Heritabilitas dan Respon Seleksi Famili Ikan Nila (Oreochromis niloticus Blkr ) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi

(1)

HERITABILITAS DAN RESPON SELEKSI FAMILI

IKAN NILA (

Oreochromis niloticus

Blkr.)

DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR

TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI

DIAN HARDIANTHO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2 0 0 7


(2)

PERNYATAAN

MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “Heritabilitas dan Respon Seleksi Famili Ikan Nila (Oreochromis niloticus Blkr.) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam tesis dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Nopember 2007

Dian Hardiantho NRP C. 151040081


(3)

ABSTRAK

DIAN HARDIANTHO. Heritabilitas dan Respon Seleksi Famili Ikan Nila (Oreochromis niloticus Blkr.) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Dibimbing oleh KOMAR SUMANTADINATA dan RONNY RACHMAN NOOR.

Penurunan mutu genetik benih/induk ikan nila yang saat ini terjadi, mungkin diakibatkan adanya tingkat inbreeding (perkawinan sekerabat) yang tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali mutu genetik ikan nila adalah melalui program penangkaran yang selektif. Keberhasilan program seleksi dipengaruhi oleh tingkat keragaman genetik dan intensitas seleksi, serta besarnya nilai heritabilitas.

Metoda seleksi yang dapat diterapkan pada ikan nila adalah seleksi within family. Program seleksi famili yang diterapkan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi telah menghasilkan dua generasi ikan nila yang merupakan hasil kombinasi dari 10 strain induk ikan nila. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai heritabilitas dan respon seleksi, sebagai bahan evaluasi keberhasilan program seleksi. Disamping itu, dimaksudkan juga untuk penyediaan induk ikan nila yang berkualitas tinggi.

Nilai rataan heritabilitas bobot ikan betina dan jantan, masing-masing sebesar 0,314 dan 0,285. Sementara nilai rataan heritabilitas panjang baku mencapai 0,362 dan 0,318. Nilai rataan heritabilitas panjang kepala, tinggi badan dan lebar badan berada pada kisaran > 0,4. Nilai rataan heterosis bobot badan mencapai 21,76%, sedangkan untuk panjang baku mencapai 3,58%. Panjang kepala, tinggi badan dan lebar badan, masing-masing sebesar 3,56, 4,45, dan 1,62%. Seleksi famili pada ikan nila telah menghasilkan kemajuan seleksi bobot badan sebesar 26,20 – 27,56% per generasi. Sedangkan untuk karakter panjang baku sebesar 6,94 – 7,73%. Karakter panjang kepala, tinggi badan, dan lebar badan berturut-turut sebesar 3,55 – 4,91%, 4,61 – 7,00%, dan 5,70 – 5,84%.


(4)

ABSTRACT

DIAN HARDIANTHO. Heritability and Response of Within Family Selection of Tilapia (Oreochromis niloticus Blkr.) at Main Center for Freshwater Aquaculture Development (MCFAD) Sukabumi. Under the direction of KOMAR SUMANTADINATA, and RONNY RACHMAN NOOR.

The degradation of genetic quality of tilapia it might be related to the high inbreeding coefficient in the population. In order to reduce the rate of this degradation, selective breeding program should be done. The selection progress is mainly depending on the population variation of the trait studied and their heritability values.

One of the main selection techniques that can be applied for the tilapia is within family selection. This selection method has been applied at the Main Center for Freshwater Aquaculture Development (MCFAD), Sukabumi, West Java, and already produced two generation of tilapia from combination of 10 strains. The aims of this study are to estimate the heritability values of some highly economic traits and to estimate the selection progresses. The selective individuals or strains then will be used for the commercial stocks.

The results shows that the average estimated heritability values of body weight of male and female were 0,314 and 0,285, respectively. The estimated heritability values of body length were 0,362 and 0,318, respectively. In general, the estimated heritability values of head length, body height and body width was greater than 0,4.The percentage of heterosis of body weight was 21,76%. Meanwhile the heterosis of body length, head length, body height and body width were 3,58, 3,56, 4,45, and 1,62%.The selection progress for body weight per generation was 26,20 – 27,56%. On the order hand, the selection progress for body length was 6,94 – 7,73%, for head length 3,55 – 4,91%, for body height was 4,61 – 7,00%, and for body width was 5,70 – 5,84%.


(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2007 Hak Cipta dilindungi

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(6)

HERITABILITAS DAN RESPON SELEKSI FAMILI

IKAN NILA (

Oreochromis niloticus

Blkr.)

DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR

TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI

DIAN HARDIANTHO

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2 0 0 7


(7)

Judul Tesis : Heritabilitas dan Respon Seleksi Famili Ikan Nila (Oreochromis niloticus Blkr.) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi

N a m a : Dian Hardiantho

Nomor Pokok : C.151040081

Program Studi : Ilmu Perairan

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc Prof.Dr.Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc

K e t u a A n g g o t a

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Perairan, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Enang Harris, M.S. Prof.Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikannya penulisan Tesis ini. Tesis ini diberi judul Heritabilitas dan Respon Seleksi Famili Ikan Nila (Oreochromis niloticus Blkr.) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Tesis ini merupakan topik penelitian pada Program Studi Ilmu Perairan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Indikasi penurunan kualitas benih/induk ikan nila telah diamati oleh beberapa praktisi perikanan. Proses budidaya ikan nila yang tidak berpola dan telah lama dilakukan, menjadi salah satu faktor penyebab penurunan mutu tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar diperoleh induk/benih bermutu tinggi adalah dengan menerapkan program penangkaran yang selektif.

Berdasarkan data genetik yang ada, sifat-sifat yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti sifat bobot badan, memiliki nilai heritabilitas rendah. Disamping itu, keragaman fenotip sifat-sifat tersebut masih tinggi. Oleh sebab itu, penerapan seleksi famili diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan nila.

Kemajuan seleksi per generasi pada penelitian ini menunjukkan nilai yang relatif besar pada karakter bobot badan, yaitu 26,20% pada betina dan 27,56% pada jantan. Karakter panjang kepala merupakan karakter yang menghasilkan respon paling kecil. Hal tersebut merupakan suatu keuntungan mengingat bahwa bagian kepala merupakan bagian yang diharapkan semakin kecil.

Penerapan seleksi famili terhadap dua generasi ikan nila yang telah dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, merupakan langkah awal dalam pengembangan mutu induk ikan nila. Langkah ke depan, diharapkan peningkatan mutu genetik dilakukan melalui pembentukan hibrida untuk memanfaatkan keunggulan, baik produktivitas, efisiensi pakan, maupun ketahanan penyakitnya. Dengan memanfaatkan keunggulan tersebut, maka diharapkan terciptanya strain baru ikan nila, yang dapat meningkatkan produksi ikan nila secara nasional.

Penulis menyadari, bahwa penulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, namun penulis tetap berharap bahwa tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bogor, Nopember 2007


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc. atas bimbingan dan

arahan sebagai Ketua Komisi Pembimbing,

2. Bapak Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc. atas bimbingan dan analisa sebagai Anggota Komisi Pembimbing,

3. Bapak Prof. Dr. Enang Harris, M.S. selaku Ketua Program Studi Ilmu Perairan Sekolah Pascasarjana IPB, serta pimpinan dan staf Sekolah Pascasarjana IPB

4. Bapak Ir. Maskur, selaku Kepala Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, atas bantuan beasiswanya,

5. Orang tuaku, H. Harsono Berman Siswopranoto dan Hj. Wanidjah, istriku, Nurly Faridah, S.Pi, kedua anakku, Annisa Nur Rahmayanti dan Dinda Aulia Rahmayanti, serta keluarga besar di Indramayu dan Bondowoso, atas dukungan dan doanya demi kelancaran studi ini,

6. Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Perairan Tahun 2004 dan di Kelompok Kerja Ikan Nila BBPBAT: Yuni, Suroso, Rojali, Dani dan Linda, 7. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tesis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indramayu, pada tanggal 9 Februari 1973. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara pasangan H. Harsono Berman Siswopranoto dan Hj. Wanidjah.

Penulis menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Indramayu tahun 1991, dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis menyelesaikan studi di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BDP-FPIK) IPB tahun 1996.

Pada tahun 1997, penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan menjadi staf Perekayasa hingga sekarang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Pada tahun 2004, penulis memperoleh beasiswa dari Proyek Pengembangan Rekayasa Teknologi BBAT, dan diterima di Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu Perairan.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ………. vii

Daftar Lampiran ……….. viii

I. PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 2

1.3. Tujuan dan Manfaat ………. 2

1.4. Hipotesis ………...………. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 3

2.1. Tujuan Seleksi ……….. 3

2.2. Metode Seleksi ………. 4

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Seleksi ………….. 5

2.4. Estimasi Nilai Heritabilitas ……….. 8

2.5. Fluktuasi Asimetri ………. 9

III. BAHAN DAN METODE ……… 10

3.1. Waktu dan Tempat ……….. 10

3.2. Bahan, Alat dan Wadah ……….. 10

3.3. Prosedur ……… 11

3.3.1. Generasi I ……… 11

a. Pematangan Gonad Induk ……… 11

b. Pemijahan ……… 11

c. Pendederan ………. 11

d. Pembesaran ……… 13

3.3.2. Generasi II ………...…… 13

a. Pematangan Gonad Induk ……… 13

b. Pemijahan ……… 13

c. Pendederan ………. 13

d. Pembesaran ……… 14

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 18

4.1. Hasil ……….... 18

4.1.1. Laju Pertumbuhan Harian ………. 18

4.1.2. Heritabilitas Nyata ………...…... 19

4.1.3. Heterosis ……….. 20

4.1.4. Respon Seleksi ………... 21

4.1.5. Fluktuasi Asimetri ………... 21

4.2. Pembahasan ………. 21

V. SIMPULAN DAN SARAN ………. 25

5.1. Simpulan ……… 25

5.2. Saran ……….. 25

DAFTAR PUSTAKA ………. 26


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbandingan beberapa metode seleksi beserta

kelebihan dan kelemahannya (Sumber : Tave, 1995)... 6 Tabel 2. Nilai heritabilitas bobot dan panjang ikan (Sumber

Kirpichnikov, 1981) ... 7 Tabel 3. Kombinasi pasangan induk nila generasi I ... 13 Tabel 4. Kombinasi pasangan induk nila generasi II ... 14 Tabel 5. Rataan laju pertumbuhan harian ikan nila hasil seleksi

famili ... 18 Tabel 6. Nilai rataan heritabilitas total ikan nila hasil seleksi famili .. 19 Tabel 7. Sebaran nilai heritabilitas untuk setiap famili ... 19 Tabel 8. Nilai rataan heritabilitas nyata ikan nila hasil seleksi famili 20 Tabel 9. Nilai rataan heterosis lima karakter ikan nila hasil seleksi

famili... 20 Tabel 10. Estimasi respon seleksi ikan nila hasil seleksi famili …… 21


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Laju pertumbuhan harian ikan nila Generasi I……… 28 Lampiran 2. Laju pertumbuhan harian ikan nila Generasi II……… 29 Lampiran 3. Estimasi nilai heritabilitas bobot ikan hasil seleksi

famili ……….

30

Lampiran 4. Estimasi nilai heritabilitas panjang baku ikan hasil seleksi famili ... 31 Lampiran 5. Estimasi nilai heritabilitas panjang kepala ikan hasil

seleksi famili ... 32 Lampiran 6. Estimasi nilai heritabilitas tinggi badan ikan hasil

seleksi famili ... 33 Lampiran 7. Estimasi nilai heritabilitas lebar badan ikan hasil

seleksi famili ... 34 Lampiran 8. Estimasi nilai heterosis bobot ikan hasil seleksi

famili ...

35

Lampiran 9. Estimasi nilai heterosis panjang baku ikan hasil seleksi famili ... 36 Lampiran 10. Estimasi nilai heterosis panjang kepala ikan hasil

seleksi famili ... 37 Lampiran 11. Estimasi nilai heterosis tinggi badan ikan hasil

seleksi famili ... 38 Lampiran 12. Estimasi nilai heterosis lebar badan ikan hasil

seleksi famili ... 39 Lampiran 13. Nilai fluktuasi asimetri ikan nila hasil seleksi famili ... 40


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Lebih dari 100 spesies Oreochromis tersebar di beberapa daerah tropis, seperti Asia, Afrika, dan Amerika. Ikan nila yang merupakan ikan asli perairan di lembah sungai Nil (Afrika) ini, diintroduksi ke Indonesia pertama kali tahun 1969, yang selanjutnya dikenal dengan ikan nila 69. Selanjutnya pada tahun 1981, diintroduksikan ikan nila merah NIFI dari Philipina. Pada tahun 1984, Indonesia kembali mengintroduksi ikan nila hitam Chitralada dari Thailand. Pada tahun 1994 introduksi dilakukan terhadap ikan nila GIFT generasi ketiga (G3) dan tahun 1996, introduksi dilakukan untuk ikan nila GIFT generasi keenam (G6) dari Philipina (Ariyanto dan Imron, 2002). Terakhir, tahun 2002, introduksi dilakukan terhadap nila asal Kagoshima (Jepang) yang kemudian dikenal dengan nila JICA.

Pengembangan budidaya ikan nila yang telah lama dilakukan tersebut, mendorong terjadinya penurunan kualitas induk/benih. Indikasi penurunan mutu ikan nila telah terjadi baik pada proses pembenihan maupun pembesaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) di daerah Cianjur, Jawa Barat, mortalitas benih ikan nila GIFT yang dipelihara di kolam, pada tahun 1996/1997 berkisar 1 – 5%, sangat rendah dibandingkan ikan GIFT yang dipelihara saat ini, yang dapat mencapai 30%. Sementara, data pemeliharaan benih di karamba jaring apung terhadap ikan nila GIFT Generasi IV (2002) menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan Generasi II (1996/1997). Parameter bobot rata-rata pada saat panen, mengalami penurunan 4,68 – 23,70%, parameter sintasan mengalami penurunan 28,13 – 40,97%, dan FCR mengalami peningkatan 10,71 – 57,14% (Sumantadinata, 2003).

Penurunan mutu ikan nila mungkin diakibatkan adanya tingkat inbreeding

(perkawinan sekerabat) yang tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki mutu genetiknya adalah melalui program penangkaran yang selektif (selective breeding programme)(Hulata, 2001).

Keberhasilan program seleksi dipengaruhi oleh tingkat dan potensi keragaman genetik sebagai informasi penentuan strategi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto dan Imron (2002) menyatakan adanya keragaman yang


(15)

2

tinggi terhadap karakter morfometri ikan nila strain 69 dengan GIFT G3 dan G6. Sementara, berdasarkan polimorfisme mtDNA, diperoleh jarak genetik yang relatif rendah antara ikan nila GIFT dengan nila 69, yaitu sekitar 0.0178 (Nugroho

et al., 2002). Pemanfaatan keragaman genetik ini dimungkinkan sebagai langkah awal upaya perbaikan mutu genetik.

1.2 Perumusan Masalah

Budidaya ikan nila yang telah lama dilakukan dengan menerapkan sistem pembenihan yang tidak terpola dengan baik, berakibat pada adanya penurunan kualitas induk/benih. Penurunan mutu benih/induk, salah satunya dapat diakibatkan oleh adanya tekanan inbreeding (perkawinan sekerabat) akibat sistem perkawinan yang tidak terkontrol. Disamping itu, ikan nila merupakan ikan hibrida yang telah lama diintroduksi ke Indonesia. Penurunan mutu benih/induk mungkin dapat disebabkan adanya segregasi alel pembentuk hibridanya dan sebagai akibat dari interaksi genetik-lingkungan.

Berdasarkan data parameter genetik yang ada, sifat-sifat yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti sifat bobot badan, memiliki nilai heritabilitas sedang. Disamping itu, keragaman fenotipik sifat-sifat ini masih tinggi. Oleh sebab itu, penerapan seleksi within family diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ikan nila.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai dugaan heritabilitas karakter yang mempunyai nilai ekonomis, serta menghitung respon seleksi yang didapat dengan diterapkannya seleksi famili, sebagai bahan evaluasi keberhasilan program seleksi, serta untuk menghasilkan induk nila hasil seleksi yang memiliki keunggulan dalam tingkat pertumbuhan.

Manfaat yang diharapkan adalah dihasilkannya induk nila yang bermutu tinggi untuk peningkatan usaha budidaya ikan nila di masyarakat.

1.4. Hipotesis

Nilai heritabilitas sifat-sifat ekonomis tinggi pada ikan nila termasuk dalam kategori sedang dan keragaman genetik sifat-sifat tersebut masih tinggi, sehingga program seleksi within family yang dilakukan akan menghasilkan respon seleksi yang sedang sampai tinggi.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tujuan Seleksi

Seleksi diartikan sebagai tindakan untuk membiarkan individu tertentu untuk bereproduksi, sedangkan individu yang lainnya tidak diberi kesempatan untuk bereproduksi (Noor, 2004). Seleksi yang dilakukan akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan.

Salah satu tujuan utama program seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas benih yang sudah ada dan baru dikembangkan. Peningkatan dapat dilakukan melalui peningkatan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan (Kirpichnikov, 1981). Pada beberapa kasus, peningkatan produktivitas juga dilakukan melalui seleksi yang bergantung kepada ketahanan ikan terhadap berbagai faktor lingkungan yang kurang menguntungkan, seperti salinitas (Tayamen et al., 2002) atau dari gangguan penyakit. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan, diantaranya dapat berupa terlalu tingginya atau terlalu rendahnya suhu (Charo-Karisa et al., 2005a), penurunan konsentrasi oksigen, pH rendah, keberadaan limbah industri atau limbah pertanian, akumulasi bahan sisa metabolik, dan lain-lain (Kirpichnikov, 1981).

Beberapa tujuan seleksi yang lainnya, berhubungan dengan sistem reproduksi ikan, yang sangat dipengaruhi oleh jenis ikan. Sebagai contoh, pada ikan mas dan tilapia, seleksi diarahkan untuk menunda kematangan gonad (Kirpichnikov, 1981). Pada rainbow trout (Onchorynchus mykiss), upaya dilakukan untuk mengatur musim pemijahan sehingga diperoleh induk matang gonad sepanjang tahun atau bahkan membuat suatu strain yang memiliki musim pemijahan yang berbeda (Schaperclaus, 1961 dalam Kirpichnikov, 1981). Pengaturan waktu pematangan gonad dilakukan dengan melihat efektivitas respon terhadap penyuntikan hormon pituitari telah dilakukan pada ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella), silver carp (mola, Hypophthalmichtys molitrix) dan ikan bighead carp (Aristichtys nobilis) (Konradt, 1973 dalam Kirpichnikov, 1981). Pada beberapa program seleksi, tujuan yang diharapkan adalah peningkatan fertilitas telur dan tingginya keragaman embrio.

Tujuan seleksi yang lain, berkaitan dengan peningkatan kualitas daging ikan dan proporsi bagian tubuh yang dapat dimakan. Sebagai contoh, penurunan kandungan lemak, penurunan proporsi tulang, dan lain-lain.


(17)

4

2.2 Metode Seleksi

Beberapa metode seleksi yang biasa diterapkan di bidang perikanan adalah seleksi massa (mass selection), seleksi famili (family selection) dan seleksi silsilah (pedigree selection) dengan kekhususannya masing-masing (Stanfield, 1986).

Seleksi massa didasarkan pada keragaman fenotip individu. Seleksi massa digunakan untuk menghasilkan individu yang memiliki fenotip terbaik. Parameter yang diseleksi sangat beragam dan umumnya bergantung pada kegunaan yang khusus (Kirpichnikov, 1981). Karakter yang digunakan untuk menyeleksi ikan diantaranya peningkatan bobot dan ukuran tubuh, tampilan bentuk ikan, tampilan warna, pola sisik yang diinginkan, ketahanan terhadap pengaruh lingkungan dan penyakit, serta peningkatan karakter fisiologis dan biokimia yang dapat diukur dengan mudah pada ikan yang hidup. Selama seleksi massa dilakukan, genotip dari ikan terseleksi atau tidak terseleksi tetap tidak diketahui.

Efektivitas seleksi massa dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut (Falconer and Mackay, 1996) :

R = i.αp. h2 = S.h2 dimana,

R = respon seleksi, perubahan karakter terseleksi setiap generasi, i = intensitas seleksi,

αp = simpangan baku fenotipik dari karakter yang diseleksi, h2 = heritabilitas dari karakter, sedangkan

S = perbedaan/selisih antara nilai rata-rata karakter terseleksi dan nilai dari seluruh kelompok yang diseleksi.

Intensitas seleksi merupakan hasil pembagian antara perbedaan seleksi dengan simpangan bakunya, yaitu: i = S / α.

Seleksi famili dilaksanakan pada anggota famili yang mirip atau serupa. Umumnya dilakukan untuk sifat-sifat yang memiliki heritabilitas yang rendah. Beberapa famili dari pasangan yang berbeda atau induk dari kelompok yang kecil dipelihara dalam kondisi standar. Setelah itu, sifat yang diamati diukur dan dideteksi, serta diseleksi famili yang memiliki rataan terbaik untuk diproduksi seterusnya. Seleksi famili, jika dilakukan dengan benar, maka akan didapat


(18)

5

hasil yang sangat efektif. Penghitungan nilai respon seleksi didasarkan kepada rumus berikut :

Rf /thn = if . αf. h2f /I dimana:

Rf = respon seleksi famili, perubahan karakter terseleksi setiap tahun dalam famili

If = intensitas seleksi setiap famili,

αf = simpangan baku famili dari karakter yang diseleksi, h2

f = heritabilitas sifat yang diseleksi, I = interval generasi.

Seleksi silsilah didasarkan pada keunggulan tetua/moyang yang didukung oleh kedekatan dengan moyang, banyaknya moyang dan nilai heritabilitas sifat yang diseleksi.

Tave (1995) juga membedakan seleksi ke dalam tiga jenis seleksi: seleksi individu, seleksi individu dalam famili (within family), dan seleksi individu antar famili (between family). Perbandingan ketiga seleksi tersebut, disajikan pada Tabel 1.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Seleksi

Faktor yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan program seleksi adalah keragaman fenotip dan nilai heritabilitas. Apabila nilai heritabilitas rendah, seleksi individu merupakan cara yang tidak efisien untuk mengubah nilai rataan populasi. Cara seleksi yang tepat apabila nilai heritabilitas sifat yang diseleksi relatif rendah adalah melalui seleksi famili (Avault, 2002). Beberapa nilai heritabilitas bobot dan panjang ikan disajikan pada Tabel 2.

Jika sifat yang diseleksi memiliki nilai ekonomis tinggi, sementara nilai heritabilitasnya rendah, maka seleksi famili merupakan cara yang lebih efisien untuk meningkatkan nilai rataan populasi (Lutz, 2001). Seleksi famili hampir sama dengan seleksi individu, kecuali bahwa kita membandingkan rataan antar famili dan menyeleksi famili terpilih secara keseluruhan (Kirpichnikov, 1981).

Peningkatan respon seleksi dapat dilakukan melalui tiga hal berikut: melalui peningkatan diferensial seleksi (S), meningkatkan heritabilitas, serta menurunkan interval antar generasi. Peningkatan diferensial seleksi dapat dilakukan melalui peningkatan variasi komponen genetik (additive) atau


(19)

6

peningkatan proporsi antara variasi genetik dan fenotip secara bersamaan (Kirpichnikov, 1981). Begitu pula dengan cara meningkatkan nilai heritabilitas, yaitu dengan meningkatan variasi komponen genetik (additive) (Kirpichnikov, 1981).

Tabel 1. Perbandingan beberapa metode seleksi beserta kelebihan dan kelemahannya (Tave, 1995)

Seleksi Individu (Mass Selection)

Strategi Memilih individu terbaik, hubungan antar famili tidak penting

Kelebihan Terbaik jika h2 > 0,25; murah; dapat dilakukan pada sedikit kolam; relatif mudah dilakukan untuk 2 atau 3 sifat; semua ikan yang terseleksi adalah yang terbesar; mudah untuk mempertahankan populasi yang besar; sedikit data diperlukan; sedikit catatan yang disimpan.

Kelemahan Tidak efektif bila h2 < 0,15, sehingga sulit untuk memilih ikan terbaik; pemijahan yang tidak bersamaan dapat menyebabkan masalah

Seleksi dalam Famili

(Within Family)

Strategi Memilih individu terbaik dalam setiap famili

Kelebihan Terbaik jika h2 < 0,15 dan VE mempengaruhi famili melebihi individu; dapat dilakukan untuk pemijahan yang tidak bersamaan; cukup mudah untuk mempertahankan populasi yang besar; lebih murah dibandingkan antar famili

Kelemahan Cukup mahal; membutuhkan lebih banyak kolam; susah untuk memadukan 2 atau 3 sifat; ikan kecil dapat menjadi ikan yang terseleksi; membutuhkan lebih banyak data dan catatan untuk disimpan

Seleksi Antar Famili

(Between Family)

Strategi Memilih famili terbaik berdasarkan nilai rataan famili; nilai individu tidak dipertimbangkan

Kelebihan Terbaik jika h2 < 0,15 dan VE mempengaruhi individu melebihi famili; dapat digunakan jika ikan harus dimatikan

Kelemahan Sangat mahal; membutuhkan banyak kolam; sukar memadukan 2 atau 3 sifat sekaligus; ikan kecil dapat menjadi ikan yang terseleksi; dapat memacu tingginya laju inbreeding; membutuhkan lebih banyak data dan catatan untuk disimpan.


(20)

7

Tabel 2. Nilai heritabilitas bobot dan panjang ikan (Kirpichnikov, 1981)

Spesies Kelompok Umur Nilai Heritabilitas Metode analisis a. Heritabilitas Bobot Badan

Ikan Mas,

Cyprinus carpio

Larva 4 hari Larva 27 hari Fingerling Umur 1 tahun Umur 2 tahun Induk 0,20 0,11 0,21 0,25 0,35 0 0,2 – 0,3

Dispersi Dispersi Dispersi Dispersi Dispersi tanpa seleksi dgn seleksi Rainbow trout, O. mykiss Fingerling Fingerling Fingerling Fingerling Fingerling Fingerling Umur 2 tahun Induk betina Induk jantan

0,01 – 0,29 0,04 – 0,18 0,07 – 0,22

0,06 0 – 0,50 0,26 – 0,29

0,20 0,50 0,31 Dispersi, korelasi Korelasi Group variance Realized Korelasi Regresi, korelasi Korelasi Korelasi Korelasi Atlantic salmon, Salmo salar Fingerling Fingerling Umur 4 tahun Induk

0,60 – 0,70 0,08 – 0,15

0,31 0,22 Dispersi, korelasi Dispersi Dispersi Perbedaan Famili Channel catfish, Ictalurus punctatus

Fingerling 0,61 – 0,75 Dispersi Guppy,

Poecilia reticulata

Induk 0,1 Realized

Tilapia,

T. mossambica

Induk betina Induk jantan

0,12 – 0,32 0,12 – 0,29

Realized Realized

b. Heritabilitas Panjang

Ikan Mas, Cyprinus carpio Diameter telur Fingerling 0,24 0,21 Dispersi Dispersi Rainbow trout, O. mykiss Diameter telur Fingerling Fingerling Umur 2 tahun

0,29 – 0,32 0,03 – 0,37 0,08 – 0,32

0 – 0,3

Dispersi, korelasi Dispersi, korelasi Korelasi Dispersi Atlantic salmon, Salmo salar Fingerling Fingerling Umur 4 tahun

0,12 – 0,17 0 – 0,35

0,28 Dispersi Korelasi Dispersi Channel catfish, Ictalurus punctatus Fingerling Fingerling

0,12 – 0,67 > 0,3

Dispersi Dispersi Dalam mengetahui kapan pengukuran seleksi sifat dilakukan sangat penting juga diperhatikan. Sebagai contoh, seleksi untuk meningkatkan laju pertumbuhan, harus ditentukan umur yang tepat dan diinginkan, karena pertumbuhan bersifat tidak tetap, serta berubah berkaitan dengan proses pematangan gonad (Tave, 1986). Pada ikan-ikan yang bersifat dimorphism (satu jenis kelamin memiliki ukuran yang lebih besar), harus dipisahkan nilainya antara


(21)

8

jantan dan betina. Brooks et al. (1982) dalam Tave (1986) menyatakan bahwa pada ikan channel catfish yang diseleksi sebanyak 10% dari populasi, ternyata dominannya adalah jantan, sehingga harus dilakukan pemisahan jenis kelamin dalam seleksinya.

Sifat yang diseleksi, haruslah mewakili sifat yang memiliki kepentingan ekonomi yang tinggi. Seleksi terhadap pertumbuhan, bobot tubuh, karkas, sangat penting dilakukan mengingat nilai ekonomisnya sangat tinggi.

2.4 Estimasi Nilai Heritabilitas

Secara sederhana, heritabilitas berhubungan dengan proporsi keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. Proporsi ini dapat diwariskan pada generasi selanjutnya (Noor, 2004).

Terdapat dua macam heritabilitas (h2), yaitu heritabilitas dalam arti luas dan dalam arti sempit (Noor, 2004). Heritabilitas dalam arti luas adalah rasio antara keragaman genotip (VG) dengan keragaman fenotipnya (VP),

h2 = VG / VP

Sementara, heritabilitas dalam arti sempit adalah rasio antara keragaman aditif (VA) dengan keragaman fenotipnya (VP),

h2 = VA / VP

Nilai heritabilitas suatu sifat berkisar antara 0 sampai 1. Nilai heritabilitas dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Nilai heritabilitas rendah, jika nilainya berada antara 0 – 0,20, sedang antara 0,2 – 0,4, dan tinggi untuk nilai lebih dari 0,4 (Noor, 2004). Dalam mengestimasi nilai heritabilitas, dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu heritabilitas nyata, regresi dan korelasi. Perhitungan heritabilitas nyata memerlukan perbandingan antara performa anak dengan tetuanya.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menduga nilai heritabilitas pada ikan nila. Tave and Smitherman (1980) menyatakan bahwa heritabilitas bobot jantan umur 45 hari diduga berkisar 0,04 – 0,10 sedangkan bobot betina pada umur yang sama berkisar -0,02 – 0,54. Jarimopas (1988) menyatakan bahwa realized heritability bobot ikan nila merah (umur 14 minggu) hanya mencapai 0,17. Sementara, Bolivar and Newkirk (2002) menyatakan bahwa estimasi nilai heritabilitas ikan nila umur 16 minggu mencapai 0,14. Rutten (2005) juga menyatakan bahwa nilai estimasi heritabilitas ikan nila mencapai 0,2.


(22)

9

Hal berbeda dikemukakan oleh Charo-Karisa et al. (2005b) yang mendapati nilai heritabilitas dari sifat-sifat karkas ikan nila yang relatif tinggi. Nilai dugaan heritabilitas bobot tubuh utuh (un-gutted body weight) mencapai 0,55 ± 0,08, panjang kepala mencapai 0,6 ± 0,08, tinggi badan 0,51 ± 0,08 dan tebal badan 0,43 ± 0,08.

Salah satu program seleksi yang telah berhasil dilakukan pada ikan nila adalah program Genetically Improved Farmed Tilapia (GIFT) di Phillipina. Berdasarkan program tersebut, estimasi nilai heritabilitas bobot ikan mencapai 0,34 ± 0,069 (Ponzoni et al., 2004). Dalam penelitian tersebut, juga dikemukakan bahwa respon seleksi per generasi dapat mencapai 10%.

2.5 Fluktuasi Asimetri

Penurunan pertumbuhan dalam populasi ikan dapat disebabkan oleh menurunnya kualitas genetik. Leary et al. (1985) mengemukakan bahwa rendahnya kualitas genetik akan berakibat negatif terhadap sifat-sifat penting, antara lain menurunnya sintasan dan pertumbuhan. Fenomena ini dicirikan juga dengan meningkatnya individu yang asimetri dan abnormal. Hal ini terlihat pada perbedaan bentuk, ukuran, jumlah, dan ciri-ciri morfologi yang lain pada organ tubuh bagian kiri dan kanannya (Wilkins et al., 1995).

Menurut van Valen (1962), adanya perbedaan fenotip pada individu untuk sifat meristik yang bilateral dapat menunjukkan fluktuasi asimetri, yaitu adanya perbedaan antara karakter sisi kiri dan sisi kanan yang menyebar secara normal dengan rataan mendekati nol sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk berkembang secara tepat dan normal.

Nilai fluktuasi asimetri dapat dihitung berdasarkan besaran (magnitude) maupun bilangan (number), yaitu :

FAm = ∑ (L – R) / N dan FAn = ∑ Z / n , (Leary et al., 1985) dimana :

FAm : Fluktuasi asimetri besaran (magnitude) FAn : Fluktuasi asimetri bilangan (number) L : Jumlah organ sisi kiri

R : Jumlah organ sisi kanan

Z : Jumlah individu asimetri untuk ciri tertentu N, n : Jumlah sampel.


(23)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu Dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2005 hingga Januari 2007 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jl. Selabintana No. 37 Sukabumi.

3.2 Bahan, Alat, dan Wadah

Bahan yang digunakan antara lain, induk ikan nila dari 10 strain, yaitu 1. TG6 : Hasil silang antara nila Taiwan dan G6 asal BBPBAT Sukabumi 2. CL : Nila Chitralada asal BBPBAT Sukabumi

3. CK : Nila GIFT G3 asal Cangkringan, Yogyakarta 4. NP : Nila Putih asal Sleman, Yogyakarta

5. JK : Nila JICA asal BBAT Jambi

6. G6 : Nila GIFT G6 asal BPBI Wanayasa 7. GET : Nila GET asal BPBI Wanayasa 8. WN : Nila GIFT G3 asal BPBI Wanayasa

9. F3 : Nila GIFT G3 keturunan III asal BBPBAT Sukabumi 10. F2 : Nila GIFT G3 keturunan II asal BBPBAT Sukabumi

masing-masing sebanyak 25 pasang, pakan induk, pakan benih, serta pakan pembesaran. Sedangkan alat yang digunakan berupa timbangan digital, jangka sorong, mistar dan alat perikanan. Sementara, wadah yang digunakan berupa: a. Wadah pematangan gonad, yaitu hapa hitam berukuran 2x2x1 m3 sebanyak

80 buah.

b. Wadah pemijahan, yaitu hapa hijau berukuran 2x1x1 m3 sebanyak 200 buah. c. Wadah pendederan, yaitu hapa hijau berukuran 4x2x1 m3 sebanyak 60 buah. d. Wadah pembesaran, yaitu hapa hitam berukuran 4x2x1 m3 sebanyak 60

buah.

Wadah berupa hapa tersebut, ditempatkan dalam satu buah kolam berukuran luas ± 700 m2.


(24)

11

3.3 Prosedur

3.3.1. Generasi I

a. Pematangan Gonad Induk

Induk yang digunakan dimatangkan gonadnya dalam hapa/bak induk secara terpisah antara jantan dan betina masing-masing untuk setiap famili/strain. Induk diberi pakan sebanyak 2 – 3% bobot biomass per hari, sebanyak tiga kali pemberian setiap harinya.

b. Pemijahan

Pemijahan dilakukan pada hapa pemijahan dengan menempatkan satu pasang induk (rasio jantan – betina 1 : 1). Induk dipilih tingkat kematangan gonadnya berdasarkan kondisi perut dan urogenitalnya. Induk betina yang siap dipijahkan biasanya memiliki perut membesar dengan urogenitalnya kemerahan. Perpasangan induk dilakukan berdasarkan kombinasi antar strain yang dipunyai. Setiap kombinasi induk selanjutnya disebut sebagai ”famili”. Setiap famili terdiri atas 5 pasangan induk. Kombinasi pasangan induk generasi I disajikan pada Tabel 3. Sebagai contoh, untuk Famili SF I.01, merupakan hasil pemijahan antara betina TG6 dengan jantan G6, demikian seterusnya untuk famili lainnya.

Induk diberi pakan pellet komersial terapung (protein ± 28%) selama pemijahan berlangsung, sebanyak 2 – 3% bobot biomass per hari. Pengamatan terhadap kemunculan larva berenang di permukaan dilakukan setiap hari, khususnya pada hari ke-10 sampai ke-15 setelah penyatuan induk. Jika didapati larva sudah berenang di permukaan, maka induk selanjutnya diangkat dari hapa dan dimasukkan ke hapa pematangan kembali.

c. Pendederan

Larva hasil pemijahan dari setiap famili yang memijah dalam 5 – 7 hari, disatukan dalam hapa pendederan. Setiap hapa pendederan, dilakukan penebaran larva maksimal sebanyak 500 ekor. Larva diberi pakan berupa pellet tepung (protein ± 40%) sebanyak 20% bobot biomass per harinya.

Setelah larva berukuran 3 – 5 cm, wadah pendederan diganti dengan hapa hitam. Pendederan II berlangsung selama 2 bulan hingga diperoleh benih


(25)

12

berukuran 8 cm. Pakan yang diberikan berupa pellet apung (protein ± 38%) sebanyak 10% bobot biomass per hari.

Tabel 3. Kombinasi pasangan induk nila generasi I

No. Famili Betina Jantan No. Famili Betina Jantan

SF. I.01 TG6 G6 SF I.21 CL NP

I.02 TG6 CK I.22 CL JK

I.03 TG6 GET I.23 CL WN

I.04 TG6 NP I.24 CL TG6

I.05 TG6 F3 I.25 CL F3

I.06 TG6 JK I.26 WN F3

I.07 TG6 WN I.27 WN CL

I.08 TG6 CL I.28 WN G6

I.09 JK G6 I.29 WN GET

I.10 JK F3 I.30 WN JK

I.11 F3 WN I.31 F2 GET

I.12 F3 CL I.32 F2 F3

I.13 F3 G6 I.33 F2 G6

I.14 F3 NP I.34 G6 GET

I.15 NP G6 I.35 G6 F3

I.16 NP GET I.36 G6 TG6

I.17 NP JK I.37 G6 CL

I.18 CL G6 I.38 GET WN

I.19 CL CK I.39 GET CL

I.20 CL GET I.40 CK WN

Keterangan:

TG6 : Nila hasil persilangan antara nila Taiwan dan G6 CL : Nila Citralada asal BBPBAT Sukabumi

CK : GIFT G3 asal Cangkringan, Yogyakarta

NP : Nila Putih asal Sleman, Yogyakarta

JK : Nila JICA asal BBAT Jambi

G6 : Nila GIFT G6 asal BPBI Wanayasa

GET : Nila GET asal BPBI Wanayasa

WN : Nila GIFT G3 asal BPBI Wanayasa

F3 : Nila GIFT G3 keturunan III asal BBPBAT Sukabumi F2 : Nila GIFT G3 keturunan II asal BBPBAT Sukabumi

d. Pembesaran

Benih hasil pendederan selanjutnya dibesarkan hingga berukuran 50 – 70 gram (sekitar 2 – 3 bulan). Benih diberi pakan pellet komersial terapung (protein ± 28%) sebanyak 5% bobot biomass per hari. Setelah benih berukuran 50 – 70 gram, dilakukan identifikasi jenis kelamin dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan betinanya.

Setelah benih berumur tujuh bulan sejak pemijahan, dilakukan pengukuran parameter bobot ikan dan panjang standar, serta karakter meristik sirip dada dan sirip perut setiap populasi/famili. Berdasarkan data tersebut,


(26)

13

dipilih 10 ekor jantan dan 10 ekor betina yang memiliki bobot terbesar untuk masing-masing famili. Tagging (penanda) individu dipasang pada tubuh individu terseleksi, agar lebih memudahkan pengenalan. Populasi induk tersebut, selanjutnya digunakan sebagai induk untuk menghasilkan generasi berikutnya.

3.3.2. Generasi II

a. Pematangan Gonad Induk

Induk yang digunakan merupakan induk terseleksi pada generasi I. Induk dimatangkan gonadnya dalam hapa induk secara terpisah antara jantan dan betina masing-masing untuk setiap famili. Induk diberi pakan pellet komersial terapung (protein ± 28%) sebanyak 2 – 3% bobot biomass per hari, sebanyak tiga kali pemberian setiap harinya.

b. Pemijahan

Pemijahan dilakukan sama dengan pemijahan pada generasi I, yaitu pada hapa pemijahan dengan menempatkan satu pasang induk (rasio jantan – betina 1 : 1). Perpasangan induk dilakukan berdasarkan kombinasi antar famili induk hasil generasi I. Kombinasi pasangan induk generasi II disajikan pada Tabel 4. Sebagai contoh, untuk Famili SF II.01, merupakan hasil pemijahan antara betina (TG6 >< CK) dengan jantan (NP >< JK)

Proses pematangan gonad induk selanjutnya sama dengan pada saat generasi I. Induk diberi pakan pellet komersial terapung (protein ± 28%) selama pemijahan berlangsung, sebanyak 2 – 3% bobot biomass per hari. Pengamatan terhadap kemunculan larva berenang di permukaan dilakukan setiap hari, khususnya pada hari ke-10 sampai ke-15 setelah penyatuan induk. Jika didapati larva sudah berenang di permukaan, maka induk selanjutnya diangkat dari hapa dan dimasukkan kembali ke hapa pematangan.

c. Pendederan

Larva hasil pemijahan dari setiap famili yang memijah dalam 5 – 7 hari, disatukan dalam hapa pendederan. Setiap hapa pendederan, dilakukan penebaran larva maksimal sebanyak 500 ekor. Larva diberi pakan berupa pellet tepung (protein ± 40%) sebanyak 20% bobot biomass per harinya.

Setelah larva berukuran 3 – 5 cm, wadah pendederan diganti dengan hapa hitam. Pendederan II berlangsung selama 2 bulan hingga diperoleh benih


(27)

14

berukuran 8 cm. Pakan yang diberikan berupa pellet apung (protein ± 38%) sebanyak 10% bobot biomass per hari.

Tabel 4. Kombinasi pasangan induk nila generasi II

No. Famili Betina Jantan No. Famili Betina Jantan

SF II.01 TG6 >< CK NP >< JK SF II.31 TG6 >< NP WN >< F3 II.02 CL >< GET NP >< F3 II.32 TG6 >< WN CL >< F3 II.03 F3 >< G6 CK >< NP II.33 F3 >< CL GET >< WN II.04 CL >< WN JK >< G6 II.34 CL >< JK NP >< G6 II.05 NP >< G6 WN >< GET II.35 CL >< F3 F2 >< NP II.06 CK >< WN NP >< G6 II.36 WN >< CL G6 >< GET II.07 F2 >< CL TG6 >< CK II.37 WN >< GET G6 >< TG6 II.08 F3 >< WN JK >< G6 II.38 G6 >< TG6 NP >< GET II.09 G6>< F3 CL >< JK II.39 G6 >< F3 GET >< CL II.10 TG6 >< CL GET >< NP II.40 GET >< NP F3 >< G6 II.11 GET >< NP CL >< WN II.41 NP >< JK G6 >< F3 II.12 GET >< CL JK >< F3 II.42 TG6 >< GET F3 >< CL II.13 CK >< NP CL >< GET II.43 F3 >< WN G6 >< CL II.14 TG6 >< GET JK >< F3 II.44 NP >< F3 WN >< CL II.15 TG6 >< F3 NP >< GET II.45 NP >< G6 JK >< F3 II.16 F3 >< NP WN >< JK II.46 JK >< G6 WN >< GET II.17 NP >< JK F3 >< WN II.47 F2 >< CL WN >< JK II.18 CL >< CK TG6 >< GET II.48 F2 >< NP CL >< G6 II.19 CL >< NP TG6 >< F3 II.49 JK >< F3 G6 >< GET II.20 WN >< F3 TG6 >< NP II.50 CK >< NP F3 >< CL II.21 WN >< G6 CL >< JK II.51 TG6 >< NP CL >< F3 II.22 WN >< JK TG6 >< CL II.52 TG6 >< F3 CK >< WN II.23 G6 >< GET CL >< NP II.53 TG6 >< WN JK >< G6 II.24 G6 >< TG6 WN >< CL II.54 TG6 >< CL JK >< G6 II.25 GET >< WN F2 >< CL II.55 F3 >< CL TG6 >< CK II.26 JK >< G6 CK >< WN II.56 CL >< GET NP >< JK II.27 NP >< G6 F3 >< WN II.57 GET >< WN TG6 >< CL II.28 JK >< G6 F2 >< CL II.58 GET >< CL CK >< NP II.29 F2 >< NP TG6 >< WN II.59 CK >< NP TG6 >< WN II.30 JK >< F3 CL >< G6 II.60 CL >< F3 GET >< WN Keterangan:

TG6 : Nila hasil persilangan antara nila Taiwan dan G6 CL : Nila Citralada asal BBPBAT Sukabumi

CK : Nila GIFT G3 asal Cangkringan, Yogyakarta NP : Nila Putih asal Sleman, Yogyakarta

JK : Nila JICA asal BBAT Jambi

G6 : Nila GIFT G6 asal BPBI Wanayasa

GET : Nila GET asal BPBI Wanayasa

WN : Nila GIFT G3 asal BPBI Wanayasa

F3 : Nila GIFT G3 keturunan III asal BBPBAT Sukabumi F2 : Nila GIFT G3 keturunan II asal BBPBAT Sukabumi

d. Pembesaran

Benih hasil pendederan selanjutnya dibesarkan hingga berukuran 50 – 70 gram (sekitar 2 – 3 bulan). Benih diberi pakan pellet komersial terapung (protein ± 28%) sebanyak 5% bobot biomass per hari. Setelah benih berukuran 50 – 70


(28)

15

gram, dilakukan identifikasi jenis kelamin dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan betinanya.

Setelah benih berumur tujuh bulan sejak pemijahan, dilakukan pengukuran parameter bobot ikan dan panjang standar, serta karakter meristik sirip dada dan sirip perut setiap populasi/famili. Berdasarkan data tersebut, dipilih 10 ekor jantan dan 10 ekor betina yang memiliki bobot terbesar untuk masing-masing famili. Sama seperti pada individu Generasi I, individu terseleksi juga dilakukan pemasangan tagging. Populasi induk tersebut, selanjutnya digunakan sebagai induk untuk menghasilkan generasi berikutnya. Secara lengkap, proses penelitian disajikan dalam bentuk skema pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Skema proses penelitian

FAMILI 1

………

FAMILI 15

………

FAMILI > 30

1

… …

5 1 5 1

5

PENDEDERAN PENDEDERAN PENDEDERAN

SELEKSI JENIS KELAMIN SELEKSI JENIS KELAMIN SELEKSI JENIS KELAMIN

JANTAN BETINA JANTAN BETINA JANTAN BETINA

PEMBESARAN PEMBESARAN PEMBESARAN

POPULASI ♂ POPULASI ♀

10 Ekor 10 Ekor Kontrol Kontrol

Membuat Famili untuk Generasi Berikutnya


(29)

16

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap populasi famili, ketika ikan telah berumur tujuh bulan. Pada Generasi I, terdapat 13 famili yang memiliki umur lebih dari tujuh bulan, sehingga perlu dilakukan koreksi data agar diperoleh data pada umur tujuh bulan. Nilai faktor koreksi (FK) yang digunakan, berdasarkan rumus:

FK = W7 / W10

Dimana, FK = Faktor koreksi, W7 = nilai rataan karakter pada umur 7 bulan, sedangkan W10 = nilai rataan karakter pada umur 10 bulan.

Nilai FK yang diperoleh, selanjutnya akan mengoreksi data dengan cara mengalikan FK dengan data sifat yang diamati pada setiap populasi famili sehingga nilainya mendekati populasi famili umur 7 bulan.

Parameter yang diamati meliputi jenis kelamin, pengukuran karakter bobot badan, panjang baku, panjang kepala, tinggi badan, serta lebar badan. Disamping itu juga, dilakukan pengamatan karakter meristik sirip dada untuk menentukan nilai fluktuasi asimetri populasi. Berdasarkan jenis kelamin, maka dilakukan seleksi terhadap 10 ekor jantan dan 10 ekor betina yang memiliki bobot badan terbaik.

Analisis data yang dilakukan menggunakan formulasi sebagai berikut: a. Laju Pertumbuhan Harian (α)

________

α = [ t√ (Wt / Wo) - 1] x 100% dimana:

α : laju pertumbuhan harian (dalam %)

Wt : bobot rataan individu pada akhir pengamatan (dalam g) Wo : bobot rataan individu pada awal pengamatan (dalam g) t : lama waktu pengamatan (dalam hari)

b. Heritabilitas (h2) h2 = ΔG / DS dimana:

h2 : heritabilitas nyata

ΔG : selisih rataan sifat antara anak dengan tetuanya

DS : diferensial seleksi, selisih fenotip populasi terseleksi dengan populasi asalnya


(30)

17

c. Fluktuasi Asimetri (FA) FAn = ∑ Z / n , dimana :

FAn : Fluktuasi asimetri bilangan (number) Z : Jumlah individu asimetri untuk ciri tertentu N, n : Jumlah sampel

d. Heterosis

Het = (WA – WT)/WT x 100% dimana:

Het = nilai heterosis (dalam %) WA = nilai rataan sifat anak WT = nilai rataan sifat tetua e. Respon Seleksi

Rs = h2 x DS dimana:

R = respon seleksi

DS = diferensial seleksi, selisih fenotip populasi terseleksi dengan populasi asalnya

h2 = heritabilitas

Persentase respon seleksi dihitung berdasarkan: R (%) = Rs / WT x 100%

dimana:

R (%) = persentase respon seleksi Rs = respon seleksi

WT = nilai rataan sifat tetua

Data laju pertumbuhan harian, heterosis, dan fluktuasi asimetri, merupakan nilai rataan dari setiap famili. Sementara, nilai heritabilitas, merupakan nilai rataan dari setiap famili yang berada pada kisaran 0 – 1.


(31)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan F3, serta nila chitralada hitam asal BBPBAT Sukabumi, nila GIFT G3 Cangkringan dan nila putih asal Kab. Sleman, Yogyakarta, nila GIFT G3, G6 dan GET asal BPBI Wanayasa, serta nila JICA asal BBAT Jambi. Pada Generasi I, telah dihasilkan 46 famili, sedangkan pada Generasi II menghasilkan 49 famili.

4.1.1. Laju Pertumbuhan Harian

Secara umum, laju pertumbuhan ikan Generasi II, baik karakter bobot badan maupun panjang baku, memiliki nilai relatif lebih baik dibandingkan pertumbuhan ikan Generasi I. Bobot rata-rata individu Generasi I berkisar pada 49,71 – 170,77 g, dengan nilai rataan 69,21 g. Sementara, pada Generasi II memiliki bobot rata-rata individu berkisar pada 51,07 – 255,33 g, dengan nilai rataan 77,00 g. Famili II.43 merupakan famili dengan tingkat pertumbuhan bobot badan tertinggi, yaitu sebesar 4,75%.

Panjang baku rata-rata ikan nila Generasi I, berkisar pada 11,09 – 15,89 cm, dengan nilai rataan sebesar 12,031 cm. Nilai tersebut relatif lebih kecil dibandingkan nilai rataan ikan nila Generasi II yang mencapai 12,206 cm, dengan kisaran 10,76 – 18,25 cm. Sama seperti pada pertumbuhan bobot, famili II.43 merupakan famili dengan tingkat pertumbuhan harian tertinggi, yaitu 1,56%. Laju pertumbuhan ikan baik Generasi I maupun II disajikan pada Tabel 5 berikut. Perhitungan laju pertumbuhan harian ikan setiap famili pada Generasi I dan II, disajikan secara lengkap pada Lampiran I dan 2.

Tabel 5. Rataan laju pertumbuhan harian ikan nila hasil seleksi famili

Karakter Pertumbuhan (%)

Generasi I Generasi II

Bobot Badan 4,105 4,167


(32)

19

4.1.2. Heritabilitas Nyata

Nilai heritabilitas yang diperoleh setiap famili untuk kelima karakter tersebut, sangat bervariatif. Secara umum, famili II.43 memiliki nilai heritabilitas tertinggi untuk semua karakter pengamatan, sementara nilai heritabilitas terendah diperoleh pada famili II.18. Nilai rataan heritabilitas total seluruh famili, berkisar 0,174 – 1,365. Pada Tabel 6, terlihat bahwa nilai rataan heritabilitas tinggi badan merupakan nilai tertinggi dan melebihi batas kewajaran nilai heritabilitas yang dapat diterima.

Tabel 6. Nilai rataan heritabilitas total ikan nila hasil seleksi famili

Karakter Heritabilitas Betina Jantan

Bobot Badan 0,239 0,174

Panjang Baku 0,269 0,220

Panjang Kepala 0,921 0,747

Tinggi Badan 1,465 1,107

Lebar Badan 0,334 0,272

Berdasarkan sebaran nilai heritabilitas untuk setiap famili, tampak bahwa karakter bobot badan, merupakan karakter yang paling sedikit menghasilkan famili yang bernilai heritabilitas negatif dan nilainya lebih dari 1. Pada Tabel 7, terlihat bahwa terdapat 19 – 25 famili dengan nilai heritabilitas negatif dari 49 famili yang ada. Sementara itu, jumlah famili dengan kisaran nilai heritabilitas 0 – 1 terbanyak pada karakter bobot dan panjang baku. Perhitungan nilai heritabilitas ikan hasil seleksi famili, disajikan pada Lampiran 3 – 7.

Tabel 7. Sebaran nilai heritabilitas untuk setiap famili

Karakter h2 < 0 h2 0 – 1 h2 > 1 Jumlah

Famili

% Jumlah Famili

% Jumlah Famili

% Bobot Betina 19 38,78 23 46,94 7 14,28

Jantan 19 38,78 27 55,10 3 6,12

Panjang Baku

Betina 21 42,86 20 40,82 8 16,32 Jantan 21 42,86 25 51,02 3 6,12

Panjang Kepala

Betina 21 42,86 12 24,49 16 32,65 Jantan 21 42,86 16 32,65 12 24,49

Tinggi Badan

Betina 20 40,82 9 18,37 20 40,82 Jantan 20 40,82 15 30,61 14 28,57

Lebar Badan

Betina 25 51,02 14 28,57 10 20,41 Jantan 25 51,02 17 34,69 7 14,28


(33)

20

Kisaran nilai heritabilitas 0 – 1 merupakan nilai heritabilitas yang wajar, sehingga jika dirata-ratakan nilai heritabilitas dari kisaran tersebut, maka dihasilkan niliai rataan heritabilitas nyata ikan nila, seperti pada Tabel 8. Pada Tabel 8, terlihat bahwa nilai rataan heritabilitas nyata ikan nila hasil seleksi famili berkisar 0,285 – 0,631.

Tabel 8. Nilai rataan heritabilitas nyata ikan nila hasil seleksi famili

Karakter Heritabilitas

Betina Jantan

Bobot Badan 0,314 0,285

Panjang Baku 0,362 0,318

Panjang Kepala 0,429 0,472

Tinggi Badan 0,529 0,631

Lebar Badan 0,430 0,360

4.1.3. Heterosis

Nilai heterosis dari setiap famili memiliki nilai yang sangat beragam. Terdapat 19 famili yang memiliki nilai heterosis bobot badan negatif, sementara sisanya memiliki nilai heterosis positif. Famili II.43 merupakan famili yang nilai heterosisnya tertinggi untuk kelima karakter, sementara famili II.18 memiliki nilai heterosis terendah. Nilai heterosis 5 karakter yang diperoleh selama pemeliharaan ikan, disajikan pada Tabel 9. Perhitungan nilai heterosis setiap famili disajikan pada Lampiran 8 – 12.

Tabel 9. Nilai rataan heterosis lima karakter ikan nila hasil seleksi famili

Karakter Heterosis (%)

Bobot Badan 21,76

Panjang Baku 3,58

Panjang Kepala 3,56

Tinggi Badan 4,45


(34)

21

4.1.4. Respon Seleksi

Berdasarkan nilai diferensial seleksi dan estimasi heritabilitas, maka diperoleh nilai estimasi respon seleksi famili yang telah dilakukan. Karakter bobot badan ikan menghasilkan nilai respon tertinggi, yaitu 26,20 – 27,56%, sedangkan karakter panjang kepala menghasilkan nilai respon terendah, yaitu 3,55 – 4,91%. Nilai estimasi respon seleksi ikan nila disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Estimasi respon seleksi ikan nila hasil seleksi famili

Karakter Respon Seleksi Betina Respon Seleksi Jantan

Nilai % Nilai %

Bobot Badan (g) 15,831 26,20 20,131 27,56

Panjang Baku (cm) 0,797 6,94 0,948 7,73

Panjang Kepala (mm) 1,405 3,55 2,064 4,91

Tinggi Badan (mm) 2,178 4,61 3,536 7,00

Lebar Badan (mm) 1,249 5,70 1,379 5,84

4.1.5. Fluktuasi Asimetri

Parameter fluktuasi asimetri dilakukan terhadap sirip dada, dengan membandingkan jari-jari sirip pada sisi kiri dan kanannya. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh nilai FA rata-rata mencapai 0,078. Nilai FA tertinggi terdapat pada famili II.20, yaitu sebesar 0,15, sedangkan nilai terendah pada famili II.05, yaitu sebesar 0,01. Perhitungan nilai FA disajikan pada Lampiran 13. 4.2. Pembahasan

Kegiatan seleksi famili telah menghasilkan dua generasi, masing-masing berasal dari 46 dan 49 famili, dari 60 famili yang direncanakan. Pasangan induk yang dipijahkan sebanyak 300 pasang, dan sekitar 42,3% pasangan berhasil memijah dan menghasilkan larva dalam waktu yang hampir bersamaan. Banyaknya famili yang tidak memijah, dikarenakan proses pematangan gonad induk yang tidak seragam.

Proses pemeliharaan larva hingga dewasa dan siap diseleksi, memanfaatkan waktu tujuh bulan. Pertumbuhan harian ikan nila hasil seleksi famili yang dipelihara dalam hapa, secara umum memiliki nilai yang relatif tinggi dan bervariasi dari 3,94 – 4,75% untuk bobot badan dan 1,3 – 1,56% untuk panjang baku. Variasi yang ditimbulkan, sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh besar adalah


(35)

22

tingkat kepadatan ikan dalam wadah tersebut. Hal tersebut terlihat pada beberapa famili yang memiliki nilai pertumbuhan tertinggi, seperti pada famili II.43, yang ternyata memiliki kepadatan 96 ekor per wadah (dengan SR 100%).

Bobot rata-rata individu Generasi I secara keseluruhan lebih baik dibandingkan Generasi I, yaitu sekitar 11,25%. Laju pertumbuhan harian ikan nila Generasi II relatif lebih tinggi dibandingkan Generasi I. Pertumbuhan yang lebih baik tersebut, merupakan salah satu indikasi keberhasilan program seleksi pada ikan nila.

Nilai heritabilitas bobot ikan nila hasil seleksi sangat bervariasi, dari negatif hingga positif. Secara umum, terdapat 38,78 – 51,02% famili memiliki nilai heritabilitas negatif. Sementara, 6,12 – 40,82% famili, memiliki nilai lebih dari 1. Jika melihat rataan nilai heritabilitas total, maka nilainya sangat bervariasi dari 0,174 – 1,365. Nilai heritabilitas yang wajar, berada pada kisaran 0 – 1. Sehingga, jika hanya famili yang memiliki nilai heritabilitas pada kisaran 0 – 1 yang dirata-ratakan, maka diperoleh nilai heritabilitas rataan sebesar 0.285 – 0,631. Kisaran nilai tersebut, termasuk dalam kisaran yang wajar dalam penghitungan nilai heritabilitas.

Nilai rataan heritabilitas sifat bobot badan ikan betina yaitu sebesar 0,314 dan ikan jantan 0,285. Sementara itu, nilai rataan panjang baku ikan betina, yaitu 0,362 dan jantan 0,318. Kedua karakter tersebut termasuk dalam kategori sedang, yaitu berada pada kisaran 0,2 – 0,4 (Noor, 2004). Nilai rataan heritabilitas tersebut, relatif lebih kecil dibandingkan nilai heritabilitas bobot ikan nila umur 289 – 318 hari yang mencapai 0,38 – 0,60 (Charo-Karisa et al., 2006) atau berdasarkan hasil Ponzoni et al. (2005) yang menghasilkan nilai heritabilitas bobot 0,34 untuk umur 7 bulan. Sementara, untuk nilai heritabilitas panjang baku juga relatif lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Charo-Karisa et al. (2005b) yang mendapatkan nilai 0,4 – 0,6 untuk masa pemeliharaan 8 bulan. Perbedaan dimungkinkan terjadi mengingat sistem pemeliharaan yang menggunakan kolam tanah, berbeda dengan yang dilakukan penulis, yaitu dengan menggunakan hapa. Disamping itu, pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah h2 nyata.

Nilai heritabilitas bobot dan panjang baku ikan nila jantan relatif lebih rendah dibandingkan dengan ikan betina. Rendahnya nilai heritabilitas pada jantan, disebabkan karena semakin tingginya nilai diferensial seleksi pada jantan. Diferensial seleksi pada individu jantan, umumnya lebih tinggi dibandingkan pada


(36)

23

betina. Diferensial seleksi dapat lebih besar pada kelompok populasi yang besar, sebab pada populasi yang besar akan semakin besar pula kemungkinan dijumpainya individu yang performanya di atas atau di bawah rataan (Noor, 2004). Pada kenyataan di lapangan, seleksi lebih ditekankan pada individu betina.

Heritabilitas panjang kepala, tinggi badan dan lebar badan, termasuk ke dalam kisaran tinggi, yaitu lebih dari 0,4. Umumnya, nilai heritabilitas yang tinggi, meliputi sifat-sifat yang diukur pada saat individu sudah dewasa kelamin (Noor, 2004). Disamping itu, pengamatan karakter panjang kepala, tinggi badan dan lebar badan merupakan karakter bawaan dari program seleksi. Pada program seleksi ini, lebih mengutamakan karakter bobot badan dan panjang baku ikan.

Pada pengamatan nilai heterosis, diperoleh nilai yang variatif. Sebanyak 19 famili menunjukkan hasil negatif, sedang sisanya positif. Hal tersebut, mungkin disebabkan adanya penurunan heterozigositasnya. Penurunan tersebut dimungkinkan karena adanya hubungan kekerabatan yang erat. Disamping itu, diduga bahwa telah terjadi perombakan alel-alel penyusun hibrida pada ikan nila. Heterosis yang negatif mungkin disebabkan karena aksi gen epistasis yang merugikan (epistatic loss), akibat ketidakcocokan alel yang bergabung akibat persilangan.

Nilai heterosis rata-rata bobot badan ikan hasil seleksi famili menunjukkan nilai 21,76%. Tingginya nilai heterosis dimungkinkan oleh adanya pengaruh oleh aksi-aksi gen non-aditif, yaitu meliputi aksi gen dalam lokus-lokus (dominan), dan antar lokus (epistasis) (Noor, 2004). Oleh karena heterosis cenderung kurang dipengaruhi oleh gen non-aditif, maka semakin rendah nilai heritabilitas, maka semakin tinggi heterosisnya. Sementara, untuk nilai heritabilitas tinggi, yaitu pada panjang kepala, tinggi badan, dan lebar badan, maka nilai heterosisnya relatif rendah, yaitu masing-masing 3,56%, 4,45% dan 1,62%.

Kemajuan seleksi dalam setiap generasi ikan nila dihitung berdasarkan nilai heritabilitas, diferensial seleksi dan interval generasi. Interval generasi secara langsung mempengaruhi kemajuan seleksi per tahunnya. Makin besar interval generasi, maka makin kecil kemajuan seleksinya (Noor, 2004). Kemajuan seleksi per generasi pada ikan nila relatif besar pada karakter bobot badan, yaitu 26,20% pada betina dan 27,56% pada jantan. Karakter panjang kepala merupakan karakter yang menghasilkan respon paling kecil. Hal tersebut


(37)

24

merupakan suatu keuntungan mengingat bahwa bagian kepala merupakan bagian yang diharapkan semakin kecil.

Pengukuran fluktuasi asimetri (FA) yang merupakan salah satu indikator terjadinya pengaruh lingkungan dalam periode pertumbuhan sejak dari embrio, menunjukkan nilai yang relatif rendah, yaitu berkisar 0,01 – 0,15, dengan nilai rata-rata 0,078. Nilai FA yang rendah ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada pengaruh faktor lingkungan signifikan yang mengganggu proses perkembangan embrio. Nilai FA yang ada diduga lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan faktor genetik (Fessehaye et al., 2007). Terlebih, karena proses seleksi yang dilakukan memanfaatkan hibridisasi antar strain. Famili yang dibentuk diarahkan untuk tidak memijahkan induk dari strain yang sama.

Penerapan seleksi famili terhadap dua generasi ikan nila yang telah dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, merupakan langkah awal dalam pengembangan mutu induk ikan nila. Program selanjutnya yang diharapkan adalah peningkatan mutu genetik melalui pembentukan hibrida untuk memanfaatkan keunggulan dari galur atau strain ikan nila, baik berdasarkan aspek produktivitas, efisiensi pakan, serta ketahanan penyakitnya. Dengan memanfaatkan keunggulan tersebut, maka diharapkan terciptanya strain baru ikan nila yang dapat meningkatkan produksi ikan nila secara nasional.


(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a. Nilai heritabilitas bobot dan panjang baku ikan nila hasil seleksi famili berada pada kisaran sedang (0,2 – 0,4), sementara karakter panjang kepala, tinggi badan dan lebar badan, berada pada kisaran tinggi (> 0,4). b. Nilai heterosis bobot badan ikan tinggi, yaitu 21,76%. Sementara, nilai

heterosis karakter panjang baku, panjang kepala, tinggi badan dan lebar badan, nilainya rendah (< 5%).

c. Kemajuan seleksi bobot badan ikan nila per generasi adalah sebesar 26,20% untuk betina dan 27,56% untuk jantan. Kemajuan seleksi untuk karakter panjang baku, panjang kepala, tinggi badan dan lebar badan, nilainya lebih rendah (< 8%).

d. Nilai fluktuasi asimetri yang rendah, yaitu 0,078, menunjukkan bahwa selama penelitian tidak terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim.

5.2. Saran

Berdasarkan data hasil penelitian ini, dimungkinkan dilakukannya peningkatan mutu genetik ikan nila melalui pembentukan hibrida ikan nila untuk memanfaatkan heterosis dari galur atau strain yang terbentuk. Penerapan seleksi juga diarahkan pada famili yang memiliki tingkat efisiensi pakan dan ketahanan penyakit yang tinggi. Jika hal tersebut dapat diterapkan, maka strain baru ikan nila dapat segera dilepas ke masyarakat pengguna, demi peningkatan produksi ikan nila secara nasional.


(39)

26

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, D., Imron. 2002. Keragaman truss morfometri ikan nila (Oreochromis niloticus) strain 69, GIFT G-3 dan GIFT G-6. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 8 (5): 11 – 18.

Avault, J.W. 2002. Stock improvement. Aquaculture Magazine March/April 2002.

Bolivar, R.B., G.F. Newkirk. 2002. Response to within family selection for body weight in nile tilapia (Oreochromis niloticus) using a single-trait animal model. Aquaculture, 204 (2002): 371 – 381.

Charo-Karisa, H., M.A. Rezk, H. Bovenhuis, H. Komen. 2005a. Heritability of cold tolerance in nile tilapia, Oreochromis niloticus, juveniles. Aquaculture, 249 (2005): 115 – 123.

Charo-Karisa, H., O. Phan, M.A. Rezk, H. Bovenhuis, H. Komen. 2005b. Estimates of phenotypic and genetic parameters for carcass traits in nile tilapia selected for fast growth in low-input conditions. In: Book of Abstracts of World Aquaculture 2005, Bali-Indonesia, 9 – 13 Mei 2005. hlm.113.

Charo-Karisa, H., H. Komen, M.A. Rezk, R.W. Ponzoni, J.A.M. van Arendonk, H. Bovenhuis. 2006. Heritability estimates and response to selection for growth of nile tilapia (Oreochromis niloticus) in low-input earthen ponds.

Aquaculture, 261 (2006): 479 – 486.

Falconer, D.S., T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to quantitative genetics. 4th edition. Longman, Edinburgh London.

Fessehaye, Y., H. Komen, M.A. Rezk, J.A.M. van Arendonk, H. Bovenhuis. 2007. Effects of inbreeding on survival, body weight and fluctuating asymmetry (FA) in nile tilapia, (Oreochromis niloticus). Aquaculture, 264 (2007): 27 – 35.

Hulata, G. 2001. Genetic manipulations in aquaculture: a review of stock improvement by classical and modern technologies. Genetica 111 (2001): 155 – 173.

Jarimopas, P. 1988. Realized response of Thai red tilapia to weight-specific selection for growth (3rd – 5th generations). Technical paper submitted to the International Development Research Centre, on Fish Genetics. National Inland Fisheries Institute, Bangkok. 8p.

Kirpichnikov, V.S. 1981. Genetics bases of fish selection. Springer-Verlag. Berlin.

Lutz, C.G. 2001. Practical genetics for aquaculture. Fishing News Books, London. Hlm. 66 – 92.


(40)

27

Leary, R.F., F.W. Allendorf, K.L. Knudsen. 1985. Development instability as an indicator of reduced genetic variation in hatchery trout. Trans. Am. Fish. Soc., 114: 230-235.

Noor, R.R. 2004. Genetika ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. 199 hal.

Nugroho, E., A. Widiyati, Imron, T. Kadarini. 2002. Keragaan genetik ikan nila GIFT berdasarkan polimorfisme mitokondria DNA D-loop. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 8 (3): 1 – 6.

Ponzoni, R.W., A. Hamzah, N. Kamaruzzaman. 2004. Selection for live weight in the GIFT strain of nile tilapia. In: Bolivar, R.B., G.C. Mair, K. Fitzsimmons (eds). New Dimensions in Farmed Tilapia. Proceedings 6th International Symposium on Tilapia in Aquaculture, Manila, 12 – 16 Sept 2004. hlm 42 – 52.

Ponzoni, R.W., A. Hamzah, S. Tan, N. Kamaruzzaman. 2005. Genetic parameters and response to selection for live weight in the GIFT strain of nile tilapia (Oreochromis niloticus). Aquaculture, 247 (2005): 203 – 210. Rutten, M.J.M. 2005. Breeding for improved production of nile tilapia

(Oreochromis niloticus). Wageningen University Dissertation No. 3751. Stansfield, W.D. 1986. Theory and Problems of Genetics. 2nd ed Schaums

outline series. McGraw Hills Book, Co. New York.

Sumantadinata, K. 2003. Informasi penurunan kualitas induk dan benih ikan nila GIFT dan upaya tindak lanjut penanggulangannya. Direktorat Perbenihan, Departemen Kelautan dan Perikanan. 6 hal.

Tave, D. 1986. Genetics for fish hatchery managers. AVI Publishing, Co. Inc. Westport, Connecticut.

Tave, D. 1995. Selective breeding programmes for medium-sized fish farms. FAO fisheries technical paper No. 352. Roma, 122p.

Tave, D. R.O. Smitherman. 1980. Predicted response to selection for early growth in Tilapia nilotica. Trans. Am. Fish. Soc., 109 (1980) : 439 – 445. Tayamen, M.M., R.A. Reyes, M.J. Danting, A.M. Mendoza, E.B. Marquez, A.C.

salguet, R.C. Gonzales, T.A. Abella, E.M. Vera-Cruez. 2002. Tilapia broodstock development for saline waters in the Philippines. NAGA, The ICLARM Quarterly, 25 (1): 32 – 36.

Van Valen, L. 1962. A study of fluctuating asymmetry. Evolution, 16(2) : 125-142.

Wilkins, N.P., E. Gosling. A. Curatolo, A. Linnane, C. Jordan, and H.P. Courtney. 1995. Fluctuating asymmetry in Atlantic salmon, European trout and their hybrids, including triploids. Aquaculture, 137: 77 – 85.


(41)

28

Lampiran 1. Laju pertumbuhan harian ikan nila Generasi I

No. Famili

Jumlah

(ekor) Rataan Bobot (g)

Rataan Panjang Baku (cm)

Laju Pertumbuhan Harian (%)

Bobot Panjang Baku

I.02A 99 86,23 13,07 4,21 1,40

I.10A 99 61,04 11,47 4,04 1,34

I.19A 115 60,71 11,51 4,03 1,34

I.16A 105 74,94 12,49 4,14 1,38

I.11A 107 73,30 12,39 4,13 1,38

I.13A 101 66,14 11,78 4,08 1,35

I.31A 107 68,46 12,01 4,09 1,36

I.17A 109 76,72 12,26 4,15 1,37

I.32A 107 63,22 11,61 4,05 1,35

I.37A 121 57,89 11,68 4,01 1,35

I.29A 107 59,03 11,48 4,02 1,34

I.15A 115 67,94 12,00 4,09 1,36

I.07A 81 79,12 12,78 4,17 1,39

I.02 384 58,79 11,65 4,02 1,35

I.03 318 66,82 11,85 4,08 1,36

I.04 308 49,71 11,09 3,94 1,32

I.05 293 65,64 12,01 4,07 1,36

I.07 295 66,45 11,78 4,08 1,35

I.08 184 73,74 12,26 4,13 1,37

I.10 369 65,67 12,22 4,07 1,37

I.11 255 77,75 12,11 4,16 1,37

I.12 437 71,21 12,13 4,11 1,37

I.13 279 69,55 12,11 4,10 1,37

I.14 294 54,73 11,36 3,98 1,34

I.16 289 51,42 11,09 3,95 1,32

I.17 148 95,31 13,31 4,26 1,41

I.18 202 66,79 11,45 4,08 1,34

I.19 123 170,77 15,89 4,55 1,50

I.20 243 91,16 12,91 4,24 1,40

I.21 303 59,71 11,39 4,03 1,34

I.22 178 81,22 12,67 4,18 1,39

I.23 431 76,83 12,60 4,15 1,39

I.25 321 63,33 11,69 4,05 1,35

I.26 307 70,27 12,05 4,11 1,36

I.27 357 63,50 12,03 4,06 1,36

I.28 259 89,10 13,32 4,22 1,41

I.29 312 54,56 11,10 3,98 1,32

I.30 351 57,21 11,34 4,00 1,34

I.32 120 126,28 14,09 4,39 1,44

I.34 336 59,49 11,43 4,02 1,34

I.35 327 67,61 12,17 4,09 1,37

I.36 423 68,34 12,27 4,09 1,37

I.37 301 85,73 12,80 4,21 1,39

I.38 265 63,20 11,66 4,05 1,35

I.39 372 65,48 12,05 4,07 1,36

I.40 333 66,97 11,77 4.08 1,35


(42)

29

Lampiran 2. Laju pertumbuhan harian ikan nila Generasi II

No. Famili

Jumlah

(ekor) Rataan Bobot (g)

Rataan Panjang Baku (cm)

Laju Pertumbuhan Harian (%)

Bobot Panjang Baku

II.02 263 69,80 11,79 4,10 1,35

II.04 223 70,73 11,84 4,11 1,36

II.05 294 60,96 11,70 4,04 1,35

II.06 156 114,86 13,82 4,35 1,43

II.07 202 66,27 11,84 4,08 1,36

II.08 263 63,79 11,91 4,06 1,36

II.09 338 51,96 10,76 3,96 1,30

II.10 334 51,07 10,91 3,95 1,32

II.12 207 64,97 11,61 4,07 1,35

II.13 281 58,61 11,20 4,02 1,33

II.14 187 106,21 13,29 4,31 1,41

II.16 279 59,27 11,38 4,02 1,34

II.17 135 106,37 13,46 4,31 1,42

II.18 265 52,17 10,83 3,96 1,31

II.19 341 57,58 11,79 4,00 1,35

II.20 286 51,76 11,04 3,96 1,32

II.21 221 73,45 11,99 4,13 1,36

II.22 275 71,93 12,10 4,11 1,37

II.24 180 107,21 13,82 4,32 1,43

II.25 140 85,16 12,67 4,20 1,39

II.27 200 61,09 11,41 4,04 1,34

II.28 195 65,70 11,73 4,07 1,35

II.30 251 59,76 11,24 4,03 1,33

II.31 259 79,25 12,67 4,17 1,39

II.32 251 74,41 12,11 4,14 1,37

II.33 199 84,66 12,16 4,20 1,37

II.34 267 61,19 11,41 4,04 1,34

II.35 331 65,35 12,05 4,07 1,36

II.36 243 69,26 11,93 4,10 1,36

II.37 284 56,65 11,44 4,00 1,34

II.38 252 83,12 12,79 4,19 1,39

II.40 162 88,04 12,67 4,22 1,39

II.41 188 108,90 14,20 4,32 1,44

II.42 209 71,25 12,04 4,11 1,36

II.43 96 255,33 18,25 4,75 1,56

II.44 182 82,20 12,58 4,18 1,39

II.45 164 124,46 14,13 4,39 1,44

II.46 162 117,46 14,05 4,36 1,44

II.47 165 97,48 12,86 4,27 1,40

II.48 241 81,01 12,22 4,18 1,37

II.49 278 86,50 13,10 4,21 1,40

II.50 177 81,90 12,23 4,18 1,37

II.52 94 220,49 17,18 4,68 1,54

II.53 211 71,58 11,79 4,12 1,35

II.54 212 95,01 12,97 4,26 1,40

II.55 125 110,00 13,52 4,33 1,42

II.57 182 88,36 12,68 4,22 1,39

II.58 170 81,13 12,39 4.18 1,38

II.59 189 70,77 11,82 4.11 1,36


(43)

30

Lampiran 3. Estimasi nilai heritabilitas bobot ikan hasil seleksi famili

No. Famili Diferensial Seleksi ΔG Heritabilitas

Betina (g) Jantan (g) Betina Jantan

II.02 50,42 62,17 -6,30 -0,125 -0,101

II.04 52,44 82,40 -5,15 -0,098 -0,063

II.05 36,55 38,28 -2,97 -0,081 -0,078

II.06 39,99 65,59 44,73 1,119 0,682

II.07 29,21 56,87 -11,08 -0,379 -0,195

II.08 30,22 43,44 -13,45 -0,445 -0,310

II.09 28,92 46,40 -20,26 -0,701 -0,437

II.10 41,97 78,15 -14,75 -0,351 -0,189

II.12 42,85 93,11 -1,74 -0,041 -0,019

II.13 39,92 77,01 -26,53 -0,665 -0,345

II.14 82,36 105,79 39,97 0,485 0,378

II.16 53,54 75,15 3,30 0,062 0,044

II.17 29,23 77,56 19,84 0,679 0,256

II.18 41,06 67,50 -66,63 -1,623 -0,987

II.19 32,78 56,16 -5,10 -0,156 -0,091

II.20 29,96 60,00 -8,23 -0,275 -0,137

II.21 74,44 67,24 -11,71 -0,157 -0,174

II.22 66,71 63,42 6,46 0,097 0,102

II.24 38,99 56,95 41,29 1,059 0,725

II.25 65,90 71,46 19,33 0,293 0,271

II.27 37,78 41,95 -10,86 -0,287 -0,259

II.28 54,91 74,42 -6,89 -0,125 -0,093

II.30 62,03 91,79 -7,61 -0,123 -0,083

II.31 41,81 54,83 19,26 0,461 0,351

II.32 38,95 57,55 9,52 0,244 0,165

II.33 54,22 86,72 17,46 0,322 0,201

II.34 33,89 77,17 -12,49 -0,369 -0,162

II.35 54,73 70,77 4,17 0,076 0,059

II.36 49,93 61,28 7,77 0,156 0,127

II.37 38,18 35,50 -4,80 -0,126 -0,135

II.38 43,31 61,09 23,24 0,537 0,380

II.40 77,39 87,67 28,74 0,371 0,328

II.41 47,62 29,20 29,64 0,622 1,015

II.42 76,65 56,41 2,24 0,029 0,040

II.43 72,21 72,11 173,59 2,404 2,407

II.44 71,24 59,72 19,93 0,280 0,334

II.45 26,35 94,34 58,56 2,222 0,621

II.46 38,81 72,11 51,82 1,335 0,719

II.47 40,13 85,39 34,65 0,863 0,406

II.48 43,27 84,01 18,10 0,418 0,215

II.49 21,71 81,95 22,79 1,050 0,278

II.50 53,30 73,49 6,74 0,126 0,092

II.52 104,88 118,64 154,19 1,470 1,300

II.53 42,67 72,10 0,89 0,021 0,012

II.54 112,80 89,47 19,78 0,175 0,221

II.55 82,74 106,15 31,28 0,378 0,295

II.57 55,91 90,55 19,89 0,356 0,220

II.58 52,91 52,67 8,83 0,167 0,168

II.59 33,72 80,87 -2,02 -0,060 -0,025

Rataan (0 – 1) 0,314 0,285


(1)

Lampiran 8.

Estimasi nilai heterosis bobot ikan hasil seleksi famili

No. Famili Rataan Induk

Betina (g)

Rataan Induk Jantan (g)

Rataan Anak (g)

Heterosis

(g) (%)

II.02 91,16 61,04 69,80 -6,30 -8,28

II.04 76,83 74,94 70,73 -5,15 -6,79

II.05 73,30 54,56 60,96 -2,97 -4,65

II.06 66,97 73,30 114,86 44,73 63,77

II.07 68,46 86,23 66,27 -11,08 -14,32

II.08 77,75 76,72 63,79 -13,45 -17,41

II.09 63,22 81,22 51,96 -20,26 -28,05

II.10 73,74 57,89 51,07 -14,75 -22,40

II.12 65,48 67,94 64,97 -1,74 -2,61

II.13 79,12 91,16 58,61 -26,53 -31,16

II.14 66,82 65,67 106,21 39,97 60,33

II.16 54,73 57,21 59,27 3,30 5,90

II.17 95,31 77,75 106,37 19,84 22,93

II.18 170,77 66,82 52,17 -66,63 -56,08

II.19 59,71 65,64 57,58 5,10 -8,13

II.20 70,27 49,71 51,76 -8,23 -13,72

II.21 89,10 81,22 73,45 -11,71 -13,75

II.22 57,21 73,74 71,93 6,46 9,86

II.24 68,34 63,50 107,21 41,29 62,64

II.25 63,20 68,46 85,16 19,33 29,36

II.27 66,14 77,75 61,09 -10,86 -15,09

II.28 76,72 68,46 65,70 -6,89 -9,49

II.30 67,94 66,79 59,76 -7,61 -11,29

II.31 49,71 70,27 79,25 19,26 32,11

II.32 66,45 63,33 74,41 9,52 14,67

II.33 71,21 63,20 84,66 17,46 25,97

II.34 81,22 66,14 61,19 -12,49 -16,95

II.35 63,33 59,03 65,35 4,17 6,82

II.36 63,50 59,49 69,26 7,77 12,63

II.37 54,56 68,34 56,65 -4,80 -7,81

II.38 68,34 51,42 83,12 23,24 38,81

II.40 57,89 60,71 88,04 28,74 47,47

II.41 95,31 63,22 108,90 29,64 37,39

II.42 66,82 71,21 71,25 2,24 3,24

II.43 77,75 85,73 255,33 173,59 212,37

II.44 61,04 63,50 82,20 19,93 32,01

II.45 66,14 65,67 124,46 58,56 88,85

II.46 76,72 54,56 117,46 51,82 78,95

II.47 68,46 57,21 97,48 34,65 55,14

II.48 59,03 66,79 81,01 18,10 28,77

II.49 67,94 59,49 86,50 22,79 35,76

II.50 79,12 71,21 81,90 6,74 8,96

II.52 65,64 66,97 220,49 154,19 232,54

II.53 66,45 74,94 71,58 0,89 1,25

II.54 73,74 76,72 95,01 19,78 26,29

II.55 71,21 86,23 110,00 31,28 39,74

II.57 63,20 73,74 88,36 19,89 29,05

II.58 65,48 79,12 81,13 8,83 12,21

II.59 79,12 66,45 70,77 -2,02 -2,77


(2)

Lampiran 9.

Estimasi nilai heterosis panjang baku ikan hasil seleksi famili

No. Famili Rataan Induk

Betina (cm)

Rataan Induk Jantan (cm)

Rataan Anak (cm)

Heterosis

(cm) (%)

II.02 12,91 11,47 11,79 -0,40 -3,28

II.04 12,60 12,49 11,84 -0,71 -5,62

II.05 12,39 11,10 11,70 -0,05 -0,38

II.06 11,77 12,39 13,82 1,74 14,40

II.07 12,01 13,07 11,84 -0,70 -5,58

II.08 12,11 12,26 11,91 -0,27 -2,26

II.09 11,61 12,67 10,76 -1,38 -11,37

II.10 12,26 11,68 10,91 -1,06 -8,86

II.12 12,05 12,00 11,61 -0,42 -3,45

II.13 12,78 12,91 11,20 -1,65 -12,81

II.14 11,85 12,22 13,29 1,26 10,43

II.16 11,36 11,34 11,38 0,03 0,26

II.17 13,31 12,11 13,46 0,75 5,90

II.18 15,89 11,85 10,83 -3,04 -21,92

II.19 11,39 12,01 11,79 0,09 0,77

II.20 12,05 11,09 11,04 -0,53 -4,58

II.21 13,32 12,67 11,99 -1,01 -7,73

II.22 11,34 12,26 12,10 0,30 2,54

II.24 12,27 12,03 13,82 1,67 13,74

II.25 11,66 12,01 12,67 0,83 7,06

II.27 11,78 12,11 11,41 -0,54 -4,48

II.28 12,26 12,01 11,73 -0,40 -3,34

II.30 12,00 11,45 11,24 -0,48 -4,14

II.31 11,09 12,05 12,67 1,10 9,51

II.32 11,78 11,69 12,11 0,38 3,20

II.33 12,13 11,66 12,16 0,27 2,23

II.34 12,67 11,78 11,41 -0,82 -6,67

II.35 11,69 11,48 12,05 0,47 4,01

II.36 12,03 11,43 11,93 0,20 1,71

II.37 11,10 12,27 11,44 -0,24 -2,10

II.38 12,27 11,09 12,79 1,11 9,50

II.40 11,68 11,51 12,67 1,08 9,27

II.41 13,31 11,61 14,20 1,74 13,96

II.42 11,85 12,13 12,04 0,05 0,42

II.43 12,11 12,80 18,25 5,80 46,53

II.44 11,47 12,03 12,58 0,83 7,06

II.45 11,78 12,22 14,13 2,13 17,75

II.46 12,26 11,10 14,05 2,37 20,29

II.47 12,01 11,34 12,86 1,19 10,15

II.48 11,48 11,45 12,22 0,76 6,59

II.49 12,00 11,43 13,10 1,39 11,82

II.50 12,78 12,13 12,23 -0,23 -1,81

II.52 12,01 11,77 17,18 5,29 44,49

II.53 11,78 12,49 11,79 -0,35 -2,84

II.54 12,26 12,26 12,97 0,71 5,79

II.55 12,13 13,07 13,52 0,92 7,30

II.57 11,66 12,26 12,68 0,72 6,02

II.58 12,05 12,78 12,39 -0,02 -0,20

II.59 12,78 11,78 11,82 -0,46 -3,75


(3)

Lampiran 10.

Estimasi nilai heterosis panjang kepala ikan hasil seleksi famili

No. Famili Rataan Induk

Betina (mm)

Rataan Induk Jantan (mm)

Rataan Anak (mm)

Heterosis

(mm) (%)

II.02 45,17 38,90 39,97 -2,07 -4,91

II.04 43,11 40,58 40,02 -1,83 -4,36

II.05 41,89 38,57 39,56 -0,67 -1,67

II.06 40,43 41,89 46,17 5,01 12,17

II.07 40,58 41,28 40,88 -0,05 -0,12

II.08 41,52 42,90 41,73 -0,48 -1,14

II.09 40,40 42,75 38,50 -3,08 -7,40

II.10 41,95 40,39 38,25 -2,92 -7,09

II.12 41,66 41,99 39,10 -2,73 -6,52

II.13 43,60 45,17 38,91 -5,48 -12,34

II.14 39,40 41,51 44,43 3,98 9,83

II.16 39,54 38,97 40,30 1,04 2,66

II.17 45,28 41,52 46,18 2,78 6,41

II.18 51,98 39,40 36,23 -9,46 -20,70

II.19 39,34 41,71 39,53 -0,99 -2,46

II.20 42,04 37,69 38,28 -1,59 -3,98

II.21 44,15 42,75 41,33 -2,12 -4,88

II.22 38,97 41,95 41,23 0,77 1,90

II.24 41,64 40,58 46,84 5,73 13,94

II.25 40,06 40,58 41,99 1,67 4,14

II.27 39,39 41,52 39,39 -1,07 -2,63

II.28 42,90 40,58 40,88 -0,86 -2,06

II.30 41,99 38,07 39,41 -0,62 -1,55

II.31 37,69 42,04 43,75 3,89 9,75

II.32 41,69 40,54 43,10 1,99 4,83

II.33 41,73 40,06 43,04 2,15 5,25

II.34 42,75 39,39 38,97 -2,10 -5,11

II.35 40,54 39,72 41,55 1,42 3,54

II.36 40,58 39,65 40,52 0,41 1,01

II.37 38,57 41,64 40,16 0,05 0,14

II.38 41,64 38,57 44,04 3,94 9,81

II.40 40,39 40,08 42,40 2,17 5,38

II.41 45,28 40,40 47,75 4,91 11,46

II.42 39,40 41,73 41,80 1,24 3,04

II.43 41,52 43,60 60,65 18,09 42,50

II.44 38,90 40,58 42,93 3,19 8,03

II.45 39,39 41,51 47,42 6,97 17,23

II.46 42,90 38,57 48,96 8,23 20,19

II.47 40,58 38,97 42,70 2,93 7,35

II.48 39,72 38,07 42,48 3,58 9,22

II.49 41,99 39,65 45,04 4,22 10,34

II.50 43,60 41,73 42,40 -0,27 -0,62

II.52 41,71 40,43 55,67 14,60 35,55

II.53 41,69 40,58 40,37 -0,77 -1,86

II.54 41,95 42,90 43,41 0,98 2,32

II.55 41,73 41,28 45,96 4,46 10,73

II.57 40,06 41,95 42,77 1,77 4,30

II.58 41,66 43,60 41,36 -1,27 -2,98

II.59 43,60 41,69 40,91 -1,74 -4,07


(4)

Lampiran 11.

Estimasi nilai heterosis tinggi badan ikan hasil seleksi famili

No. Famili Rataan Induk

Betina (mm)

Rataan Induk Jantan (mm)

Rataan Anak (mm)

Heterosis

(mm) (%)

II.02 55,14 47,09 49,95 -1,17 -2,28

II.04 52,42 51,07 50,99 -0,75 -1,46

II.05 50,29 46,88 47,42 -1,17 -2,40

II.06 48,87 50,29 57,79 8,21 16,56

II.07 49,18 53,90 49,36 -2,18 -4,23

II.08 51,67 52,85 48,74 -3,52 -6,74

II.09 48,31 51,55 46,31 -3,62 -7,25

II.10 50,71 46,74 43,54 -5,19 -10,64

II.12 48,39 50,20 48,30 -1,00 -2,02

II.13 53,60 55,14 44,91 -9,46 -17,40

II.14 49,17 49,80 56,27 6,79 13,71

II.16 46,73 45,29 46,10 0,09 0,20

II.17 55,74 51,67 57,38 3,68 6,84

II.18 69,50 49,17 45,14 -14,20 -23,92

II.19 48,59 49,68 47,45 -1,69 -3,43

II.20 49,75 43,33 45,21 -1,33 -2,86

II.21 53,25 51,55 49,80 -2,60 -4,96

II.22 45,29 50,71 49,52 1,52 3,17

II.24 49,50 48,14 56,59 7,77 15,92

II.25 48,65 49,18 51,02 2,11 4,30

II.27 47,26 51,67 46,85 -2,62 -5,29

II.28 52,85 49,18 47,88 -3,14 -6,15

II.30 50,20 48,74 46,99 -2,48 -5,01

II.31 43,33 49,75 51,07 4,53 9,73

II.32 49,75 48,81 51,69 2,41 4,89

II.33 49,68 48,65 52,42 3,26 6,62

II.34 51,55 47,26 46,48 -2,93 -5,92

II.35 48,81 47,57 49,77 1,58 3,28

II.36 48,14 47,06 50,13 2,53 5,32

II.37 46,88 49,50 47,06 -1,13 -2,34

II.38 49,50 45,51 53,27 5,77 12,14

II.40 46,74 47,42 50,45 3,37 7,16

II.41 55,74 48,31 58,79 6,77 13,00

II.42 49,17 49,68 51,13 1,71 3,45

II.43 51,67 52,00 78,26 26,43 50,98

II.44 47,09 48,14 51,10 3,49 7,32

II.45 47,26 49,80 60,52 11,99 24,71

II.46 52,85 46,88 59,71 9,85 19,74

II.47 49,18 45,29 54,04 6,81 14,41

II.48 47,57 48,74 53,42 5,27 10,93

II.49 50,20 47,06 53,94 5,31 10,92

II.50 53,60 49,68 52,85 1,21 2,34

II.52 49,68 48,87 72,48 23,21 47,09

II.53 49,75 51,07 50,35 -0,06 -0,12

II.54 50,71 52,85 54,67 2,89 5,58

II.55 49,68 53,90 56,53 4,74 9,15

II.57 48,65 50,71 53,04 3,36 6,76

II.58 48,39 53,60 51,81 0,82 1,60

II.59 53,60 49,75 48,95 -2,72 -5,27


(5)

Lampiran 12.

Estimasi nilai heterosis lebar badan ikan hasil seleksi famili

No. Famili Rataan Induk

Betina (mm)

Rataan Induk Jantan (mm)

Rataan Anak (mm)

Heterosis

(mm) (%)

II.02 25,09 22,48 20,95 -2,84 -11,92

II.04 24,52 23,45 21,67 -2,32 -9,65

II.05 24,03 22,16 22,86 -0,23 -1,02

II.06 23,29 24,03 27,88 4,22 17,84

II.07 23,21 24,92 23,15 -0,92 -3,80

II.08 23,54 24,01 23,14 -0,63 -2,67

II.09 22,79 24,83 21,89 -1,92 -8,06

II.10 21,96 21,45 20,23 -1,48 -6,80

II.12 23,92 22,63 22,20 -1,08 -4,62

II.13 24,90 25,09 21,44 -3,56 -14,22

II.14 21,82 22,69 26,45 4,20 18,85

II.16 21,46 20,80 21,00 -0,13 -0,62

II.17 26,09 23,54 27,82 3,01 12,11

II.18 32,89 21,82 20,85 -6,51 -23,78

II.19 21,79 22,82 22,52 0,22 0,96

II.20 22,38 20,19 21,71 0,43 2,00

II.21 26,15 24,83 22,39 -3,10 -12,16

II.22 20,80 21,96 22,39 1,01 4,72

II.24 23,43 22,03 25,68 2,95 12,98

II.25 23,05 23,21 22,81 -0,32 -1,38

II.27 22,73 23,54 21,02 -2,12 -9,14

II.28 24,01 23,21 21,09 -2,52 -10,67

II.30 22,63 21,50 22,67 0,61 2,74

II.31 20,19 22,38 23,05 1,77 8,29

II.32 23,63 23,03 22,54 -0,79 -3,39

II.33 22,94 23,05 22,51 -0,48 -2,11

II.34 24,83 22,73 20,48 -3,30 -13,88

II.35 23,03 21,84 21,45 -0,98 -4,39

II.36 22,03 22,42 21,29 -0,94 -4,21

II.37 22,16 23,43 20,49 -2,31 -10,11

II.38 23,43 21,14 23,54 1,26 5,63

II.40 21,45 22,56 22,94 0,94 4,25

II.41 26,09 22,79 26,62 2,18 8,92

II.42 21,82 22,94 21,92 -0,46 -2,06

II.43 23,54 25,31 35,91 11,49 47,02

II.44 22,48 22,03 22,40 0,15 0,65

II.45 22,73 22,69 26,54 3,83 16,86

II.46 24,01 22,16 26,69 3,61 15,62

II.47 23,21 20,80 23,75 1,75 7,93

II.48 21,84 21,50 23,40 1,73 7,98

II.49 22,63 22,42 23,12 0,60 2,64

II.50 24,90 22,94 22,10 -1,82 -7,61

II.52 22,82 23,29 32,47 9,42 40,84

II.53 23,63 23,45 21,68 -1,86 -7,90

II.54 21,96 24,01 23,68 0,70 3,02

II.55 22,94 24,92 25,13 1,20 5,01

II.57 23,05 21,96 25,46 2,96 13,13

II.58 23,92 24,90 24,78 0,37 1,52

II.59 24,90 23,63 22,78 -1,49 -6,12


(6)

Lampiran 13.

Nilai fluktuasi asimetri ikan nila hasil seleksi famili

No. Famili Individu Normal Individu Asimetri FA

II.02 80 6 0,07

II.04 94 6 0,06

II.05 97 1 0,01

II.06 123 3 0,02

II.07 95 2 0,02

II.08 136 6 0,04

II.09 79 12 0,13

II.10 77 12 0,12

II.12 79 9 0,10

II.13 91 9 0,09

II.14 89 11 0,11

II.16 92 8 0,08

II.17 91 9 0,09

II.18 87 11 0,11

II.19 90 12 0,12

II.20 84 15 0,15

II.21 88 12 0,12

II.22 87 11 0,11

II.24 91 10 0,10

II.25 90 13 0,13

II.27 86 14 0,14

II.28 88 12 0,12

II.30 88 12 0,12

II.31 91 8 0,08

II.32 92 7 0,07

II.33 91 9 0,09

II.34 92 8 0,08

II.35 92 8 0,08

II.36 96 5 0,05

II.37 95 5 0,05

II.38 97 4 0,04

II.40 93 7 0,07

II.41 92 8 0,08

II.42 91 9 0,09

II.43 93 6 0,06

II.44 94 6 0,06

II.45 88 11 0,11

II.46 87 13 0,13

II.47 88 12 0,12

II.48 96 5 0,05

II.49 96 6 0,06

II.50 97 3 0,03

II.52 97 3 0,03

II.53 95 5 0,05

II.54 96 4 0,04

II.55 97 3 0,03

II.57 97 3 0,03

II.58 97 3 0,03

II.59 95 5 0,05