Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A 14104687

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN

PEMBIBITAN (

BREEDING

) SAPI POTONG

PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A14104687

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(3)

RINGKASAN

RONA PUTRIA. Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan (Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten Di Bawah Bimbingan NETTI TINAPRILA

Kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan populasi sapi potong di Indonesia. Petumbuhan populasi sapi potong cenderung statis. Berdasarkan data Statistik Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun 2005 mencapai 10,5 juta ekor. Jumlah tersebut tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumsi daging secara nasional. Melihat kenyataan tersebut sapi potong merupakan potensi terbesar yang prospektif dalam memasok permintaan daging di Indonesia. Permintaan yang tinggi akan sapi bibit dan sapi bakalan hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh usaha pembibitan sapi potong di dalam negeri. Hal ini tercermin pada impor sapi bakalan dan daging sapi beku yang cenderung makin meningkat.

Melihat kenyataan tersebut potensi untuk pengembanggan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar untuk dikembangkan. Masalah yang dihadapi perusahaan selama ini adalah dalam pengadaan bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Investasi yang digunakan dalam usaha pembibitan tidaklah sedikit selain itu dibutuhkan waktu yang lama dalam mengembalikan modal karena pembibitan sapi potong menghasilkan output produksi selama satu tahun, sehingga untuk pengembangan pembibitan selanjutnya perlu dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi potong. Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi dalam usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam usaha breeding sapi potong meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial.

Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio dan Payback Period. Selain kriteria investasi, juga digunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pembibitan sapi potong terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil analisis aspek finansial akan diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh petani dan kegiatan mana yang paling menguntungkan pada kondisi sekarang, apakah kegiatan pembibitan, kegiatan penggemukkan, atau kegiatan pembibitan dan penggemukkan dilakukan secara bersamaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan apakah dengan pengembangan skala usaha pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan layak untuk dilakukan ?

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek manejemen dalam usaha breeding PT LJP. 2) Menganalisis kelayakan usaha breeding PT LJP. 3) Menganalisis sensitivitas usaha pembibitan sapi potong terhadap volume produksi dan harga input produksi dominan yaitu nilai tukar


(4)

Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif . Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan, yaitu peternak dan calon pengusaha pembibitan sapi potong. Selain itu bagi peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha pembibitan sapi potong.

Penelitian ini dilakukan pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) yang berlokasi di Jalan Serang-Pandeglang Km 9,6 Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta nasional berskala besar yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong di Provinsi Banten. Penelitian lapang serta pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2008 hingga Juli 2008.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan manajer perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan intern perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, perpustakaan FAPERTA, perpustakaan FAPET dan internet, buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek usaha pembibitan sapi potong yaitu meliputi analisis aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek pasar. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer yaitu Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif.

Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dari aspek finansial mengunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period, maka diperoleh hasil ; NPV sebesar Rp 1.929.172.324, Net B/C sebesar 1,48, IRR sebesar 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56. Hasil analisis finansial menunjukan bahwa usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar dari suku bunga. Analisis sensitivitas dengan variasi penghitungan mengunakan metode switching value dengan dua variabel parameter yaitu nilai tukar rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif dan penurunan volume produksi sapi potong. Hasil analisis sensitivitas menunjukan Penurunan volume produksi sapi bunting muda dan bunting tua sebesar lima persen paling peka diantara dua variabel parameter lainnya yaitu variabel kenaikan Dollar terhadap Rupiah, variabel penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 40-175 Kg, dan variabel penurunan produksi anak sapi dengan berat 170-250 Kg.


(5)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN

PEMBIBITAN (

BREEDING

) SAPI POTONG

PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A14104687

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(6)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan (Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten

Nama : Rona Putria

NRP : A14104687

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 132 133 965

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof.. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

RONA PUTRIA (A14104687)


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talu pada tanggal 23 Januari 1983 sebagai anak dari pasangan Bapak Nasul Osen dan Ibu Risffarmi. Penulis adalah anak ke dua dari empat bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN No 18 Sukamenanti dan lulus pada tahun 1995. Pendidikan tingkat menengah pertama dilalui di SLTPN 4 Pasaman dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1 Pasaman. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikannya di Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN ini berisikan mengenai tahapan-tahapan kegiatan budidaya pembibitan sapi potong pada PT Lembu jantan Perkasa (LJP), analisis kelayakan usaha pembibitan sapi potong serta analisis sensitifitas.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, September 2008


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, yang sudah memberikan dukungan moral maupun materil, dorongan semangat, binbingan, sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta atas perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada penulis serta dorongan moril dan materil, motifasi, dan doa selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprila, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Heny K Daryanto selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti Sp. Selaku penguji Komdik yang telah memberikan nasehat dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ir. Rita Nurmalita, MS selaku dosen evaluator kolokium yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Bambang dan Bapak Ketut sebagai manejer PT Lembu Jantan Perkasa yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan informasi yang berhubngan dengan penelitian yang penulis lakukan.


(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A 14104687

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN

PEMBIBITAN (

BREEDING

) SAPI POTONG

PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A14104687

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(13)

RINGKASAN

RONA PUTRIA. Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan (Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten Di Bawah Bimbingan NETTI TINAPRILA

Kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan populasi sapi potong di Indonesia. Petumbuhan populasi sapi potong cenderung statis. Berdasarkan data Statistik Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun 2005 mencapai 10,5 juta ekor. Jumlah tersebut tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumsi daging secara nasional. Melihat kenyataan tersebut sapi potong merupakan potensi terbesar yang prospektif dalam memasok permintaan daging di Indonesia. Permintaan yang tinggi akan sapi bibit dan sapi bakalan hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh usaha pembibitan sapi potong di dalam negeri. Hal ini tercermin pada impor sapi bakalan dan daging sapi beku yang cenderung makin meningkat.

Melihat kenyataan tersebut potensi untuk pengembanggan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar untuk dikembangkan. Masalah yang dihadapi perusahaan selama ini adalah dalam pengadaan bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Investasi yang digunakan dalam usaha pembibitan tidaklah sedikit selain itu dibutuhkan waktu yang lama dalam mengembalikan modal karena pembibitan sapi potong menghasilkan output produksi selama satu tahun, sehingga untuk pengembangan pembibitan selanjutnya perlu dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi potong. Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi dalam usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam usaha breeding sapi potong meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial.

Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio dan Payback Period. Selain kriteria investasi, juga digunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pembibitan sapi potong terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil analisis aspek finansial akan diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh petani dan kegiatan mana yang paling menguntungkan pada kondisi sekarang, apakah kegiatan pembibitan, kegiatan penggemukkan, atau kegiatan pembibitan dan penggemukkan dilakukan secara bersamaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan apakah dengan pengembangan skala usaha pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan layak untuk dilakukan ?

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek manejemen dalam usaha breeding PT LJP. 2) Menganalisis kelayakan usaha breeding PT LJP. 3) Menganalisis sensitivitas usaha pembibitan sapi potong terhadap volume produksi dan harga input produksi dominan yaitu nilai tukar


(14)

Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif . Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan, yaitu peternak dan calon pengusaha pembibitan sapi potong. Selain itu bagi peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha pembibitan sapi potong.

Penelitian ini dilakukan pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) yang berlokasi di Jalan Serang-Pandeglang Km 9,6 Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta nasional berskala besar yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong di Provinsi Banten. Penelitian lapang serta pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2008 hingga Juli 2008.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan manajer perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan intern perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, perpustakaan FAPERTA, perpustakaan FAPET dan internet, buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek usaha pembibitan sapi potong yaitu meliputi analisis aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek pasar. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer yaitu Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif.

Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dari aspek finansial mengunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period, maka diperoleh hasil ; NPV sebesar Rp 1.929.172.324, Net B/C sebesar 1,48, IRR sebesar 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56. Hasil analisis finansial menunjukan bahwa usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar dari suku bunga. Analisis sensitivitas dengan variasi penghitungan mengunakan metode switching value dengan dua variabel parameter yaitu nilai tukar rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif dan penurunan volume produksi sapi potong. Hasil analisis sensitivitas menunjukan Penurunan volume produksi sapi bunting muda dan bunting tua sebesar lima persen paling peka diantara dua variabel parameter lainnya yaitu variabel kenaikan Dollar terhadap Rupiah, variabel penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 40-175 Kg, dan variabel penurunan produksi anak sapi dengan berat 170-250 Kg.


(15)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN

PEMBIBITAN (

BREEDING

) SAPI POTONG

PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A14104687

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(16)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan (Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten

Nama : Rona Putria

NRP : A14104687

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 132 133 965

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof.. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

RONA PUTRIA (A14104687)


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talu pada tanggal 23 Januari 1983 sebagai anak dari pasangan Bapak Nasul Osen dan Ibu Risffarmi. Penulis adalah anak ke dua dari empat bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN No 18 Sukamenanti dan lulus pada tahun 1995. Pendidikan tingkat menengah pertama dilalui di SLTPN 4 Pasaman dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1 Pasaman. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikannya di Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(19)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN ini berisikan mengenai tahapan-tahapan kegiatan budidaya pembibitan sapi potong pada PT Lembu jantan Perkasa (LJP), analisis kelayakan usaha pembibitan sapi potong serta analisis sensitifitas.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, September 2008


(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, yang sudah memberikan dukungan moral maupun materil, dorongan semangat, binbingan, sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta atas perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada penulis serta dorongan moril dan materil, motifasi, dan doa selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprila, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Heny K Daryanto selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti Sp. Selaku penguji Komdik yang telah memberikan nasehat dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ir. Rita Nurmalita, MS selaku dosen evaluator kolokium yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Bambang dan Bapak Ketut sebagai manejer PT Lembu Jantan Perkasa yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan informasi yang berhubngan dengan penelitian yang penulis lakukan.


(21)

7. Kak Rury dan kedua adikku (Algiffarantos dan Prima) yang selalu saling mendoakan dan memberikan motivasi. Semoga kita berempat selalu berada dalam jalan-Nya dan dapat menyenangkan hati kedua orangtua. 8. Peni, Erika, Hafsah, Lisza, Idha, Kris, Rena, Mirna, dan Alm Emay yang

selalu menjadi sahabat sejati. You are my best friend and I hope you get what you want, kiranya persahabatan kita tetap abadi.

9. Koko dan Agripha terimakasih atas semua masukan, saran, bantuan dan kebaikan selama ini, segala kesulitan dalam penyusunan skripsi ini menjadi tidak berarti. Thakns alot guys.

10. Teman-teman seperjuangan skripsi : Alm Cici, Mira, Mba Endah, Nova, Dewi atas kebersamaan dan masukan selama penyusunan skripsi.

11. Anak-anak C10 : Dian, Kak Dina, Kak Fitrie, Kak Ida, Kak Yulia, Uwi dan Tantri

12. Anak-anak MAB 38 : Agung, Bina, Zaenal, Deri, Faisal, Fahrul, Asti, Unun, Yanti, Anggra, dan yang tidak disebutkan namanya.

13. Kepada seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.

14. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi MAB : Fresti, Niken, Ola, Mey, Arfan, Hendri, Northa, Ridwan, Sandy, Dian, Irma serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

15. And last but absolutely not least to my very best partner in crime Harmen NH. Thank you for your motivation, attention and for your everlasting love.


(22)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN ... viii I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 11 1.4. Kegunaan Penelitian ... 11 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Sejarah Bangsa Sapi Potong ... 13 2.2. Jenis-Jenis Sapi Potong ... 14 2.1.1. Jenis-Jenis Sapi Lokal ... 14 2.1.2. Jenis-Jenis Sapi Bukan Lokal ... 15 2.3. Pemilihan Bibit Sapi Potong ... 16 2.4. Inseminasi Buatan (IB) ... 18 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21 III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 30 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ... 30 3.1.2. Analisis Finansial ... 31 3.1.3. Discounted Cash Flow Method ... 32 3.1.4. Analisis Sensitivitas ... 34 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

IV. METODE PENELITIAN ... 41 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 41 4.3. Metode Analisis Data ... 42 4.3.1. Analisis Aspek Teknis ... 42 4.3.2. Analisis Aspek Manajemen ... 43 4.3.3. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ... 43 4.4.4. Analisis Aspek Pasar ... 43 4.4.5. Analisis Aspek Finansial ... 44 4.4. Aspek-Aspek Kelayakan Investasi ... 44

4.4.1. Net Present Value (NPV) ... 44 4.4.2. Internal Rate Return (IRR) ... 46 4.4.3. Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 46 4.4.4. Payback Period ... 48 4.5. Analisis Break Even Point (BEP) ... 48 4.6. Analisis Sensitivitas ... 49 4.7. Asumsi Dasar ... 50


(23)

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 11 1.4. Kegunaan Penelitian ... 11 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13 2.1. Sejarah Bangsa Sapi Potong ... 13 2.2. Jenis-Jenis Sapi Potong ... 14

2.1.1. Jenis-Jenis Sapi Lokal ... 14 2.1.2. Jenis-Jenis Sapi Bukan Lokal ... 15 2.3. Pemilihan Bibit Sapi Potong ... 16 2.4. Inseminasi Buatan (IB) ... 18 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21 III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 30 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ... 30 3.1.2. Analisis Finansial ... 31 3.1.3. Discounted Cash Flow Method ... 32 3.1.4. Analisis Sensitivitas ... 34 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

IV. METODE PENELITIAN ... 41 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 41 4.3. Metode Analisis Data ... 42 4.3.1. Analisis Aspek Teknis ... 42 4.3.2. Analisis Aspek Manajemen... 43 4.3.3. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ... 43 4.4.4. Analisis Aspek Pasar ... 43 4.4.5. Analisis Aspek Finansial ... 44 4.4. Aspek-Aspek Kelayakan Investasi... 44 4.4.1. Net Present Value (NPV) ... 44 4.4.2. Internal Rate Return (IRR) ... 46 4.4.3. Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 46 4.4.4. Payback Period ... 48 4.5. Analisis Break Even Point (BEP) ... 48 4.6. Analisis Sensitivitas ... 49 4.7. Asumsi Dasar ... 50 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 57 5.1. Perkembangan dan Sejarah Perusahaan ... 57 5.2. Lokasi Perusahaan ... 59 5.3. Tujuan Perusahaan ... 59 5.4. Deskripsi Kegiatan Bisnis PT Lembu Jantan Perkasa ... 60


(24)

5.4.2. Unit Usaha Fattening Sapi Potong ... 63 5.4.3. Unit Usaha Feedmil ... 64 5.4.4. Unit Usaha Pengolahan Limbah ... 65 5.4.5. Unit Usaha Penyewaan Mobil ... 66 VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK TEKNIS, MANAJEMEN,

SOSIAL-LINGKUNGAN, DAN PASAR ... 67 6.1. Aspek Teknis ... 67

6.1.1. Lokasi Breeding Sapi Potong... 67 6.1.2. Bentuk Bangunan, Peralatan, dan Teknologi pada PT LJP 68 6.1.3. Deskripsi Proses Produksi Breeding Sapi Potong PT LJP.. 71 6.2. Aspek Manajerial ... 79

6.2.1. Struktur Organisasi PT LJP... 79 6.2.2. Wewenang, Tugas dan Tangungjawab pada PT LJP ... 81 6.2.3. Deskripsi Sumber Daya Manusia pada PT LJP ... 83 6.3. Aspek Pasar... 84

6.3.1. Harga Jual Breeding PT LJP ... 84 6.3.2. Pemasaran Breeding Sapi Potong ... 86 6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan... 88 VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 90

7.1. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan (Breeding) Sapi Potong PT LJP (Skenario I) ... 91 7.1.1. Arus Manfaat (In Flow) ... 91 7.1.2. Arus Biaya (Out Flow) ... 95 7.1.2.1. Biaya Investasi ... 95 7.1.2.2. Biaya Operasional ... 97 7.1.3. Kelayakan Finansial Usaha Pembibitan Sapi Potong ... 107 7.1.3.1. Kriteria Investasi ... 107 7.1.3.2. Titik Impas (BEP) ... 109 7.2. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukkan (Fattening) Sapi

Potong PT LJP (Skenario II) ... 110 7.2.1. Arus Manfaat (In Flow) ... 110 7.2.2. Arus Biaya (Out Flow) ... 112 7.2.2.1. Biaya Investasi ... 112 7.2.2.2. Biaya Operasional ... 114 7.2.3. Kelayakan Finansial Usaha Penggemukkan Sapi Potong... 123 7.2.2.1. Kriteria Investasi ... 123 7.2.2.2. Titik Impas (BEP) ... 124 7.3. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan dan Penggemukkan Sapi

Potong (Skenario III) ... 125 7.3.1. Arus Manfaat (In Flow) ... 125 7.3.2. Arus Biaya (Out Flow) ... 129 7.3.2.1. Biaya Investasi ... 129 7.3.2.2. Biaya Operasional ... 131 7.3.3. Kelayakan Finansial Pembibitan dan Penggemukkan Sapi

Potong (Skenario III)... 139 7.3.3.1. Kriteria Investasi ... 139


(25)

7.3.3.2. Titik Impas (BEP) ... 141 7.4. Analisis Rugi Laba... 142 7.5. Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Ketiga

Skenario ... 143 7.6. Analisis Sensitifitas (Switching Value) ... 144

7.6.1. Anasilis Switching Value Usaha Pembibitan Sapi Potong (Skenario I) ... 145 7.6.2. Analisis Switching Value Usaha Penggemukkan Sapi

Potong (Skenario II)... 147 7.5.3. Analisis Switching Value Usaha Pembibitan dan

Penggemukkan Sapi Potong (Skenario III)... 148 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 151 8.1. Kesimpulan ... 151 8.2. Saran ... 152 DAFTAR PUSTAKA ... 156


(26)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Konsumsi Daging Nasional Tahun 2004 – 2006 ... 2

2. Populasi Peternakan di Indonesia Tahun 2001 – 2006 ... 3 3. Perkembangan Impor Sapi Tahun 2001 – 2006... 4 4. Penjualan Sapi Breeding PT. LJP Tahun 2006 – 2007 ... 9 5. Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengenai Kelayakan Breeding

Sapi Potong ... 29 6. Kapasitas Kandang dan Jumlah Ternak pada PT LJP... 69 7. Peralatan Kandang pada PT LJP ... 70 8. Formula Konsentrat PT LJP untuk Pakan Weaner, Breeding, dan

Fattening... 79 9. Tingkat Pendidikan Staff Di PT Lembu Jantan Perkasa... 84 10. Harga Sapi Weaner PT LJP Tahun 2008 ... 85 11. Harga Sapi Bunting PT LJP Tahun 2008... 86 12. Komponen Penerimaan Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu

Jantan Perkasa ... 91 13. Proyeksi Populasi Stock Breeding Usaha Pembibitan Sapi Potong ... 94 14. Rincian Biaya Investasi Usaha Pembibitan Breeding Sapi Potong PT

Lembu Jantan Perkasa... 96 15. Komponen Investasi Biaya Bangunan Usaha Pembibitan PT Lembu

Jantan Perkasa ... 97 16. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu

Jantan Perkasa ... 98 17. Rincian Biaya Staff PT Lembu Jantan Perkasa (LJP)... 99 18. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu

Jantan Perkasa ... 100 19. Rincian Biaya Pakan Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu

Jantan Perkasa ... 102 20. Rincian Biaya Transportasi Usaha Pembibitan Sapi Potong PT

Lembu Jantan Perkasa... 103 21. Rincian Biaya Obat-Obatan dan Vitamin Usaha Pembibitan Sapi


(27)

22. Rincian Biaya Peralatan Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 105 23. Jadwal Kegiatan Karyawan Kandang PT Lembu Jantan Perkasa... 106 24. Kriteria Investasi Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan

Perkasa (LJP) ... 107 25. Nilai BEP Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa . 109 26. Rincian Penerimaan Usaha Penggemukkan Sapi Potong Lembu

Jantan Perkasa ... 111 27. Rincian Biaya Investasi Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT

Lembu Jantan Perkasa... 113 28. Rincian Gaji Staff Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu

Jantan Perkasa ... 115 29. Rincian Biaya Tetap Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu

Jantan Perkasa ... 115 30. Rincian Biaya Pakan Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu

Jantan Perkasa ... 118 31. Rincian Biaya Transportasi Usaha Penggemukan Sapi Potong PT

Lembu Jantan Perkasa... 120 32. Rincian Biaya Obat-Obatan Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT

Lembu Jantan Perkasa... 121 33. Biaya Peralatan Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT LJP ... 122 34. Kriteria Investasi Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu

Jantan Perkasa (LJP) ... 123 35. Nilai BEP Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan

Perkasa (LJP) ... 125 36. Proyeksi Populasi Ternak Sapi Potong Usaha Fattening Dan

Breeding PT Lembu Jantan Perkasa (Skenario III) ... 127 37. Rincian Biaya Investasi Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi

Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 130 38. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi

Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 132 39. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi

Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 133 40. Rincian Biaya Pakan Sapi Penggemukkan PT Lembu Jantan Perkasa. 134 41. Rincian Biaya Transportasi Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan


(28)

42. Rincian Biaya Obat-Obatan dan Vitamin Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 137 43. Rincian Biaya Peralatan Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi

Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 139 44. Kriteria Investasi Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong

PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) ... 140 45. Nilai BEP Usaha Pembibitan Dan Pengemukkan Sapi Potong PT

Lembu Jantan Perkasa (Skenario III)... 142 46. Perbandingan Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Sapi Potong Pada

Ketiga Skenario... 144 47. Switching Value Usaha Pembibitan Sapi Potong (Skenario I)... 146 48. Switching Value Usaha Penggemukkan (Fattening) Sapi Potong

(Skenario II) ... 147 49. Switching Value Usaha Penggemukkan (Fattening) dan Pembibitan


(29)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional ... 40

2. Seleksi Bakalan dan Calon Bibit pada PT LJP ... 72 3. Tahapan Inseminasi Buatan (IB) PT LJP... 75 4. Struktur Organisasi PT LJP... 80 5. Saluran Distribusi Breeding Sapi Potong PT LJP... 87


(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Denah Lokasi PT LJP ... 158

2. Luas Lahan yang Digunakan PT LJP... 159 3. Layout Kandang PT LJP ... 160 4. Cashflow Usaha Pembibitan Sapi Potong (Skenario I) ... 161 5. Nilai Sisa Usaha Pembimbitan Sapi Potong (Skenario I) ... 161 6. Nilai Sisa Usaha Penggemukan Sapi Potong (Skenario II) ... 163 7. Cashflow Usaha Penggemukan Sapi Potong (Skenario II)... 164 8. Nilai Sisa Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong

(Skenario III)... 165 9. Cashflow Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong

(Skenario III)... 166 10. Rugi Laba usaha Penggemukan Sapi Potong (Skenario II) ... 168 11. Cashflow Sensitivitas Kenaikan Harga dolar Terhadap Bakalan

Sebesar 10.75% ... 169 12. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Anak Sapi Sebesar 9% .. 170 13. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bunting Sebesar

3% ... 171 14. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Anak Sapi

Breeding Sebesar 9% ... 172 15. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bunting

Sebesar 3% ... 173 16. Cashflow dengan Kenaikan Harga Dolar Sebesar 3.50% Terhadap

Harga Bakalan... 174 17. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Potong Jenis Sterr

Sebesar 3.57% ... 175 18. Cashflow Penurunan Harga Jual Sapi Bull Sebesar 3.20% ... 176 19. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Heifer Sebesar

3.60% ... 177 20. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong Sterr

Sebesar 3.60% ... 178 21. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bull Sebesar


(31)

22. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong Heifer Sebesar 3.60%... 180 23. Cashflow Sensitivitas Kenaikan Dolar Terhadap Harga Bakalan

Sebesar 10.93% ... 181 24. Cashflow SensitivitasPenurunan Harga Jual Anak Sapi Breeding

Sebesar 34.15% ... 183 25. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bunting Sebesar

16.96% ... 184 26. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Sterr Sebesar

14.50% ... 185 27. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bull sebesar

14.32% ... 186 28. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bull Sebesar

14.32% ... 187 29. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Heifer Sebesar

14.58% ... 188 30. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Penjualan Anak

Sapi Breeding Sebesar 34.15% ... 189 31. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bunting

sebesar 8.31%... 190 32 Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong Sterr

Sebesar 14.49% ... 191 33. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong

BullSebesar 14.28% ... 192 34. Cashflow Sensitivitas PenurunanVolume Produksi Sapi Potong

Heifer Sebesar 14.55%... 193


(32)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan produk asal hewani terus meningkat. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya pendapatan penduduk, meningkatnya jumlah penduduk serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi produk pangan asal hewani. Ada korelasi positif antara peningkatan pendapatan terhadap pola konsumsi manusia. Pada tingkat pendapatan rendah manusia cenderung memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap karbohidrat, seiring dengan terjadinya peningkatan pendapatan, manusia akan mengubah pola konsumsinya untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani.

Menurut Statiska Direktoral Jenderal Peternakan, konsumsi daging pada periode tahun 2004 – 2006 mengalami peningkatan, hal ini bisa dilihat pada Tabel 1. Angka konsumsi daging nasional tahun 2006 yaitu berjumlah 1.838.942 ton menempati urutan kedua setelah daging ayam yaitu konsumsi daging sapi potong dengan angka konsumsi sebesar 474.447,036 ton. Hal tersebut mencerminkan

bahwa konsumsi daging sapi potong mempunyai kotribusi yang cukup besar dalam konsumsi daging nasional. Salah satu yang menyebabkan daging ayam lebih diminati oleh masyarakat umum yaitu harga daging ayam yang lebih terjangkau dibandingkan harga daging sapi, dimana harga daging sapi saat ini Rp 55.000 per Kg, serta selera masyarakat yang lebih menyukai mengkonsumsi daging ayam.

Konsumsi daging sapi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, walaupun secara keseluruhan konsumsi daging ayam lebih besar yaitu 527.776,354


(33)

2

yang enak, terkesan eklusif dan kaya protein menjadikan daging sapi menjadi salah satu pilihan unggulan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dan masih diminati. Adanya kasus flu burung merupakan ancaman bagi peternak ayam yang mungkin akan memberikan dampak terjadinya penurunan konsumsi daging ayam, kejadian tersebut dapat dijadikan peluang bagi sapi potong dalam memasok permintaan kebutuhan daging secara nasional.

Tabel 1. Konsumsi Daging Nasional Tahun 2004-2006 Konsumsi per Tahun (Ton) Komoditi

2004 2005 2006

Ayam 365.968,261 473.661,3 527.776,354

Sapi Potong 325.305,12 394.718,125 474.447,036

Kerbau 243.978,84 255.777,264 307.103,314

Kambing 216.870,08 296.827,936 349.398,98

Domba 112.501,354 94.732,32 110.336,52

Babi 90.814,346 63.154,88 69.879,796

Total 1.355.438 1.578.872 1.838.942

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2007

Kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan populasi sapi potong di Indonesia. Petumbuhan populasi sapi potong dari tahun 2003 sampai tahun 2006 cenderung statis. Berdasarkan data Statistik Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun 2005 mencapai 10,5 juta ekor. Jumlah tersebut tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumsi daging secara nasional. Melihat kenyataan tersebut sapi potong merupakan potensi terbesar yang prospektif dalam memasok permintaan daging di Indonesia. Tabel 2 menjelaskan perkembangan populasi peternakan di Indonesia dari tahun 2001 sampai tahun 2006.


(34)

3

Tabel 2. Populasi Ternak Di Indonesia 2001 – 2006

Populasi Peternakan per Tahun (Ekor) Jenis

2003 2004 2005 2006*)

Sapi potong 10.504.128 10.532.889 10.569.312 10.835.686

Sapi perah 373.753 364.062 361.351 382.313

Kerbau 2.402.993 2.403.298 2.128.491 2.201.111

Kambing 12.549.086 12.780.961 13.409.298 14.051.156

Domba 7.810.702 8.075.148 8.327.022 8.543.206

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2007 Keterangan : *) Angka Sementara

Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber yaitu peternakan rakyat (ternak sapi lokal), industri peternakan rakyat (hasil penggemukkan sapi ekspor-impor), dan impor daging dari luar negeri. Produksi daging dalam negeri saat ini tidak mencukupi tingkat konsumsi sehingga pemerintah terus meningkatkan impor, baik daging sapi potong maupun bakalan sapi potong untuk mencukupi permintaan tersebut. Selain itu, tingkat ketergantungan atas bibit sapi potong pun masih tinggi.

Impor sapi hidup dan daging beku merupakan salah satu upaya supaya tidak terjadi kesenjangan antara produksi dan tingkat konsumsi daging sapi di dalam negeri. Tabel 3 dapat menjelaskan perkembangan impor sapi dari beberapa negara asal selama lima tahun terakhir (Tahun 2001– 2006). Sapi yang diimpor berupa sapi bakalan dan sapi induk. Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah impor sapi tersebut cenderung mengalami peningkatan. Negara Australia merupakan pemasok impor utama sapi bakalan dan sapi induk bagi negara Indonesia, dimana pada tahun 2005 jumlah impor sapi bakalan yaitu 89.672.476 Kg menurun menjadi 10.151.145 Kg pada tahun 2006. Jumlah sapi induk yang diimpor pada tahun 2005 sebesar 1.615.139 Kg, sedangkan tahun 2006 yaitu sebesar 2.172.060 Kg.


(35)

4

Tabel 3. Perkembangan Impor Sapi Tahun 2001 – 2006 Sapi bakalan Sapi induk No Tahun

Kg US $ Kg US $ Negara asal

1 2001 39.936.781 38.985.579 1.620.726 2.009.046

Singgapura, Australia, United State

2 2002 38.391.927 34.894.335 2.272.061 3.054.295 Korea Selatan, Australia 3 2003 56.699.525 51.009.904 2.029.054 2.439.828 Australia 4 2004 73.186.000 79.370.618 1.822.096 2.382.693 Australia 5 2005 89.672.476 107.731.332 1.615.139 1.921.558 Australia 6 2006 10.151.145 87.241.388 2.172.060 2.545.113 Australia Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun, 2008

Kenyataan itulah yang mendorong Dirjen Peternakan mengeluarkan kebijakan Gaung (Tiga Ung) Lampung pada tahun 1992 dimana isinya : Sapi lokal sebagai tulang punggung, Impor sapi bakalan sebagai pendukung, dan impor daging sapi sebagai penyambung. Melalui kebijakan ini disusun perencanaan secara lebih teliti berapa besarnya pemasukan sapi bakalan dan daging impor untuk memenuhi daging sapi dalam negeri (APFINDO, 2007).

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi ketergantungan impor sapi potong yaitu dengan cara memperbaiki mutu genetik sapi potong dengan menghasilkan bibit ternak sapi potong yang berkualitas. Bertambah banyaknya pembibitan sapi potong maka akan sangat mungkin menambah jumlah populasi ternak yang ada di Indonesia.

Kegiatan pembibitan melalui proses dan tahapan yang panjang serta membutuhkan modal yang besar sehingga untuk pengembalian modal dibutuhkan waktu yang lama dan perputaran uang yang lama. Bakalan yang digunakan sebagai bibit sapi potong diimpor sebagian besar berasal dari negara Australia. Harga bakalan dipengaruhi oleh kurs yang berlaku. Seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha pembibitan sapi potong dan apakah kegiatan


(36)

5

usaha pembibitan (breeding) sapi potong layak dan menguntungkan secara

ekonomis untuk dilaksanakan oleh karena itu analisis kelayakan usaha pembibitan sapi potong tersebut perlu dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi potong karena pertambahan populasi sapi potong tidak seimbang dengan kebutuhan konsumsi daging nasional. Di lain pihak, kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung semakin meningkat. Jika impor daging dan sapi potong terus meningkat dikhawatirkan Indonesia menjadi negara yang sangat ketergantungan terhadap produk dari luar negeri. Kebijakan impor sapi bakalan ataupun daging terpaksa dilakukan karena tanpa impor daging atau sapi bakalan dimungkinkan terjadi pengurasan sapi lokal yang berakibat buruk bagi ketahanan pangan nasional dan peternakan sapi rakyat.

Salah satu upaya peningkatan produksi daging sapi potong dalam negeri yaitu dengan upaya perbaikan mutu genetik sapi potong melalui pengembangan sapi murni (pemurnian) melalui usaha pembibitan sapi potong. Bertambah banyaknya pembibitan sapi potong maka akan sangat mungkin menambah jumlah populasi ternak yang ada di Indonesia. Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu teknik dalam pengembangbiakkan sapi potong yang dapat memperbaiki mutu genetik ternak serta merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh dalam peningkatan populasi ternak.

Pengembangan sapi potong untuk mendukung program kecukupan daging 2010 diperlukan dukungan inovasi untuk meningkatkan produktivitas ternak. Peran pemerintah serta adanya kerjasama yang saling mendukung antara


(37)

6

peternakan rakyat dan swasta harus digalakkan. Tidak teraturnya program perkawinan, kurangnya perhatian pada pemberian metode pakan, pemotongan yang tidak sesuai aturan, dan mutasi ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain yang tidak terkontrol merupakan beberapa penyebab rendahnya populasi sapi potong.

Pembibitan bertujuan meningkatkan mutu genetik dan nilai ekonomis sapi potong serta menghasilkan bibit sapi yang memiliki kualitas unggul. Saat ini masih sedikit yang mengusahakan pembibitan sapi potong di Indonesia. Selama ini pihak swasta lebih tertarik menanamkan modalnya pada usaha penggemukkan dari pada usaha pembibitan. Hal ini disebabkan antara lain usaha penggemukkan memiliki resiko yang lebih kecil, perputaran modal lebih cepat, dan waktu pengembalian modal (payback period) lebih singkat dibanding usaha pembibitan,

dimana breeding sapi potong baru dapat dijual setelah anak sapi yang baru lahir

berumur tiga bulan.

Hal ini berbeda dengan usaha penggemukkan dimana sapi potong dapat dijual setelah mengalami penggemukkan selama tiga bulan. Para investor beranggapan bahwa dalam usaha breeding dibutuhkan lahan secara ekstensif

dengan modal yang besar, padahal usaha pembibitan dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan sebaik mungkin dengan sistem semi intensif serta manajemen pakan yang baik yaitu memanfaatkan hasil produk sampingan pertanian (byproduct) sebagai bahan baku pakan yang bernutrisi.

Di samping itu, proses pengurusan penggunaan lahan dan izin usaha biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak adanya kepastian dalam


(38)

7

penguasaan lahan ini akan menghambat investor untuk menanamkan modalnya dalam usaha pembibitan sapi potong (Hadi dan Ilham, 2002).

PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang yang berskala usaha besar, dan bergerak di dua bidang usaha yaitu pembibitan sapi potong (breeding) dan penggemukkan (fattening) sapi

secara intensif. Sejak awal tahun 1990 PT LJP bergerak di bidang penggemukan sapi potong dengan menggunakan input utama yaitu bakalan sapi potong yang diimpor dari negara Australia. Berdasarkan pengalaman perusahaan, input bakalan yang diimpor tersebut sebesar 15 persen dari seluruh populasi sapi potong yang diimpor, telah dalam keadaan bunting. Keadaan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mulai mengembangkan usaha pembibitan (breeding). Sehingga bakalan impor yang baru datang sebelum

dimasukkan ke dalam unit usaha pembibitan dan unit usaha penggemukkan terlebih dahulu dilakukan seleksi.

Sapi betina yang diimpor, setelah melalui karantina yang ketat, diseleksi untuk menentukan keadaan dan potensi reproduksinya. Seleksi dilakukan meliputi Pemeriksaan Alat Reproduksi (PAR) dan Pemeriksaan Alat Kebuntingan (PKB). Apabila berada dalam keadaan bunting atau layak untuk bereproduksi, sapi-sapi betina tersebut dimasukkan ke dalam suatu program pembudidayaan pembibitan untuk dikembangkan lebih lanjut menggunakan teknologi IB.

Ternak yang tidak produktif langsung disalurkan ke lokasi feedlot untuk

masuk ke program penggemukkan. Menurut pengalaman PT LJP, dari seluruh populasi bakalan yang telah diseleksi alat reproduksinya, sebesar 45 persen digunakan dalam program breeding sebagai calon bibit (cabit) karena memiliki


(39)

8

alat reproduksi yang bagus, sedangkan sisanya 55 persen untuk usaha penggemukkan. Penggunaan bakalan impor ini dilakukan karena tidak tersedianya jumlah sapi bakalan di dalam negeri serta bibit ternak lokal yang kurang berkualitas.

Hal utama yang melatarbelakangi PT LJP mendirikan usaha pembibitan sapi potong yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri makin meningkat setiap tahunnya, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan daging sapi dengan populasi sapi potong. Hal ini menyebabkan tingkat ketergantungan impor sapi potong semakin tinggi. Melihat kenyataan tersebut, potensi untuk pengembangan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar, namun belum diberdayakan secara optimal.

Masalah yang dihadapi perusahaan selama ini adalah dalam pengadaan bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Menurut perusahaan permintaan akan breeding sapi potong

semakin meningkat setiap tahunnya dimana tahun 2006 penjualan PT LJP yaitu sebesar 1860 ekor sapi dan pada tahun 2007 penjualan sapi breeding meningkat

menjadi 2331 ekor sapi. Meningkatnya permintaan akan bibit sapi potong merupakan peluang bagi perusahaan, sehingga untuk memenuhi peluang tersebut PT LJP berencana akan mengembangkan usaha dengan menambah skala usaha pembibitan sapi potong. Tabel 4 menjelaskan penjualan sapi breeding PT LJP


(40)

9

Tabel 4. Penjualan Sapi Breeding PT LJP Tahun 2006-2007 Tahun Keterangan

2006 (ekor) 2007 (ekor)

1. Penjualan anak

Sale calf male 12 48

Sale calf female 1 31

Sale weaner male 392 198

Sale weaner female 76 301

Total penjualan anak 481 578

2. Penjualan bunting

Bunting muda 3- 6 bulan 1080 1432

Bunting ≥ 7 bulan 299 321

Total penjualan bunting 1379 1753

Total Penjualan 1860 2331

Sumber : Departemen Livestock PT LJP, 2008

PT LJP mulai merintis usaha pembibitan sapi potong pada bulan Oktober tahun 2005. Populasi breeding sapi potong pada awalnya berjumlah 200 ekor sapi,

dengan kapasitas kandang lebih kurang 3000 ekor sapi. Melihat adanya potensi permintaan konsumen terhadap daging sapi potong yang semakin meningkat, serta adanya peningkatan penjualan sapi breeding, maka PT LJP berencana akan

menambah fasilitas dan kandang yang dapat menampung 7500 ekor ternak pada tahun 2008. Jumlah sapi breeding yang ada di PT LJP saat ini yaitu untuk anak

sapi 657 ekor dan jumlah sapi bunting yaitu 2287 ekor. PT LJP memiliki luas areal 159.000 m2.

Lahan tersebut telah dimanfaatkan seluas 3.1473,5 m2 untuk bangunan unit feedmill, kebun hijauan, 11 kandang sapi breeding dan hospital pen, kolam

penampungan limbah (holding pond), mess karyawan dan staff, serta guest

house, cattle yard, laboratorium, dan holding fasilitas untuk IB serta kantor.

Investasi yang digunakan dalam usaha pembibitan tidaklah sedikit selain itu dibutuhkan waktu yang lama dalam mengembalikan modal karena breeding sapi


(41)

10

pengembangan pembibitan selanjutnya oleh peternak-peternak lain perlu dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan

dikaji dalam pengembangan usaha breeding sapi potong meliputi aspek teknis,

aspek institusioanal-organisasi-manejerial, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial.

Keberhasilan breeding sapi potong dipengaruhi oleh manajemen breeding

itu sendiri yaitu : 1) manajemen ternak pra-breeding, 2) kesehatan hewan, 3)

pakan, 4) manajemen ternak saat IB, 5) waktu IB dan, 6) Pemeriksaan Kebuntingan (PKB). Jika ada suatu perubahan dalam dasar perhitungan biaya dan benefit maka perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat apa yang akan

terjadi dengan hasil analisis proyek. Perubahan-perubahan tersebut yaitu kenaikkan biaya variabel terutama harga bakalan yang akan digunakan sebagai calon bibit, karena harga bakalan sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Penurunan volume produksi sapi potong, dan penurunan harga output.

Jika jumlah populasi sapi yang dibudidayakan untuk pembibitan semakin besar sedangkan jumlah lahan dan fasilitas yang digunakan sama, maka keuntungan yang diperoleh akan besar dan sebaliknya, mengingat usaha breeding

di PT LJP adalah usaha peternakan insentif. Apabila populasi sedikit, dan jumlah fasilitas dan lahan yang digunakan sama, maka profit yang diperoleh kecil. Meningkatnya skala usaha akan menghemat biaya. Usaha pembibitan sapi potong mampu menghasilkan keuntungan yang memadai, jika skala usaha diperbesar dengan menambah populasi sapi breeding. Berdasarkan uraian di atas maka


(42)

11

pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan

layak untuk dilakukan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : a. Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek

manejemen dalam usaha breeding PT LJP

b. Menganalisis kelayakan usaha breeding PT LJP

c. Menganalisis sensitivitas usaha breeding pada PT LJP

1.4. Kegunaan Penelitian

PT LJP merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak pada usaha breeding sapi potong di Indonesia. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat

menjadi masukan dan memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha pembibitan, khususnya pemerintah agar ikut berperan serta dalam mengurangi tingkat ketergantungan impor sapi bakalan atau pun sapi potong serta meningkatkan jumlah populasi sapi potong di Indonesia sehingga kebutuhan akan daging secara nasional dapat terpenuhi. Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi perusahaan penelitian ini diharapakan sebagai masukan terhadap manajemen perusahaan untuk mengetahui kelayakan usaha breeding, serta

untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi usaha breeding jika salah satu variabel input naik.


(43)

12

2. Bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagaimana teknik budidaya breeding pada PT LJP dan bagaimana

kelayakan usaha breeding, serta sebagai bahan pertimbangan dalam

membuat kebijakan dan keputusan yang menyangkut usaha pembibitan sapi potong. Diharapkan skripsi ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah agar ikut berperan serta mengembangkan usaha pembibitan sapi potong di Indonesia agar swasembada daging tahun 2010 dapat tercapai.

3. Bagi mahasiswa dan pihak yang membutuhkan informasi tentang pembibitan sapi potong diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta sebagai sumber literatur dan menambah wawasan mengenai usaha peternakan khususnya pembibitan sapi potong.


(44)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Sapi Potong

Dari sejarahnya, semua bangsa sapi yang dikenal di dunia berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada zaman Paleocene. Adapun jenis primitifnya ditemukan pada zaman Pliocene di India, Asia. Perkembangan dari jenis-jenis primitif itulah menghasilkan tiga kelompok nenek moyang sapi hasil penjinakkan. Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primitif, diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yang memiliki genetik sapi yang penting untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas, yaitu :

1. Bos Sondaicus, atau Bos Banteng, sampai sekarang ini masih bisa ditemui hidup liar di daerah margasatwa yang dilindungi di pulau Jawa seperti Pangandaran dan Ujung Kulon.

2. Bos Indicus atau Sapi Zebu, sampai sekarang mengalami perkembangan di India, Asia.

3. Bos Taurus atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa.

Tiga kelompok nenek moyang tersebut, baik secara alamiah ataupun karena peran serta manusia mampu mengalami perkembangan hasil perkawinan atau persilangan yang menunjukkan bangsa-bangsa sapi modern, baik tipe potong-perah, tipe potong-kerja, maupun tipe potong-murni.


(45)

14

2.2. Jenis-Jenis Sapi Potong

Beberapa jenis sapi potong banyak dijumpai di Indonesia, baik itu sapi potong lokal ataupun jenis sapi potong bukan lokal yang merupakan hasil persilangan dan cocok dibudidayakan di Indonesia. Jenis sapi tersebut menyebar di wilayah Indonesia diantaranya sapi Bali, Onggole, Peranakan Ongole, dan sapi Madura. Sedangkan bangsa sapi potong bukan lokal seperti sapi Limousin, sapi Charolais, dan sapi Brahman.

2.2.1. Jenis Sapi Lokal

Jenis-jenis sapi yang sudah lama terdapat di Indonesia dan telah berkembang secara turun temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. Jenis-jenis sapi lokal tersebut tersebar di hampir semua daerah di Indonesia, tetapi ada pula yang hanya terdapat di daerah-daerah tertentu saja. Jenis sapi tersebut antara lain : 1. Sapi Bali, merupakan keturunan dari Bos Banteng. Sapi Bali mempunyai

bentuk dan karakteristik yang sama dengan banteng dan tergolong sapi yang cukup subur, sehingga sapi Bali sangat cocok sebagai ternak bibit yang potensial. Sapi Bali mempunyai fertilitas 83-86 persen (Murtidjo,1990), tipe pekerja yang baik, persentase karkas yang tinggi, daging rendah lemak, dan daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi

2. Sapi Ongole, merupakan keturunan Bos Indicus yang masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Sapi ini berwarna putih dan memiliki banyak lipatan di bagian leher dan perut.

3. Sapi Peranakan Ongole, sapi ini juga dikenal sebagai sapi Sumba Ongole merupakan hasil persilangan sapi Ongole asal India dengan sapi Madura


(46)

15

secara grading up (keturunan hasil perkawinan yang dikawinkan kembali dengan sapi Ongole). Sapi ini berwarna putih dan berpunuk.

4. Sapi Madura merupakan sapi lokal yang mirip sapi Bali. Perbedaan yang signifikan antara sapi Bali dan sapi Madura terletak pada keberadaan punuk, sapi Bali tidak berpunuk sedangkan sapi Madura berpunuk.

2.2.2. Jenis Sapi Bukan Lokal

1. Sapi Limousin, merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus yang berhasil dikembangkan di Prancis. Bentuk tubuhnya memanjang penuh daging dan sangat padat, hampir mirip dengan singa. Berat badan sapi Limousin betina bisa mencapai rata-rata 650 Kg, dan sapi jantan mencapai berat rata-rata 850 Kg. Sapi Limousin mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi sehingga banyak diimpor dalam bentuk bakalan. Sapi Limousin sudah diimpor ke Indonesia, diantaranya dipelihara di Balai Inseminasi Buatan Lembang Jawa, Barat.

2. Sapi Charolais, merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus dan banyak dikembangbiakkan di Amerika. Warna tubuhnya krem muda atau keputih-putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar dengan bobot badan jantan dewasa dapat mencapai 1.000 Kg, sedangkan betina dewasa sekitar 750 Kg.

3. Sapi Brahman, merupakan sapi yag termasuk dalam golongan sapi Zebu. Sapi Brahman banyak disilangkan dengan jenis sapi lainnya dan menghasilkan Brahman Cross (peranakan Amerika Brahman) dimana jenis sapi Brahman mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi,


(47)

16

yaitu 0,8 Kg – 1,2 Kg per hari. Jenis sapi Brahman umumnya diimpor dari Australia dan Selandia Baru dalam bentuk bakalan untuk digemukkan kembali.

2.3. Pemilihan Bibit Sapi Potong

Pembibitan sapi potong saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis. Kebijakan pengembangan usaha pembibitan sapi potong diarahkan pada suatu kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi dengan komoditi lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan, bimbingan, dan pengawasan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi potong yang baik (Good breeding). Bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai peranan penting dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan.

Bibit ternak dari usaha peternakan sapi potong mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan usaha. Usaha pemeliharaan sapi bibit potong bertujuan mengembangbiakkan sapi potong dan keuntungan yang diharapkan adalah hasil keturunannya. Sedangkan pemeliharaan bakalan memelihara sapi potong dewasa untuk selanjutnya digemukkan dan keuntungan yang diharapkan adalah hasil penggemukkan. Bibit ternak adalah semua ternak hasil proses penelitian dan pengkajian atau ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan dan atau untuk produksi (Ditjen Peternakan, 2007).


(1)

Lampiran 5. Cashflow

Kelayakan Usaha Pembibitan Sapi Potong pada PT LJP

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. INFLOW Penjualan Anak Sapi

1. Anak sapi (40-175 Kg) 267.500.000 1.337.500.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 4.012.500.000 4.012.500.000 4.012.500.000

2. Anak Sapi (175-250 Kg) 317.500.000 1.587.500.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.762.500.000 4.762.500.000 4.762.500.000

Penjualan Sapi Bunting

1. Bunting Muda 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000 2. Bunting Tua 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000

Penjualan Limbah Sapi 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500

Nilai Sisa 786.850.500

Total Inflow 11.384.776.500 11.969.776.500 14.309.776.500 19.574.776.500 22.979.776.500 22.979.776.500 22.979.776.500 25.834.776.500 25.834.776.500 26.621.627.000 B. OUTFLOW

1.BIAYA INVESTASI

Tanah 786.850.000

Bangunan 500.000.000 Kandang 600.000.000

Cattle yard 300.000.000

Holding fasilitas 200.000.000

Holding pond 30.000.000

Container strow 150.000.000

Container N2 cair 125.000.000

Gun IB 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000

Timbangan sapi 35.000.000

Kendaraan operasional 305.000.000

Laptop dan komputer 46.000.000 46.000.000

Alat-alat kandang 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000

Sub Total Investasi 3.086.450.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 8.600.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 51.850.000 2.808.000 5.850.000 2.BIAYA OPERASIONAL

a. Biaya Tetap

Gaji Staff 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000

Biaya Administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

tunjangan Kesehatan 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000

Tunjangan Hari Raya 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000

Pajak PBB 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000

Total Biaya Tetap 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 b. Biaya Variabel

Biaya Bakalan 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 Biaya Pakan 3.088.995.000 4.780.952.500 7.338.872.500 9.576.505.000 10.092.250.000 10.999.457.500 12.298.127.500 13.988.260.000 13.967.455.000 13.626.362.500

Biaya Transportasi 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000

Obat-obatan dan Vitamin 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000

PAR 21.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000

PKB 21.000.000 18.456.000 17.928.000 17.400.000 16.872.000 16.344.000 15.816.000 15.288.000 15.960.000 14.580.000

Semen IB 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000

Biaya Telephon 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

Biaya Listrik 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000

Biaya Peralatan untuk IB 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000

Biaya TK 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500

Total Biaya Variabel 11.773.822.500 13.451.836.000 16.009.228.000 18.246.332.500 18.761.549.500 19.668.229.000 20.966.371.000 22.655.975.500 22.635.842.500 22.293.370.000 Total Biaya Operasional 12.373.842.500 14.051.856.000 16.609.248.000 18.846.352.500 19.361.569.500 20.268.249.000 21.566.391.000 23.255.995.500 23.235.862.500 22.893.390.000 TOTAL OUTFLOW 3.086.450.000 12.376.650.500 14.057.706.000 16.612.056.000 18.854.952.500 19.364.377.500 20.274.099.000 21.569.199.000 23.307.845.500 23.238.670.500 22.899.240.000 Pendapatan sebelum pajak -3.086.450.000 -991.874.000 -2.087.929.500 -2.302.279.500 719.824.000 3.615.399.000 2.705.677.500 1.410.577.500 2.526.931.000 2.596.106.000 3.722.387.000 Pajak 0 0 -648.878.850 -690.683.850 215.947.200 1.084.619.700 811.703.250 423.173.250 758.079.300 778.831.800 1.116.716.100 Net Benefit -3.086.450.000 -991.874.000 -1.439.050.650 -1.611.595.650 503.876.800 2.530.779.300 1.893.974.250 987.404.250 1.768.851.700 1.817.274.200 2.605.670.900

Df 5.75% 1,000 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572

Present Value (PV)/Tahun -3.086.450.000 -937.942.317 -1.286.812.669 -1.362.746.133 402.905.187 1.913.605.424 1.354.228.077 667.624.645 1.130.963.047 1.098.745.417 1.489.758.261 NPV 1.383.878.939

PV+ 5.408.271.256

TAHUN URAIAN


(2)

Pendapatan bersih selama 10 tahRp       8.065.311.100

pendapatan bersih rata-rata per Rp       806.531.110

2500000 5000000 7500000 100000000 ‐2.187.929.500 ‐656.378.850,0

Keterngan Nilai

CM 0

RASIO CM #DIV/0!


(3)

Lampiran 9. Cashflow

Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Anak Sapi Dengan Berat 175-250 Kg Sebesar 7.60%

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. INFLOW Penjualan Anak Sapi

1. Anak sapi (40-175 Kg) 267.500.000 1.337.500.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 4.012.500.000 4.012.500.000 4.012.500.000

2. Anak Sapi (175-250 Kg) 292.100.000 1.466.850.000 4.102.100.000 4.102.100.000 4.102.100.000 4.102.100.000 4.400.550.000 4.400.550.000 4.400.550.000

Penjualan Sapi Bunting

1. Bunting Muda 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000 2. Bunting Tua 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000

Penjualan Limbah Sapi 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500

Nilai Sisa 786.850.500

Total Inflow 11.384.776.500 11.944.376.500 14.189.126.500 19.231.876.500 22.636.876.500 22.636.876.500 22.636.876.500 25.472.826.500 25.472.826.500 26.259.677.000 B. OUTFLOW

1.BIAYA INVESTASI

Tanah 786.850.000

Bangunan 500.000.000 Kandang 600.000.000

Cattle yard 300.000.000

Holding fasilitas 200.000.000

Holding pond 30.000.000

Container strow 150.000.000

Container N2 cair 125.000.000

Gun IB 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000

Timbangan sapi 35.000.000

Kendaraan operasional 305.000.000

Laptop dan komputer 46.000.000 46.000.000

Alat-alat kandang 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000

Sub Total Investasi 3.086.450.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 8.600.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 51.850.000 2.808.000 5.850.000 2.BIAYA OPERASIONAL

a. Biaya Tetap

Gaji Staff 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000

Biaya Administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

tunjangan Kesehatan 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000

Tunjangan Hari Raya 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000

Pajak PBB 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000

Total Biaya Tetap 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 b. Biaya Variabel

Biaya Bakalan 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 Biaya Pakan 3.088.995.000 4.780.952.500 7.338.872.500 9.576.505.000 10.092.250.000 10.999.457.500 12.298.127.500 13.988.260.000 13.967.455.000 13.626.362.500

Biaya Transportasi 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000

Obat-obatan dan Vitamin 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000

PAR 21.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000

PKB 21.000.000 18.456.000 17.928.000 17.400.000 16.872.000 16.344.000 15.816.000 15.288.000 15.960.000 14.580.000

Semen IB 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000

Biaya Telephon 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

Biaya Listrik 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000

Biaya Peralatan untuk IB 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000

Biaya TK 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500

Total Biaya Variabel 11.773.822.500 13.451.836.000 16.009.228.000 18.246.332.500 18.761.549.500 19.668.229.000 20.966.371.000 22.655.975.500 22.635.842.500 22.293.370.000 Total Biaya Operasional 12.373.842.500 14.051.856.000 16.609.248.000 18.846.352.500 19.361.569.500 20.268.249.000 21.566.391.000 23.255.995.500 23.235.862.500 22.893.390.000 TOTAL OUTFLOW 3.086.450.000 12.376.650.500 14.057.706.000 16.612.056.000 18.854.952.500 19.364.377.500 20.274.099.000 21.569.199.000 23.307.845.500 23.238.670.500 22.899.240.000 Pendapatan sebelum pajak -3.086.450.000 -991.874.000 -2.113.329.500 -2.422.929.500 376.924.000 3.272.499.000 2.362.777.500 1.067.677.500 2.164.981.000 2.234.156.000 3.360.437.000 Pajak 0 0 -656.498.850 -726.878.850 113.077.200 981.749.700 708.833.250 320.303.250 649.494.300 670.246.800 1.008.131.100 Net Benefit -3.086.450.000 -991.874.000 -1.456.830.650 -1.696.050.650 263.846.800 2.290.749.300 1.653.944.250 747.374.250 1.515.486.700 1.563.909.200 2.352.305.900

Df 5.75% 1,000 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572

Present Value (PV)/Tahun -3.086.450.000 -937.942.317 -1.302.711.712 -1.434.160.278 210.974.675 1.732.110.851 1.182.602.003 505.330.485 968.967.300 945.557.949 1.344.900.136

NPV 129.179.091

PV+ 4.153.571.408

TAHUN URAIAN


(4)

Pendapatan bersih selama 10 tahRp       6.242.861.100 Volume Produksi Sk Penurunan Vol ProdVol Prod Skrg

pendapatan bersih rata-rata per Rp       624.286.110 50 7,60% 46,2

50 7,60% 46,2

250 7,60% 231

250 7,60% 231

700 7,60% 646,8

700 7,60% 646,8

750 7,60% 693

750 7,60% 693

2500000 5000000 7500000 100000000 ‐2.213.329.500 ‐663.998.850,0

Keterngan Nilai

CM 0

RASIO CM #DIV/0!


(5)

Lampiran 10. Cashflow

Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bunting Muda Sebesar 4%

116

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. INFLOW Penjualan Anak Sapi

1. Anak sapi (40-175 Kg) 267.500.000 1.337.500.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 4.012.500.000 4.012.500.000 4.012.500.000

2. Anak Sapi (175-250 Kg) 317.500.000 1.587.500.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.762.500.000 4.762.500.000 4.762.500.000

Penjualan Sapi Bunting

1. Bunting Muda 5.088.000.000 5.088.000.000 5.088.000.000 5.088.000.000 6.614.400.000 6.614.400.000 6.614.400.000 7.632.000.000 7.632.000.000 7.632.000.000 2. Bunting Tua 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000

Penjualan Limbah Sapi 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500

Nilai Sisa 786.850.500

Total Inflow 11.172.776.500 11.757.776.500 14.097.776.500 19.362.776.500 22.704.176.500 22.704.176.500 22.704.176.500 25.516.776.500 25.516.776.500 26.303.627.000 B. OUTFLOW

1.BIAYA INVESTASI

Tanah 786.850.000

Bangunan 500.000.000 Kandang 600.000.000

Cattle yard 300.000.000

Holding fasilitas 200.000.000

Holding pond 30.000.000

Container strow 150.000.000

Container N2 cair 125.000.000

Gun IB 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000

Timbangan sapi 35.000.000

Kendaraan operasional 305.000.000

Laptop dan komputer 46.000.000 46.000.000

Alat-alat kandang 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000

Sub Total Investasi 3.086.450.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 8.600.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 51.850.000 2.808.000 5.850.000 2.BIAYA OPERASIONAL

a. Biaya Tetap

Gaji Staff 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000

Biaya Administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

tunjangan Kesehatan 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000

Tunjangan Hari Raya 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000

Pajak PBB 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000

Total Biaya Tetap 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 b. Biaya Variabel

Biaya Bakalan 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 Biaya Pakan 3.088.995.000 4.780.952.500 7.338.872.500 9.576.505.000 10.092.250.000 10.999.457.500 12.298.127.500 13.988.260.000 13.967.455.000 13.626.362.500

Biaya Transportasi 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000

Obat-obatan dan Vitamin 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000

PAR 21.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000

PKB 21.000.000 18.456.000 17.928.000 17.400.000 16.872.000 16.344.000 15.816.000 15.288.000 15.960.000 14.580.000

Semen IB 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000

Biaya Telephon 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

Biaya Listrik 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000

Biaya Peralatan untuk IB 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000

Biaya TK 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500

Total Biaya Variabel 11.773.822.500 13.451.836.000 16.009.228.000 18.246.332.500 18.761.549.500 19.668.229.000 20.966.371.000 22.655.975.500 22.635.842.500 22.293.370.000 Total Biaya Operasional 12.373.842.500 14.051.856.000 16.609.248.000 18.846.352.500 19.361.569.500 20.268.249.000 21.566.391.000 23.255.995.500 23.235.862.500 22.893.390.000 TOTAL OUTFLOW 3.086.450.000 12.376.650.500 14.057.706.000 16.612.056.000 18.854.952.500 19.364.377.500 20.274.099.000 21.569.199.000 23.307.845.500 23.238.670.500 22.899.240.000 Pendapatan sebelum pajak -3.086.450.000 -1.203.874.000 -2.299.929.500 -2.514.279.500 507.824.000 3.339.799.000 2.430.077.500 1.134.977.500 2.208.931.000 2.278.106.000 3.404.387.000 Pajak 0 0 -712.478.850 -754.283.850 152.347.200 1.001.939.700 729.023.250 340.493.250 662.679.300 683.431.800 1.021.316.100 Net Benefit -3.086.450.000 -1.203.874.000 -1.587.450.650 -1.759.995.650 355.476.800 2.337.859.300 1.701.054.250 794.484.250 1.546.251.700 1.594.674.200 2.383.070.900

Df 5.75% 1,000 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572

Present Value (PV)/Tahun -3.086.450.000 -1.138.415.130 -1.419.513.349 -1.488.231.410 284.242.987 1.767.732.270 1.216.286.561 537.183.494 988.637.732 964.158.831 1.362.489.622

NPV -11.878.391

PV+ 4.212.986.739 PV- -4.224.865.130

TAHUN URAIAN


(6)

Lampiran 5. Cashflow

Usaha Pengembanga Pembibitan (Breeding

) Sapi Potong PT LJP

116

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. INFLOW Penjualan Anak Sapi

1. Anak sapi (40-175 Kg) 267.500.000 1.337.500.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 4.012.500.000 4.012.500.000 4.012.500.000

2. Anak Sapi (175-250 Kg) 317.500.000 1.587.500.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.762.500.000 4.762.500.000 4.762.500.000

Penjualan Sapi Bunting

1. Bunting Muda 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000

2. Bunting Tua 5.808.000.000 5.808.000.000 5.808.000.000 5.808.000.000 7.550.400.000 7.550.400.000 7.550.400.000 8.712.000.000 8.712.000.000 8.712.000.000

Penjualan Limbah Sapi 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500

Nilai Sisa 786.850.500

Total Inflow 11.142.776.500 11.727.776.500 14.067.776.500 19.332.776.500 22.665.176.500 22.665.176.500 22.665.176.500 25.471.776.500 25.471.776.500 26.258.627.000 B. OUTFLOW

1.BIAYA INVESTASI

Tanah 786.850.000

Bangunan 500.000.000 Kandang 600.000.000

Cattle yard 300.000.000

Holding fasilitas 200.000.000

Holding pond 30.000.000

Container strow 150.000.000

Container N2 cair 125.000.000

Gun IB 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000

Timbangan sapi 35.000.000

Kendaraan operasional 305.000.000

Laptop dan komputer 46.000.000 46.000.000

Alat-alat kandang 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000

Sub Total Investasi 3.086.450.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 8.600.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 51.850.000 2.808.000 5.850.000 2.BIAYA OPERASIONAL

a. Biaya Tetap

Gaji Staff 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000

Biaya Administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

tunjangan Kesehatan 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000

Tunjangan Hari Raya 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000

Pajak PBB 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000

Total Biaya Tetap 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 b. Biaya Variabel

Biaya Bakalan 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 Biaya Pakan 3.088.995.000 4.780.952.500 7.338.872.500 9.576.505.000 10.092.250.000 10.999.457.500 12.298.127.500 13.988.260.000 13.967.455.000 13.626.362.500

Biaya Transportasi 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000

Obat-obatan dan Vitamin 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000

PAR 21.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000

PKB 21.000.000 18.456.000 17.928.000 17.400.000 16.872.000 16.344.000 15.816.000 15.288.000 15.960.000 14.580.000

Semen IB 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000

Biaya Telephon 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

Biaya Listrik 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000

Biaya Peralatan untuk IB 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000

Biaya TK 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500

Total Biaya Variabel 11.773.822.500 13.451.836.000 16.009.228.000 18.246.332.500 18.761.549.500 19.668.229.000 20.966.371.000 22.655.975.500 22.635.842.500 22.293.370.000 Total Biaya Operasional 12.373.842.500 14.051.856.000 16.609.248.000 18.846.352.500 19.361.569.500 20.268.249.000 21.566.391.000 23.255.995.500 23.235.862.500 22.893.390.000 TOTAL OUTFLOW 3.086.450.000 12.376.650.500 14.057.706.000 16.612.056.000 18.854.952.500 19.364.377.500 20.274.099.000 21.569.199.000 23.307.845.500 23.238.670.500 22.899.240.000 Pendapatan sebelum pajak -3.086.450.000 -1.233.874.000 -2.329.929.500 -2.544.279.500 477.824.000 3.300.799.000 2.391.077.500 1.095.977.500 2.163.931.000 2.233.106.000 3.359.387.000 Pajak 0 0 -721.478.850 -763.283.850 143.347.200 990.239.700 717.323.250 328.793.250 649.179.300 669.931.800 1.007.816.100 Net Benefit -3.086.450.000 -1.233.874.000 -1.608.450.650 -1.780.995.650 334.476.800 2.310.559.300 1.673.754.250 767.184.250 1.514.751.700 1.563.174.200 2.351.570.900

Df 5.75% 1,000 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572

Present Value (PV)/Tahun -3.086.450.000 -1.166.783.924 -1.438.291.747 -1.505.988.760 267.451.166 1.747.089.843 1.196.766.535 518.724.841 968.497.358 945.113.560 1.344.479.909

NPV -209.391.221

PV+ 4.043.842.703 PV- -4.253.233.924 Net B/C 0,95

IRR 11,11%

PP 5,24

TAHUN URAIAN