26.33 Karakteristik Kimia Telur Dan Serabut Telur Ikan Terbang (Hirundichthys Sp)

Kandungan α-tokoferol Telur dan Serabut Telur Ikan Terbang Tokoferol dikenal sebagai vitamin E. Tokoferol banyak terdapat dalam minyak tumbuhan misal gandum, kacang, jagung dan kedelai Gliszczynska- Swiglo et al. 2004. α-Tokoferol menunjukkan aktivitas vitamin E paling tinggi sehingga biasanya dianggap paling penting. Pada penelitian ini kandungan α- tokoferol telur ikan terbang sebesar 1. 06 ppm, sedangkan α-tokoferol tidak terdeteksi di serabut telur ikan terbang. Menurut Kalogeropoulos et al.2012, kadar α-tokoferol telur ikan berkisar 2 – 44 ppm. Kadar α-tokoferol telur ikan salmon yakni 850 ppm Bekhit et al. 2009. Perbedaan α-tokoferol telur ikan dipengaruhi oleh kadar α-tokoferol pada pakan. Palace dan Werner 2006 menyatakan kadar α-tokoferol pada organ ikan dipengaruhi oleh asupan makanan yang bergantung dengan faktor lingkungan dan fisiologis . Rendahnya kadar α- tokoferol telur ikan terbang disebabkan oleh kadar lemak yang rendah. Ikan yang berada di perairan tropis memiliki kadar lemak yang rendah. Kadar α-tokoferol ikan di perairan subtropis lebih tinggi dibandingkan ikan di perairan tropis Yamamoto et al. 2001. Golongan senyawa ini mempunyai peranan penting terutama dikaitkan dengan sifatnya sebagai antioksidan. Traber dan Atkinson 2007 menyatakan bahwa tokoferol terutama α-tokoferol merupakan lipid yang paling efektif sebagai antioksidan alami. α-tokoferol bertindak sebagai pengikat radikal peroxyl yang menghentikan reaksi berantai dalam membran dan lipoprotein. α-tokoferol pada ikan juga berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan, ketahanan terhadap stres dan penyakit, serta untuk kelangsungan hidup ikan Vismara et al. 2003. Kekurangan α-tokoferol mempengaruhi kinerja reproduksi, tingkat penetasan telur dan kelangsungan hidup rendah Palace dan Werner 2006. Rendemen Ekstrak Telur dan Serabut Telur Ikan Terbang Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen zat aktif suatu bahan dengan menggunakan pelarut tertentu. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen- komponen aktif Harborne 1987. Proses ekstraksi yang dilakukan merupakan ekstraksi bertingkat menggunakan pelarut kloroform p.a. non polar, etil asetat p.a. semipolar dan metanol p.a. polar. Nilai rendemen ekstrak dari masing- masing pelarut dapat dilihat pada Gambar 4 Gambar 4 Rendemen ekstrak telur dan serabut telur ikan terbang 1.95 1.03 5.64 0.68 3.63 16.89 5 10 15 20 N-heksan Etil Asetat Metanol Serabut telur ikan terbang Telur ikan terbang Gambar 4 menunjukkan bahwa ekstrak metanol telur ikan terbang dan serabut telur ikan terbang memiliki nilai rendemen ekstrak tertinggi yakni sebesar 16.89 dan 5.64 . Ekstrak metanol beberapa komoditas perairan juga memiliki rendemen tertinggi, misalnya kerang pisau Solen sp. yaitu 12.79 Nurjanah et al. 2011, keong pepaya Melo sp. yaitu 12.53 Suwandi et al. 2010, Perna viridis yaitu 6.4 Sreejamole dan Radhakrishnan 2010 dan tambelo Bactronophorus thoracites yaitu 5.72 Leiwakabessy 2011. Besarnya rendemen ekstrak metanol diduga berkaitan dengan sifat pelarut metanol yang memiliki kemampuan pemisahan komponen dari bahan yang lebih baik. Metanol memiliki nilai kostanta dielektrik tinggi jika dibandingkan dengan pelarut yang lain sehingga pelarut metanol dapat membuka dinding sel yang mengakibatkan hampir semua senyawa dapat tertarik keluar dari dalam sel. Astarina et al. 2013 menyatakan metanol merupakan pelarut universal yang memiliki gugus polar -OH dan gugus non polar -CH3 sehingga dapat menarik analit-analit yang bersifat polar dan non polar. Hasil ekstrak yang diperoleh akan sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, serta perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel Harborne 1987. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi tipe solvent extraction atau ekstraksi yang menggunakan pelarut dengan metode maserasi. Metode ini dipilih karena cukup mudah diterapkan dan murah, pelarut yang digunakan tidak terlalu banyak, serta dapat memberikan hasil ekstrasi yang baik dan selektif. Proses ekstraksi dilakukan selama 2 hari. Rita et al. 2009 menyatakan bahwa semakin lama waktu ekstraksi, maka berat rendemen ekstrak yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan semakin lama waktu ekstraksi, maka jumlah ekstrak yang mengalami kontak dengan sampel akan semakin banyak sehingga ekstrak yang dihasilkan akan semakin besar. Ukuran sampel yang semakin kecil akan menghasilkan rendemen semakin tinggi. Permukaan sampel yang lebih luas akan memudahkan pelarut untuk berpenetrasi mengikat senyawa bioaktif lebih banyak. Hasil penelitian Amiarsi et al. 2006 menunjukkan bahwa perbandingan jumlah pelarut dengan sampel yang tinggi akan meneghasilkan rendemen yang lebih besar. Banyaknya pelarut mempengaruhi luas kontak sampel dengan pelarut, semakin banyak pelarut luas kontak akan semakin besar, sehingga distribusi pelarut ke sampel akan semakin besar. Meratanya distribusi pelarut ke sampel akan memperbesar rendemen yang dihasilkan. Kandungan Fitokimia Ekstrak Telur dan Serabut Telur Ikan Terbang Analisis fitokimia adalah salah satu cara untuk mengetahui kandungan komponen aktif tanaman atau hewan secara kualitatif dengan melihat reaksi pengujian warna menggunakan suatu pereaksi warna. Pengujian fitokimia penelitian ini meliputi uji alkaloid, flavonoid, fenol hidrokuinon, saponin, steroid dan triterpenoid. Kandungan fitokimia ekstrak telur dan serabut telur ikan terbang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kandungan fitokimia ekstrak telur dan serabut telur ikan terbang Uji Fitokimia Serabut telur ikan terbang Telur ikan terbang N- heksan Etil Asetat Metanol N-heksan Etil Asetat Metanol Alkaloid - - - - - - Steroid ++ ++ ++ - - - Triterpenoid ++ ++ +++ + +++ +++ Fenol - - + - - + Flavonoid + ++ ++ ++ +++ +++ Saponin + + + ++ ++ + Keterangan : - = tidak terdeteksi ; + = positif lemah ++ = positif; +++ = positif kuat Tabel 6 menunjukkan bahwa ekstrak metanol telur ikan terbang dan serabut telur ikan terbang didominasi oleh senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan merupakan senyawa polar yang mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang larut dalam pelarut polar misal etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air Harborne 1987. Pada tumbuhan, flavonoid berbentuk glikosida dan dapat berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari sinar ultra violet. Divakaran et al. 2013, melaporkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas penghambatan radikal bebas dan radioproteksi terhadap DNA secara in vitro dan ex vivo. Flavonoid memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Gram positif S. aureus pada konsentrasi 500 ppm dan bakteri Gram negatif E. coli pada konsentrasi 100 ppm Sukadana 2009. Komponen flavonoid tergeranilasi yaitu 2-geranil- 2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon berpotensi sebagai inhibitor 5-lipooksigenase yang berperan dalam proses alergi dan inhibitor katepsin K merupakan enzim sistein protease yang terlibat dalam proses terjadinya osteoporosis Syah et al. 2006. Ekstrak etil asetat telur ikan terbang didominasi oleh senyawa triterpenoid, sedangkan pada ekstrak etil asetat serabut telur ikan terbang didominasi senyawa steroid dan triterpenoid. Senyawa steroid merupakan golongan senyawa triterpenoid yang dapat diklasifikasikan menjadi steroid dengan atom karbon tidak lebih dari 21 yaitu sterol, sapogenin, glikosida jantung, dan vitamin D Harbone 1987. Sterol utama pada bahan hewani adalah kolesterol. Sreejamole dan Radhakrishnan 2010 menyatakan bahwa steroid dapat digunakan sebagai antiinflamatori, pembius lokal, insektisida, dan berperan penting sebagai hormon seksual. β-sitoserol dan stigmasterol yang diisolasi dari Mammea siamensis memiliki aktivitas antibakteri Subhadhirasakul dan Pechpongs 2005. Hasil penelitian Nurjanah et al.2008 menunjukkan ekstrak steroid dapat meningkatkan kadar testosteron dalam darah mencit. Testosteron sebagai hormon steroid dapat dijadikan bahan aktif aprodisiaka pada laki-laki dan mempunyai sifat diuretik. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Beberapa senyawa triterpenoid memiliki struktur siklik yang berupa alkohol. Senyawa triterpenoid juga dapat terikat dengan gugus gula sehingga akan dapat tertarik oleh pelarut yang bersifat semi polar bahkan pelarut polar Harborne 1987. Senyawa triterpenoid secara alami dihasilkan oleh hewan dan tumbuhan. Liu et al. 2014 menyatakan bahwa triterpenoid memiliki aktivitas antioksidan dan bertanggung jawab terhadap efek klinis yang baik pada diabetes tipe II melalui pencegahan stres oksidatif dan hiperglikemia postprandial. Rumondang et al. 2013 menyatakan triterpenoid memiliki aktivitas antibakteri dengan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus. Setzer 2008 menyatakan bahwa triterpenoid alami memiliki aktivitas antitumor karena mempunyai kemampuan menghambat kinerja enzim topoisomerase II dengan cara berikatan dengan sisi aktif enzim yang akan mengikat Deoxyribonucleic Acid DNA dan membelahnya sehingga enzim menjadi terkunci dan tidak dapat mengikat DNA. Ekstrak n-heksan telur ikan terbang memiliki saponin yang lebih kuat dibandingkan ekstrak n-heksan serabut telur ikan terbang. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Glikosida adalah suatu kompleks antara gula pereduksi glikon dan bukan gula aglikon. Glikon bersifat mudah larut dalam air dan glikosida- glikosida mempunyai tegangan permukaan yang kuat Winarno 2008. Menurut Bnouham et al. 2006, saponin dilaporkan dapat menurunkan kadar gula darah pasca makan pada mencit diabetes. Senyawa saponin bersifat antioksidan dan radical scavenger dengan membentuk hidrogen peroksida sebagai senyawa antara dan dapat menyumbangkan hidrogen pada senyawa radikal DPPH sehingga mengakhiri reaksi rantai radikal Xiong et al. 2010. Saponin juga dapat digunakan sebagai agen bioaktif pengendali nyamuk. Hasil penelitian Wiesman dan Chapagain 2003 menunjukkan bahwa ekstrak saponin yang diisolasi dari Quillaja saponaria dan Balanites aegyptiaca mampu digunakan sebagai agen pengendali nyamuk Aedes aegypti dan Culex pipiens. Penetapan kadar fitokimia ekstrak kasar telur dan serabut telur ikan terbang Kuantitatif fitokimia ekstrak telur ikan terbang dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis-Densitometer KLT-Densitometer pada panjang gelombang 254 nm. Prinsip metode KLT-Densitometri dengan mengukur kerapatan bercak senyawa uji yang dipisahkan dengan KLT dan membandingkannya dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dikembangkan dieludasi dengan fase gerak secara bersamaan. Hasil penetapan kadar fitokimia terhadap beberapa komponen metabolik sekunder yang terdapat dalam ekstrak kasar telur ikan dan serabut telur ikan terbang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil penetapan kadar fitokimia ekstrak telur dan serabut telur ikan terbang Ekstrak Pelarut Metabolit Sekunder Total Telur Etil asetat Saponin 0.81 Serabut N-hexan Steroid 6.14 Telur Etil asetat Triterpenoid 4.26 Serabut Metanol Triterpenoid 0.55 Telur Etil asetat Flavonoid 0.70 Telur Metanol Flavonoid 2.31 Kandungan steroid ekstrak n-hexan serabut telur ikan terbang memiliki nilai tertinggi yakni 6.14, diikuti kandungan triterpenoid ekstrak etil asetat telur 4.26, kandungan flavonoid ekstrak metanol telur 2.31. Kadar triterpenoid ekstrak metanol serabut memiliki nilai terendah yakni 0.55. Senyawa steroid pada telur ikan berfungsi untuk pengembangan dan pematangan oosit Sinjal et al. 2014. Banyaknya kadar dalam ekstrak dihitung terhadap standar yang digunakan yaitu steroid dihitung terh adap diosgenin, triterpenoid dihitung terhadap β- sitosterol, saponin dihitung terhadap digoxin, flavanoid dihitung terhadap quarsetin. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Telur dan Serabut Telur Ikan Terbang Pengujian aktivitas antioksidan pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode DPPH. DPPH diphenylpicrylhydrazyl adalah suatu radikal bebas stabil yang dapat bereaksi dengan radikal lain membentuk senyawa yang lebih stabil. DPPH juga dapat bereaksi dengan atom hidrogen membentuk DPPH tereduksi diphenylpicrylhydrazyl yang stabil. Metode DPPH adalah salah satu metode yang paling banyak digunakan untuk memperkirakan efisiensi kinerja dari substansi yang berperan sebagai antioksidan Molyneux 2004. Metode ini dipilih karena sederhana, mudah, cepat, peka dan hanya memerlukan sedikit sampel, akan tetapi jumlah pelarut pengencer yang diperlukan dalam pengujian ini cukup banyak. Suatu senyawa dapat digolongkan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya pada radikal DPPH, yang ditandai dengan perubahan warna ungu menjadi kuning pucat Molyneux 2004. Berdasarkan hasil penelitian, perubahan warna ini hanya tampak pada larutan vitamin C yang diberi larutan DPPH 1 mM dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37 o C, sedangkan pada larutan ekstrak kasar telur ikan terbang dan serabut telur ikan terbang yang telah diberi perlakuan sama tidak terlalu menunjukkan perubahan warna. Peredaman inhibisi terhadap radikal bebas dinyatakan dalam persen, dan aktivitas antioksidan dinyatakan dengan IC 50 Inhibition Concentration yang menunjukkan kosentrasi sampel antioksidan yang dapat menghambat atau meredam aktivitas antioksidan yang semakin tinggi atau dengan kata lain IC 50 sebagai kosentrasi senyawa antioksidan yang menyebabkan hilangnya 50 aktivitas DPPH. Semakin kecil nilai IC 50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi Molyneux 2004. Nilai IC 50 dari ekstrak telur ikan terbang, serabut telur ikan terbang, dan vitamin C dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Aktivitas antioksidan ekstrak telur ikan terbang Bahan uji Nilai IC 50 ppm Telur n-heksan 2 716.47±994.88 Telur etil asetat 2 496.67±406.35 Telur metanol 3 710.39±255.94 Serabut n-heksan 3 153.50±292.97 Serabut etil asetat 2 381.04±614.07 Serabut metanol 2 964.66±701.59 Vitamin C 5.12±0.02 Tabel 8 menunjukkan bahwa ekstrak telur dan serabut telur ikan terbang memiliki nilai aktivitas antioksidan tertinggi pada pelarut etil asetat, disusul oleh metanol dan n-heksan. Perbedaan nilai aktivitas antioksidan pada berbagai pelarut disebabkan oleh kandungan senyawa antioksidan yang berbeda pada setiap ekstrak kasar. Aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat tertinggi diduga karena adanya senyawa steroid dan triterpenoid. Aktivitas antioksidan telur ikan terbang tidak berbeda jauh dibandingkan dengan aktivitas antioksidan keong pepaya Melo sp. 1 156 – 2 799 ppm Suwandi et al. 2010 dan Pleuroploca trapezium sebesar 4 021 ppm Anand et al. 2010. Blois 1958 dalam Molyneux 2004 menjelaskan bahwa, suatu senyawa termasuk antioksidan sangat kuat apabila nilai IC 50 kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC 50 antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC 50 berkisar antara 100-150 ppm, dan lemah apabila nilai IC 50 berkisar antara 150-200 ppm. Menurut klasifikasi ini, semua ekstrak memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah, karena nilai IC 50 -nya lebih besar dari 200 ppm. Rendahnya aktivitas antioksidan dari ekstrak telur ikan terbang diduga karena kandungan senyawa metabolik sekunder pada telur ikan terbang yang berperan sebagai antioksidan tercampur bersama komponen lain yang banyak terdapat dalam ekstrak. Hal lain yang mengakibatkan rendahnya aktivitas antioksidan dari telur ikan terbang dipengaruhi oleh proses pengeringan dibawah sinar matahari diduga ikut berperan terhadap rusaknya antioksidan alami yang terdapat dalam telur ikan terbang. Suryaningrum et al. 2006 menyatakan senyawa antioksidan tidak tahan terhadap panas matahari dan sinar ultra violet, sehingga proses pengeringan menyebabkan rusaknya senyawa antioksidan. Aktivitas antioksidan ekstrak yang sangat lemah dapat disebabkan oleh perbedaan mekanisme kerja antioksidan antara senyawa antioksidan dengan metode DPPH. Menurut Rita et al. 2009, mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi, dapat disebabkan oleh 4 macam mekanisme reaksi yaitu pelepasan hidrogen dari antioksidan, pelepasan elektron dari antioksidan, adisi asam lemak ke cincin aromatik pada antioksidan, dan pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari antioksidan. Pengujian antioksidan dapat dilakukan dengan metode lainnya. Metode pengujian antioksidan antara lain β-carotene bleaching method Hatami et al. 2014, oxygen radical absobance capacity Arbeloa et al. 2010 , cupric reducing antioxidant capacity Apak et al. 2005 4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Telur ikan mengandung 22 jenis asam lemak dan serabutnya mengandung 23 jenis asam lemak. DHA adalah asam lemak jenis PUFA yang tertinggi pada telur 9.42 dan serabut 12.76. Telur dan serabut telur ikan terbang mempunyai 17 jenis asam amino. Asam glutamat merupakan asam amino tertinggi pada telur sebesar 5.38 dan serabut 7.43. Total karotenoid telur 245.37 ppm dan serabut 137.92 ppm. Komponen bioaktif yang terdeteksi yakni steroid, triterpenoid, flavonoid, dan saponin. Komponen bioaktif yang tinggi yakni steroid ekstrak n- hexan serabut 6.14, triterpenoid ekstrak etil asetat telur 4.26, flavonoid ekstrak metanol telur 2.31. Keenam ekstrak memiliki aktivitas antioksidan sangat lemah. Pengamatan histologi menunjukkan tidak terdeteksinya kolagen pada jaringan serabut kering telur ikan terbang. Saran Perlu dilakukan penelitian karakteristik kimia menggunakan telur ikan terbang segar; pengujian karbohidrat dengan metode luff schroorl; uji aktivitas antioksidan metode lain; mengidentifikasi senyawa karotenoid, steroid, dan triterpenoid; perlu adanya pengembangan produk olahan dari serabut telur ikan terbang sebagai sumber pangan. DAFTAR PUSTAKA Amiarsi D, Yulianingsih, Sabri SD. 2006. Pengaruh jenis dan perbandingan pelarut terhadap hasil ekstraksi minyak atsiri mawar. J.Hort. 164: 356- 359. Anand P, Chellaram C, Kumaran S, Shantini F. 2010. Biochemical composition and antioxidant activity of Pleuroploca trapezium meat. J Chem Pharm Res 24:526-535. Apak R, Guclu K, Ozyurek M, Karademir SE, Altun M. 2005. Total antioxidant capacity assay of human serum using copper II-neucuproine as chromogenic oxidant: the CUPRAC method. Free Radic.Res. 39:949-961. Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989. Analisis Pangan . Bogor: IPB Press. [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist . Chap 3.003, 43.275, 3.124. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc. Astarina NWG, Astuti KW, Warditiani NK. 2013. Skrining fitokimia ekstrak metanol rimpang Bangle Zingiber purpureum Roxb.. Jurnal Farmasi Udayana . 24:26-31. Arbeloa EM, Uez MJ, Bertolotti SG, Churio MS. 2010. Antioxidant activity of gadusol and occurrence in fish roe from Argentine Sea. Food Chemistry. 119: 586-591 Arifin H. 2009. Peran glutamine pada neonatus dan bayi sakit kritis. Majalah Kedokteran Nusantara 421: 66-71. Bekhit A, Morton JD, Dawson CO. 2008. Effect pf processing conditions on trace elements in fish roe from six commercial new zealand fish species. Journal Agric.Food.Chem 56: 4846-4853 Bekhit A,Morton JD, Dawson CO, Zhao JH, Lee HYY. 2009. Impact of maturity on the physicochemical and biochemical properties of chinook salmon roe. Food Chemistry 117: 318-325 Bledsoe G.E, Bledsoe CD, Rasco B. 2003. Caviars and fish roe products. Critical Reviews in Food Science and Nutrition 43:317 –356. Bnouham M, Ziyyat A, Mekhfi H, Tahri A, Legssyer A. 2006. Medicinal plants with potential antidiabetic activity-a review of ten years of herbal medicine research 1990-2000. Int J Diabetes Metabolism 14:1-25. [BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Volume dan Nilai Ekspor Dirinci Menurut Jenis Komoditi di Provinsi Sulawesi Selatan. www.sulsel.bps.go.id [18 November 2015]. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2010 a . Telur Ikan Terbang Kering- Penanganan dan Pengolahan. SNI 2720-3:2010. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. hal 1-6. _________________________________. 2010 b . Telur Ikan Terbang Kering- Spesifikasi. SNI 2720-1:2010. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. hal 1-5. Cejas JR, Almansa E, Villamandos JE, Badia P, Balanos A, Lorenzo A. 2003. Lipid and fatty acid composition of ovaries from wild fish and ovaries and eggs from captive fih oil of while sea bream Diplodus sargus. Aquaculture 2161-4:299-313. Celik U, Altunelataman C, Dincer T, Acarh D. 2012. Comparison of fresh and dried flathead grey mullet Mugil cephalus, Linnaeus 1758 caviar by means of proximate composition and quality changes during refrigrated storage at 4 2 o C. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 12:1-5. Chang MY, Wei HW. 2005. The effects of dietary lysine defeciency on muscle protein turnover in postweanling pigs. J.Anim.Sci 189:1326-1335. Desmiaty Y, Tambunan RM, Kartiningsih, Pithaloka LD. 2014. Uji aktivitas penghambatan enzim a-glukosidase serta uji mutu ekstrak etanol batang brotowali Tinospora Crispa L. Miers.. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 12:232-237. Diana FM. 2012. Omega-3. Jurnal Kesehatan Masyarakat.62: 113-117. Divakaran SA, Hema PS, Nair MS, Nair CKK. 2013. Antioxidant capacity and radioprotective properties of the flavonoids galangin and kaempferide isolated from Alpinia galanga L. Zingiberaceae against radiation induced cellular DNA damage. International Journal of Radiation Research 112:81-89. Domiszewski Z, Bienkiewicz G, Plust D. 2011. Effects of different heat treatments on lipid quality of striped catfish Pangasius hypophthalmus . Acta Sci. Pol.Technol. Aliment 103:359-373. Dreon MS, Schinella G, Heras H, Pollero RJ. 2004. Antioxidant defense system in the apple snail eggs, the role of ovorubin. Archives of Biochemistry and Biophysics 422 1: 1-8. Ebada SS, Edrada RA, Lin W, Proksch P. 2008. Methods for isolation, purification and structural elucidation of bioactive secondary metabolites from marine invertebrates. Nature Protocols 312:1820-1831. FAOWHO. 1985.Energy and Protein Requirement. Geneva: Expert Consultation Febyanty F, Syahailatua A. 2008. Kebiasaan makan ikan terbang Hirundicthys oxycephalus dan Cheilopogon cyanopterus di Perairan Selat Makassar. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia . 141:115-122. Fitrianti RS, Kamal MM, Kurnia R. 2014. Analisis keberlanjutan perikanan ikan terbang di Kabupaten Takala, Sulawesi Selatan. Depik. 32:118-127. Garner SR, Neff BD, Bernards MA. 2010. Dietary carotenoid levels affect carotenoid and retinoid allocation in female chinook salmon Onchorhynchus tshawytscha. Fish Biology Journal 76:1474-1490. Gliszczynska-Swiglo A, Sikorska E. 2004. Simple Reversed-Phase Liquid Chromatography Method for Determination of Tocopherols an Edible Plant Oil. J Chromatogr A 1048:195-198. Gong Y, Huang Y, Gao l, Lu J, Hu y, Xia L, Huang H. 2013. Nutriotional composition of caviar from three commercially farmed sturgeon species in China. Journal of Food and Nutrition Research 15:108-112. Griffin FJ, Vines CA, Pillai MC, Yanagimachi R, Cherr GN. 1996. Sperm motility initiation factor is a minor component of the Pasific heriing egg chorion. Develop.Growth Differ. 38:193-202. Gulzar S, Zuber M. 2000. Determination of omega-3-fatty acid composition in fresh water fish. Int. J. Agri. Biol 2 4: 342-343. Gunarso W. 1989. Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat. Institut Pertanian Bogor:Bogor Han Y, Han R, Koshio S, Ishikawa M, Yokoyamam S, Gao J. 2014. Interactive effects of dieatry valine and leucine on two size of Japanese founder. Paralichthys olivaceus. J. Aquaculture. doi: 10.10162014.05.004 Hanani E, Mun’im B, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam spons Callisponga sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian 23:127-133. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi kedua. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Hatami T, Emami SA, Miraghaee SS, Mojarrab M. 2014. Total phenolic contents and antioxidant activities of different extracts anf fractions from the aerial parts of Artemisia biennis wild. Iranian Journal of Pharmaceutical Research. 132:551-558. Herawati L, Kamal MM, Djamali A, Syahailatua A. 2005. Biologi reproduksi Hirundichthys oxycephalus Exocotidae di Perairan Binuangan, Banten. Torani. 156:369-379 [HMSO] Her Majesty’s Stationery Office. 1994. Nutritional aspects of cardiovascular disease report on health and social subjects No. 46. London.HMSO. Intarasirisawat R, Benjakul S, Visessanguan W. 2011. Chemical composition of the roes from skipjack, tongol, and bonito. Food.Chem 124:1328-1334. [IUPAC] International Union of Pure and Applied Chemistry. 2012. Compendiumof Chemical Terminology Gold Book. Kalogeropoulos N, Mikellidi A, Nomikos T, Chiou A. 2012. Screening of macro- and bioactive microconstituents of commercial finfish and sea urchin eggs. Food Science and Technology 46:525-531. Kiernan JA. 1990. Histological and Histochemical Methods: Theory and Practice. Inggris GB: Pergamon Pr.hal. 119-124. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikananan. 2015. Volume Produksi Perikanan Tangkap di Laut Menurut Jenis Ikan. www.statistik.kkp.go.id [18Maret 2016]. Kocatepe D, Turan H, Kaya Y, Erden R, Erdogdu F. 2012. Prooximate chemical composition of whiting Merlangius merlangus euxinus Nordmann, 1840 roe. Journal of Aquatic Food Product Technology. 21:362-368. Krug PJ, Riff ell JA, Zimmer RK. 2009. Endogeneos signaling pathway dan chemical communication between sperm and egg. The Journal Experimental Biology 2122:1092-1100. Lauritzen L, Brambilla P, Mazzocchi A, Harslof LBS, Ciappolino V, Agostoni C. 2016. DHA effects in brain development and fuction. Nutrients.86: 1-17. Leiwakabessy J, Purwaningsih S, Hardjito L. 2011. Komposisi kimia dan identifikasi senyawa antioksidan dari tambelo Bactronophorus thoracites. Seminar Nasional dan Pertemuan Ilmiah ke-3 Masyarakat Pengolah Hasil Perikanan Indonesia: Dengan Tema Peningkatan Peran Pengolahan Hasil Perikanan dalam Mengantisipasi Lonjakan Produksi Perikanan Nasional. Bogor. 6-7 Oktober 2011. Linder MC. 1992. Biokimia nutrisi dan metabolisme. Cetakan I. Parakkasi A, penerjemah; Linder MC, editor. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Nutritional biochemistry and metabolism . Litscher ES, Wassarman PM. 2007. Review: egg extracellular coat proteins: from fish to mammals. Histol Histopathol 22:337-347. Liu X, Zhu L, Tan J, Zhou X, Xiao L, Yang X. 2014. Glucosidase inhibitory activity and antioxidant activity of flavonoid compound and triterpenoid compound from Agrimonia pilosa Ledep. BMC Complementary and Alternative Medicine 14:12. Majewska D, M Jakubowska, M Ligoci, Z Tarasewicz, D Szcerbin, T Karamucki, J Sales. 2009. Physicochemical characteristics, proximate analysis and mineral composition of ostrich meat as influenced by muscle. Food Chemistry 117:207-211. Moini S, Khoshkhoo Z, Matin RH. 2012. The Iranian Acipenser persicus and Russian Acipenser gueldenstadtii strugeon’s fatty acids changes during cold storage. Global Veterinaria 91:38-41. Molyneux P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicrylhydrazyl DPPH for estimating antioksidan activity. Songklanakarin J Sci Technol. 262:211-219. Nurjanah S, Sa’id EG, Syamsu K, Suprihatin, Riani E. 2008. Pengaruh ekstrak steroid teripang pasir Holothuria scabra terhadap perilaku seksual dan kadar testoteron darah mencit Mus musculus. Jurnal Bionatura. 183: 236-247. Nurjanah, Abdullah A, Izzati L. 2011. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif kerang pisau Solen spp.. JIK 163:119-124. Ovissipour M, Rasco B. 2011. Fatty acid and amino acid profiles of domestic and wild beluga Huso huso roe and impact onn fertilization ratio. J.Aquac Res.Development. 23:1-6. Palace VP, Werner J. 2006. Vitamins A and E in the maternal diet influence egg quality and early life stage development in fish: A review. Scientia Marina 70:41 –57. Park KS, Kang KH, Bae EY, Baek KA, Shin MH, Kim DU, Kang HK, Kim BJ, Choi YJ, Im JS. 2015. General and biochemical composition of caviar from sturgeon Acipenser ruthenus farmed in Korea. IFRJ 222:777-781. Parkash O, Sehgal N, Rani KV, Aggarwal N. 2013. Isolation, purification, and characterization off the egg-yolk proteins from the oocytes of the Indian freshwater murrel, Channa punctatus Bloch. Indian J. Exp Biol 51:411- 420. Parin NV. 2003. Exocoetidae Flyingfishes. In: K.E. Carpenter ed., The Living Marine Resources of the Western Central Atlantic , pp. 1116-1134. FAO. Rome. Rakcejeva T, Augspole I, Dukalska L, Dimins F. 2012. Chemical composition of variety, ‘nante’ hybrid carrots cultivated in Latvia. World Academy of Science Enginering and Technology 64:1120-1126. Ramadhan UH, Salihi NJ. 2011. The study of the effect of histidine derivatives as a novel antinociceptive and anti-inflammatory activity. E.J.Chem. 84:1832-1842. Rita A, Tania SU, Heri H, Albana AM, Rini R. 2009. Produksi antioksidan dari daun simpur Dillenia indica menggunakan metode ekstraksi tekanan tinggi dengan sirkulasi pelarut. Di dalam: SNTKI2009. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia ; Bandung, 19-20 Oktober 2009. Bandung: Perhimpunan Teknik KimiaIndonesia. hlm 1-8. Robertson DR, Collin R. 2015. Inter- and intra- spesific variation in egg size among reef fishes across the isthmus of Panama. Frontiers in Ecology and Evolution. 1-15. doi: 10.3389fevo.2014.00084 Rumondang M, Kusrini D, Fachriyah E. 2013. Isolasi, identifikasi dan uji antibakteri senyawa triterpenoid dari ekstrak n-heksana daun tempuyung Sonchus arvensis L.. Chem Info 11:156-163. Schaumann T, Kraus D, Winter J, Wolf M, Deschner J, Jager A. 2013. Potential immune modularly role of gycine in oral gingival inflammation. Clinical and Develoment Immunology. 1-9. Setzer WN. 2008. Non-intercalative triterpenoid inhibitors of topoisomerase II: a molecular docking study. The Open Bioac Comp J 1:13-17. Shirai N, Higuchi T, Suzuki H. 2006. Analysis of lipid classes and the fatty acid composition of the salted fish roe food products, Ikura, Tarako, Tobiko and Kazunoko. Food Chemistry 94:61-67. Sihotang S. 2004. Pengembangan Perikanan Ikan Terbang Cypselurus spp. di Sulawesi Selatan.[disertasi]. Sekolah Pascasajana. Institut Pertanian Bogor. Sinjal H, Ibo F, Pangkey H. 2014. Evaluasi kombinasi pakan dan estradiol_17β terhadap pematangan gonad dan kualitas telur ikan lele dumbo Clarias gariepinus . Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi 11:97-112. Sreejamole K, Radhakrishnan C. 2010. Preliminary qualitative chemical evaluation of the extracts from mussel Perna viridis. Int J Pharm Sci Rev Res. 52:38-42. Subhadhirasakul S, Pechpongs P. 2005. A terpenoid and two steroids from the flowers of Mammea siamensis.J.Sci.Technol. 272: 555-561. Sukadana IM. 2009. Senyawa antibakteri golongan flavonoid dari buah belimbing manis Averrhoa carambola Linn.L. Jurnal Kimia 32:109-116. Suryaningrum TD, Wikanta T, Kristiana H. 2006. Uji aktivitas senyawa antioksidan dari rumput laut Halymenia harveyana dan Eucheuma cottonii. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 11:51-64. Suvik A, Effendy AWM. 2012. The use of modified masson’s trichrome staining in collagen evaluation in wound healing study. Malaysian Journal of Veterinary Research 31:39-47. Suwandi R, Nurjanah, Tias FN. 2010. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif dari keong pepaya Melo sp.. AJSP 42:16-20. Syah YM, Achmad SA, Bakhtiar E, Hakim EH, Juliawaty LD, Latip J. 2006. Dua flavonoid tergeranilasi dari daun sukun Artocarpus altilis. Jurnal Matematika dan Sains 113:100-104. Syahailatua A, Djamali A, Makatipu P, Ali SA. 2006. Keragaman jenis dan distribusi ukuran panjang ikan terbang di perairan Indonesia Timur. Jurnal Perikanan. VII2:260-265. Topo E, Soricelli A, Aniello AD, Ronsini S, Aniello GD. 2009. The role and molecular mechanism of d-aspartic acid in the release and synthesis of LH and testoterone in humans and rats. Reproductive Biology and Endocrinology 7120:1-11. Traber MG, Atkinson J. 2007. Vitamin E, antioxidant and nothing more. Free Radical Biology and Medicine 43:4-15. Tyndale ST, Letcher RJ, Heath JW, Heath DD. 2008. Why are salmon eggs red? egg carotenoids and early life survival of Chinook salmon Oncorhynchus tshawytscha . Evolutionary ecology research 10:1187-1199 Uju, Nurhayati T, Ibrahim B, Trilaksani W, Siburian M. 2009. Karakterisasi dan recovery protein dari air cucian minced fish dengan membrane resrved osmosis. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan 122:115-127 Vijayaraghavan P. 1973. Studies on fish eggs and larvae from Indian waters development of egg and larvae of Hirundichthys coromandelensis Hornell. Indian Journal of Fisheries. 201: 108-137. Vismara R, Vestri S, Kusmic C, Brarsanti L, Gualtieri P. 2003. Natural vitamin enrichment of Artemia salina fed freshwater and marine microalgae. Jornal of Applied Phycology 15: 75-80. Wiesman Z, Chapagain BP. 2003. Laboratory evaluation of natural saponin as a bioactive agent against Aedes aegypti and Culex pipiens. Dengue Bulletin 27:168-173. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-BRIO Press. XiongY, Yuan C, Chen R, Dawson TM, Dawson VL. 2010. Preparation and biological activity saponin Ophiogon japonicas. African Journal ofPharmacy and Pharmacology . 626:1964-1970. Yamamoto Y, Fujisawa A, Hara A, Dunlap WC. 2001. An unusual vitamin E constituent α-tocomonoenol provides enhanced antioxidant protection in marine organisms adapted to cold-water environments. Prosiding of the National Academy of Science of the United States of America. 9823: 13144-13148. Yanagimachi R, Cherr G, Matsubara T, Andoh T, Harumi T, Vines C, Pillai M, Griffin F, Matsubara H, Tina Weatherby T, Kaneshiro K. 2013. Sperm attractant in the micropyle region of fish and insect eggs. Biology of Reproduction. 882:1-11. Zhang X, Zhao WE, Hu L, Zhao L, Huang J. 2011. Carotenoids inhibit proliferation and regulate expression of peroxisome proliferators-actived receptor gamma PPARgamma in K562 cancer cell. Arch Biochem Biophys. 512:-96-106. LAMPIRAN Lampiran 1 Telur dan serabut telur ikan terbang telur serabut Lampiran 2 Ukuran meristik telur ikan terbang No Diameter Keliling Luas 1 1.97 5.31 20.47 2 1.87 5.85 21.83 3 2.08 5.43 19.35 4 2.01 4.95 18.69 5 1.74 5.08 17.02 6 2.10 5.53 18.99 7 2.08 5.42 20.17 8 1.88 5.26 18.39 9 1.69 5.16 19.17 10 2.11 5.50 20.48 11 2.00 5.81 21.34 12 2.07 5.39 18.26 13 1.89 5.35 20.92 14 1.58 4.87 19.36 15 1.77 5.68 20.93 16 2.47 6.43 21.68 17 1.56 5.32 19.39 18 1.95 5.43 20.65 19 1.98 5.08 18.29 20 2.03 5.74 20.58 21 2.07 5.42 19.86 22 2.05 5.36 19.86 23 2.67 7.24 21.75 24 1.78 5.27 18.97 25 1.83 5.14 19.53 26 1.56 4.81 19.49 27 2.06 5.20 16.54 28 1.75 5.28 17.04 29 1.86 5.55 19.49 30 2.06 5.48 20.98 Total 59.53 163.35 589.47 Rata-rata 1.98

5.44 19.65

Std.deviasi 0.29

0.47 1.40

Lampiran 3 Uji proksimat telur ikan terbang Komposisi kimia Telur Nilai rata-rata Serabut Nilai rata-rata Duplo 1 Duplo 2 Duplo 1 Duplo 2 Kadar air 19.20 19.35 19.27 15.46 16.22 15.84 Kadar abu 6.66 6.63 6.65 6.97 6.96 6.96 Lemak 5.45 4.58 5.02 7.03 7.04 7.03 Protein 30.27 30.27 30.27 33.70 33.70 33.70 Karbohidrat 38.42 39.16 38.79 36.84 36.08 36.47 Parameter Hasil telur Rata- rata Stdev Hasil serabut Rata-rata Stdev U1 U2 U1 U2 Asam lemak jenuh SFA Asam laurat C12:0 - - - - - 0.03 0.03 0.03 0.00 0.03±0.00 Asam miristat C14:0 0.83 0.83 0.83 0.00 0.83±0.00 0.59 0.68 0.64 0.06 0.64±0.06 Asam pentadekanoat C15:0 0.72 0.74 0.73 0.01 0.73±0.01 0.51 0.57 0.54 0.04 0.54±0.04 Asam palmitat C16:0 20.11 20.25 20.18 0.10 20.18±0.10 15.54 15.63 15.59 0.06 15.59±0.06 Asam heptadekanoat C17:0 0.96 1.04 1.00 0.06 1.00±0.06 1.33 1.35 1.34 0.01 1.34±0.01 Asam stearat C18:0 6.55 6.57 6.56 0.01 6.56±0.01 6.08 6.26 6.17 0.13 6.17±0.13 Asam arakidat C20:0 0.11 0.17 0.14 0.04 0.14±0.04 0.52 0.56 0.54 0.03 0.54±0.03 Asam behenat C22:0 0.14 0.14 0.14 0.00 0.14±0.00 0.81 0.83 0.82 0.01 0.82±0.01 Asam trikosanoat C23:0 0.05 0.05 0.05 0.00 0.05±0.00 0.13 0.13 0.13 0.00 0.13±0.00 Asam lignoserat C24:0 0.07 0.09 0.08 0.01 0.08±0.01 0.32 0.34 0.33 0.01 0.33±0.01 Total SFA 29.54

29.88 29.71

0.24 29.71±0.24

25.86 26.38

26.12 0.37

26.13±0.37 Asam lemak tak jenuh tunggal MUFA Asam palmitoleat C16:1 1.03 1.15 1.09 0.08 1.09±0.08 0.98 1.01 1.00 0.02 1.00±0.02 Asam heptadekanoat C17:1 0.24 0.30 0.27 0.04 0.27±0.04 0.20 0.29 0.25 0.06 0.25±0.06 Asam eikosanoat C20:1 0.02 0.02 0.02 0.00 0.02±0.00 0.03 0.03 0.03 0.00 0.03±0.00 Asam elaidat C18:1n9t 0.04 0.08 0.06 0.03 0.06±0.03 0.04 0.06 0.05 0.01 0.05±0.01 Asam oleat C18:1n9c 6.34 6.50 6.42 0.11 6.42±0.11 6.72 7.06 6.89 0.24 6.89±0.24 Total MUFA 7.67

8.05 7.86

0.27 7.86±0.27

7.97 8.45

8.22 0.34

8.22±0.34 Polyunsaturated Fatty Acids PUFA Asam eikosadienoat C20:2 0.11 0.13 0.12 0.01 0.12±0.01 0.14 0.17 0.16 0.02 0.16±0.02 Asam linoleat C18:2n6c 0.46 0.50 0.48 0.03 0.48±0.03 0.89 0.97 0.93 0.06 0.93±0.06 Asam linolenat C18:3n3 0.25 0.29 0.27 0.03 0.25±0.03 0.29 0.30 0.30 0.01 0.30±0.01 Asam eikosatrienoat C20:3n3 0.05 0.07 0.06 0.01 0.06±0.01 0.10 0.10 0.10 0.00 0.10±0.00 Lampiran 4 Komposisi asam lemak telur ikan terbang Cis-8.11.14- Eicosetrienoic Acid C20:3n6 0.05 0.05 0.05 0.00 0.05±0.00 0.05 0.06 0.06 0.01 0.06±0.01 Asam arakidonat C20:4n6 1.39 1.41 1.40 0.01 1.40±0.01 1.47 1.58 1.53 0.08 1.53±0.08 Asam eikosapentanoat C20:5n3 1.83 1.85 1.84 0.01 1.84±0.01 2.08 2.25 2.17 0.12 2.17±0.12 Asam dokosaheksanoat C22:6n3 9.32 9.51 9.42 0.13 9.42±0.13 12.68 12.84 12.76 0.11 12.76±0.11 Total PUFA 13.46

13.81 13.64

0.25 13.64±025

17.70 18.27

18.01 0.40

18.01±0.40 Lampiran 5 Kromatogram asam lemak standar Peak RT Area Height 1 5.825 584 881 266 760 5.958 3 023 1 113 3 6.043 52 618 243 15 068 384 4 6.260 47 308 20 316 5 6 773 10 029 3 215 6 6.868 76 901 27 945 7 7.265 1 475 279 8 7.356 1 753 298 9 8.014 91 858 29 331 10 9.862 101 521 29 018 11 10.993 48 880 13 736 12 11.959 1 705 437 13 12.228 106 637 28 332 14 13.526 51 712 13 052 15 13.892 5 344 1 033 16 14.863 111 716 27 950 17 15.383 1 341 295 18 15.971 50 083 11 433 19 16.263 53 555 12 752 20 17.406 48 805 11 379 21 17.695 193 077 47 175 22 18.444 1 530 210 23 18.669 50 116 11 453 24 19.145 55 659 13 164 25 19.709 3 484 614 26 20.149 51 597 11 518 Peak RT Area Height 27 20.652 121 369 27 777 28 21.302 53 577 11 579 29 21.605 133 947 27 494 30 22.446 32 920 6 628 31 23.200 35 004 6 827 32 24.115 118 494 23 621 33 24.506 18 721 3 292 34 25.273 72 552 12 523 35 25.662 5 769 844 36 26.161 56 741 10 598 37 27.299 30 127 4 804 38 28.564 118 354 19 434 39 28.984 19 193 2 727 40 30.068 70 728 10 009 41 30.395 12 736 1 637 42 30.924 1 655 236 43 31.286 57 103 9 146 44 32.564 30 978 4 586 45 33.461 8 537 1 258 46 34.090 118 596 18 637 47 35.522 53 406 8 742 48 37.145 2 957 425 49 40.457 5 157 711 Total 55 550 854 15 864 727