Harta warisan adalah harta peninggalan setelah diadakan tindakan pemurnian Abdul Ghofur Anshori, 2002: 23. Tindakan pemurnian adalah pengambilan harta peninggalan untuk pembayaran
biaya-biaya perawatan jenazah, hutang-hutang, serta penunaian wasiat.
3. Sebab-sebab Mewaris
Menurut hukum kewarisan Islam ada tiga sebab mewaris, yaitu: Rachmad Budiono, 1999: 8: 1. Karena Hubungan Nasab
Hubungan nasab maksudnya adalah hubungan kekerabatan atau hubungan famili, yang akan menimbulkan hak mewaris jika salah satu meninggal dunia. Misalnya antara anak dengan orang
tuanya. Apabila orang tua meninggal dunia, maka anak mewarisi warisan dari orangtuanya, demikian pula sebaliknya. Firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 75 yang artinya ”Dan orang-orang yang
beriman sesudah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu juga. Orang-orang yang mempunyai hubungan itu sebagiannya lebih berhak terhadap
sesamanya daripada yang bukan kerabat menurut Kitab Allah, sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
2. Karena Hubungan Perkawinan Perkawinan yang sah menimbulkan hubungan kewarisan. Jika seorang suami meninggal
dunia, maka isteri adalah sebagai ahli waris dari suaminya. Demikian juga sebaliknya, jika isteri meninggal dunia, maka suami menjadi ahli waris dari isterinya. Firman Allah dalam surat An-Nisa’
ayat 12 yang artinya ”Dan bagianmu suami-suami adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak, jika mereka isteri-isterimu mempunyai anak,
maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya...”. 3. Karena Agama
Hubungan mewaris karena agama ini yang dimaksud adalah apabila seorang pewaris sama sekali tidak meninggalkan ahli waris, baik karena hubungan nasab maupun hubungan perkawinan.
Adapun yang mengelola harta warisan tersebut adalah baitul mal untuk mewujudkan tujuan pengembangan agama Islam.
4. Penghalang Mewaris
Adanya sebab-sebab mewaris, rukun kewarisan dan syarat kewarisan sudah terpenuhi, belum cukup menjadi alasan adanya hak waris bagi setiap ahli waris, kecuali apabila tidak terdapat
penghalang warisan. Dalam hukum kewarisan Islam di Indonesia ada dua penghalang warisan, yaitu: 1. Pembunuhan
Apabila ahli waris membunuh pewaris maka tidak dapat mewarisi sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W. yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yang artinya ’Orang yang membunuh tidak bisa
mewarisi’ Sudarsono, 2001: 299. Menurut Pasal 173 KHI, seseorang terhalang menjadi ahli waris, apabila dengan putusan
hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dihukum karena: a
Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat pada pewaris.
b Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau
hukuman yang lebih berat.
2. Perbedaan Agama. Berbeda agama berarti agama pewaris berbeda dengan agama ahli waris. Misalnya, pewaris
beragama Islam sedangkan ahli warisnya beragama non muslim selain Islam. Seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi dari seorang
muslim, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh empat orang ahli hadist dari Usamah bin Zaid bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda yang artinya ’Seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir dan
orang kafirpun tidak mewarisi dari orang muslim’Sayyid Sabiq, 2006: 486. Menurut Pasal 172 KHI ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari Kartu
Identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau anak yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.
Apabila antara Pewaris dengan ahli waris berbeda agama, apabila salah satunya menghendaki agar diantara mereka ikut menikmati harta peninggalan, maka bisa dilakukan dengan jalan wasiat atau
wasiat wajibah, yang bagiannya tidak melebihi 13 bagian harta peninggalan yang siap dibagikan kepada para ahli waris yang lain.
5. Penggolongan Ahli Waris