Minum air isotonis Puasa Kontrol

Petunjuk bagi probandus minum air tawar Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawanwati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml. Contoh untuk Praktikum jam 07.30: - Probandus menghentikan makan minum jam 20.00 - Kosongkankeluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung - Kosongkankeluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I - Probandus minum air tawar sebanyak 1200 ml - Kosongkankeluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II - Selanjutnya kosongkankeluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel III, IV, dst

2. Minum air isotonis

Petunjuk bagi probandus minum air isotonis Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawanwati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml. Contoh untuk Praktikum jam 07.30: - Probandus menghentikan makan minum jam 20.00 - Kosongkankeluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung - Kosongkankeluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I - Probandus minum air oralit sebanyak 1200 ml - Kosongkankeluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II - Selanjutnya kosongkankeluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel III, IV, dst

3. Puasa

Petunjuk bagi probandus puasa Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawanwati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml. Contoh untuk Praktikum jam 07.30: - Probandus menghentikan makan minum jam 20.00 - Kosongkankeluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung - Kosongkankeluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I - Probandus tetap berpuasa - Kosongkankeluarkan urin pada jam 09.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II - Selanjutnya kosongkankeluarkan urin selang 60 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel III, IV, dst

4. Kontrol

Petunjuk bagi probandus kontrol Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawanwati sebagai probandus. Probandus tetap makan minum seperti biasa Contoh untuk Praktikum jam 07.30: - Kosongkankeluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung - Kosongkankeluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I - Kosongkankeluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II - Selanjutnya kosongkankeluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel III, IV, dst Cara Pengukuran BJ - masukkan urin ke dalam gelas pengukur BJ kita-kira 23 tabung - masukkan pengukur BJ urinometer - Baca angka yang bertepatan dengan meniscus air, itulah Bj cairan yang diukur. - Koreksi dengan suhu. Urinometer disetting untuk pengukuran suhu 20 o C. Jika suhu urin lebih atau kurang dari 20 o C, perlu dilakukan koreksi sebab suhu mempengaruhi nilai BJ. Perubahan suhu sebesar 3 o C setara dengan perubahan BJ sebesar 0,001. Gunakan rumus berikut untuk menghitung koreksi. BJ terkoreksi suhu= BJ terbaca +- selisih suhu terbaca ke 20 o C x 0,001 3 Jika suhu urin lebih 20 o C koreksinya ditambah, dan jika kurang dari 20 o C koreksi dengan dikurangi. Volume urin sedikit - Jika volume urin tidak mencapai 23 tabung pengukur BJ, maka perlu ditambahkan air - Ukur BJ air terlebih dahulu - Gunakan rumus sebagai berikut SC.VC – SA.VA SU =_________________ VU SU= BJ urin SC= BJ campuran urin dan air VC= volume campuran urin dan air SA= BJ air VA= volume air yang ditambahkan VU= volume urin sebelum dicampur air Catatan: nilai BJ yang dimasukkan rumus adalah BJ terkoreksi suhu Daftar Pustaka Guyton, A.C dan Hall, JE. 2006. Textbook of Medical Physiology, 11 th Ed. Elsevier Saunders. Manual Penggunaan Urinometer LEMBAR KERJA FISIOLOGI GINJAL Golongan : Nama Praktikan : Jenis Kelamin : Tanggal : NO PROBANDUS AWAL 30 MENIT 60 MENIT 90 MENIT 1 TIDAK PUASA VOL BJ VOL BJ VOL BJ VOL BJ 2 PUASA 3 PUASA +CAIRAN HIPOTONIS 4 PUASA + CAIRAN ISOTONIS PEMBAHASAN : KESIMPULAN : Yogyakarta, Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan ………………………….. ………………………… PRAKTIKUM HISTOLOGI SYSTEMA UROPOETICA Sistema ini terdiri dari ren ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra. Sistem ini mempunyai tugas utama menghasilkan urine, yaitu cairan yang membawa sisa-sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Dengan cara itu keseimbangan cairan tubuh dapat diatur sebaik-baiknya I. REN atau GINJAL Ginjal berperan dalam filtrasi, absorbsi aktif dan pasif dan sekresi. Ultrafiltrat darah dibentuk di glomerolus sedangkan absorbsi substansia diperankan oleh tubulus dari nephron terutama tubulus convolutus proximalis. Seperti kelenjar lain, maka sistem ini terdiri atas 2 komponen pokok, yaitu komponen penghasil sekret dan saluran penyalur sekret. Berbeda dengan kelenjar umum, alat ini sebenarnya membuat urine tidak melalui produksi sekret oleh epitel kelenjar, melainkan membuat urine dengan cara mengambil cairan dan menyaring substansi yang berasal dari aliran darah. Dari arah proksimal ke distal. Struktur ginjal : Capsula sebagai jaringan ikat padat membungkus ren, kecuali pada hilum, tempat pembuluh- pembuluh keluar dari dan masuk ke dalam ren. Ren terdiri atas 2 bagian, yaitu: CORTEX dan MEDULLA A. CORTEX Bagian sebelah luar, di bawah capsula, sampai mencapai basis pyramidis, pada perbatasan dengan medulla. Cortex meluas ke medulla di antara pyramis renalis sebagai columna renalis. Cortex renalis penuh berisi unit-unit fungsional yaitu Nephronum, jumlahnya ± 2 juta dalam setiap ginjal, masing-masing terdiri atas: 1 corpusculum renale, yang mempunyai 2 ujung, yaitu : - Polus vascularis. Ujung corpusculum, renale tempat arteriola afferentia masuk dan arteriola afferentia meninggalkan kapiler glomeruli. - Polus urinaris. Ujung corpusculum renale tempat dimulainya tubulus contortus proximalis. Corpusculum renale terdiri atas 2 komponen: a glomerulus, kapiler arteri terakit seperti benang kusut, dinamakan rete capillare glomerulare. Dinding kapiler dilengkapi dengan endotheliocytus fenestratus. Di antaranya anyaman kapiler-terdapat sel mesangial merupakan modifikasi sel otot polos. b capsula glomeruli, berbentuk mangkuk, berdinding dua lapis : - paries externa: epithel simplex squamosum. - paries interna: epithelium simplex squamosum. Dilihat dengan mikroskop elektron ternyata sel memiliki tonjolan cytoplasma sebagai kaki-kaki, maka sel disebut podocytus. Tonjolan dinamakan : - cytotrabecula. - cytorodium. Kedua dinding saling dipisahkan oleh lumen cansulae spatium urinarium, yang akan mengumpulkan cairan kencing yang tersaring. 1. tubuli nephroni. Sistem pembuluh ini mulai pada corpusculum renale di polus vascularis. Berturut-turut dari proksimal ke distal adalah a. tubulus contortus proximalis - berkelok-kelok dalam cortex. - dinding : epithelium simplex cuboideum atau simplex columnare rendah, sel asidofil kuat, banyak mengandung mitochondria. Dengan mikroskop elektron sel bersifat epitheliocytus microvillosus, sehingga dengan mikroskop optik deretan microvilli tampak sebagai limbus disebut limbus Peniciliatus. Dasar sel juga menunjukkan gambaran bergaris disebut limbus striatus basalis ciri khas bagi sel yang bertugas absorpsi. b. tubulus attenatus, tubulus yang tidak berkelok-kelok terdiri atas : 1 pars discendens bagian tebal, bagian yang lurus dari tubulus proximalis turun ke arah medulla. Dinding dilengkapi epithelicytus simplex cuboideum. 2 pars discendens bagian tipis, bagian yang lurus dari pars descendens bagian tebal. Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum. 3 pars ascendens bagian tipis, bagian yang naik ke pars acsendens bagian tebal. Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum. 4 pars ascendens bagian tebal, bagian yang naik ke arah cortex. Dinding dilengkapiepitheliocytus simplex cuboideum. Tubulus attenatus yang berbentuk huruf U dulu dikenal sebagai ANSA NEPHRONI. c. tubulus contortus distalis - berkelok-kelok lagi, di dalam cortex. - merupakan ruas terdistal nephronum. - dinding : epithelium simplex cuboideum. dibandingkan dengan tubulus contortus proximal, tubulus ini mempunyai ciri :  lebih pendek dan lebih tipis.  mempunyai lumen lebih besar, karena sel dinding lebih kecil.  pada epitheliocytus: microvilli tidak ada atau sedikit.  epitheliocytus kurang asidofil. sepanjang perjalanan cortex, tubulus  contortus distalis menempel pada arteriola glomerularis afferens atau efferens. Pada tempat itu sel-sel epitel dinding tubulus menjadi kolumnare, inti saling berapatan, sehingga deretan sel tampak lebih gelap, padat; gambaran ini disebut macula densa noda padat. Diduga struktur ini berfungsi untuk menghantarkan data- data osmolaritas cairan dalam tubulus contortus distalis ke arteriole afferentia. Tunica media pada arteriola glomeru-laris afferens di dekat corpusculum renale men- galami modifikasi, sel epitel dinamakan Juxta glomerulocytus, yang bersifat endocrinocytus dengan cytoplasma bergranulae. Granula terpulas positif dengan teknik P.A.S. Macula densa bersama-sama dengan dinding arteriola yang dilengkapi dengan juxta glomerulocytus membentuk apparatus juxtaglomerularis. Pada apparatus :Terdapat sel-sel berwarna pucat, dinamakan mesangiocytus extra glumerularis. Membrana elastica interna arteriolae menghilang pada daerah juxta glomerulocytus. Juxtaglomerulocytus menghasilkan renin, yang dapat mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Jika zat terakhir ini diubah menjadi angiotensin II maka sekresi hormon aldosteron meningkat oleh cortex glandula adrenalis. Dengan demikian reabsorpsi dan resorpsi natrium dan khlorida dalam tubuli nephroni dapat diatur dan tensi darah dapat dipengaruhi. B. MEDULLA Medulla terisi oleh pyramis medularis, 10-18 buah,, dengan : - basis pyramidis menghadap ke arah cortex. - apex pyramidis menjulang ke dalam sinus renalis. Pada puncak apex, yang disebut papilla renalis, terdapat daerah berlobang-lobang seperti tapisan : area cribrosa. Tiap lobang, foramen papillare merupakan muara tubulus renalis colligens. Tubulus renalis colligens : - lanjutan dari tubulus contortus distalis, epitel selapis kuboid - terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian ujung proksimal melengkung : tubulus renalis arcuatus. bagian lanjutan yang lurus tubulus colligens rectus. Ductus papillaris: lanjutan tubulus renalis colligens di papilla renalis. II. URETER Dinding ureter disusun oleh Tunica mucosa : - epthelium tansitionale di ureter 4-5 lapis. - lamina propria berlembar 2 buah :  bagian luar : jaringan ikat padat, tanpa papilla, mengandung serabut elastis, sedikit noduli lymphatici kecil-kecil.  bagian dalam : jaringan ikat longgar. Kedua lapisan ini menyebabkan tunica mucosa ureter dan vesica urinaria melipat-lipat membujur pada waktu kosong. Tunica submucosa : tidak jelas. Tunica muscularis : otot polos, longgar, saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk 3 lapis : - stratum longitudinale internum, - stratum circulare, dan - stratum longitudinale externum. Tunica adeventitia : jaringan ikat longgar. III. VESICA URINARIA Dinding tersusun serupa dinding ureter. epithelium transitionale. Di daerah trigonum vesicae : - tunica mucosa memiliki glandula trigoni vesicae. - berkas otot polos membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae internum, membentuk musculus spincter internus. Di sebelah luar tunica muscularis dijumpai tunica subserosa, tunica serosa atau tunica adventitia. IV. URETHRA 1. URETHRA FEMININA pada wanita Tunica mucosa: - epithelium pseudostratificatum, makin ke distal menjadi epithelium stratificatum squamosum. - lamina propria : jaringan ikat longgar dilengkapi dengan glandula urethralis dan lacuna urethrales, serabut elastis. Karena bagian ini ditempati oleh plexus venosus, maka disebut juga stratum spongiosum. Tunica muscularis, membentuk : - stratum longitudinale : sebelah dalam. - stratum circulare : sebelah luar. 2. URETHRA MASCULINA, pada pria. Lebih lanjut akan dijelaskan pada Blok system reproduksi. PETUNJUK PRAKTIKUM 1. REN Sediaan : SU-1; H E Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat : a. capsula fibrosa b. cortex dan medulla c. nephronum, sebagai suatu sistem, tersusun oleh komponen-komponen : 1 corpusculum renale, terdiri atas - glomerulus - capsula glomeruli, terdiri atas :  pars externa  pars interna  lumen capsulae Perhatikan bentuk sel-sel penyusun epithelium di situ. 2 tubuli. Ini sesuai dengan wilayahnya terdiri atas : - pars proximalis, tersusun oleh - pars convolutus : berkelok - pars-rectus : lurus - Sel epitel dilengkapi dengan limbus peniciliatus perhatikan pada sediaan demonstrasi terpulas khusus untuk memperagakan fosfatase alkalis. Bangunan ini tampak hitam intensif. Bandingkan dengan ansa nephroni dan pars distalis yang tidak terpulas hitam karena tidak mempunyai limbus peniciliatus. - ansa nephroni : epitel pipih - pars distalis : epitel kuboid - tubulus renalis colligens : - tubulus renalis arcuatus. Epitel yang kuboid selapis terdiri atas 2 jenis sel - cellula densa : cytoplasma padat - cellula lucida : cytoplasma jernih tubulus colligens rectus, melanjutkan diri menjadi ductus papillaris. Tubulus ini dilengkapi epitel kuboid selapis. 2. URETER Sediaan : SU-2; H E Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat 1. Dinding - tunica mucosa : berlipat-lipat membujur, dilengkapi  epithelium transitionale  membrana basalis  lamina propria : jaringan ikat longgar. - tunica muscularis : otot polos di sela jaringan ikat longgar. Tersusun 3 lapis :  stratum longitudinale internum  stratum circulare  stratum longitudinale externum. - tunica adventitia : jaringan ikat longgar 2. Lumen : pada penampang melintang tampak kosong, berbentuk bintang. 3. VESICA URINARIA Sediaan : SU-3; H E Perhatikan : -Tunica mucosa epithelium transitionale dengan sel- sel  payung di permukaan; inti kadang-kadang 2 buah.  kuboid di bagian dasar lamina propria : jaringan ikat longgar berserabut. - Tunica serosa dan tunica adventitia : jaringan ikat longgar. PRAKTIKUM URINALISA URIN RUTIN A. PEMERIKSAAN URIN MAKROSKOPIK Adalah pemeriksaan urin tanpa menggunakan alat, dilihat dengan mata telanjang, dengan penerangan sinar matahari. Hal yang dilaporkan : VOLUME Diukur dengan gelas ukur. Normal rata rata orang dewasa 800-1300 ml variasi 600 – 2000 dalam 24 jam. “Poliuri” bilamana pengeluaran urin lebih dari 2000 ml. Dalam 24 jam. Dibedakan dengan poliuresis, yaitu peningkatan baik sewaktu maupun 24 jam. Terdapat keadaan fisiologis pada polidipsi, obat diuretik, minuman tertentu, nervous, kedinginan, cairan parenteral IVFD. Patologis pada penyakit Diabetes mellitus, Diabetes insipidus, Gagal ginjal, Kerusakan tubulus ginjal. Diuresis malam disebut “Nokturi”, yaitu urin yang keluar pada malam hari lebih dari 400 ml. Keadaan ini terdapat pada semua keadaan poliuri, resorpsi cairan edema, kapasitas kandung seni yang berkurang, seperti pada infeksi, batu atau tumor, iritasi kandung kemih, obstruksi partial saluran kemih karena prostat, striktura,batu dan tumor. Pengeluaran urin kurang dari 500 ml dalam sehari, disebut “oliguri”. Sama sekali tidak mengeluarkan urin, disebut “anuri”. Keadaan ini bisa terjadi pre-renal, renal, maupun post renal. WARNA Dilihat dengan cahaya tembus dalam tabung reaksi, dilihat dengan posisi serong dalam penerangan terang matahari. Biasanya dilihat bersama kekeruhan dan ada benang-benang lendir nubecula. Normal urin berwarna kuning muda sampai kuning tua. Perubahan warna urin dapat diperoleh juga dari anamnesis. Penafsiran hasil pemeriksaan urin makroskopik, harus diperhatikan keadaan hidrasi pasien, pigmen saat warna normal, penyimpanan lama menjadi lebih gelap, warna makanan, minuman dan obat-obatan. Urin “merah” merupakan tanda yang penting bagi penderita, harus dicari sebabnya. Kelainan penting yang menyebabkan urin merah, yaitu : hematuri, hemoglobinuri, mioglobinuri. Jangan lupa kontaminasi darah menstruasi pada pasien wanita. Urin “kuning tua-coklat-kehitaman seperti teh tua” , disebabkan oleh urin yang pekat, pigmen bilirubin. Untuk memantapkan adanya bilirubin, biasanya kehijauan dan dapat dilakukan percobaan busa, busa berwarna sama. KEKERUHAN Caranya sama dengan pemeriksaan warna. Dilaporkan sebagai jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh. Normal disebabkan fosfat, karbonat, urat, cairan semen, kontaminasi talk, antiseptik, feses. Abnormal pada lipiduria, chyluri, kuman bakteri pada infeksi saluran kemih, bisa juga oleh karena unsur2 sedimen dalam jumlah besar. BAU Normal bau khusus lunak. Bau abnormal menusuk terdapat pada urin yang disimpan lama, makanan, obat2an dan penyakit kongenital asam amino. Bau buah buahan pada ketosis Diabetes Melitus. Bau busuk pada infeksi saluran kemih. Bau anyir pada keganasan. BERAT JENIS Secara manual diperiksa dengan urinometer. Secara praktis dengan menggunakan dipstisk. Hasil pemeriksaan berat jenis urin dapat dipakai untuk menilai kemampuan ginjal dalam memekatkan urin. Nilai rujukan berat jenis urin pagi = 1,015 – 1,025. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urin. Berat jenis urin yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorpsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urin malam 500 ml dan berat jenis 1,018 memberi pertanda gangguan fungsi ginjal dini. Sedangkan berat jenis urin yang menetap sama dengan berat jenis plasma = 1,010 yang disebut isostenuri, menunjukkan sudah terjadi gangguan fungsi pemekatan dan pengenceran urin. B. PEMERIKSAAN URIN MIKROSKOPIK Adalah pemeriksaan elemen elemen dalam urin dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa, fase kontras atau polarisasi, setelah sampel urin disentrifus. Indikasi pemeriksaan : 1 membantu menetapkan proses patologis di ginjal atau non ginjal; 2 Bila diperlukan diagnosis untuk mioglobinuri. 3 Untuk mengetahui apakah hematuri atau hemoglobinuri. Alat dan bahan yang diperlukan, adalah : sentrifus, tabung sentrifus, kaca objek kaca penutup, Pewarna Sternheimer Malbin dan pelaporan hasil. Pemeriksaan mikroskopik membutuhkan standarisasi sentrifus 1500 rpm selama 5 menit, yaitu volume urin 10-15ml dalam tabung sentrifus. Bilamana menggunakan mikroskop cahaya biasa, dibuat cahaya redup, kondensor diturunkan maksimal, diafragma diperkecil dan menggunakan pengecatan supravital Steinheimer Malbin. ALAT REAGEN : 1. Tabung sentrifus 2. Sentrifus 3. Pipet Pasteur 4. Kaca objek 5. Kaca penutup 6. Mikroskop cahaya 7. Reagen Steinheimer Malbin. CARA : 1. Kocoklah urin sampel dalam botol penampung, supaya sedimen tercampur dengan cairan diatasnya. 2. Masukkan urin 10 – 12 ml kedalam tabung sentrifus 3. Masukkan kedalam sentrifus dan putar dengan kecepatan 1.500 rpm selama 5 menit atau 3.000 rph selama 3 menit. 4. Angkat dari sentrifus, tuanglah cairan bagian atas kembali ketempat asalnya secara cepat tapi lembut, kemudian segera tegakkan kembali tabung sehingga diperoleh sisa ± 0,5 ml 5. Kocok kembali tabung untuk meresuspensi sedimen. 6. Tambahkan 1 tetes reagen Steinheimer Malbin. Campurlah dengan cara mengetuk-ketukan tabung ke tangan. 7. Dengan pipet Pasteur taruhlah 1 tetes sedimen diatas kaca objek dan tutup dengan kaca penutup 8. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x untuk menghitung silinder dan epitel. 9. Gantilah perbesaran objektif 40 x untuk menghitung lekosit, eritrosit, kristal dan bakteri PELAPORAN : Pembesaran 10 X Silinder :  Hialin : ………. lpk lapangan pandang kecil  Granuler : ………. lpk  Lekosit : ………. lpk  Eritrosit : ………. lpk  Lilin : ………. lpk  Dll : ………. lpk Epitel : - + ++ +++ jenis ……………..squamosa, transitional, kuboid Pembesaran 40 X Lekosit : ………. lpb, Eritrosit : ………. lpb, eumorfik dismorfik Kristal : ………. - + ++ +++ jenis…………… Lain-lain : ………. - + ++ +++ jamur, bakteri, parasit

C. Pemeriksaan Urin Kimia Stik

Pemeriksaan urin kimia stik adalah pemeriksaan urin, tanpa sentrifus, menggunakan reagen kimia kering berupa multistik dengan parameter pengukuran meliputi: pH, berat jenis, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit esterase, dan darah. Prosedur: 1. Masukkan urin ke dalam tabung sebanyak 10 – 12 ml. 2. Celupkan multistik kedalam urin sampai semua pita tercelup, angkat dan tiriskan melalui dinding tabungmiringkan sebentar diatas kertas tissue untuk menghilangkan kelebihan urin pada pita. 3. Tunggu selama 2 menit. 4. Segera baca hasil reaksi perubahan warna dari masing-masing indikator multistik dicocokkan dengan indikator pada tabung stik 5. Catat hasil di blangko hasil PELAPORAN : 1. pH : 5.0 ; 6.0 ; 6.5 ; 7.0 ; 7,5 ; 8.0 ; 8.5 2. Berat Jenis :1.000 ; 1.005 ; 1.010 ; 1.015 ; 1.020 ; 1.025;1.030 3. Protein : - ±+ ++ +++++++ 4. Glukosa : - ± + ++ +++++++ 5. Bilirubin : - + ++ +++ 6. Urobilinogen : - ±+ ++ +++ 7. Keton : - + ++ +++ 8. Nitrit : - + ++ +++