17 Denah Unit Penggemukan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa.
Keterangan:
S M
M ES
MES KARYAWAN M
ES
K AN
T OR
M
WC
B A
G. UM
UM GUD
A N
G PA
K A
N A
S
TIMBANGAN KENDARAAN
A B
C
PENAMPUNGAN LIMBAH
D
E
F
G
K ES
W A
N GUDANG
PAKAN B GUDANG
PAKAN CATTLE
YARD
= Kandang Penggemukan = Kantor
= Kebun HMT = Pos Keamanan
= Pintu Gerbang
= Mushola
= Timbangan Ternak Gambar 1. Denah Unit Penggemukan
18 Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi PT Lembu Jantan Perkasa
Sumber : Arsip PT Lembu Jantan Perkasa
Bagian Umum Administrasi Head Office
General Marketing Direksi
Kandang Fattening Kandang Breeding
Kesehatan Hewan Supervisor
Supervisor Kesehatan Hewan
Manager Fattening
Hijauan MakananTernak
Staf Keamanan
Manager Cikalong
Staf Limbah Unit Feedmill
Manager Breeding Administrasi Farm
Farm Manager General Manager
19
Jumlah dan bangsa Sapi
Jumlah sapi penggemukan di PT LJP selama tahun 2009 sebanyak 3511 ekor sedangkan tahun 2010 sebanyak 4258 ekor. Sapi bakalan yang dipelihara di PT LJP
berasal dari Australia. Menurut Susilowati 1998 sapi bakalan yang digunakan dalam penggemukan adalah sapi Bali, Peranankan Onggole PO, dan sapi impor
seperti sapi Australian Commersial Cross ACC, Brahman Cross BX, Shorthon dan Brangus. Sapi potong yang dipelihara sebagian besar merupakan sapi Brahman
Cross BX. Sapi-sapi Brahman Cross BX yang dipelihara di PT LJP berasal dari Auastralia. Minish dan Fox 1979 menyatakan bahwa sapi Brahman di Australia
secara komersial jarang dikembangkan secara murni dan banyak disilangkan dengan sapi Hereford-Shorthorn HS. Hasil persilangan dengan Hereford dikenal dengan
nama Brahman Cross BX. Gambar 3 memperlihatkan sapi Brahman Cross BX di PT LJP.
Gambar 3. Sapi Brahman Cross BX di PT Lembu Jantan Perkasa
Sapi BX banyak digunakan sebagai sapi bakalan di Indonesia dikarenakan memiliki beberapa keunggulan, antara lain: memiliki daya tahan terhadap panas dan
kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis, memiliki daya tahan terhadap ektoparasit terutama caplak Direktorat Jendral Peternakan, 1986.
Menurut Ensminger 1995 ciri fisik sapi Brahman Cross BX ditandai dengan adanya kelasa yang cukup besar melampaui bahu, kulit yang menggantung dibawah
20 kerongkongan dan gelambir yang panjang, serta mempunyai kaki panjang dan telinga
menggantung. Evaluasi Penerapan
Good Farming Practices GFP
Good Farming Practices menurut Departement of Agriculture, Food and Rural Development 2001 merupakan cara beternak yang baik dan benar, yang
memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi dan kesejahteraan ternak. Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan pedoman budidaya
ternak sapi potong yang baik GFP menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan 2000 adalah: 1 meningkatkan popolasi, produksi dan produktivitas
ternak, 2 meningkatkan mutu hasil ternak daging, 3 menunjang ketersediaan pangan asal ternak di dalam negeri, 4 menciptakan lapangan kerja, 5 meningkatkan
pendapatan dan kesejahtaraan peternak dan 6 mendorong ekspor komoditas ternak khususnya daging.
Ruang lingkup pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik GFP menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan 2000 meliputi empat aspek yaitu
sarana, proses produksi, pelestarian lingkungan dan pengawasan. Hasil penerapan aspek Good Farming Practices di PT LJP Serang-Banten dapat dilihat pada Tabel 1.
sampai Tabel 4.
21 Tabel 1. Hasil Evaluasi Aspek Sarana Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa
No. Aspek Kondisi Seharusnya
Kondisi dilapangan Kesesuaiankoreksi
1. Lokasi
Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang RUTR dan
Rencana Detail Tata Ruang Daerah RDTRD.
Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang RUTR dan Rencana Detail
Tata Ruang Daerah RDTRD. Ada surat izin mendirikan bangunan.
Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah
sekitarnya harus
memperhatikan lingkungan
dan topografi sehingga kotoran dan limbah
yang dihasilkan
tidak mencemari
lingkungan. Sesuai dengan persyaratan. Memiliki
topografi yang landai dan datar dengan ketinggian 200 m dpl.
2. Lahan
Status lahan peternakan sapi potong jelas.
Status lahan peternakan sapi potong jelas.
Sesuai dengan peruntukannya menurut perundang
–undangan yang berlaku. Sesuai dengan peruntukannya menurut
perundang –undangan yang berlaku,
dengan iji mendirikan bangunan no 03.64704232008.
3. Penyediaan
Air dan
Alat Penerangan
Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang sehat, yang dapat
diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun dalam jumlah
yang mencukupi. Air memenuhi baku mutu air sehat,
dilakukan pengecekan kualitas air secara berkala, air tersedia sepanjang
tahun. Sumber air berasal dari sumur bor dan sumur summermersible yang
ada di dalam wilayah peternakan. Sumur bor sejumlah 11 unit. Air minum
ditampung dalam tower air.
Setiap usaha penggemukan sapi potong hendaknya
menyediakan alat
penerangan misalnya listrik cukup Alat penerangan cukup. Setiap kandang
terdapat 10 lampu.
22 setiap saat sesuai kebutuhan dan
peruntukannya. 4.
Bangunan Jenis bangunan yang diperlukan untuk
usaha penggemukan sapi potong adalah: a.
Kandang penggemukan b.
Kandang isolasi sapi yang sakit c.
Gudang pakan dan peralatan d.
Barak pekerja e.
Unit penampungan dan unit pengolahan limbah
Semua bangunan tersedia. a.
Kandang penggemukan b.
Kandang isolasi sapi yang sakit c.
Gudang pakan dan peralatan d.
Barak pekerja e.
Unit penampungan dan unit pengolahan limbah
Konstuksi bangunan a.
Konstruksi bangunan terdiri dari bahan yang kuat yang dapat
menjamin kenyamanan
dan keamanan bagi pegawaiburuh
dan ternak. b.
Konstruksi kandang harus dapat memenuhi daya tampung dan
pertukaran udara
didalam kandang
harus terjamin
kelancarannya. c.
Lantai kandang harus kuat dan tidak licin sebaiknya terbuat dari
coran semen untuk menjamin kebersihan
kandang dan
memudahkan untuk didesinfeksi. d.
Konstruksi bangunan gudang pakan harus dibuat sedemikian
rupa agar pakan tetap sehat dan hygienis.
Konstruksi bangunan PT Lembu Jantan Perkasa:
• Bahan baku yang digunakan untuk bangunan kandang terdiri atas
bahan logam, kayu, beton dan besi. • Atap kandang menggunakan asbes
dan aluminium galvanum setiap atap terdapat seng berwarna bening
untuk penerangan cahaya matahari. • Kerangka dan tiang kandang
menggunakan bahan beton, kayu dan besi.
• Lantai terbuat dari paving block dan semen dengan kemiringan 5º.
• Daya tampung cukup, jumlah sapi tiap pen 50-60 ekor dengan luasan
sekitar 3 m
2
ekor. -
23 Tataletak Bangunan
a. Ruang kantor dan tempat tinggal
karyawanpengelola usaha
peternakan harus
terpisah dari
daerah perkandangan. b.
Jarak terdekat antara kandang dengan
bangunan lain
bukan kandang minimal 25 m.
c. Letak kandang dan bangunan lain
harus ditata sedemikian rupa agar memudahkan bagi karyawan dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari, memudahkan pengaturan drainase
dan penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran
penyakit.
d. Letak kandang isolasi ternak yang
sakit atau diduga sakit di belakang penampungan limbah sehingga tidak
terjadi polusi
dan pencemaran
penyakit. e.
Usaha peternakan hanya mempunyai satu pintu masuk entry point yang
dilengkapi dengan kolam disinfektan dan setiap tamu atau kendaraan
harus melewati. Tataletak Bangunan PT Lembu Jantan
Perkasa: • Ruang kantor dan tempat tinggal
karyawanpengelola usaha
peternakan harus terpisah dari daerah perkandangan.
• Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan bukan kandang
kurang dari 25 m. • Letak kandang dengan unit
penampungan limbah terlalu dekat ± 3 m, dikhawatirkan dapat
menyebabkan polusi
dan pencemaran penyakit.
• Usaha peternakan
hanya mempunyai satu pintu masuk
entry point yang tidak dilengkapi dengan kolam disinfektan dan
setiap tamu atau kendaraan harus melewati.
Sebaiknya tata letak kandang dengan unit penampungan
limbah diperbaiki
agar jaraknya tidak terlalu dekat.
Peternakan dilengkapi dengan kolam disinfektan pada
pintu masuk entry point dan setiap tamu atau kendaraan
harus
melewati, adanya
disinfektan untuk mencegah kemungkinan
adanya penyakit dari luar.
5. Alat
dan Mesin
Peternakan Usaha
penggemukan sapi
potong memiliki
peralatan sesuai
dengan kapasitasjumlah sapi yang dipelihara
mudah digunakan, mudah dibersihkan Usaha
penggemukan sapi
potong memiliki kandang dengan kapasitas
tampung 3 m
2
ekor, bangunan terbuat dari besi dan kayu yang mudah
24 dan tidak mudah berkarat.
dibersihkan dan tidak mudah berkarat. Alat dan mesin yang perlu disediakan:
a. Tempat pakan dan tempat
minum bias terbuat dari semen, seng anti karat atau papan tebal
b. Kendaraan pembawa rumput
kekandang c.
Timbangan pakan dan sapi d.
Alat timbangan untuk sapi statismobil
e. Mesin giling butiran apabila
membuat pakan
konsentrat sendiri
f. Chopper pemotong rumput
g. Tempat bongkarmuat ternak
memadai h.
Mixer Alat dan mesin yang ada di Lembu
Jantan Perkasa: a.
Tempat pakan terbuat dari semen dan terbuat dari plastik
jligen yang dibelah menjadi 2 bagian.
b. Rumput diangkut mengunakan
mobil pick uptruk. c.
Timbangan yang
tersedia: timbangan
sapi, timbangan
kendaraan, timbangan rumput dan timbangan pakan.
d. Terdapat 2 mesin giling
e. Terdapat chopper untuk rumput
dan chopper untuk jerami padi. f.
Tempat bongkar dan muat loading chute memadai.
g. Terdapat 4 mixer.
6. Bibitbakal
an Bakalan sapi khusus untuk digemukkan
bisa berasal dari sapi lokal atau impor, tergantung jenis sapi.
Bakalan berasal dari ternak impor dari Australia yaitu sapi Brahman Cross.
Sapi bakalan yang digunakan harus bebas dari penyakit menular seperti
mulut dan kuku Foot and Mouth Disease, penyakit ngorok, Rinderpest,
brucellosis keluron, anthrax radang limpa, Blue tangue lidah biru.
Sapi bakalan berasal dari Negara Australia yang terbebas dari penyakit
menular. Pemeriksaan
kesehatan dilakukan sebelum dan sesudah sampai
ke peternakan oleh Balai Karantina dan Dinas Peternakan Kabupaten Banten.
Usaha peternakan sapi potong yang mengadakan kegiatan pembibitan telah
Usaha peternakan sapi potong yang mengadakan kegiatan pembibitan telah
25 mengikuti petunjuk, pengarahan, serta
pengawasan dari
instansi yang
berwenang. mengikuti petunjuk, pengarahan, serta
pengawasan dari
instansi yang
berwenang. 7.
Pakan Ketersediaan pakan cukup bagi ternak,
baik yang berasal dari hijauanrumput, maupun pakan konsentrat yang dibuat
sendiri atau berasal dari pabrik. Ketersediaan
pakan cukup,
pakan hijauan berasal dari kebun HMT
perusahaan yaitu rumput Taiwan dan jerami diperoleh dari daerah sekitar,
pakan konsentrat diproduksi sendiri oleh perusahaan sedangkan bahan baku
ransum berasal dari luar.
Bahan campuran pakan harus diperoleh dari sumber yang sudah mendapat izin.
Ransum pakan yang digunakan tidak terkontaminasi
mikroba, penyakit
stimulant pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin melebihi
tingkat yang dapat diterima oleh pejabat yang berwenang dan Negara-negara
pengimpor. Bahan pakan diperoleh dari dalam
negeri dan dilakukan pengujian analisis proksimat untuk setiap bahan pakan
yang
digunakan. Ransum
yang digunakan
tidak terkontaminasi
mikroba, penyakit
stimulant pertumbuhan, hormon, bahan kimia,
obat-obatan, mycotoxin.
Dalam memenuhi kebutuhan pakan hijauan
yang cukup
bagi usaha
peternakan sapi
potong secara
berkesinambungan, dapat bekerja sama dengan
petani setempat
untuk penyediaan hijauan pakan ternak.
Kebutuhan pakan hijauan cukup bagi usaha peternakan sapi potong secara
berkesinambungan dan
penanaman HMT
dilakukan oleh
perusahaan bekerja
sama dengan
masyarakat melalui sistem kemitraan.
8. Obat
Hewan Obat-obatan, bahan kimia dan bahan
biologic untuk ternak yang digunakan sudah terdaftar.
Setiap obat memiliki nomor pendaftaran tersendiri.
Penggunaan obat hewan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penggunaan obat keras di bawah pengawasan
tim kesehatan
hewan
26 Keswan yaitu dokter hewan dan
kepala unit kesehatan hewan. 9.
Tenaga Kerja
Semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan
sehat Semua karyawan yang bekerja pada
usaha peternakan sapi potong berbadan sehat jasmani dan rohani. Setiap
karyawan mendapat kartu jaminan kesehatan dari perusahaan.
Pekerja disediakan pakaian kerja, sepatu bot, jas hujan dan peralatan lainya yang
diperlukan. Pekerja disediakan pakaian kerja, sepatu
bot dan
peralatan lainya
yang diperlukan yang diberikan setiap tahun.
Setiap usaha penggemukan sapi potong hendaknya
menjalankan ketentuan
peraturan perundang-undangan
di bidang ketenagakerjaan.
Sesuai persyaratan, karyawan digaji sesuai dengan jabatan, pendidikan dan
masa kerja.
27 Tabel 2. Hasil Evaluasi Aspek Proses Produksi Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa
No. Aspek Kondisi Seharusnya
Kondisi dilapangan Kesesuaiankoreksi
1. Pemilihan
bibit Pemilihan sapi bakalan pada usaha
penggemukan sapi
potong harus
memenuhi kriteria sebagai berikut: 1.
Bangsa sapi murni atau persilangan. 2.
Umur 1 sampai 2 tahun 3.
Berat; untuk sapi lokal 100 – 150 kg, untuk sapi persilangan 250-350 kg
Sapi bakalan usaha penggemukan PT Lembu Jantan Perkasa berasal dari
bangsa sapi persilangan yaitu sapi Brahman Cross BX dengan kisaran
umur 2 tahun dengan bobot badan 250- 350kg.
2. Kandang
Setiap usaha penggemukan sapi potong yang
akan didirikan
harus merencanakan jumlah kandang yang
akan dibangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipeliharan.
Usaha penggemukan PT Lembu Jantan Perkasa merencanakan jumlah kandang
sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipelihara. Jumlah kandang
penggemukan 7 kandang penggemukan, setiap kandang terdiri dari 8 - 14 pen.
Daya tampung kandang penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa sekitar
4500 ekor dengan daya tampung setiap pen 50 - 60 ekor.
Kandang yang akan dibangun harus kuat, memenuhi syarat kesehatan,
mudah dibersihkan,
mempunyai drainase yang baik, sikulasi udara yang
bebas dan dilengkapi tempat makan dan minum sapi serta bak desinfektan.
Kandang terbuat dari logam, kayu, beton dan besi sehingga dipastikan kuat,
memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang
baik, sikulasi udara yang bebas dan dilengkapi tempat makan dan minum
sapi serta bak desinfektan.
Sistem kandang
dapat dibuat
berkolonikelompok dan
setiap Kandang dibuat koloni dengan jumlah
sapi 50- 60 ekor tiap pen dan memiliki
28 kelompok berisi 5-10 ekor sapi dengan
luas ruang space 10-20 m
2
. luas ruang 3 m
2
perekor. Jarak antar kandang dengan kandang
lainya minimal 10 m, dan jarak kandang dengan
tempat penampungan
limbahkotoran sapi minimal 25 m. Sebaiknya bangunan kandang dibuat
sedemikian rupa agar selalu mendapat cahaya pagi yang penuh ultra violet.
Jarak kandang penggemukan dengan kandang breeding dan kandang isolasi
lebih dari 10 m, jarak kandang dengan tempat penampungan limbahkotoran
sapi sekitar 3 m. Bangunan kandang mendapat cahaya pagi yang penuh ultra
violet. Sebaiknya
tempat penampungan limbahkotoran
sapi berjarak lebih dari 25m dari kandang.
3. Pakan
Pemberian pakan hijauan segar minimal 10 berat badan dan pakan konsentrat
sekitar 0,4
dari berat
badan. Pemberian pakan dilakukan 2 dua kali
sehari. Pemberian hijauan 1-2 dari bobot
badan dan pakan konsentrat 1,3 – 2
berat badan.
Pemberian pakan
dilakukan 3
tiga kali
sehari. Pemberian pakan disesuaikan dengan
bobot badan, PBBH dan konsumsi pakan ternak.
Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang
dapat dicerna dalam ransum. Zat-zat makanan dasar adalah energi dan lemak,
protein, mineral dan vitamin serta serat kasar.
Penyusunan ransum dilakukan oleh supervisor feeding. Penyusunan ransum
memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna dalam
ransum.
Kebutuhan energi atau Total Digestible Nutrient TDN, protein dan mineral
untuk penggemukan sapi potong jantan untuk
tujuan pemelihraan
dan pertumbuhan dapat dilihat pada tabel.
Sesuai persyaratan. Ransum konsentrat yang diproduksi PT Lembu Jantan
Perkasa untuk
sapi penggemukan
memiliki kandungan protein sebesar 12- 14.
Pakan tambahan
yang digunakan
memiliki ketentuan yang berlaku. Pakan
tambahan yang
digunakan memiliki ketentuan yang berlaku. Pakan
tambahan yang diberikan adalah urea
29 molasses block UMB.
4. Kesehatan
Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner
A. Kesehatan Hewan 1. Situasi Penyakit
Usaha penggemukan
sapi potong
terutama usaha penggemukan harus terletak
di daerah
dimana tidak
ditemukan gejala klinis atau bukti lain tentang penyakit mulut dan kuku Foot
and Mouth Disease, ingus jahat Malignat Catarhal Fever, Bovine
Ephemeral Fever, Lidah biru Blue tangue, anthrax Radang Limpa,
Brucellosis kluron menular. Sesuai persyaratan, usaha penggemukan
sapi potong terletak di daerah yang bebas endemik penyakit zoonosis.
2. Vaksinasipencegahan
a. Usaha bidudaya sapi potong harus
melakukan vaksinasi
dan pengujiantes
laboratorium terhadap penyakit tertentu yang
ditetapkan oleh
instansi berwenang.
b. mencatat
setiap pelaksanaan
vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan
ternak,
c. melaporkan kepada Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat instansi
yang berwenang setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang
didugadianggap penyakit menular. a.
Usaha penggemukkan sapi potong melakukan
vaksinasi dan
pengujiantes laboratorium
terhadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi berwenang
yaitu unit kesehatan hewan dan dinas
peternakan kabupaten
Banten. b.
Setiap ternak memiliki kartu kesehatan ternak.
c. Melaporkan kepada Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat instansi
yang berwenang setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang
didugadianggap penyakit menular. Namun selama ini belum pernah
30 terjadi kasus penyakit menular.
B. Kesehatan Masyarakat Veteriner
Kesmavet 1.
Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas
dari hewan piaraan lainnya yang dapat menularkan penyakit.
2. Melakukan desinfeksi kandang dan
peralatan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi serangga,
lalat dan hama lainnya.
3. Untuk
mencegah terjadinya
penularan penyakit
dari satu
kelompok ternak ke kelompok ternak
lainnya, pekerja
yang melayani ternak yang sakit tidak
diperkenankan melayani ternak yang sehat.
4. Menjaga agar tidak setiap orang
dapat bebas keluar masuk kandang ternak
yang memungkinkan
terjadinya penularan penyakit. 5.
Membakar atau mengubur bangkai kerbau yang mati karena penyakit
menular. 6.
Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk stafkaryawan dan kendaraan
tamu dipintu masuk perusahaan. 7.
Mengusahakan lokasi peternakan tidak mudah dimasuki binatang
• Lokasi mudah dimasuki binatang liar sebab berdekatan dengan
masyarakat, namun hanya mampu masuk hingga wilayah kebun
HMT.
• Diterapkan pemakaian insektisida baik tabur dan cair.
• Terdapat pembagian tenaga kerja yang jelas untuk tiap-tiap unit.
• Terdapat unit keamanan yang memantau
keluar masuk
peternakan. • Ternak mati segera dikuburkan
setelah diperiksa
penyebab kematiaannya.
• Tidak tersedia fasilitas desinfeksi untuk stafkaryawan dan kendaraan
tamu dipintu masuk perusahaan. • Kandang dibersihkan setiap hari.
• Ternak yang sakit di kandangkan khusus ternak di kandang ternak
sakit. -
Sebaiknya melakukan
koordinasi dengan
masyarakat agar ternak tidak digembalakan disekitar areal
peternakan. Tersedianya
fasilitas desinfeksi
untuk stafkaryawan dan kendaraan
tamu dipintu
masuk perusahaan.
-
31 liar, bebas dari hewan piaraan
lainya yang dapat menularkan penyakit.
8. Melakukan desinfektan peralatan,
penyemprotan, insektisida terhadap serangga, lalat dan pembasmian
terhadap hama-hama lainnya.
9. Melakukan
pembersihan dan
pencucian kandang
serta menyediakan pencuci hama.
10. Memiliki
program vaksinasi
terhadap penyakit. 11.
Melakukan pelaporan kepada yang berwenang
apabila ditemukan
gejala penyakit menular yang diatur dalam undang-undang.
12. Mengeluarkan ternak yang mati
dari kandang untuk segera dikubur dimusnahkan oleh petugas yang
berwenang.
13. Mengelurkan ternak yang sakit dari
kandang untuk segera diobati atau dipotong
oleh petugas
yang berwenang.
14. Ternak sapi potong bebas dari
penyakit Tuberkulosis TBC. 15.
Menyediakan fasilitas desinfektan untuk
staf dan
tamu serta
kendaraan pada
pintu masuk
peternakan.
32 5.
Penanganan Hasil
Lamawaktu yang digunakan untuk penggemukan sapi potong berkisar
antara 3-6 bulan sesuai umur dan kondisi
sapi pada
waktu mulai
digemukkan. Lama penggemukan 3 bulan sesuai
umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan.
Minimal satu bulan terakhir sebelum dipasarkan,
pemberian ransum
konsentrat ditingkatkan dari pemberian biasa dan pakan hijauan dikurangi dari
pemberian biasa dan penggunaan anti biotic dan chemotropic diharapkan
meperhatikan withdraw waktu henti obat.
Sesuai persyaratan, pemberian ransum konsentrat
ditingkatkan sejak
pemeliharaan lebih dari 30 hari yaitu dengan rasio pemberian hijauan dengan
konsentrat sebesar 10 : 90.
Dilarang memperjual-belikan daging yang berasal dari sapi potong selama
pengobatan anti biotic atau hormone untuk
konsumsi manusia,
kecuali apabila ternak tersebut dipotong sesuai
ketentuan atau standar withdrowel time obat yang digunakan.
Sesuai persyaratan.
Usaha penggemukkan
PT Lembu
Jantan Perkasa menjual sapi potong yang bebas
dari anti biotic atau hormone karena PT Lembu
Jantan Perkasa
tidak memberikan antibiotik dan hormon.
Sapi yang sudah siap dipasarkan finisher harus dijaga sedemikian rupa,
jangan sampai sapi tersebut cedera cacat.
Sapi yang sudah siap dipasarkan finisher harus dijaga sedemikian rupa,
jangan sampai sapi tersebut cedera cacat. Sapi yang sudah siap jual dijaga
agar
tidak stress
yang dapat
menyebabkan penurunan bobot badan. Sapi
yang dipasarkan
diangkut menggunakan trukkendaraan dengan
kapasitas 12 - 14 ekor per truk tergantung ukuran trukkendaraan.
33 Berat sapi potong siap jual minimal:
lokal 250 kg dan persilanganimpor 350 kg.
Berat sapi potong siap jual minimal: 350 kg. Urutan penjualan Sapi potong
dimulai dari sapi yang memiliki berat badan tertinggi.
34 Tabel 3. Hasil Evaluasi Aspek Pelestarian Lingkungan Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa
No. Aspek Kondisi Seharusnya
Kondisi dilapangan Kesesuaiankoreksi
1. Rencana
Penanggula ngan
Pencemara n
Lingkungan Undang-undang nomor 23 tahun 1997
tentang ketentuan-ketentuan
pokok pengolahan lingkungan hidup.
Peraturan pemerintan nomor 27 tahun 1999 tentang analisa mengenai dampak
lingkungan.
Peraturan pelaksanaan
analisis mengenai
dampak lingkungan
AMDAL. PT Lembu Jantan Perkasa melakukan
upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup.
2. Upaya
pencegahan pencemaran
lingkungan Mencegah
timbulnya erosi
serta membantu penghijauan di areal usaha.
Pencegahan erosi dan penghijauan dilakukan dengan penanaman tanaman
disekitar areal
peternakan dan
penanaman HMT. Menghindari timbulnya polusi dan
ganguan lain yang berasal dari lokasi usaha
yang dapat
mengganggu lingkungan berupa bau busuk, suara
bising, serangga, tikus serta pencemaran air sungaiair sumur.
Sesuai persyaratan. Pencegahan polusi dilakukan dengan pengolah limbah
peternakan menjadi pupuk.
Setiap usaha penggemukan sapi potong harus membuat unit pengolahan limbah
perusahaan padat, cair dan gas yang sesuai
dengan kapasitas
produksi limbah yang dihasilkan.
Belum terdapat unit pengolahan limbah gas. Limbah hanya diolah menjadi
pupuk kompos.
Setiap penggemukan usaha sapi potong membuat pembuangan kotoran dan
Sesuai persyaratan.
Usaha penggemukan sapi potong membuat
35 penguburan bangkai.
saluran pembuangan kotoran, unit penampungan dan pengolahan limbah
serta melakukan penguburan bangkai ternak.
36 Tabel 4. Hasil Evaluasi Aspek Pengawasan Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa
No. Aspek Kondisi Seharusnya
Kondisi dilapangan Kesesuaiankoreksi
1. Sistem
Pengawasan Sistem pengawasan dilakukan secara
baik pada titik kritis dalam proses produksi
untuk memantau
kemungkinan adanya penyakit dan kontaminasi lainya.
Sesuai persyaratan. Titik kritis dalam usaha penggemukan ini antara lain
feeding dan penanganan ternak sakit yang diawasi secara baik.
Instansi yang berwenang dalam bidang peternakan melakukan pengawasan
manajemen mutu
terpadu yang
dilakukan Pedoman budidaya ternak sapi potong yang baikGood Farming
Practices. Sesuai
persyaratan. Pengawasan
manajemen mutu
terpadu yang
dilakukan Pedoman budidaya ternak sapi potong yang baikGood Farming
Practices dilakukan
oleh Dinas
Peternakan Kabupaten Banten setiap 6 bulan sekali.
2. Sertifikasi
Usaha penggemukan sapi potong yang produksinya untuk tujuan eksport harus
dilengkapi sertifikat. Usaha penggemukan sapi potong PT
Lembu Jantan
Perkasa tidak
memproduksi sapi potong untuk tujuan eksport.
Sertifikat dikeluarkan oleh instansi berwenang setelah melalui penilaian
dan rekomendasi. Tidak
memiliki sertifikat
karena produksi untuk dalam negeri.
3. Monitoring
dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh instansi yang berwenang dibidang
peternakan di KabupatenKota. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh
dinas peternakan di Kabupaten Banten.
Evaluasi dilakukan
setiap tahun
berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan
serta pengecekan
kunjungan ke usaha penggemukan sapi potong.
Evaluasi dilakukan setiap enam bulan berdasarkan data dan informasi yang
dikumpulkan serta
pengecekan kunjungan ke usaha penggemukan sapi
potong.
37 4.
Pencatatan Data usaha penggemukan sapi potong
• Populasi ternak yang digemukkan per periode
• Jumlah karyawan • Obat atau vaksin yang digunakan
• Feed additive yang digunakan • Pakan konsentrat yang digunakan
per periode • Penjualan ternak per periode.
Data usaha penggemukan sapi potong • Populasi ternak yang digemukkan
per periode • Jumlah karyawan
• Obat atau vaksin yang digunakan • Feed additive yang digunakan
• Pakan konsentrat yang digunakan per periode
• Penjualan ternak per periode. 5.
Pelaporan Membuat
laporan tertulis
secara berkala enam bulanan dan tahunan
kepada instansi yang berwenang. Membuat laporan tertulis secara berkala
setiap bulan oleh Kepala Unit kepada Kepala Direksi dan dilakukan pelaporan
Kepala Dinas Petenakan setiap enam bulan.
Wajib membuat laporan teknis dan administratif secara berkala untuk
kepentingan internal, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dapat
mengadakan perbaikan
perubahan berdasarkan laporan yang ada.
Membuat laporan
teknis dan
administratif secara berkala untuk kepentingan internal dari kepala unit
penggemukan kepada kelapa direksi sehingga apabila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dapat mengadakan perbaikanperubahan
berdasarkan laporan yang ada.
38
Sarana
Berdasarkan GFP Direktorat Jenderal Produksi Peternakan 2000 aspek sarana meliputi lokasi, lahan, penyediaan air dan alat penerangan, bangunan, alat dan
mesin peternakan, bibitbakalan, pakan, obat hewan dan tenaga kerja. Secara keseluruhan penerapan GFP pada aspek sarana sudah baik. Aspek sarana yang perlu
diperhatikan adalah bangunan. Lokasi PT LJP sudah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang RUTR
dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah RDTRD. Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya sudah memperhatikan lingkungan dan topografi
sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. PT LJP terletak sekitar 200 m dari jalan raya dan memiliki topografi yang landai dan datar
dengan ketinggian 200 m di atas permukaan air laut.
Gambar 4. Izin Mendirikan Bangunan Status lahan peternakan sapi potong jelas dan sesuai dengan peruntukannya
menurut perundang-undangan yang berlaku. PT LJP memiliki lahan seluas ± 26 ha. Lahan tersebut digunakan untuk bangunan kantor, kandang, mess karyawan, gudang
pakan, kebun rumput dan bangunan lainya. Luas dan penggunaan lahan Peternakan PT LJP dapat dilihat pada Tabel 5.
39 Tabel 5. Luas dan Penggunaan Lahan Peternakan di PT Lembu Jantan Perkasa
No Jenis Bangunan Luas m
2
1 Kantor
102 2
Mess Manager 46,25
3 Mess Staf depan
118 4
Pos Satpam 6,25
5 Gudang alat
12 6
Mushola 16
7 Gudang pakan A
1.232 8
Gudang pakan B 1.590
9 Kandang fattening
17.357 10 Cattle yard fattening
1.000 11 Cattle yard breeding
1.200 12 Water Torn 19 unit
114 13 Gudang alat mekanik
300 14 Gudang pakan onggok
245 15 Mess karyawan feedmill
707,25 16 Jalan masuk
4.720 17 Bak air 88 unit
308 18 Kandang breeding
21.664 19 Mess staff dan guest house
272 20 Warehouse
320 21 Kebun rumput
80.000 22 Bangunan chopper
120 23 Pagar
712,62 24 Saluran
2.178 25 Jalan
18.540,8 26 Kandang partus
600 27 Lahan kosong
107.767 28 Timbangan kendaraan
72 Jumlah
261.320,17
Sumber : Arsip PT Lembu Jantan Perkasa 2010
40 Penyediaan air dan alat penerangan di PT Lembu Jantan Perkasa telah sesuai
dengan GFP. Air memenuhi baku mutu air sehat, dilakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala, air tersedia sepanjang tahun. Sumber air berasal dari sumur bor yang
ada di dalam wilayah peternakan dan air tersebut ditampung dalam tower air. Sumur bor sejumlah 11 unit dengan tower air berjumlah 14 buah. Tower air yang digunakan
berkapasitas 8.000 liter dengan debit 4.000 liter per jam. Air yang telah ditampung di tower air dialirkan ke kandang, kantor dan mess melalui pipa. Air tersebut
digunakan untuk membersihkan kandang, air minum ternak dan untuk kebutuhan karyawan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan lain-lain. Air yang digunakan untuk
ternak berbeda dengan air yang digunakan untuk kebutuhan karyawan sehari-hari Penyediaan alat penerangan misalnya listrik tersebut cukup setiap saat sesuai
kebutuhan dan peruntukannya. Bangunan yang diperlukan untuk usaha penggemukan sapi potong adalah
kandang penggemukan, kandang isolasi sapi yang sakit, gudang pakan dan peralatan, mess pekerja, unit penampungan, dan unit pengolahan limbah. Office International
des Epizooties OIE 2006 menjelaskan bahwa bangunan dan fasilitas peternakan harus dikontrol agar tidak membahayakan ternak karena di dalamnya dapat
merupakan sumber penyebab kontaminasi bagi ternak seperti mikroba patogen, bahan kimia dan fisik yang dapat membahayakan tenak secara langsung dan tidak
langsung. Berikut ini gambar 5. bangunan usaha penggemukan di PT LJP.
a b
a b
41 Gambar 5. a Gudang Pakan, b Mess Karyawan, c Kandang Penggemukan, d
Kandang Isolasi. Ensminger dan Tylor 2006 menyatakan bahwa bangunan peternakan harus
dirancang untuk memfasilitasi kenyamanan, kesehatan dan produktivitas ternak. Ventilasi yang baik, tersedianya pakan dan air dengan kualitas yang baik, penerangan
dan kenyamanan ternak harus diperhatikan untuk meningkatkan performa ternak. Kandang bagi ternak sapi potong merupakan sarana yang mutlak harus ada. Kandang
merupakan tempat berlindung ternak dari hujan, terik matahari, pengamanan ternak terhadap binatang buas, pencuri, dan kandang juga merupakan salah satu sarana
untuk menjaga kesehatan Direktorat Jenderal Peternakan, 1985. Konstuksi bangunan di PT Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten telah sesuai dengan GFP
yaitu: a.
Konstruksi bangunan terdiri atas bahan yang kuat yang dapat menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pegawaiburuh dan ternak.
b. Konstruksi kandang harus dapat memenuhi daya tampung dan pertukaran udara
didalam kandang harus terjamin kelancarannya. c.
Lantai kandang harus kuat dan tidak licin sebaiknya terbuat dari coran semen untuk menjamin kebersihan kandang dan memudahkan untuk didesinftasi.
d. Konstruksi bangunan gudang pakan harus dibuat sedemikian rupa agar pakan
tetap sehat dan hygienis. Menurut GFP tataletak bangunan ruang kantor dan tempat tinggal
karyawanpengelola usaha peternakan harus terpisah dari daerah perkandangan. Jarak c
d
42 terdekat antara kandang dengan bangunan lain bukan kandang minimal 25 m. Letak
kandang dan bangunan lain harus ditata sedemikian rupa agar memudahkan bagi karyawan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, memudahkan pengaturan
drainase, dan penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran penyakit. Letak kandang isolasi ternak yang sakit atau diduga sakit di belakang
penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran penyakit. Usaha peternakan hanya mempunyai satu pintu masuk entry point yang dilengkapi dengan
kolam disinfektan dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati. Bangunan secara keseluruhan telah sesuai akan tetapi masih ada yang belum
sesuai antara lain pemanfaatan kandang isolasi perlu lebih dioptimal. Sapi yang sakit dikandangkan secara terpisah namun tidak di kandang isolasi. Area yang terpisah
diperlukan untuk mengisolasi ternak dan untuk perawatan ternak. Area ini harus dibuat agar nyaman bagi ternak dan memiliki suplai obat-obatan serta memiliki
penerangan yang cukup. Area perawatan ini biasanya dibuat dekat dengan kandang khusus untuk melahirkan dan untuk mengisolasi ternak yang sakit. Hal ini dilakukan
untuk efisiensi pekerja dan sering disebut dengan kandang untuk kebutuhan khusus Palmer, 2005. Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lain bukan kandang
kurang dari 25 m. Jarak yang terlalu berdekatan yaitu jarak antara kandang dengan unit penampungan limbah yang dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan ternak.
Bangunan PT LJP mempunyai satu pintu masuk entry point tetapi tidak dilengkapi dengan kolam disinfektan sehingga setiap tamu atau kendaraan yang masuk
peternakan tidak didesinfeksi. Hal ini memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit dari luar.
Usaha penggemukan sapi potong memiliki peralatan sesuai dengan kapasitas jumlah sapi yang dipelihara mudah digunakan, mudah dibersihkan dan tidak mudah
berkarat. Alat dan mesin yang perlu disediakan: tempat pakan dan tempat minum, kendaraan pembawa rumput ke kandang, timbangan pakan dan sapi, alat timbangan
untuk sapi statismobil, mesin giling butiran, chopper pemotong rumput, tempat bongkarmuat ternak memadai dan mixer. Tempat pakan terbuat dari semen dan
terbuat dari plastik jerigen yang dibelah menjadi dua bagian. Rumput diangkut menggunakan mobil pick uptruk. Timbangan yang tersedia antara lain timbangan
sapi, timbangan kendaraan, timbangan rumput dan timbangan pakan. PT LJP
43 memiliki 2 mesin giling, chopper untuk rumput dan chopper untuk jerami padi dan
terdapat 4 mixer. Tempat bongkar dan muat loading chute ternak yang memadai. Gambar 6. memperlihatkan alat dan mesin peternakan PT Lembu Jantan Perkasa.
Gambar 6. a Timbangan Ternak, b Timbangan Kendaraan
Gambar 7. a Kendaraan Ternak, d Kendaraan RumputJerami. a
b
a b
44 Gambar 8. a Loading chute, b Cattle yard
Gambar 9. a Mixer b Chopper alat pemotong rumput. Bakalan sapi yang digemukkan di PT LJP Serang-Banten merupakan sapi
impor dari Negara Australia yang terbebas dari penyakit menular. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum dan sesudah sampai ke peternakan oleh Balai
Karantina dan Dinas Peternakan kabupaten Banten. Sapi bakalan yang digunakan bebas dari penyakit menular seperti mulut dan kuku Foot and Mouth Disease,
penyakit ngorok, Rinderpest, brucellosis keluron, anthrax radang limpa, Blue tangue lidah biru. Usaha peternakan sapi potong yang mengadakan kegiatan
pembibitan telah mengikuti petunjuk, pengarahan, serta pengawasan dari instansi b
a
a b
45 yang berwenang. Sapi bakalan yang digunakan adalah sapi BX. Sapi BX banyak
digunakan sebagai sapi bakalan di Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain: memiliki daya tahan terhadap panas, kemampuan untuk dapat beradaptasi
dengan baik di daerah tropis, dan memiliki daya tahan terhadap ektoparasit terutama caplak Direktoratt Jendral Peternakan, 1986.
Pakan ternak sapi potong merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Bahan pakan
ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyak daripada berat keringnya,
sedangkan konsentrat mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan dan mengandung karbohidrat, protein, dan lemak yang relatif banyak, namun jumlahnya
bervariasi dengan jumlah air yang relatif sedikit Williamson dan Payne, 1993. Pakan hijauan di PT Lembu Jantan Perkasa terdiri atas rumput dan jerami.
Rumput berasal dari kebun HMT perusahaan yaitu rumput taiwan dan jerami yang diperoleh dari daerah sekitar. Rumput Taiwan digunakan karena produksinya yang
tinggi, mampu menyimpan air saat musim kemarau, dan batang tidak terlalu cepat tua. Jerami termasuk salah satu hijauan yang sering digunakan pada ternak, hijauan
ini umumnya memiliki nilai nutrisi yang rendah Williamson dan Payne, 1993. Jerami padi memiliki palatabitas yang cukup baik, tetapi apabila diberikan terlalu
banyak dalam pakan sapi akan menyebabkan kebutuhan hidup pokoknya tidak terpenuhi karena kandungan nutriennya rendah Panjono et al., 2000.
Pakan konsentrat di PT Lembu Jantan Perkasa diproduksi oleh perusahaan sedangkan bahan baku ransum berasal dari luar. Office International des Epizooties
OIE 2006 menjelaskan bahwa pakan komersial juga harus dipastikan bebas dari residu bahan kimia. Label pada pakan komersial penting diantaranya untuk
mengetahui cara pemakaian dengan benar, tanggal kadaluarsa dan identitas perusahaan. Kemasan pakan komersial tersebut harus utuh tanpa cacat yang dapat
mempengaruhi isi. Pencatatan atau recording kualitas bahan pakan yang diterima juga sangat penting dan isinya harus sesuai dengan label, serta tidak mengandung
hasil ikutan ternak yang tidak diperbolehkan. Pakan yang dicampur atau diproduksi sendiri mengandung resiko terdapat bahaya residu bahan kimia, tumbuhnya jamur
dan kapang. Proses pencampuran bahan-bahan mentah harus dipastikan
46 komposisinya dan tercampur dengan sempurna. Bahan baku pakan konsentrat di PT
LJP dan daerah asal bahan baku tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Bahan Baku Pakan dan Daerah Asal Bahan Baku Pakan yang digunakan
dalam Usaha Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa. Bahan baku
Daerah asal bahan baku Onggok
Lampung Bungkil sawit
Jambi dan Kalimantan Bungkil kopra
Jambi, Jakarta, dan Kalimantan
Bungkil kedelai Bogor dan argentina
Gaplek Bogor dan wonogiri
Kulit kopi Lampung
Kulit coklat Jakarta dan Surabaya
Molasses Lampung dan Cirebon
Bran pollard PT Panganmas Cilacap
Wheat pollard PT Bogasari
DDGS dried distillers grains solubles Jakarta
Garam Cirebon
Urea Jakarta
Kapur Bandung
Premix Jakarta
Sodium bikarbonat Jakarta
Sumber pakan ternak dibagi menjadi lima berdasarkan fungsinya yaitu: 1 sumber hijauan kering dan hijauan kasar misalnya jerami padi, rumput lapang dan
lamtoro; 2 sumber energi misalnya dedak padi, jagung, sorgum dan onggok; 3 sumber protein nabati misalnya bungkil kelapa bungkil kelapa sawit, bungkil kacang
kedelai dan bungkil bji kapuk; 4 sumber protein hewani misalnya tepung ikan, tepung daging dan tulang, tepung darah dan tepung bulu ayam; dan 5 sumber
mineral misalnya tepung tulang dan tepung kulit kerang, kapur, kalium karbonat, zeolit dan kromium Khalil, 1998.
Obat hewan yang digunakan oleh PT LJP meliputi sediaan biologik, farmasetik, premik, dan obat alami.
Obat-obatan, bahan kimia, dan bahan biologik
47 untuk ternak yang digunakan sudah terdaftar. Penggunaan obat sesuai ketentuan
berlaku. Penggunaan obat keras di bawah pengawasan tim kesehatan hewan. Beberapa jenis obat-obatan, bahan kimia, dan bahan biologik yang digunakan di PT
Lembu Jantan Perkasa antara lain gusanex, biosalamine, tympanol, limoxin 25 spay, limoxin-200 LA, pink eye, amproprim, entrostop, injectamin, penstrep, rivanol, dan
lain-lain.
Gambar 10. Obat-obatan. Berdasarkan GFP semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi
potong berbadan sehat. Tenaga kerja PT LJP terdiri atas tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan. Jumlah tenaga kerja di PT LJP berjumlah
147 orang dengan pendidikan akhir yang berbeda. Staf dan kepala unit umumnya berpendidikan diploma dan sarjana. Tenaga kerja harian dan borongan tidak terlalu
diutamakan pendidikan formal, yang dibutuhkan adalah kemampuan menulis, membaca, menghitung, dan bertanggungjawab. Tenaga kerja harian yaitu pakerja
kandang sedangkan tenaga borongan meliputi pekerja di unit hijauan makanan ternak HMT, feedmill, dan unit penanganan limbah UPL.
Waktu kerja di PT LJP dimulai pada pukul 07.00-16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 11.00-13.00 WIB, khusus untuk hari Jumat waktu istirahat pukul
10.30-13.00 WIB. Hari libur dalam seminggu hanya satu hari dan dilakukan secara bergilir. Sistem pemberian gaji dilakukan berdasarkan status tenaga kerja. Untuk
karyawan dan kepala unit pembayaran gaji dilakukan sebulan sekali. Tenaga kerja
48 harian dan tenaga kerja borongan pembayaran gaji dilakukan seminggu sekali.
Tenaga kerja harian digaji berdasarkan banyaknya hari kerja sedangkan tenaga kerja borongan digaji berdasarkan hasil kerjanya.
Besarnya nominal gaji juga berdasarkan status tenaga kerja. Tenaga kerja harian diberi gaji sebesar Rp 36.000,-hari. Tenaga kerja borongan unit HMT terdiri
atas upah panen, chopper sampai distribusi rumput Rp 80kg, upah chopper jerami sampai distribusi rumput Rp 40kg sedangkan upah perawatan dan pemupukan
rumput Rp 225m
2
. Gaji tenaga kerja feedmill terdiri dari upah bongkar muat Rp 12kg, mixing Rp 10kg dan giling onggok Rp 10kg. Gaji tenaga kerja UPL terdiri
atas upah mengarungkan pupuk Rp 400karung dan upah muat Rp 150karung. Selain mendapat upah gaji, tenaga kerja di PT Lembu Jantan Perkasa juga
mendapatkan fasilitas kesehatan, tunjangan hari raya, dan jaminan sosial tenaga kerja.
Proses produksi
Aspek proses produksi meliputi pemilihan bibit, kandang, pakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat, serta penanganan hasil. Menurut Parakkasi 1999,
sistem pemeliharaan ternak sapi dibagi menjadi tiga yaitu, intensif, ekstensif dan mixed farming system. Sistem pemeliharaan ternak sapi di PT LJP Serang-Banten
merupakan sistem intensif. Pemeliharaan ternak secara intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan cara dikandangkan secara terus menerus dengan
sistem pemberian pakan secara cut and carry. Keuntungan sistem ini adalah penggunaan bahan pakan hasil ikutan dari beberapa industri lebih intensif dibanding
dengan sistem ekstensif, sedangkan kelemahannya modal yang digunakan lebih tinggi, masalah penyakit dan limbah peternakannya.
Pemilihan sapi bakalan yang akan dipelihara PT LJP berasal dari sapi persilangan yaitu sapi Brahman Cross BX dengan kisaran umur 2 tahun dengan
bobot badan 250-350 kg. Menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan 2000 sapi bakalan adalah anak sapi jantan dan betina yang tidak layak bibit yang berumur
1-2 tahun untuk digemukkan. Sapi bakalan yang biasa digunakan dalam penggemukan adalah sapi Bali, Peranankan Onggole PO, dan sapi impor seperti
sapi Australian Commersial Cross ACC, Brahman Cross BX, Shorthon dan Brangus Susilowati, 1998.
49 Setiap usaha penggemukan sapi potong yang akan didirikan harus
merencanakan jumlah kandang yang akan dibangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipeliharaan berdasarkan GFP. Kandang yang akan dibangun harus
kuat, memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sirkulasi udara yang baik dan dilengkapi tempat makan dan minum sapi serta
bak desinfektan. Sistem kandang dapat dibuat berkolonikelompok dan setiap kelompok berisi 5-10 ekor sapi dengan luas ruang space 10 - 20 m
2
. Jarak antar kandang dengan kandang lainya minimal 10 m, dan jarak kandang dengan tempat
penampungan limbahkotoran sapi minimal 25 m. Bangunan kandang dibuat sedemikian rupa agar selalu mendapat cahaya pagi yang penuh ultra violet.
Kandang di PT LJP terdiri atas kandang terbuka dan kandang tertutup. Sistem perkandangan di PT LJP adalah kandang koloni dengan jumlah sapi 50 - 60 ekor tiap
pen dan memiliki luas ruang 3 m
2
ekor. Jarak antar kandang dengan tempat penampungan limbah kotoran sapi terlalu dekat. Jarak seharusnya adalah 25 m
karena jarak yang terlalu dekat dikhawatirkan akan menganggu kesehatan ternak. Tempat penampungan kotoran dibuat terpisah dengan kandang ternak.
Pemberian pakan hijauan segar minimal 10 berat badan dan pakan konsentrat sekitar 0,4 dari berat badan berdasarkan GFP. Pemberian pakan
dilakukan dua kali sehari. Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna dalam ransum. Zat-zat makanan dasar adalah energi dan
lemak, protein, mineral, dan vitamin serta serat kasar. Kebutuhan energi, protein dan mineral untuk penggemukan sapi potong jantan untuk tujuan pemeliharaan dan
pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Ransum yang Dibutuhkan untuk Menggemukan Sapi Potong Jantan.
Bobot Badan kg Pertambahan
kghari Bahan Kering
Jumlah Energi Dicerna TDN
Protein gram
Kalsium gram
Fosfat Kg
1 250
Nol 0,75
1,00 1,10
4,4 6,4
6,6 6,6
1,8 2,6
2,6 2,6
2,0 3,8
4,3 4,6
452 59
58 70
3372 693
753 782
92 21
23 30
92 17
18 20
300 Nol
0,75 1,00
1,10 5,0
7,4 7,5
7,6 1,7
2,5 2,5
2,5 2,4
4,3 5,0
5,3 48
58 66
70 385
753 819
846 10
23 28
30 10
18 21
22
350 Nol
0,75 1,00
1,10 1,20
5,7 8,3
8,5 8,5
8,5 1,6
2,4 2,4
2,4 2,4
2,6 4,8
5,6 5,9
6,2 46
58 66
69 73
432 806
874 899
743 12
25 30
31 32
10 18
21 23
24
400 Nol
0,75 1,00
1,10 1,20
1,30 6,2
9,1 9,3
9,4 9,4
9,4 1,6
2,3 2,3
2,4 2,4
2,4 2,9
5,4 6,2
6,6 7,0
7,2 47
59 67
70 74
77 478
875 913
942 967
988 13
26 31
32 33
33 13
21 24
25 25
26
450 Nol
0,75 1,00
1,10 1,20
1,30 6,8
10,0 10,2
10,2 10,2
10,2 1,5
2,2 2,2
2,3 2,3
2,3 3,2
5,9 6,8
7,2 7,6
7,9 47
59 67
71 75
77 528
911 952
975 998
1018 14
26 29
30 31
32 14
23 26
27 28
29
Keterangan: 1 = dari berat pakan sebenarnya
2 = dari bahan kering 50
Sumber: Direktorat Jenderal Produksi Peternakan 2000
51 Pakan yang diberikan di PT LJP telah memenuhi persyaratan. Pemberian
pakan disesuaikan dengan bobot badan, konsumsi pakan dan pertambahan bobot pakan perhari. Pakan hijauan diberikan ± 2 kg per ekor berupa rumput Taiwan atau
jerami sekitar 1 – 2 dari bobot badan. Pakan konsentrat yang diberikan 8 – 10 kg
per ekor tergantung bobot badan sekitar 1,3 – 2 dari bobot badan ternak.
Kandungan protein pakan konsentrat untuk penggemukan sebesar 12 - 14. Pakan tambahan yang digunakan memiliki ketentuan yang berlaku. Pemberian pakan
dilakukan tiga kali sehari. Kebutuhan pakan terkait erat pada jenis, umur dan tingkat produksi.
Konsumsi bahan kering BK pakan ditentukan oleh ukuran tubuh, jenis pakan, umur dan kondisi. Konsumsi bahan kering pakan hijauan berkualitas tinggi pada sapi
dewasa adalah sebesar 1,4 dari bobot hidupnya, sedangkan pada sapi jantan muda sebesar 3. Konsumsi bahan kering pakan biasanya makin menurun dengan
meningkatnya kandungan zat-zat pakan yang dapat dicerna National Research Council, 1984. Menurut Tilman et al. 1991 kebutuhan bahan kering pakan yang
disarankan utuk sapi pedaging adalah antara 2,5 - 3 dari bobot badan setiap hari dan dapat ditambahkan konsentrat 2 dari bobot badan, sedangkan sisanya adalah
hijauan atau pakan berserat tinggi. Usaha penggemukan sapi potong terletak di daerah yang bebas endemik
penyakit zoonosis, selama berdirinya perusahaan ini ternak yang ada tidak pernah menderita penyakit zoonosis. Usaha penggemukan sapi potong melakukan vaksinasi
dan pengujiantes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Mencatat setiap pelaksanaan vaksin dan jenis vaksin yang
dipakai dalam kartu kesehatan ternak dan dilakukan pelaporan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat instansi yang
berwenang setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang didugadianggap penyakit menular. Vaksinisasi di PT LJP dilakukan saat ternak datang oleh tim
Keswan. Pembersihan kandang dilakukan setiap hari untuk kandang terbuka sedangkan untuk kandang tertutup dilakukan penggantian sawdust setiap sekitar 2
minggu sekali. Kesehatan masyarakat di PT LJP dijelaskan berikut ini. Menurut GFP, lokasi
usaha yang baik tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan piaraan
52 lainya yang dapat menularkan penyakit. Kondisi di PT Lembu Jantan Perkasa, lokasi
mudah dimasuki binatang liar seperti ternak masyarakat sebab berdekatan dengan masyarakat. Pengawasan perlu lebih ditingkatkan agar tidak terjadi hal yang
merugikan, seperti melakukan koordinasi yang baik dengan masyarakat sehingga ternak masyarakat tidak masuk ke Peternakan.
PT LJP telah melakukan disinfeksi kandang dan peralatan dengan pemakaian insektisida baik tabur dan cair. Kandang dibersihkan setiap hari, ternak yang sakit di
kandangkan khusus ternak di kandang ternak sakit. Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pekerja
yang melayani ternak yang sakit tidak diperkenankan melayani ternak yang sehat. PT LJP terdapat pembagian tenaga kerja yang jelas untuk tiap-tiap unit. Menjaga agar
tidak setiap orang dapat \bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit. PT LJP memiliki unit keamanan yang memantau
keluar masuk peternakan, ternak mati segera dikuburkan setelah diperiksa penyebab kematiaannya. PT LJP tidak tersedia fasilitas desinfeksi untuk stafkaryawan dan
kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan. Penanganan hasil penggemukan sapi PT LJP telah sesuai GFP. Berdasarkan
GFP lamawaktu yang digunakan umtuk penggemukan sapi potong berkisar antara 3- 6 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan. Lama
penggemukan di PT LJP dilakukan selama 90 hari 3 bulan. Di Amerika pada tahun terakhir ini usaha penggemukan sapi secara feedlot berlangsung kurang dari 120
sampai 150 yakni periode 70 sampai 90 hari. Perubahan waktu penggemukan yang lebih singkat dimaksudkan untuk memperoleh efisiensi ekonomi dalam penggunaan
pakan Tilman et al., 1991. Sapi yang akan dijual diberikan pakan pagi 75 dari pakan yang diberikan dan siang 25. Sapi yang dijual memiliki bobot minimal 350
kg, hal ini sesuai dengan persyaratan GFP.
Pelestarian lingkungan
Aspek pelestarian lingkungan meliputi rencana penanggulangan pencemaran lingkungan dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan. Secara keseluruhan
penerapan GFP pada aspek pelestarian lingkungan sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya upaya mencegah terjadinya erosi dan membantu pelaksanaan
penghijauan di areal peternakan dengan cara penanaman tanaman dan HMT di areal
53 peternakan, mencegah terjadinya polusi dan gangguan lain yang berasal dari lokasi
usaha yang dapat mengganggu lingkungan berupa bau busuk, suara bising, serangga, tikus, pencemaran air sungaiair sumur dengan cara pengelolaan limbah dan
pembasmian lalat menggunakan insektisida. Penggolahan limbah dilakukan oleh unit penanganan limbah UPL. Limbah
yang dihasilkan di PT Lembu Jantan Perkasa adalah limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berasal dari kandang tertutup berupa feses sapi yang bercampur
dengan sawdust dan berasal dari endapan penyaringan limbah cair. Limbah cair dihasilkan dari kandang terbuka yaitu feses dan urine yang bercampur dengan air
yang digunakan untuk membersihkan kandang. Limbah cair dialirkan ke tempat penampungan limbah holding pond kemudian dialirkan ke kolam filtrasi untuk
penyaringan dan pengendapan. Feses sapi yang padat akan tertahan dan mengendap di kolam filtrasi, sedangkan cairannya akan mengalir ke kolam facultative. Limbah
padat yang terlewat dari pengendapan kolam filtrasi akan mengendap di kolam facultative, sedangkan limbah cair akan terus mengalir menuju ke kolam aerobic.
Limbah cair kemudian akan dialirkan ke sungai dan sawah masyarakat di sekeliling peternakan. Limbah padat di kolam filtrasi ditangani dengan cara dimasukkan ke
dalam karung dan dikeringkan untuk dijual. Gambar 11 dan 12 memperlihatkan proses pengolahan limbah padat dan limbah cair.
Gambar 11. a Penampungan Limbah Padat, b Kemasan Karung Dari Limbah Padat.
a b
54 Gambar 12. a Limbah Kandang, b Holding Pond, c Filtration Pond, d
Facultative dan Aerobic Pond, e Sawah. b
a
c d
e
55
Pengawasan
Aspek pengawasan meliputi sistem pengawasan, sertifikasi, monitoring dan evaluasi, pencatatan, dan pelaporan. Secara keseluruhan penerapan GFP pada aspek
pengawasan sudah sesuai dengan GFP. Sistem pengawasan dilakukan secara baik pada titik kritis dalam produksi untuk memantau kemungkinan adanya penyakit dan
kontaminasi lainya. Titik kritis dalam usaha penggemukan ini antara lain feeding dan penanganan ternak sakit yang diawasi secara baik. Pengawasan manajemen mutu
terpadu yang dilakukan Pedoman Budidaya Ternak Sapi Potong Yang BaikGood Farming Practices dilakukan oleh dinas peternakan Kabupaten Banten setiap 6
bulan sekali. Usaha penggemukan sapi potong di PT LJP tidak memiliki sertifikat untuk eksport karena produksi sapi untuk dalam negeri. Monitoring dan evaluasi
dilakukan oleh dinas peternakan di Kabupaten Banten. Evaluasi dilakukan setiap enam bulan berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan serta
pengecekankunjungan ke usaha penggemukan sapi potong. PT Lembu Jantan Perkasa membuat laporan tertulis secara berkala setiap bulan oleh kepala unit
kepada kepala direksi dan dilakukan pelaporan kepada Dinas Petenakan setiap enam bulan serta membuat laporan teknis dan administratif secara berkala untuk
kepentingan internal dari kepala unit penggemukan kepada kelapa direksi sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat mengadakan perbaikanperubahan
berdasarkan laporan yang ada.
Evaluasi pelaksanaan Standard Operating Procedure SOP
Standard Operating Procedure SOP merupakan prosedur atau tata cara yang digunakan oleh perusahaan untuk membantu mencapai tujuan yang sesuai
dengan GFP. Standard Operating Procedure yang dilaksanakan di PT Lembu Jantan Perkasa meliputi:
Persiapan penerimaan Sapi
Persiapan penerimaan sapi yaitu persiapan sebelum kedatangan dan saat penerimaan sapi. Sebelum kedatangan meliputi a pembentuk tim petugas bongkar,
tim bongkar berjumlah ±10 orang yang terdiri atas supervisor dan petugas kandang, b persiapan kandang yang terdiri atas jumlah dan alokasi pen, kebersihan, bak pakan
atau bak minum disesuaikan jumlah ternak yang datang, c penerangan yang cukup,
56 d mempersiapkan jalur dari cattle yard ke kandang, e persiapan kebutuhan
peralatan yaitu ear tag, tang aplikator, tag pen, alat komunikasi, dan tang, f obat- obatan dan vitamin yang terdiri atas antibiotik, elektrolit, dan gusanex, dan lain-lain,
g memproyeksikan dan mempersiapkan pakan yaitu jumlah konsentrat dan hijauan, h persiapan peralatan administrasi yang terdiri atas form-form dan berita acara, i
kebutuhanperlengkapan lain yaitu bambu, tambang, sawdust, tali rafia, dan sarung tangan, dan j melakukan koordinasi internal dan eksternal.
Saat penerimaan sapi meliputi a memeriksa dan mencatat dokumen dengan benar yang terdiri atas surat jalan dan surat kesehatan ternak dari tempat asal, b
mengamati kondisi sapi, c penanganan handling sapi dengan baik dan benar yaitu dengan hati-hati, tidak gaduh, tidak menyakiti ternak, menghindari stress pada
ternak, d membuat berita acara apabila terdapat kondisi sapi: mati di perjalanan, lemah, patah kaki, kondisi tidak normal lainnya, e berita acara ditandatangani oleh
petugas ekspidisi, supir truk, dan petugas penerima sapi, f pemberian obat stres sesuai administer dosis dan petunjuk label yaitu contra stress ATP plus sampai
dengan timbang awal dengan dosis 100 gram per 200 L air minum. Vitamin ini berfungsi untuk mengatasi stres transportasi, meningkatkan daya tahan tubuh, nafsu
makan, dan meningkatkan pertumbuhan, g pakan dan air minum bersih sudah tersedia di bak pakan dan bak minum, h pembuatan laporan penerimaan jumlah dan
kesusutan berat sapi dari pelabuhan sampai ke peternakan.
Penimbangan awal
Penimbangan awal dilakukan dua hari setelah sapi istirahat. Sebelum penimbangan, dilakukan pemeriksaan kondisi dan akurasi timbangan, timbangan
yang digunakan yaitu timbangan elektrik yang berada di cattle yard. Pada saat penimbangan dilakukan pemasangan eartag, penimbangan individu, treatment
berupa vitamin dengan dosis 5 mlekor dan pengelompokan sapi berdasarkan jenis kelamin, berat, jenis, breed dan kondisi fisiologis. Pencatatan individu ternak
dilakukan yaitu berat, identifikasi, ex-property asal, breed dan kondisi sehat dan sakit. Klasifikasi ternak berdasarkan berat yaitu ≤ 250 kg, 251-280 kg, 281-320 kg,
321-350 kg, dan 350 kg. Ternak ditempatkan pada pen sesuai klasifikasi beratnya untuk menghindari persaingan dalam mengonsumsi pakan dengan jumlah setiap pen
50 ekor. Penanganan sapi selama proses timbang awal dilakukan dengan hati-hati,
57 pemberian obat anti stres selama dua hari setelah timbang awal dengan mengikuti
petunjuk label administer. Vitamin yang diberikan pada saat penimbangan yaitu injectamin dengan dosis pemberian 5 mlekor. Vitamin ini berfungsi untuk mencegah
dan mengobati defisiensi vitamin, seperti gangguan pertumbuhan, pencernaan, reproduksi dan otot. Vaksin yang diberikan yaitu vaksin SE Septicaemia epizootica
dengan merk dagang Septivak sebanyak 3 mlekor, pemberian vaksin dilakukan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Septicaemia epizootica, setelah
penimbangan awal kemudian dibuat laporannya.
Gambar 13. a Timbangan Elektrik, b Penimbangan Sapi.
Gambar 14. a Eartag dan Aplikator, b Pemasangan Eartag. Periode penimbangan
Periode penimbangan dilakukan setelah pemeliharaan 30 hari. Penimbangan periode 1 dilakukan untuk seluruh populasi sapi yang dipelihara. Pada saat
a b
a b
58 penimbangan dilakukan pengelompokan ulang redrafting berdasarkan berat dan
kondisi ternak Under Performance Cattle UPC atau Non UPC. Sapi kriteria UPC1 yaitu sapi yang memiliki pertambahan bobot badan perhari atau average daily
gain ADG 0,30 kg, danUPC2 yaitu sapi yang memiliki ADG sebesar 0,31 - 0,60 kg. Sapi kriteria UPC1 dibuat surat rekomendasikan ke marketing untuk dijual. Sapi
kriteria UPC2 dilakukan pemberian treatment berupa vitamin dan pakan. Setelah penimbangan dibuat laporan penimbangan periode 1.
Penimbangan periode 2 dilakukan setelah pemeliharaan 60 hari. Penimbangan periode 2 dilakukan khusus pada sapi kriteria UPC2. Pada
penimbangan periode 2 dilakukan redrafting berdasarkan berat dan kondisi. Kelompok ternak ADG sebesar 0,31 - 0,60 kg dibuat surat rekomendasi kepada
marketing untuk dijual. Setelah penimbangan dibuat laporan penimbangan periode 2.
Penanganan sapi sakit
Sapi sakit dipisahkan sejak penimbangan awal dan kurang dari 7 hari harus dilaporkan ke kantor pusat. Jika memungkinkan, dilakukan pengelompokan
berdasarkan kondisi: parah, sedang dan ringan. Sapi kondisi parahkritis segera dilaporkan ke kantor untuk dijual reject. Jika masih memungkinkan dilakukan
treatment sesuai diagnosis, mengikuti petunjuk label administer. Treatment yang diberikan adalah pemberian vitamin dan antibiotik selama 3 hari. Ternak sakit
ditempatkan dalam kandang khusus perawatan, pola pakan yang diberikan adalah pola makan untuk sapi sakit. Pengamatan dan evaluasi kondisi sapi dilakukan secara
periodik. Untuk sapi yang kondisinya semakin menurun, dibuat laporan tertulis yang diajukan untuk dijual ke marketing. Reweight dan redrafting sapi sakit dilakukan
setelah 30 hari dan membuat laporan sapi sakit. Produksi ternak yang menguntungkan membutuhkan ternak-ternak yang sehat
karena penyakit merupakan faktor pembatas keuntungan di kebanyakan daerah tropis Williamson dan Payne, 1993. Kondisi ternak sapi dapat diamati dengan cara
observasi, pengamatan, dan perabaan bagian tulang belakang. Penyakit yang menyerang ternak sapi penggemukan di PT LJP antara lain diare, pink eye, pincang,
abses, hairball, dan luka di bagian tubuh dan tanduk. Jenis obat-obatan dan vitamin yang digunakan di PT Lembu Jantan Perkasa antara lain dapat dilihat pada Tabel 8.
59 Tabel 8. Jenis Obat-obatan dan Vitamin yang Digunakan PT Lembu Jantan Perkasa
Nama obat Kegunaan
Cara pemakaian Gusanex
Membunuh lalat dan larva pada luka
Disemprot ke bagian tubuh yang luka
Biosalamine Obat penguat otot
Disuntikan intramuskuler Tympanol
Obat kembung Disuntikan intramuskuler
Limoxin 25 spray Mengobati luka Disemprotkan
pada bagian
yang luka Pink eye
Obat mata Disemprotkan ke mata
Amproprim Obat diare
Dicekokkan Entrostop
Obat diare Dicekokkan
Injectamin Vitamin
Disuntikan intramuskuler Rivanol
Membersihkan luka
dan mencegah terjadinya infeksi
Diolehkan pada bagian tubuh yang luka
Manajemen pemberian pakan
Rasio pemberian konsentrat dan hijauan pada program penggemukan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rasio Pemberian Konsentrat dan Hijauan pada Program Penggemukan Lama pemeliharaan hari
Konsentrat Hijauan
1 – 3
20 80
4 – 6
40 60
7 – 10
60 40
10 – 30
80 20
30 90
10 Interval pemberian pakan dilakukan tiga kali dalam satu hari yaitu pagi pukul
07.00 WIB sebesar 25 dari jumlah target pakan, siang pukul 10.00 WIB sebesar 25 dari jumlah target pakan, dan sore pukul 15.00 WIB sebesar 50 dari jumlah
target pakan. Target pakan ditentukan dengan estimasi feed intake FI. PT LJP menghitung proyeksi berat badan sapi selama pemeliharaan, pada lama
pemeliharaan 30 hari proyeksi PBBH 1,6 kg, 31 – 60 hari proyeksi PBBH 1,4
kg, 61 - 90 hari proyeksi PBBH 1,2 kg, dan lama pemeliharaan 90 hari proyeksi
60 PBBH 1,0 kg. PT LJP melakukan penyesuaian target pakan, jika pakan kurang atau
lebih dengan menaikkan atau menurunkan feed intake sebesar 0,2. Manajemen pakan untuk sapi sakit diutamakan pemberian hijauan segar ad
libitum, dan konsentrat 5 kg. Pemberian pakan hijauan ad libitum dan konsentrat dibatasi disebut full feed hijauan. Pemberian hijauan yang banyak dapat dilakukan
tanpa adanya gangguan pencernaan overfeeding atau nafsu makan menurun, dan sebagainya. Pemberian hijauan juga menyebabkan usus besar terisi dengan baik, hal
ini diperlukan untuk mengatur pengeluaran feses Parakkasi, 1999. Program pakan sapi UPC, mengikuti program pakan regular. Pakan yang tidak habis dikonsumsi
oleh ternak yang tidak tengik dan tidak berjamur akan dikumpulkan dan dibawa ke gudang pakan untuk diolah kembali.
Penjualan sapi
Pelayanan penjualan sapi reguler dilakukan mulai pukul 13.00 WIB, kecuali ada pertimbangan khusus dan disposisi managemen. Teknis penjualan meliputi
petugas mengetahui penjual dan harga sapi, mempersiapkan dan memeriksa timbangan sebelum sapi dikeluarkan dari pen. Jumlah pegeluaran sapi untuk dipilih
1,5 kali jumlah yang akan dibeli. Sapi yang tidak jadi dibeli, jika memungkinkan ditempatkan di pen khusus untuk rekondisi minimal 2 minggu sebelum ditawarkan
kembali ke pembeli. Urutanprioritas penjualan, penjualan reject sapi kondisi sakit prioritas paling parah dari hasil timbang awal. Sapi kondisi parah adalah sapi yang
sudah tidak dapat ditolong untuk diobati, harus segera dipotong. Urutan selanjutnya penjualan regulerreject sapi yang telah direkondisi. Urutan terakhir penjualan
reguler sapi UPC, prioritas PBBH 0,3 kg dan PBBH sebesar 0,31 - 0,6 kg. Penjualan sapi reguler dilakukan dari sapi yang memiliki bobot badan tertinggi atau
kondisi yang paling siap potong.
Pengelolaan lingkungan
Lingkungan tempat kerja dan sekitarnya harus tertata dengan baik, asri, bersih dan nyaman. Upaya pelaksanaan penghijauan di areal peternakan dengan cara
penanaman tanaman dan HMT di areal peternakan. Penanganan limbah dilakukan
dengan bersih dan baik. Sistem pencatatan
Recording
61 Pencatatan harian menjadi tanggung jawab kepala kandang dan kepala unit
kemudian diserahkan ke supervisor ternak. Pencatatan harian meliputi data populasi
ternak dan laporan umum dari seluruh kegiatan unit penggemukan. Ketercapaian Penerapan GFP dan SOP di PT LJP Serang-Banten
Ketercapaian penerapan GFP yang baik dapat dilihat dari ketercapaian produktivitasnya. Produktivitas sapi penggemukan salah satunya diukur melalui
pertambahan bobot badan PBB harian atau Average Daily Gain ADG sapi. Menurut
Dyer dan O’Mary 1977 tujuan usaha penggemukan sapi adalah untuk memperoleh
pertambahan bobot
badan yang
relative tinggi
dengan mempertimbangkan nilai konversi pakan dalam pembentukan jaringan tubuh
termasuk otot daging dan lemak serta menghasilkan karkas dan daging yang berkualitas tinggi. Hasil ketercapain tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pertambahan Bobot Badan PBB Harian Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa Pada Tahun 2009 dan 2010
No. Kelas
Tahun Jumlah
ekor Rata-rata lama
pemeliharaan hari Rata-rata PBB
harian kgekor 1
Steer 2009
7978 62
1,45 2010
4792 56
1,67 2
Bull 2009
120 85
1,02 2010
1891 80
1,48 3
Heifer 2009
3054 77
1,21 2010
3318 71
1,36 Total
2009 11152
74 1,38
2010 10001
69 1,53
Pertambahan bobot badan PBB harian yang dihasilkan di PT Lembu Jantan Perkasa dengan lama pemeliharaan 70-90 hari pada tahun 2009 sebesar 1,38 kg dan
pada tahun 2010 sebesar 1,53 kg. PBBH yang dihasilkan telah sesuai dengan PBBH yang ditargetkan oleh PT Lembu Jantan Perkasa yaitu 1,2 kg pada lama
pemeliharaan 61-90 hari. Menurut Ngadiyono 1995 Sapi Brahman Cross BX yang dipelihara dengan sistem feedlot dengan perbandingan konsentrat dan hijauan
masing-masing 85 dan 15 menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 0,8-1,2 kgekorhari dengan persentase bobot karkas 53,21 Selanjutnya
62 dinyatakan bahwa pertambahan bobot harian sapi Brahman Cross BX sebesar 0,78
kg dapat menghasilkan persentase bobot karkas sebesar 54,18. Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai
dengan umur, sedangkan perkembangan adalah berhubungan dengan adanya perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio sampai
menjadi dewasa. Proses pertumbuhan pada ternak sapi dimulai sejak awal terjadinya pembuahan sampai dengan pedet itu lahir, dilanjutkan hingga sapi menjadi dewasa
Parakkasi, 1995. Menurut Tillman et al. 1991 pertumbuhan biasanya dimulai perlahan - lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan -
lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.
Peningkatan PBBH dari 1,38 kg pada tahun 2009 menjadi 1,53 kg pada tahun 2010 dikarenakan beberapa perbaikan antara lain adanya perbaikan manajemen
pemberian pakan. Pemberian pakan pada pemeliharaan tahun 2009, sejak sapi baru datang sampai sapi siap jual sapi langsung diberikan pakan konsentrat penuh tanpa
adanya pemberian pakan adaptasi. Pemberian pakan pada tahun 2010 dilakukan secara bertahap untuk mengadaptasikan pakan. Menurut Parakkasi 1999 beberapa
bahan makanan yang belum pernah diperoleh sebelumya, memerlukan waktu untuk adaptasi. Sapi yang belum pernah mendapatkan konsentrat, perlu latihan untuk
memakan konsentrat tersebut dengan hand-feeding selama satu minggu atau lebih terutama untuk hewan yang masih muda. Dengan adanya perbaikan manajemen
tersebut dapat meningkatkan efisinsi konsumsi pakan. Menurut Syamsudin et al., 1989 pertambahan bobot badan sapi tidak akan tinggi apabila ransum yang
diberikan hanya rumput-rumputan saja. Pertambahan bobot badan yang lebih tinggi akan diperoleh apabila ransum yang diberikan terdiri dari rumput-rumput yang
dicampur atau disuplemen dengan hijauan yang berkualitas tinggi seperti daun gamal, lamtoro, atau jenis leguminosa lainnya.
Perbedaan PBBH sapi Bull pada tahun 2009 dengan 2010 yang cukup besar dikarenakan kondisi bakalan yang digunakan berbeda. Sapi Bull bakalan pada tahun
2009 memilki bobot awal dan umur yang lebih tinggi. Sapi Bull bakalan pada tahun 2009 memiliki bobot awal 400 kg lebih dengan umur lebih dari 2,5 tahun sedangkan
sapi Bull bakalan tahun 2010 memiliki bobot awal 320 kg dengan umur sekitar 2
63 tahun. Menurut Parakkasi 1999 tujuan penggemukan adalah untuk memperbaiki
kualitas karkasdaging, semakin lama penggemukan, pertambahan bobot badanya semakin menurun.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Penerapan aspek Good Farming Practice GFP sapi penggemukan di PT. Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten telah dilakukan dengan baik. Ada beberapa
fasilitas yang perlu ditambahkan seperti: memperluas tempat penanganan, pengolahan limbah, memperbaiki tataletak tempat penampungan limbah dengan
kandang, meningkatkan koordinasi yang baik dengan masyarakat agar ternak masyarakat tidak memasuki areal peternakan, serta adanya disinfektan untuk
karyawan, kendaraan, dan kandang. Penerapan Standard Operating Prosedur SOP di PT Lembu Jantan Perkasa juga telah dilakukan dengan baik. Ketercapaian
penerapan GFP dan SOP salah satunya dapat dilihat dari PBB harian sapi potong yang dihasilkan telah melebihi target yang ingin dicapai perusahaan dengan rataan
1,38 kgekorhari pada tahun 2009 dan 1,53 kgekorhari pada tahun 2010.
Saran
Penerapan GFP dan SOP akan lebih efektif apabila seluruh karyawan di PT Lembu Jantan Perkasa mengetahui dan memahami aspek-aspek yang tercantum
dalam GFP dan SOP. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi dan pelatihan kepada karyawan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahirobbilalamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si. selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Rudy Priyanto sebagai
pembimbing anggota sekaligus selaku pembimbing akademik atas segala perhatian, bimbingan, motivasi dan arahan bagi penulis dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Ahmad Yani S. TP, M. Si dan Dr. Ir. Didid Diapari M. Si selaku dosen penguji serta Ir. Lucia Cyrilla, ENSD, M.Si
selaku panitia sidang atas saran dan masukan yang diberikan. Terima kasih Penulis ucapkan kepada seluruh staf dan karyawan PT Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten dan meluangkan waktu untuk berbagi segala
informasi. Ucapan terima kasih kepada Ayahanda Wito Santosa Alm dan Ibunda Siti
Maksumah yang senantiasa memberikan kasih sayang dan dukungan serta selalu berdoa untuk kesuksesan penulis. Kepada adik-adik saya tersayang Ridho
Ardiansyah, Zukhruf Annisaa dan Banu Annas Abdillah serta kepada Slamet Maryanto yang senantiasa memberikan motivasi, keceriaan, dukungan dan kasih
sayang yang diberikan. Ucapan terimakasih kepada Tantia Safitri dan Melati Lestari Z. sebagai teman
satu penelitian atas motivasi dan kebersaamaannya selama ini. Terima kasih juga kepada teman-teman dekat saya Rahmadani S, Revy Purwanti, Desi Aryanti,
Mayang M, Tri Santi M, Riri Selvia, Ade Fuziawan, Fuad Hasan dan kak Handa Habibulloh S dan teman-teman IPTP 44 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya. Terimakasih juga kepada teman- teman kosan Pondok Ratna dan teman-teman FORKOMA Kebumen atas dukungan
dan kebersamaanya.
Bogor, April 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi Ke Empat. Terjemahan B.Srogandono. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Departement of Agriculture, Food and Rural Development. 2001. Good Farming Practices. Departement of Agriculture, Food and Rural Development,
Irlandia. Direktorat Jenderal Peternakan. 1985. Pedoman Peningkatan Mutu Ternak.
Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. Direktorat Jenderal Peternakan, [Fapet UGM] Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. 1986. Laporan survai evaluasi pengadaan dan penyebaran ternak impor crash program. Direktorat Bina Produksi, Ditjen Peternakan dan
Fak. Peternakan UGM, Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Produksi Peternakan. 2000. Pedoman Budidaya Sapi Potong yang Baik Good Farming Practices, Jakarta.
Direktorat Jenderal Produksi Peternakan. 2006. Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik Good Breeding Practices, Jakarta.
Dyer, I. A. Dan C. C. O’Mary. 1977. The Feedlot. 2
nd
Edition. Lea and Febiger, Philadelphia.
Ensminger, M. E. 1995. Animal Science. 9
th
Edition. The Interstate Printed and Publisher, Inc. Denville, Iinois.
Ensminger, M.E dan H.D. Tylor. 2006. Dairy Cattle Science. 4
th
Editon. Pearson Education Inc, New Jersey.
Hardjosubroto, W. 1984. Breed evaluation of large ruminants in Indonesia. In: Evaluation of large ruminants for the tropics. Aciar Proceedings Series No. 5:
74-81. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapang. PT. Gramedia
Widiasarana Aksara Indonesia, Jakarta. Khalil. 1998. Pengeruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan
perilaku fisik bahan pakan lokal. Makalah seminar. Fak. Peternakan-Institut Pertanian Bogor, Bogor
Minish, J.L. and D.G. Fox. 1979. Beef Production and Management. Reston Pub. Co. Inc. A Prentice-Hall Company. Reston, Viginia.
Murtidjo, B. A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta. Natasasmita, A. dan K.Mudikdjo. 1979. Beternak Sapi Pedaging. Unit Penataran,
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
67 Ngadiyono, N. 1995. Studi perbandingan beberapa sifat produksi perananakan
Ongole, Shorthorn Cross dan Brahman Cross. Tesis. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
National Research Council NRC. 1984. Nutrient Requirement of Beef Cattle. 6
th
Revised Edition. Nasional Academy of Science, Washington Office International des Epizooties [OIE]. 2006. Guide to good farming practices for
animal production food safety. Animal Production Food Safety Working Group. World Organization for Animal Health OIE, Paris.
Palmer, R. W. 2005. Dairy Modernization. Thomson Delmar Learning, Canada. Pane I. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT. Gramedia, Jakarta.
Panjono, Harmadji, E. Baliarti dan Kustono. 2000. Performans induk dan pedet sapi Peranakan Ongole yang diberi ransum jerami padi dengan suplementasi daun
gamal. Buletin Peternakan Vol. 24 2. Parakkasi, A. 1999. Ilmu nutrisi dan makanan ternak ruminan. Universitas Indonesia
Press, Jakarta. Preston TR, Willis MB. 1982. Intensif Beef Production. The Second Ed. Pergamon
Press. Oxford-New York-Toronto-Sydney-Paris-Frankfurt. Sosroamidjojo. 1991. Ternak Potong dan Kerja. CV. Yasaguna Jakarta.
Susilowati, R.1998. Produktivitas karkas sapi Auastralian Commersial Cross yang dipelihara secara feedlot pada lama penggemukan yang berbeda, skripsi.
Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syamsudin, R., et al., 1989. Efisiensi Penggunaan Pakan pada Sapi local sedang
Tumbuh yang Mendapatkan Berbagai Tingkat Suplementasi Konsentrat dengan Rumput Gajah Ad libitum. Prosiding Pertemuan Ilmiah Rumnansia
Besar, Bogor.
Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi Usaha Peternakan yang Lebih Brmanfaat. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. Tulloh, N.M. 1987. Growth, Development, Body Composition, Breeding and
Management. I n A course Manual in Beef Catle Management and Ecomonic. W.A.T. Bowker, R.G. Dumsday, J.E. Frisch, R.A. Swan and N.M Tulloh
Edit. Australian Vice-Choncellor Committee Academic Press It., Brisbane.
Turner H. G. 1977. The tropical adaptation of beef cattle. An Australian study. In: animal breeding: Selected articles from the Word Anim. Rev. FAO Animal
Production and Health Paper 1:92-97.
68 Vercoe JE JE Frisch. 1980. Pemuliaan dan segi-segi kegenetikan sapi pedaging di
daerah tropis. Prosiding Seminar Ruminansia II. P3T, Ciawi Bogor. 23-37. Williamson, G. W.J. A. Payne. 1993. Pengantar peternakan daerah tropis.
Terjemahan S.G.N. Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Winks L, Holmes AE, Grady PO, James TA Rourke PK. 1979. Comparative growth and carcase characteristics of shorthorn, brahman-british cross,
friesian and sahiwal-friesian cross steers on the atherton tableland, North Quensland. Aus J. Exp. Agr. Anim. Husb. 19:133-139.
LAMPIRAN
70 Lampiran 1. Kuisioner Good Farming Practices
BAB I SARANA
A. Lokasi