1. Para ahli waris telah  mengadakan kesepakatan-kesepakatan  mengenai pembagian harta warisan yang dituangkan dalam   akta perdamain.  Dengan demikian  kedua belah pihak   harus  memenuhi
kesepakatan tersebut sesuai kaidah hukum : “kesepakatan merupakan undang- undang bagi mereka yang membuat”.
2. Dalil yang terdapat dalam qo’idah fiqhiyyah yang berbunyi:
ماكحل ديس حلصلا Artinya: “Perdamaian merupakan puncak segala hukum”
3. Bahwa dengan terjadinya kesepakatan tersebut, untuk menghindari tumpang tindih,  maka sesuai perjanjian perdamain perkara pembagian harta  warisan pasal 8 lain lain maka  wasiat pewaris
yang tertuang dalam akta Notaris No 44 tanggal 18 Januari 1944 menjadi tidak berlaku dan harus dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum. Artinya wasiat dari pewaris dibatalkan.
C. Pelaksanaan Pembagian Harta Warisan Setelah Wasiat Dibatalkan.
Setelah   wasiat   dibatalkan,   para   ahli   waris   sepakat   untuk   membagi   harta   warisan   yang dituangkan dalam akta perdamaian. Isi kesepakatan tersebut antara lain bahwa pembagian dan balik
nama   atas   harta   warisan     menjadi   bagian   masing-masing   ahli   waris   dilaksanakan   secepatnya. Selanjutnya para ahli waris membuat  Surat Pernyataan Pembagian Harta Warisan yang ditandatangi
oleh  semua   ahli   waris,   dan   saksi-saksi   dari   perangkat   desa,   dan  diketahui   oleh  lurah  dan  camat setempat. Adapaun isi kesepakatan yang tertuang dalam Surat Pernyataan Pembagian Harta Warisan
adalah   sebagai   berikut:   bahwa   para   ahli   waria   menyatakan   dengan   sesungguhnya   dan   sanggup diangkat dengan sumpah bahwa para ahli waris hendak membagi harta warisan almarhum pewaris
berupa tanah sawah seluas 12.296 yang terletak di desa Imogiri sebagai berikut: 1.
Sri Rahayu, mendapatkan bagian seluas 4.898 m2 2.
Djoko Santosa mendapatkan bagian seluas 2.824 m2 3.
Supardi mendapatkan bagian seluas 3.074 m2 4.
Mulyadi mendapatkan bagian seluas  1500 m2 5.
Djoko Katrimo, rela tidak  mendapatkan bagian dari sawah. Djoko Katrimo mendapatkan sebagian tanah pekarangan dalam SHM No 629 Imogiri dan
sebidang tanah dalam SHM 627 Imogiri. Apa yang diterima oleh ahli waris tersebut tidak sama persis dengan pembagian yang tertuang
dalam surat wasiat dari pewaris, yaitu ayah dari para ahli waris. Bagian untuk penggugat dan tergugat I dikurangi, untuk diberikan kepada adik mereka yang terkecil, karena dilandasi  rasa sayang terhadap
adiknya yang merupakan pihak terkecil dan membutuhan kasih sayang dan perhatian yang lebih dari kakak-kakaknya.  Selain   itu   juga    sepakat   untuk   menanggung   dan   membiayai   perawatan   dan
pengobatan adiknya dengan tanggung renteng, dari hasil panenan sawah. Berdasarkan hasil penelitian,  selanjutnya proses pembagian harta warisan, yaitu pemecahan
harta  warisan dari  yang  utuh  atas  nama   pewaris  menjadi  nama  masing-masing  ahli  waris telah didaftarkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul.
.
BAB VII JADWAL PELAKSANAAN