Rendemen PENELITIAN TAHAP II

21 Dari hasil yang didapatkan rendemen pada lama ekstraksi 14 jam sebesar 19,68 sedangkan lama ekstraksi selama 16 jam menghasilkan rendemen 19,65 . Perbedaan rendemen pada lama ekstraksi selama 14 jam dan 16 jam tidak berbeda nyata dan sudah terlihat konstan. Berdasarkan data yang dihasilkan pada penelitian tahap I, dapat disimpulkan bahwa waktu terbaik yang akan digunakan untuk ekstraksi pada penelitian tahap II adalah ekstraksi selama 14 jam.

B. PENELITIAN TAHAP II

1. Rendemen

Proses ekstraksi minyak dari limbah bahan pemucat spent bleaching earth dilakukan dengan 2 jenis pelarut dan lama ekstraksi yang sama yaitu 14 jam menghasilkan rendemen yang berbeda. Rendemen minyak hasil recovery pada penelitian ini berkisar antara 16,1 sampai 21,74 . Analisis keragaman α = 0,05 menunjukkan bahwa jenis pelarut organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap rendemen minyak, sedangkan pengaruh nisbah bahan dengan volume pelarut organik memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap rendemen, hal ini dikarenakan volume kolom soxhlet yang digunakan dalam ekstraksi diisi dengan jumlah volume pelarut yang sama untuk setiap perlakuan. Hasil analisis keragaman untuk rendemen minyak dapat dilihat pada Lampiran 3a. Histogram setiap jenis perlakuan terhadap rendemen minyak disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Histogram Perlakuan Terhadap Rendemen Minyak 22 Histogram diatas menunjukkan perbedaan rendemen minyak hasil recovery, pada umumnya pelarut isopropanol menghasilkan minyak yang lebih tinggi dibandingkan n-heksana. Isopropanol merupakan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang tinggi dibandingkan dengan n-heksana sehingga isopropanol dapat melarutkan komponen selain minyak yang ada pada limbah bahan pemucat, seperti xantofil yang dapat larut pada pelarut polar atau semipolar Gross, 1991. Selain itu, rendemen minyak yang tinggi pada ekstraksi menggunakan pelarut isopropanol disebabkan oleh konsentrasi karoten yang terlarut lebih banyak dibandingkan dengan minyak dari hasil ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana. Hal tersebut menunjukkan bahwa isopropanol lebih banyak melepaskan karoten dari adsorben karena isopropanol memiliki sifat kepolaran yang sama dengan adsorben, yaitu semi polar Yuliarti, 2007. Proses ekstraksi minyak dari limbah bahan pemucat menyebabkan kehilangan pelarut. Setiap pelarut memiliki nilai kehilangan pelarut yang berbeda. Pada penggunaan n-heksana tingkat kehilangan pelarut cukup tinggi dibandingkan dengan Isopropanol. Kehilangan pelarut selama ekstraksi pada penelitian ini berkisar antara 75 sampai 200 ml. Histogram hubungan antara perlakuan dengan kehilangan pelarut Gambar 8. Gambar 8. Histogram Perlakuan Terhadap Kehilangan Pelarut Analisis keragaman α = 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap kehilangan pelarut, sedangkan faktor nisbah bahan 23 dan pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap kehilangan pelarut. Hasil analisis keragaman untuk kehilangan pelarut dapat dilihat pada Lampiran 3b. Dalam proses ekstraksi, pelarut yang memiliki titik didih yang lebih rendah akan lebih mudah menguap dibandingkan dengan pelarut yang titik didihnya tinggi, pelarut yang memiliki titik didih rendah akan mengalami kehilangan pelarut selama proses lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut yang titik didihnya lebih tinggi, namun pelarut dengan titik didih tinggi akan lebih sulit dipisahkan dan kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan minyak pada saat pemasakan Kirk dan Othmer, 1954.

2. Kadar Abu