16
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Bone, Perairan Sulawesi dan sekitarnya, Indonesia Gambar 6.
Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Teluk Bone, Indonesia
17 Lokasi penelitian berada di perairan di antara tiga provinsi yakni propinsi
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan bagian Selatan berbatasan dengan Laut Banda. Lama waktu penelitian dari Oktober 2010
– Januari 2012.
3.2. Asumsi Model Hidrodinamika ELCOM
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model hidrodinamika ELCOM 2 dimensi antara lain:
Tekanan atmosfer di permukaan Pa memiliki nilai yang konstan Pond dan Pickard,1983.
Tidak ada sumber source dan kebocoran sink air laut yang terjadi di dalam area, yakni evaporasi penguapan dan presipitasi curah hujan
diabaikan, dan dasar laut dianggap kedap sehingga tidak terjadi penyerapan air di dasar laut Bishop, 1984.
Batas tertutup tidak bergeser dengan naik turunnya permukaan laut Bishop, 1984.
Nilai dari kecepatan arus dianggap sama dari permukaan hingga dasar perairan, pengaruh dari tekanan di setiap lapisan kedalaman pada
perairan diabaikan kondisi barotropik Pond dan Pickard,1983. Numerical Filtering untuk suku-suku linier, yaitu untuk menghilangkan
solusi numerik yang keliru, yakni ketidakstabilan numerik akibat munculnya gelombang pendek dengan panjang gelombang mencapai
dua kali lebar grid. Ketidakstabilan ini umumnya disebabkan oleh garis pantai yang berlekuk, gradien dasar perairan, yang merupakan faktor non
linier Ramming dan Kowalik, 1980.
18
3.3. Desain Model Hidrodinamika
Daerah model Perairan Teluk Bone merupakan model perairan semi tertutup, berbentuk persegi panjang, yang memanjang dari Utara ke Selatan,
dengan luas ± 1.400 km
2
yaitu pada posisi 2,6°- 5,4° LS dan 120°-122° BT. Batas terbuka bagian Timur dimulai dari daratan bagian Timur Pulau Sulawesi
sampai Pulau Kabaena di bujur 122°, batas terbuka bagian Selatan adalah bagian mulut Teluk Bone pada posisi 5,4° LS. Batas tertutup dari model ini
adalah sepanjang pantai perairan Teluk Bone atau daratan Pulau Sulawesi. Perairan Teluk Bone memiliki dasar perairan yang rumit. Hal ini
disebabkan kedalaman di sepanjang garis pantai relatif dangkal dan semakin dalam pada bagian tengah hingga mulut teluk, yang mencapai 2400 meter.
Kedalaman pada perairan dangkal dibatasi oleh kedalaman 200 meter yang digambarkan pada Gambar 6.
Daerah model dibagi menjadi 125 x 94 sel yang berbentuk matriks dengan lebar grid sel
Δx = Δy = 2000 m. Skema hasil diskretisasi daerah model dapat dilihat pada Gambar 7. Perhitungan terhadap komponen gesekan dasar harus
memperhatikan perubahan nilai koefisien gesekan dasar terhadap perubahan kedalaman dan jenis material dasar laut. Nilai koefisien gesekan dasar
diasumsikan tetap sebesar 0.003 pada penelitian ini, sehingga nilai ini merupakan nilai yang umum digunakan dalam perhitungan komputasi.
Tidak ada nilai langkah waktu Δt yang memenuhi kriteria stabilitas
Courant-Frederich-Lewy CFL, yang digunakan pada model ELCOM selama dalam kondisi barotropik. Hal ini disebabkan karena persamaan semi-implisit
yang digunakan dalam komputasinya sehingga model akan tetap mengeluarkan hasil dengan nilai langkah waktu tertentu. Hal ini akan berbeda bila
19 menggunakan kondisi baroklinik, akan ada beberapa persamaan yang harus
dihitung untuk menghasilkan nilai langkah waktu yang optimal. Proses simulasi model pasang surut dimulai dengan mempersiapkan data
batimetri dan data elevasi muka air laut di daerah batas terbuka yang telah diinterpolasi sebagai data masukan yang disimpan dalam bentuk text tab
delimited yang akan dihitung pada saat simulasi berlangsung. Data akan disimulasikan pada setiap sel yang terdiri dari 125x94 sel matriks. Proses
perhitungan saat mulai simulasi merupakan proses iterasi setiap 1 menit, yang hasil perhitungan sebelumnya akan menjadi data masukan pada perhitungan
Gambar 7. Skema hasil diskretisasi daerah model
20 selanjutnya. Proses simulasi akan berhenti sampai mencapai batas waktu yang
telah ditentukan 30 hari. Untuk mengontrol perhitungan di sel tertentu, seperti daratan kedalaman
nol, maka dalam algortima komputasi dibuat suatu prosedur, sehingga proses perhitungan hanya terjadi di perairan saja atau sel yang mempunyai kedalaman
di atas nol. Data perbandingan yang diasumsikan sebagai data kondisi lapang yang
sebenarnya berasal dari Buku Peramalan Pasang Surut tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro Oseanografi DISHIDROS TNI
– AL. Stasiun pasang surut yang diambil sebagai perbandingan adalah Stasiun Pasut Tanjung
Mangkasa dan Stasiun Pasut Kolaka. Data kedalaman perairan batimetri Perairan Teluk Bone dan sekitarnya
diperoleh dari digitasi peta Batimetri DISHIDROS TNI – AL peta no 54, wilayah
Sulawesi dan Pantai Tenggara bagian Utara tahun 1988, peta no 55, wilayah Sulawesi dan Pantai Tenggara bagian Selatan tahun 1993.
3.3.1. Syarat batas terbuka
Batas terbuka dari model simulasi ini adalah perairan terbuka yang memiliki perubahan velositas terhadap arah aliran diasumsikan sangat kecil untuk arah
sumbu x dan y, sehingga berlaku open_cell pada model ELCOM. Perintah ini digunakan apabila pada batas terbuka nilai arus dan elevasi yang terbentuk akan
diteruskan dan bukan menjadi menumpuk pada daerah ini. Syarat batas ini baik digunakan bila kedalaman perairan di daerah batas
terbuka cukup dalam, sehingga nilai gradien kecepatannya cukup kecil. Syarat batas terbuka diberlakukan di bagian Selatan Perairan Teluk Bone yang
mempunyai dasar perairan rata-rata mencapai 2000 meter.
21
Gambar 8. Sketsa stasiun penelitian pasang surut di Teluk Bone Nilai dari batas terbuka didapat dari model NAO Tide, dengan memasukkan
total nilai elevasi komponen pasang surut yang terdapat pada daerah batas terbuka. Bagian Selatan batas terbuka dibagi menjadi lima daerah yang
mempunyai nilai elevasi tertentu berdasarkan posisi bujur Gambar 8.
3.3.2. Syarat batas tertutup
Batas tertutup yang digunakan pada model simulasi program ini adalah garis pantai yang tidak memungkinkan air laut melewatinya. Bila batas tertutup
22 sejajar sumbu x maka nilai komponen kecepatan pada sumbu y sama dengan
nol V=0 dan bila batas tertutup sejajar sumbu y maka nilai komponen kecepata pada sumbu x sama dengan nol U=0. Nilai dari elevasi dari muka air laut
dilakukan sesuai dengan persamaan numeriknya.
3.4. Analisis Komponen Pasut Least Square Methods
Analisis komponen pasang surut dilakukan untuk mendapatkan nilai fase dan amplitudo di setiap grid dari komponen pasut M2 dan K1 yang berasal dari nilai
elevasi permukaan laut. Analisis harmonik dibentuk dari demodulasi sinyal yang memiliki frekuensi spesifik yang telah diperiksa dan diaplikasikan dengan metode
least-square untuk mencari nilai konstituennya. Analisis harmonik pada awalnya didisain untuk menganalisis variabilitas pasut tetapi justru dapat diaplikasikan
untuk menganalisis periode tahunan dan tengah tahunan atau osilasi tertutup yang dikenal lainnya Emery dan Thomson, 1998.
Nilai dari variabel diperoleh melalui beberapa tahap dengan
menggunakan persamaan Emery dan Thomson 1997 :
dengan .
23 Penghitungan di atas menghasilkan matriks
. Elemen matriks diperoleh melalui persamaan :
Elemen matriks dan dihitung menggunakan metode Ghausian,
sehingga diperoleh matriks . Hasil matriks dimasukkan dalam tabel koefisien
amplitude dan fase K1 dan M2, sehingga diperoleh nilai dan dengan = 0,
1, 2. Setelah itu, nilai fitting data dihitung dengan persamaan :
dengan adalah residu time series. Hasil
divisualisasikan dalam bentuk grafik bersama dengan nilai
. Dimana : adalah rata-rata dari nilai data
dan adalah koefisien fourier
adalah perkalian integer dari frekuensi fundamental
24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perbandingan Hasil Model dengan DISHIDROS
Komponen gelombang pasang surut M2 dan K1 yang dipilih untuk dianalisis lebih lanjut, disebabkan kedua komponen ini yang paling dominan di
antara komponen pasang surut lainnya. Komponen pasut M2 mewakili komponen pasang surut ganda dan begitu juga dengan komponen pasut K1
yang mewakili komponen pasang surut tunggal yang mempengaruhi di perairan. Komponen M2 dan K1 disebut demikian karena nilai dari periode harian
komponen pasut M2 sebesar 12,42 jam sedangkan untuk komponen pasut K1 sebesar 23,93 jam.
Perairan Teluk Bone memiliki tipe pasut campuran dominan ganda. Hal ini didapat dari perhitungan nilai bilangan Formzahl yang didapat dari pembagian
jumlah amplitudo dari komponen tunggal dibagi komponen ganda pasut Lampiran 2. Data ampitudo pasang surut didapat dari data peramalan
gelombang pasut DISHIDROS. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan perbandingan data hasil olahan model ELCOM dengan data lapang. Data lapang diperoleh dari
Buku Peramalan Pasang Surut Tahun 2010 yang dilakukan oleh DISHIDROS. Tabel 1. Perbandingan antara data hasil model dengan data lapang
DISHIDROS Stasiun Pasut
Komponen Pasut
DISHIDROS Model Δ
Tanjung Mangkasa K1
Elevasi cm 33
32,9 0,1
Pha-Ø 180,67
195,29 -14,62 M2
Elevasi cm 60
68 -8
Pha-Ø 108,75
90 18,75
Kolaka K1
Elevasi cm 34
31,8 2,2
Pha-Ø 182,67
195,34 -12,67 M2
Elevasi cm 55
59,2 -4,2
Pha-Ø 108,75
89,86 18,89