57 Tabel diatas menunjukan jumlah sukuk yang beredar dari dari perusahaan
yang telah terdaftar di PEFINDO, dari kelima perusahaan tersebut didapatkan 37 sampel sukuk yang beredar pada kurun waktu 2012-2015.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitiam ini data yang digunakan adalah data sekunder yang telah diolah sebelumnya dan bersumber dari data -data statistik yang
diterbitkan oleh : 1. Bursa Efek Indonesia
2. Indonesian Stock Exchange IDX 3. PT PEFINDO
4. Laporan Keuangan Perusahaan
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam
masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi- situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-
sikap, pandangan-pandangan,
serta proses-proses
yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa membandingkan fenomena-fenomena tertentu
sehingga merupakan suatu studi komparatif. Peneliti juga bisa mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena
dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei
normatif normative survey. Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki
58 kedudukan status fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara
satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status status study.
Prosedur Deskriptif juga memiliki kegunaan pokok untuk melakukan pengecekan terhadap input data, mengingat bahwa analisis ini akan
menghasilkan resume data secara umum. Seperti berapa jumlah responden laki
– laki, berapa jumlah responden perempuan dan sebagainya. Disamping itu, analisis ini juga memiliki kegunaan untuk
menyediakan informasi deskripsi data dan demografic sampel yang diambil Wahyono, 2009:18.
a. Standar deviasi, menunjukan dispersi rata – rata sampel
b. Maximum, menunjukan nilai tertinggi dari suatu deretan data c. Minimum, menunjukan nilai terendahi dari suatu deretan data
d. Mean, menunjukan nilai rata – rata dari sampel
2. Uji Asumsi Klasik
Karena pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda multiple regression, maka diperlukan uji
asumsi klasik yang terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis
statistik parametik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara normal. Maksud
data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal Santosa dan Ashari,
59 2005:231. Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara. Yaitu
dengan Normal P-P Plot dan Tabel Kolmogorov Smirnov. Yang paling umum digunakan adalah Normal P-P Plot.
Pada Normal P-P Plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu
diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh garis diagonal danatau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas Ghozali 2012:110-112.
Pada Uji Normalitas dengan grafik dapat menyestakan jika tidak hati hati secara visual kelihatan normal, padahal secara
statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu disamping uji grafik dapat dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan
untuk menguji normalitas adalah uji statistik non – parametik
Kolmogrov-Smirnov K-S.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi di mana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri,
maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari
60 variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu
sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya Santoso dan Ashari, 2005:240. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan antara satu dengan lainnya. Model regresi yang baik
adalah yang bebas dari autokorelasi Ghozali, 2012. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dilakukan dengan uji
Durbin Watson. Pengambilan keputusan mengenai ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai D-W terletak antara angka -2 sampai +2, maka koefisien pada regresi tidak terdapat autokorelasi.
2. Bila D-W lebih rendah atau di bawah angka -2, maka koefisien pada regresi mengalami autokorelasi positif.
Dan untuk memastikan apakah ulang apakah pengujian autokorelasi sudah benar maka dapat kita lakukan pengujian lain
untuk menentukan apakah variabel independen tidak terjadi autokorelasi dengan melakukan uji run test dengan melihat nilai
Asymp. Sig. 2-tailed berada diatas nilai signifikansi 0,05.
c. Uji Multikolonearitas
Uji Multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang digunakan ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas independen. Uji Multikolonearitas data dapat dilihat dari besarnya nilai VIP Variance Inflation Factor dan
nilai teloransi. Jika terdapat nilai korelasi diantara variabel independen adalah satu maka koefisiennya : a koefisien untuk
61 nilai-nilai regresi tidak dapat diperkirakan b nilai standard error
dari setiap nilai koefisien regresi menjadi nilai yang tak terhingga. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas
dapat dilihat dari 1 Nilai tolerance TOL dan lawannya 2 variance inflation faktor VIF. Nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF=1Tolerance. Nilai Cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF10 Ghazali, 2012.
Cara mengatasi multikolonieritas adalah a transformasi variabel. Jika terlihat pada model awal dengan adanya gejala
multikolonieritas maka dapat dilakukan transformasi variabel yang bersangkutan kedalam bentuk logaritma natural atau bentuk-
bentuk tranformasi lainnya, sehingga nilai t hitung yang dihasilkan secara individu variabel independen dapat secara
signifikan mempengaruhi variabel terikat, b Meningkatkan jumlah data sampel. Dengan adanya peningkatan jumlah data
sampel diharapkan mampu menurunkan standar error disetiap variabel independen dan akan diperoleh yang benar-benar bisa
menaksirkan koefisien regresi secara tepat.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
62 residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas,
namun jika
berbeda disebut
heterokedstisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualny SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y
adalah y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual Y prediksi
– Y sesungguhnya yang telah di-studentized Ghozali, 2006. Dasar analisisnya adalah sebagai berikut:
1 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yanga da membentuk pola tetentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian
menyempit maka
mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara lain untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser yang dilakukan
dengan meregres logaritma dari kuadrat residual sebagai variabel independen dengan variabel dependen yang
digunakan dalam model regresi dalam penelitian. Apabila hasil output SPSS menunjukkan bahwa koefisien parameter beta
dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistic, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang
63 diestimasi terdapat heteroskedastisitas. Namun apabila
parameter beta tidak signifikan secara spesifik, maka dalam model regresi tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas.
Dalam penelitian
ini deteksi
ada atau
tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat juga dengan menggunakan uji
glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika nilai signifikansi
variabel independen diatas tingkat kepercayaan 5 maka model regresi
dapat dikatakan
tidak mengandung
adanya heterokedastisitas. Sebaliknya, jika nilai signifikansi variabel
independen berada dibawah tingkat kepercayaan 5 maka, model regresi mengandung heterokedastisitas.
3. Uji Regresi Linear Berganda