BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan industri peternakan ayam saat ini masih terkendala oleh adanya penyakit pada ayam. Salah satu penyakit yang sering menimbulkan
masalah adalah penyakit Gumboro atau Infectious Bursal Disease IBD. Sampai saat ini penyakit Gumboro menjadi masalah utama industri peternakan ayam
pedaging. Penyakit Gumboro secara ekonomi sangat merugikan karena penyakit ini menekan sistem kekebalan sehingga berpeluang meningkatkan infeksi virus
atau bakteri lainnya pada ayam Herendra Franco 1996. Akibat infeksi virus tersebut ayam mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan
terjadinya konsumsi pakan yang tidak efisien, meningkatkan biaya pemakaian obat-obatan, desinfektan dan kematian.
Salah satu upaya pencegahan penyakit Gumboro adalah dengan cara pengebalan terhadap tubuh inang. Pengebalan tersebut dapat bersifat aktif dan
pasif. Pengebalan aktif dilakukan melalui vaksinasi. Pengebalan pasif salah satunya melalui transfer antibodi dari induk ke anak ayam yang disebut dengan
maternal antibody . Kekebalan asal induk maternal antibody berperan sebagai
kekebalan pasif bagi anak ayam dalam waktu dua minggu Grindstaff et al. 2003. Kualitas dan kuantitas kekebalan asal induk pada anak ayam tergantung pada
kondisi kualitas dan kuantitas kekebalan yang dimiliki induk ayam. Induk ayam yang divaksinasi menghasilkan titer antibodi asal induk yang tinggi dan dapat
melindungi anak ayam dari serangan dini virus IBD Ahmed Akhter 2003. Permasalahan utama dari imunisasi aktif pada anak ayam adalah waktu
vaksinasi yang tepat. Keberhasilan vaksinasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu titer antibodi asal induk, rute vaksinasi, virulensi virus dari vaksin.
Selain itu, stres terhadap lingkungan dan manajemen peternakan juga mempengaruhi keefektifan vaksinasi.
Pemilihan vaksin yang cocok dengan virus di lapangan sangat penting. Hal ini bertujuan untuk keefektifan vaksinasi. Vaksin IBD komersial saat ini dapat
diklasifikasikan menjadi vaksin dengan patogenisitas rendah dan patogenisitas tinggi. Vaksin IBD dengan patogenisitas rendah mild memiliki daya invasif
yang lemah terhadap bursa tetapi dapat dinetralisasi oleh antibodi asal induk yang
tinggi. Vaksin dengan patogenisitas tinggi memiliki daya invasif yang tinggi terhadap bursa tetapi mampu menggantikan antibodi asal induk. Vaksin IBD
yang diharapkan adalah yang memiliki daya invasif yang rendah terhadap bursa dan juga bisa menggantikan antibodi asal induk Haffer 1982.
Vaksin inaktif killed vaccine dengan minyak adjuvant dapat mempertahankan antibodi asal induk selama 4-5 minggu. Pemberian vaksin aktif
live vaccine bisa melindungi anak ayam selama 1-3 minggu Lukert Saif 2003. Salah satu jenis vaksin IBD adalah vaksin Strain Winterfield 2512.
Vaksin tersebut diisolasi oleh Winterfield pada tahun 1965 dan dimodifikasi untuk produksi vaksin Ashraf 2005. Vaksin IBD Strain Winterfield 2512 memiliki
antigenik yang tinggi dan tingkat patogenitas yang sedang. Vaksin yang dibuat dari strain 2512 dapat melindungi ayam dari serangan virus IBD yang ada di
lingkungan karena memiliki tingkat imunogenisitas yang tinggi Haffer 1982. Antibodi asal induk maternal antibody yang tinggi dapat melindungi anak
ayam dari serangan dini virus IBD. Penggunaan vaksin aktif tidak efektif dilakukan pada anak ayam dengan titer antibodi asal induk yang tinggi, karena
antibodi tersebut akan dinetralisasi oleh vaksin aktif hingga umur tujuh hari Ahmed Akhter 2003. Antibodi asal induk tetap ada sampai umur diatas
empat minggu, tetapi kemampuan antibodi melindungi anak ayam hanya sampai minggu kedua.
Vaksinasi IBD umumnya dilakukan pada umur 10-12 hari tergantung kondisi antibodi asal induk. Kenyataan di lapangan biasanya peternak jarang
memperhatikan waktu vaksinasi yang tepat. Vaksinasi yang tepat harus berdasarkan titer antibodi asal induk. Namun kekhawatiran peternak akan
terjadinya serangan IBD pada usia dini menyebabkan mereka melakukan vaksinasi umur sehari sampai dengan satu minggu.
1.2 Tujuan