Gambar 2.9. Diagram vektor untuk fluks total pada keadaan t
1
, t
2
, t
3
, t
4
Dari semua diagram vektor di atas dapat pula dilihat bahwa fluks resultan berjalan berputar.
2.5 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
2.5.1 Rangkaian Ekivalen Stator
Untuk mempermudah analisis motor induksi, digunakan metoda rangkaian ekivalen per – fasa. Motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan rangkaian sekunder
berputar. Rangkaian ekivalen statornya dapat digambarkan sebagai berikut :
1
V
1
R
1
X
1
I
c
R
m
X I
c
I
m
I
2
I
1
E
Gambar 2.10. Rangkaian ekivalen stator motor induksi
dimana : V
1
= tegangan terminal stator Volt E
1
= ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan Volt I
1
= arus stator Ampere
Universitas Sumatera Utara
R
1
= tahanan efektif stator Ohm X
1
= reaktansi bocor stator Ohm Arah positif dapat dilihat pada rangkaian Gambar 2.10.
Arus stator terbagi atas 2 komponen, yaitu komponen arus beban dan komponen arus penguat I
. Komponen arus penguat I merupakan arus stator tambahan yang diperlukan untuk
menghasilkan fluksi celah udara resultan, dan merupakan fungsi ggm E
1
. Komponen arus penguat I
terbagi atas komponen rugi – rugi inti I
C
yang sefasa dengan E
1
dan komponen magnetisasi I
m
yang tertinggal 90 dari E
1
. Hubungan antara tegangan yang diinduksikan pada rotor sebenarnya E
rotor
dan tegangan yang diinduksikan pada rotor ekivalen E
2s
adalah :
rotor s
E E
2
=
2 1
N N
= a atau
E
2s
= a E
rotor
……………….........................……………... 2.7 dimana a adalah jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator yang banyaknya a kali
jumlah lilitan rotor. Hubungan antara arus rotor sebenarnya I
rotor
dan arus I
2s
pada rotor ekivalen adalah : I
2s
= a
I
rotor
…………….........................…………………. 2.8 sehingga hubungan antara impedansi bocor dari rotor ekivalen Z
2s
dan impedansi bocor dari rotor sebenarnya Z
rotor
adalah : Z
2s
= =
s s
I E
2 2
=
rotor rotor
I E
a
2
rotor
Z a
2
……..................................................…… 2.9 Nilai tegangan, arus dan impedansi tersebut diatas didefinisikan sebagai nilai yang
referensinya ke stator. Selanjutnya persamaan 2.9 dapat dituliskan :
Universitas Sumatera Utara
=
S S
I E
2 2
s
Z
2
=
2
R +
2
jsX ………………………………..... 2.10 dimana :
Z
2s
= impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap fasa dengan referensi ke stator Ohm .
R
2
= tahanan efektif referensi Ohm sX
2
= reaktansi bocor referensi pada frekuensi slip X
2
didefinisikan sebagai harga reaktansi bocor rotor dengan referensi frekuensi stator Ohm .
Untuk mempermudah penjelasan dari rumus-rumus di atas, maka dapat dilihat pada gambar rangkaian ekicalen di bawah ini.
1
V
1
R
1
X
1
I
c
R
m
X
Φ
I
c
I
m
I
2
I
1
E
2
sX
2
I
2
R
2
sE
Gambar 2.11. Rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa
2.5.2 Rangkaian Ekivalen Rotor