Pembesaran Teknik Pengumpulan BAHAN DAN METODE

berukuran 8 cm. Pakan yang diberikan berupa pellet apung protein ± 38 sebanyak 10 bobot biomass per hari. Tabel 4. Kombinasi pasangan induk nila generasi II No. Famili Betina Jantan No. Famili Betina Jantan SF II.01 TG6 CK NP JK SF II.31 TG6 NP WN F3 II.02 CL GET NP F3 II.32 TG6 WN CL F3 II.03 F3 G6 CK NP II.33 F3 CL GET WN II.04 CL WN JK G6 II.34 CL JK NP G6 II.05 NP G6 WN GET II.35 CL F3 F2 NP II.06 CK WN NP G6 II.36 WN CL G6 GET II.07 F2 CL TG6 CK II.37 WN GET G6 TG6 II.08 F3 WN JK G6 II.38 G6 TG6 NP GET II.09 G6 F3 CL JK II.39 G6 F3 GET CL II.10 TG6 CL GET NP II.40 GET NP F3 G6 II.11 GET NP CL WN II.41 NP JK G6 F3 II.12 GET CL JK F3 II.42 TG6 GET F3 CL II.13 CK NP CL GET II.43 F3 WN G6 CL II.14 TG6 GET JK F3 II.44 NP F3 WN CL II.15 TG6 F3 NP GET II.45 NP G6 JK F3 II.16 F3 NP WN JK II.46 JK G6 WN GET II.17 NP JK F3 WN II.47 F2 CL WN JK II.18 CL CK TG6 GET II.48 F2 NP CL G6 II.19 CL NP TG6 F3 II.49 JK F3 G6 GET II.20 WN F3 TG6 NP II.50 CK NP F3 CL II.21 WN G6 CL JK II.51 TG6 NP CL F3 II.22 WN JK TG6 CL II.52 TG6 F3 CK WN II.23 G6 GET CL NP II.53 TG6 WN JK G6 II.24 G6 TG6 WN CL II.54 TG6 CL JK G6 II.25 GET WN F2 CL II.55 F3 CL TG6 CK II.26 JK G6 CK WN II.56 CL GET NP JK II.27 NP G6 F3 WN II.57 GET WN TG6 CL II.28 JK G6 F2 CL II.58 GET CL CK NP II.29 F2 NP TG6 WN II.59 CK NP TG6 WN II.30 JK F3 CL G6 II.60 CL F3 GET WN Keterangan: TG6 : Nila hasil persilangan antara nila Taiwan dan G6 CL : Nila Citralada asal BBPBAT Sukabumi CK : Nila GIFT G3 asal Cangkringan, Yogyakarta NP : Nila Putih asal Sleman, Yogyakarta JK : Nila JICA asal BBAT Jambi G6 : Nila GIFT G6 asal BPBI Wanayasa GET : Nila GET asal BPBI Wanayasa WN : Nila GIFT G3 asal BPBI Wanayasa F3 : Nila GIFT G3 keturunan III asal BBPBAT Sukabumi F2 : Nila GIFT G3 keturunan II asal BBPBAT Sukabumi

d. Pembesaran

Benih hasil pendederan selanjutnya dibesarkan hingga berukuran 50 – 70 gram sekitar 2 – 3 bulan. Benih diberi pakan pellet komersial terapung protein ± 28 sebanyak 5 bobot biomass per hari. Setelah benih berukuran 50 – 70 gram, dilakukan identifikasi jenis kelamin dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan betinanya. Setelah benih berumur tujuh bulan sejak pemijahan, dilakukan pengukuran parameter bobot ikan dan panjang standar, serta karakter meristik sirip dada dan sirip perut setiap populasifamili. Berdasarkan data tersebut, dipilih 10 ekor jantan dan 10 ekor betina yang memiliki bobot terbesar untuk masing-masing famili. Sama seperti pada individu Generasi I, individu terseleksi juga dilakukan pemasangan tagging. Populasi induk tersebut, selanjutnya digunakan sebagai induk untuk menghasilkan generasi berikutnya. Secara lengkap, proses penelitian disajikan dalam bentuk skema pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. Skema proses penelitian FAMILI 1 FAMILI 15 FAMILI 30 ……… ……… 1 1 5 5 5 1 … … … PENDEDERAN PENDEDERAN PENDEDERAN SELEKSI JENIS KELAMIN SELEKSI JENIS KELAMIN SELEKSI JENIS KELAMIN JANTAN JANTAN JANTAN BETINA BETINA BETINA PEMBESARAN PEMBESARAN PEMBESARAN POPULASI ♂ POPULASI ♀ 10 Ekor 10 Ekor Kontrol Kontrol Membuat Famili untuk Generasi Berikutnya

3.4. Teknik Pengumpulan

Data Pengumpulan data dilakukan pada setiap populasi famili, ketika ikan telah berumur tujuh bulan. Pada Generasi I, terdapat 13 famili yang memiliki umur lebih dari tujuh bulan, sehingga perlu dilakukan koreksi data agar diperoleh data pada umur tujuh bulan. Nilai faktor koreksi FK yang digunakan, berdasarkan rumus: FK = W 7 W 10 Dimana, FK = Faktor koreksi, W 7 = nilai rataan karakter pada umur 7 bulan, sedangkan W 10 = nilai rataan karakter pada umur 10 bulan. Nilai FK yang diperoleh, selanjutnya akan mengoreksi data dengan cara mengalikan FK dengan data sifat yang diamati pada setiap populasi famili sehingga nilainya mendekati populasi famili umur 7 bulan. Parameter yang diamati meliputi jenis kelamin, pengukuran karakter bobot badan, panjang baku, panjang kepala, tinggi badan, serta lebar badan. Disamping itu juga, dilakukan pengamatan karakter meristik sirip dada untuk menentukan nilai fluktuasi asimetri populasi. Berdasarkan jenis kelamin, maka dilakukan seleksi terhadap 10 ekor jantan dan 10 ekor betina yang memiliki bobot badan terbaik. Analisis data yang dilakukan menggunakan formulasi sebagai berikut: a. Laju Pertumbuhan Harian α ________ α = [ t √ W t W o - 1] x 100 dimana: α : laju pertumbuhan harian dalam W t : bobot rataan individu pada akhir pengamatan dalam g W o : bobot rataan individu pada awal pengamatan dalam g t : lama waktu pengamatan dalam hari b. Heritabilitas h 2 h 2 = ΔG DS dimana: h 2 : heritabilitas nyata ΔG : selisih rataan sifat antara anak dengan tetuanya DS : diferensial seleksi, selisih fenotip populasi terseleksi dengan populasi asalnya c. Fluktuasi Asimetri FA FA n = ∑ Z n , dimana : FA n : Fluktuasi asimetri bilangan number Z : Jumlah individu asimetri untuk ciri tertentu N, n : Jumlah sampel d. Heterosis Het = W A – W T W T x 100 dimana: Het = nilai heterosis dalam W A = nilai rataan sifat anak W T = nilai rataan sifat tetua e. Respon Seleksi R s = h 2 x DS dimana: R = respon seleksi DS = diferensial seleksi, selisih fenotip populasi terseleksi dengan populasi asalnya h 2 = heritabilitas Persentase respon seleksi dihitung berdasarkan: R = R s W T x 100 dimana: R = persentase respon seleksi R s = respon seleksi W T = nilai rataan sifat tetua Data laju pertumbuhan harian, heterosis, dan fluktuasi asimetri, merupakan nilai rataan dari setiap famili. Sementara, nilai heritabilitas, merupakan nilai rataan dari setiap famili yang berada pada kisaran 0 – 1.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan F3, serta nila chitralada hitam asal BBPBAT Sukabumi, nila GIFT G3 Cangkringan dan nila putih asal Kab. Sleman, Yogyakarta, nila GIFT G3, G6 dan GET asal BPBI Wanayasa, serta nila JICA asal BBAT Jambi. Pada Generasi I, telah dihasilkan 46 famili, sedangkan pada Generasi II menghasilkan 49 famili.

4.1.1. Laju Pertumbuhan Harian

Secara umum, laju pertumbuhan ikan Generasi II, baik karakter bobot badan maupun panjang baku, memiliki nilai relatif lebih baik dibandingkan pertumbuhan ikan Generasi I. Bobot rata-rata individu Generasi I berkisar pada 49,71 – 170,77 g, dengan nilai rataan 69,21 g. Sementara, pada Generasi II memiliki bobot rata-rata individu berkisar pada 51,07 – 255,33 g, dengan nilai rataan 77,00 g. Famili II.43 merupakan famili dengan tingkat pertumbuhan bobot badan tertinggi, yaitu sebesar 4,75. Panjang baku rata-rata ikan nila Generasi I, berkisar pada 11,09 – 15,89 cm, dengan nilai rataan sebesar 12,031 cm. Nilai tersebut relatif lebih kecil dibandingkan nilai rataan ikan nila Generasi II yang mencapai 12,206 cm, dengan kisaran 10,76 – 18,25 cm. Sama seperti pada pertumbuhan bobot, famili II.43 merupakan famili dengan tingkat pertumbuhan harian tertinggi, yaitu 1,56. Laju pertumbuhan ikan baik Generasi I maupun II disajikan pada Tabel 5 berikut. Perhitungan laju pertumbuhan harian ikan setiap famili pada Generasi I dan II, disajikan secara lengkap pada Lampiran I dan 2. Tabel 5. Rataan laju pertumbuhan harian ikan nila hasil seleksi famili Karakter Pertumbuhan Generasi I Generasi II Bobot Badan 4,105 4,167 Panjang Baku 1,366 1,379