24 minyak kelapa sawit kasar disyaratkan memiliki nilai FFA kurang dari 3
Chanrai et al., 2003. Analisis keragaman
α = 0,05 menunjukkan bahwa jenis pelarut dan nisbah bahan dengan pelarut memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap
bilangan asam lemak bebas. Hasil analisis keragaman untuk kadar FFA minyak dapat dilihat pada Lampiran 3d. Kadar asam lemak bebas dihasilkan dari proses
hidrolisis pada minyak terjadi selama pemanenan, penanganan dan pengolahan O’Brier et al., 2000. Ketaren 1986 menambahkan bahwa asam lemak bebas
dihasilkan dari proses hidrolisis dan oksidasi. Reaksi hidrolisis terjadi karena terdapatnya sejumlah air berlebih dalam minyak. Reaksi tersebut akan
mengakibatkan ketengikan yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut. Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas
dan gliserol.
4. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida menunjukkan tingkat kerusakan minyak akibat proses oksidasi terhadap ikatan rangkap pada minyak oleh oksigen. Oksidasi merupakan
penyebab utama kerusakan pada minyak. Oksidasi pada minyak menyebabkan bau tengik ketengikan oksidatif O’Brier et al., 2000.
Minyak yang dihasilkan dari proses recovery tidak memiliki bilangan peroksida, hal ini bukan berarti minyak tersebut masih baik namun nilai tersebut
menunjukkan semua senyawa peroksida sudah menjadi senyawa aldehida dan keton serta asam lemak bebas. Ketengikan bukan dibentuk oleh peroksida, namun
kenaikan bilangan peroksida sebagai indikator bahwa minyak akan mulai tengik Ketaren, 1986. Grafik penguraian peroksida disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik Penguraian Peroksida Ketaren, 1986. waktu
aldehida
PV turun karena terurai P
25
5. Kejernihan
Minyak hasil ekstraksi dengan dua jenis pelarut organik diukur kejernihannya. Pengukuran kejernihan minyak hasil recovery menggunakan
spectronic- 20 dengan panjang gelombang 365 nm. Minyak yang diukur tingkat
kejernihannya terlebih dahulu dilakukan pengenceran dengan faktor pengenceran sebesar 100 kali. Nilai yang menjadi parameter tingkat kejernihan minyak adalah
T. Nilai T minyak hasil recovery berkisar antara 0,38 sampai 72,10 . Minyak yang memiliki nilai T yang paling tinggi adalah minyak hasil ekstraksi
dengan pelarut n-heksana dengan nisbah 1 banding 7 sebesar 72,10 . Histogram hubungan antara kejernihan minyak T dengan setiap perlakuan disajikan pada
Gambar 10.
Gambar 10. Histogram T setiap minyak hasil recovery Analisis keragaman
α = 0,05 menunjukkan bahwa jenis pelarut organik berpengaruh nyata terhadap kejernihan minyak, sementara nisbah bahan dengan
volume pelarut organik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kejernihan. Hasil analisis keragaman untuk kejernihan minyak dapat dilihat pada
Lampiran 3e. Dari histogram diatas, dapat disimpulkan bahwa minyak yang dihasilkan dari ekstraksi dengan pelarut isopropanol memiliki warna yang lebih
gelap dibandingkan dengan n-heksana, hal ini disebabkan konsentrasi karotenoid pada minyak hasil ekstraksi menggunakan isopropanol lebih tinggi dibanding
menggunakan n-heksana. Pelarut n-heksana lebih banyak mengelusi bahan-bahan
26 lain terlebih dahulu dalam adsorben seperti asam lemak, trigliserida, kotoran, zat
warna lain yang terbentuk saat proses adsorpsi maupun bahan-bahan lainnya, sehingga sebelum mengelusi
β-karoten, n-heksana sudah jenuh terlebih dahulu Yuliarti, 2007. Hal ini didukung oleh n-heksana yang bersifat non polar dan
trigliserida bersifat lebih non polar daripada komponen karoten Hasanah, 2006. Minyak hasil recovery disajikan pada Gambar 11 dan 12.
Gambar 11. Minyak Hasil Recovery Menggunakan Pelarut Isopropanol
Gambar 12. Minyak Hasil Recovery Menggunakan Pelarut N-heksana
27 Pigmen yang ada pada minyak hasil ekstraksi menggunakan pelarut
isopropanol sangat berpengaruh terhadap kejernihan minyak T, pigmen yang terlarutkan tidak hanya
β-karoten tapi juga pigmen lain seperti lutein, klorofil, likopen, tokoferol dan xantofil.
Minyak yang dihasilkan dari proses ekstraksi menggunakan pelarut n- heksana berwarna lebih jernih dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan dari
ekstraksi dengan pelarut isopropanol, karena konsentrasi karoten lebih sedikit. Minyak dari ekstraksi menggunakan n-heksana memiliki warna kekuningan yang
disebabkan oleh komponen karoten yang dapat larut dalam minyak atau komponen non polar, karotenoid tersebut merupakan persenyawaan hidrokarbon
tidak jenuh Ketaren, 1986.
6. Warna Limbah Bahan Pemucat Setelah Recovery