi tiga dengan menggunakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa baik dalam lisan maupun tulisan. Oleh karena itu kepada guru diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Talking Stick yang dapat diterapkan sebagai usaha dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
2. Bagi guru dan peneliti disarankan untuk lebih memotivasi siswa agar siswa tidak malu-malu dalam mengeluarkan pendapat dan mempresentasikan pelajaran di depan kelas dan lebih memfasilitasi siswa ketika belajar kelompok
3. Bagi mahasiswa atau peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih mengatur waktu sebaik mungkin ketika menggunakan model pembelajaran berkelompok dan memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai kepada setiap kelompok untuk saling berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran serta menyatukan ide setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru
(5)
90
Daftar Pustaka
Ansari, B.I, (2009), Komunikasi Matematik, Pena, Banda Aceh
Arends, I. Richard, (2008), Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Arikunto, Suharsani (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Bumi
Aksara, Jakarta
Hudojo, H., (2009), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan
Kunandar, (2007), Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Lange, D. Jan, (1990), Mathematics for Literacy, Utrecht University, Netherlands Sagala,, H. Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Penerbit Alfabeta, Bandung
Shadiq, F., (2014), Pembelajaran Matematika: Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, Graha Ilmu, Yogyakarta
Shoimin, Aris, (2014), 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, AR-Ruzz Media, Yogyakarta
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung
Sullivan, Mousley, (1995), Natural Communication in Mathematics Classrooms: What does it Look Like?, MERGA, Darwin
Suprijono, A., (2012), Cooperative Learning : Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
(6)
91
Sugiyono, (2013), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta