24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perbandingan Hasil Model dengan DISHIDROS
Komponen gelombang pasang surut M2 dan K1 yang dipilih untuk dianalisis lebih lanjut, disebabkan kedua komponen ini yang paling dominan di
antara komponen pasang surut lainnya. Komponen pasut M2 mewakili komponen pasang surut ganda dan begitu juga dengan komponen pasut K1
yang mewakili komponen pasang surut tunggal yang mempengaruhi di perairan. Komponen M2 dan K1 disebut demikian karena nilai dari periode harian
komponen pasut M2 sebesar 12,42 jam sedangkan untuk komponen pasut K1 sebesar 23,93 jam.
Perairan Teluk Bone memiliki tipe pasut campuran dominan ganda. Hal ini didapat dari perhitungan nilai bilangan Formzahl yang didapat dari pembagian
jumlah amplitudo dari komponen tunggal dibagi komponen ganda pasut Lampiran 2. Data ampitudo pasang surut didapat dari data peramalan
gelombang pasut DISHIDROS. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan perbandingan data hasil olahan model ELCOM dengan data lapang. Data lapang diperoleh dari
Buku Peramalan Pasang Surut Tahun 2010 yang dilakukan oleh DISHIDROS. Tabel 1. Perbandingan antara data hasil model dengan data lapang
DISHIDROS Stasiun Pasut
Komponen Pasut
DISHIDROS Model Δ
Tanjung Mangkasa K1
Elevasi cm 33
32,9 0,1
Pha-Ø 180,67
195,29 -14,62 M2
Elevasi cm 60
68 -8
Pha-Ø 108,75
90 18,75
Kolaka K1
Elevasi cm 34
31,8 2,2
Pha-Ø 182,67
195,34 -12,67 M2
Elevasi cm 55
59,2 -4,2
Pha-Ø 108,75
89,86 18,89
25 Kedua stasiun pasut yang dimiliki DISHIDROS dianggap sebagai data
pembanding dari lapang. Hal ini dilakukan karena pada penelitian tidak dilakukan pengukuran pasut secara langsung dan peramalan data pasut yang
dilakukan oleh DISHIDROS memiliki keakuratan yang cukup tinggi. DISHIDROS melakukan pengukuran data lapang pada sepanjang tahun. Data hasil
pengukuran ini akan digunakan untuk memverifikasi hasil peramalan sebelumnya dan digunakan untuk meramalkan data pasut untuk tahun berikutnya.
Stasiun Pasut Tanjung Mangkasa terletak pada posisi 2°4417,59 LS 121°0406,22 BT atau secara umum terletak di kepala Teluk Bone Gambar 9.
Nilai amplitudo komponen pasut K1 yang didapat dari stasiun pengukuran sebesar 33 cm dan dari model pada area yang sama sebesar 32,9 cm. Model
memiliki nilai amplitudo yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai amplitudo dari stasiun pengamatan. Selisih antara kedua nilai amplitudo sebesar 0,1 cm, nilai
ini menunjukkan bahwa hasil amplitudo dari model dengan amplitudo dari data lapang nilainya amat sangat dekat.
Nilai fase phase K1 di stasiun pengamatan Tanjung Mangkasa sebesar 180,67
dan dari model sebesar 195,29 . Nilai fase dari model jauh lebih besar
dari nilai fase stasiun pengamatan dan memiliki selisih sebesar -14,62 . Nilai
fase komponen pasut menunjukkan bahwa waktu yang ditempuh gelombang pasut untuk merambat ke daerah perairan tersebut. Selisih waktu yang
ditunjukkan dari komponen K1 antara model dan stasiun pengamatan sebesar 58 menit 19,21 detik. Gelombang pasut K1 dari model memiliki waktu yang lebih
besar sekitar dibanding gelombang pasut dari stasiun pengamatan DISHIDROS. Nilai amplitudo dari komponen pasut M2 di stasiun pengamatan Tanjung
Mangkasa DISHIDROS sebesar 60 cm dan dari model di area yang sama
26 sebesar 68 cm. Model memiliki nilai amplitudo yang lebih besar 8 cm
dibandingkan dengan nilai amplitudo dari stasiun pengamatan. Selisih nilai yang cukup kecil ini 10 cm menunjukkan bahwa model cukup baik untuk digunakan
pada perambatan amplitudo M2 di area penelitian. Nilai fase dari dari komponen M2 di stasiun pengamatan Tanjung
Mangkasa DISHIDROS sebesar 108,75 dan dari model sebesar 90
. Model memiliki nilai fase yang yang lebih kecil sekitar 18,75
dibandingkan dengan DISHIDROS. Gelombang pasut M2 DISHIDROS memiliki fase yang lebih besar
sekitar dibandingkan gelombang pasut M2 model di stasiun pasut Tanjung Mangkasa.
Stasiun Pasut Kolaka terletak pada posisi 4°36.65 LS 121°3454.5 BT atau secara umum stasiun pasut ini terletak lebih ke arah luarselatan Perairan
Teluk Bone Gambar 9. Nilai amplitudo komponen pasut K1 yang didapat dari stasiun pengukuran sebesar 34 cm dan dari model pada area yang sama
sebesar 31,8 cm. Model memiliki nilai amplitudo yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai amplitudo dari stasiun pengamatan. Selisih antara nilai amplitudo
DISHIDROS dengan model sebesar 2,2 cm. Selisih kedua nilai amplitudo komponen pasut yang kurang dari 10 cm ini, menunjukkan bahwa model memiliki
perbedaan nilai ampllitudo yang cukup kecil dengan data lapang. Nilai fase dari dari komponen K1 di stasiun pengamatan Kolaka
DISHIDROS sebesar 182,67 dan dari model sebesar 195,34
. Model memiliki nilai fase K1 yang yang lebih besar dibandingkan dengan DISHIDROS sekitar
12,67 . Gelombang pasut K1 model memiliki fase yang lebih besar sekitar
dibandingkan gelombang pasut K1 DISHIDROS.
27 Komponen pasut M2 di stasiun pasut ini, nilai amplitudo yang terbentuk
antara DISHIDROS dengan model hanya memiliki selisih yang kecil yakni sekitar 4,2 cm. Nilai amplitudo dari model sebesar 59,2 cm dan dari data lapang sebesar
55 cm. Untuk nilai fase dari komponen M2 di stasiun ini, perbedaan dari model dan data lapang juga cukup kecil yakni sekitar 18,86
atau sekitar 39 menit 2,53 detik. Model memiliki fase yang lebih kecil, sebesar 89,86
, dibandingkan dengan nilai fase dari data lapang, sebesar 108,75
. Perambatan gelombang pasut K1 terwakili secara cukup baik dari hasil
elevasi amplitudo yang kurang dari 10 cm, dan perbedaan nilai fase yang mencapai 58 menit, bila dibandingkan dengan komponen pasut K1 di kedua
stasiun lapang milik DISHIDROS. Pada perambatan gelombang pasut M2 juga terwakili secara cukup dari hasil elevasi amplitudo yang kurang dari 10 cm.
Meski demikian perbedaan nilai fase yang ditunjukkan masih kurang optimal karena perbedaannya untuk kedua komponen mencapai 39 menit, bila
dibandingkan dengan komponen pasut M2 di kedua stasiun lapang milik DISHIDROS. Perbedaan nilai fase dan amplitudo yang terbentuk diduga
disebabkan oleh nilai batimetri yang digunakan dan koefisien gesek dasar perairan, sebesar 0,025, yang menjadi masukkan pada model.
Secara keseluruhan dari tabel 1 dan uraian di atas, hasil perambatan gelombang pasang surut dari model yang dianalisis lebih lanjut dengan
mengeluarkan kedua nilai komponennya, M2 dan K1. Setiap nilai amplitudo dan fase dari komponen pasutnya, menunjukkan bahwa perambatan gelombang
pasut komponen M2 dan K1 mewakili dengan kondisi yang sebenarnya, ditinjau dari elevasi amplitudo dan nilai fase yang dihasilkan dan dibandingkan dengan
data DISHIDROS. Perbedaan amplitudo kurang dari 10 cm dan perbedaan nilai
28 fase yang mencapai: 58 menit untuk komponen K1 dan 39 menit untuk
komponen M2.
4.2. Komponen Pasut M2