Perilaku rambatan gelombang pasut M2

28 fase yang mencapai: 58 menit untuk komponen K1 dan 39 menit untuk komponen M2.

4.2. Komponen Pasut M2

4.2.1. Perilaku rambatan gelombang pasut M2

Pola perambatan amplitudo komponen M2 yang digambarkan pada Gambar 9, halaman berikutnya, menunjukkan pola yang teratur, yakni dari mulut teluk, bagian selatan, amplitudo gelombang pasut masuk dan menyebar secara merata dari bagian timur lalu ke bagian barat Teluk Bone. Nilai amplitudo masuk dari nilai yang lebih rendah di bagian bawah dan meningkat semakin besar di bagian utaradalam Teluk Bone. Nilai amplitudo terendah berada pada bagian selatan teluk yakni sebesar 0,56 m dan nilai yang tertinggi berada pada bagian dalamutara sebesar 0,68 m. Pola perambatan amplitudo gelombang M2, menunjukkan penumpukan amplitudo gelombang di bagian kepala teluk diakibatkan nilai kedalaman perairan yang semakin dangkal di bagian kepala dan juga bentukan dari Teluk Bone yang semakin menyempit apabila semakin ke arah kepala teluk. Faktor lainnya yang menyebabkan nilai amplitudo semakin tinggi di kepala teluk adalah gelombang M2 yang menabrak daratan dipantulkan balik ke perairan. Pantulan dari gelombang yang menabrak daratan Pulau Sulawesi dilihat dari kontur amplitudo yang terbentuk semakin rapat di kepala teluk dibandingkan di bagian pertengahan dan selatan Teluk Bone. Nilai amplitudo M2 ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hatamaya 1996 yang menunjukkan bahwa nilai amplitudo M2 yang berada di bagian paling selatan Teluk Bone sekitar 50 cm. Gelombang pasut yang 29 Gambar 9. Pola perambatan amplitudo komponen pasut M2 di Teluk Bone 30 Gambar 10. Pola perambatan fase komponen pasut M2 di Teluk Bone 31 merambat masuk ke dalam Teluk Bone diduga berasal dari propagasi dari Samudera Hindia yang masuk ke dalam Perairan Indonesia melalui Celah Timor lalu kemudian belok ke arah barat masuk Laut Banda, Laut Flores dan masuk ke Laut Jawa Hatamaya, 1996. Pola perambatan fase M2 di Teluk Bone pada bagian selatan sampai dengan pertengahan menunjukkan bahwa gelombang pasut M2 dimulai dari sebelah timur Gambar 10. Di bagian pertengahan, perambatan gelombang pasut M2 tidak lagi dari bagian timur tetapi berpindah ke bagian barat perairan hingga dibagian utarakepala perairan. Gelombang pasut M2 berpropagasi mengelilingi bagian utara perairan searah dengan arah jarum jam dan keluar dari bagian timur perairan masuk ke bagian tengah Teluk Bone dan keluar menuju mulut teluk melalui bagian barat perairan Teluk Bone. Perambatan gelombang pasut M2 masuk dari mulut teluk sampai ke kepala teluk membutuhkan waktu sekitar 2 menit 4,2 detik. Gelombang pasut M2 merambat masuk ke dalam teluk dengan waktu yang cukup singkat, dari mulut teluk hingga kepala teluk. Bagian tengah perairan kontur co-tidal terlihat lebih renggang kemungkinan disebabkan nilai kedalaman perairan di bagian tersebut masih tergolong perairan dalam, kurang lebih sekitar 1000-2000 meter. Semakin mendekati daerah dengan kedalaman perairan yang cukup dangkal, kontur co-tidal terlihat semakin rapat, dapat dilihat pada bagian utara dari Perairan Teluk Bone. Hal ini juga dipengaruhi dari gradien dasar perairan yang berubah-ubah, semakin besar nilai gradien dasar perairan maka kontur co-tidal yang terbentuk akan semakin rapat. Nilai fase M2 di stasiun pasut Kolaka lebih besar dibandingkan dengan stasiun pasut Tanjung Mangkasa. Hal ini menjelaskan bahwa gelombang pasut M2 merambat di bagian sebelah Timur terlebih dahulu. 32 Gelombang pasut M2 merambat masuk ke dalam mulut Teluk Bone, kemudian mengalami perubahan fase di posisi 4,4 LS dan nilainya sama sampai posisi 3,7 LS. Perubahan fase ini terjadi di bagian barat terlebih dahulu lalu diikuti di bagian timur teluk. Perubahan nilai fase menjadi lebih besar di posisi ini , dari yang sebelumnya bernilai 90 menjadi 90,2 . Amplitudo gelombang pasut M2 baru mengalami perubahan di posisi 4,2 LS sampai 3,8 LS. Nilai amplitudo berubah secara bertahap dari 57- 60 cm, di fase yang sama. Perubahan nilai amplitudo, sama seperti fase, terjadi pada bagian timur terlebih dahulu kemudian disusul di bagian sebelah barat. Hal ini disebabkan daerah di bagian timur terluk jauh lebih dangkal dibanding daerah di sebelah barat, sehingga penjalaran amplitudo dan fase lebih dahulu berubah di bagian timur dibanding di sebelah barat. Bagian leher teluk, nilai amplitudo berubah secara bertahap namun tidak terlalu banyak dari 61-62 cm. Pada bagian leher teluk pun nilai fase berkurang menjadi 90 . Kepala teluk memiliki nilai fase yang berbeda-beda di bagian timur, tengah dan barat. Nilai fase di bagian timur lebih besar dibanding di sebelah barat, dan di bagian pertengahan memiliki nilai fase yang paling kecil di antara ketiganya. Untuk nilai amplitudo, semakin ke arah kepala teluk nilainya semakin besar. Saat memasuki daerah kepala teluk nilai amplitudo sebesar 63 cm dan semakin meningkat menuju ke arah utara bagian kepala teluk, yakni sebesar 68 cm.

4.2.2. Pola Arus Residu M2