Definisi Prosedur Permintaan Visum Et Repertum

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat tingkat tersebut.

2.2. Visum Et Repertum

2.2.1. Definisi

Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpahjanji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, memuat berita tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti berupa tubuh manusiabenda yang berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas permintaan penyidik untuk kepentingan peradilan. Amir, 1995 Visum et repertum merupakan pengganti barang bukti,Oleh karena barang bukti tersebut berhubungan dengan tubuh manusia luka, mayat atau bagian tubuh. KUHAP tidak mencantum kata visum et repertum. Namun visum et repertum adalah alat bukti yang sah. Bantuan dokter pada penyidik : Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara TKP, pemeriksaan korban hidup, pemeriksaan korban mati. Penggalian mayat, menentukan umur seorang korban terdakwa, pemeriksaan jiwa seorang terdakwa, pemeriksaan barang bukti lain trace evidence. Idries, 1997 Yang berhak meminta visum et repertum adalah : 1. Penyidik 2. Hakim pidana 3. Hakim perdata 4. Hakim agama Yang berhak membuat visum et repertum.KUHAP Pasal 133 ayat 1 : 1. Ahli kedokteran kehakiman 2. Dokter atau ahli lainnya. Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Prosedur Permintaan Visum Et Repertum

Tata cara permintaan visum et repertum sesuai peraturan perundang undang adalah diminta oleh penyidik, permintaan tertulis, dijelaskan pemeriksaan untuk apa, diantar langsung oleh penyidik, mayat dibuat label, tidak dibenarkan visum et repertum diminta tanggal yang lalu. Idries, 1997 Seperti yang telah di cantumkan dalam pasal 133 KUHP ayat 1 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Ayat 2 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Ayat 3 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian lain badan mayat. Idries, 1997

2.2.3 Bentuk dan Isi Visum Et Repertum