Proses Penelaahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 PMK.02 2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara Lembaga,

- 132 - MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Komponen. Setiap Output yang ada isu gender-nya harus ada dokumen GBS yang ditandatangani oleh penanggung jawab Kegiatan; 4 Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak SPTJM yang ditandatangani oleh KPA sebagaimana Bab 4 apabila satuan biaya yang tercantum dalam RKA- Satker tidak terdapat dalam Standar Biaya, khusus untuk jenis alokasi anggaran Inisiatif Baru; 5 Hasil kesepakatan dengan DPR dalam rangka penetapan Pagu Alokasi Anggaran KL; 6 Daftar alokasi pagu anggaran masing-masing Unit Eselon I yang dirinci per Program, Sumber Pendanaan, dan Satker; 7 Rencana Bisnis dan Anggaran BLU RBA BLU apabila berkenaan dengan Satuan Kerja BLU.

7.2. Proses Penelaahan

Proses penelaahan RKA-KL merupakan proses dialogklarifikasiditeliti bagaimana dokumen RKA-KL beserta dokumen pendukung ditelaah kesesuaiannya. Proses penelaahannya melalui langkah sebagai berikut:

1. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penelaahan

a. Kriteria Administratif: 1 Legalitas dokumen yang diterima dari KL; 2 Surat pengantar penyampaian RKA-KL; 3 Surat tugas sebagai petugas penelaah KL; 4 Kelengkapan dan kesesuaian dokumen pendukung; 5 Penggunaan format baku untuk RKA-KL maupun dokumen pendukung; 6 Arsip Data Komputer ADK. b. Kriteria Substantif berupa : 1 kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja yang direncanakan a Meneliti jenis alokasi anggaran Angka Dasar danatau Inisiatif Baru. b Relevansi Suboutput apabila ada dengan Output. c Relevansi Komponen dengan Output. d Menilai keberlangsungan Output dan Komponen berkaitan dengan perhitungan biaya prakiraan maju. e Memastikan jenis Komponen sebagai Komponen Utama atau Pendukung. f Kesesuaian item biaya dengan Komponen jenis alokasi anggaran Inisiatif Baru. g Kesesuaian item biaya dengan standar biaya jenis alokasi anggaran Inisitaif Baru. 2 konsistensi sasaran kinerja KL dengan Renja KL dan RKP a Meneliti kategori kegiatan apakah kegiatan prioritas nasional, prioritas bidang, atau prioritas KL. b Meneliti konsistensi Output dalam dokumen RKA-KL dengan Output yang terdapat dalam dokumen Renja KL dan RKP. - 133 - MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA c Meneliti konsistensi Volume Output dalam dokumen RKA-KL dengan dokumen Renja KL dan RKP tahun yang direncanakan. d Meneliti konsistensi rumusan Output dengan indikator kinerja kegiatan-nya dalam dokumen RKA-KL dengan Renja KL dan RKP. 2. Langkah-langkah Penelaahan a. Pejabat dan petugas penelaah Kementerian Keuangan c.q. DJA dan Kementerian Perencanaan melakukan penelaahan RKA-KL dengan petugas penelaah dari BiroBagian Perencanaan danatau petugas penelaah lain yang berwenang pada KL terkait. b. Kementerian Keuangan c.q. DJA utamanya meneliti kriteria substantif berupa kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja yang direncanakan, yaitu: 1 Memeriksa Formulir RKA-KL meliputi: a Memeriksa legalitas RKA-KL danatau hasil pembahasankesepakatan dengan DPR. b Meneliti kesesuaian RKA-KL dengan besaran alokasi Pagu Anggaran KL, meliputi: - Meneliti kesesuaian alokasi pagu dana per program; - Meneliti kesesuaian alokasi pagu dana berdasarkan sumber pendanaannya. c Memeriksa kelengkapan ADK RKA-KL 2 Memeriksa KK RKA-KL meliputi: a Memeriksa legalitas KK RKA KL. b Meneliti alokasi anggaran Satker dengan Daftar alokasi Pagu masing Unit Eselon I yang dirinci berdasarkan Program, Satker dan Sumber Pendanaan. c Meneliti alokasi anggaran yang termasuk dalam jenis Angka Dasar danatau Inisiatif Baru. d Meneliti alokasi anggaran jenis Angka Dasar sebagaimana Formulir D, KK RKA-KL meliputi: - Memastikan relevansi Suboutput dengan Output apabila ada. - Memastikan relevansi penggunaan Komponen dengan Output-nya. - Memastikan angka Prakiraan Maju, meliputi: Keberlanjutanberhenti suatu Output dengan konsekuensi:  Jika berhenti, hasil perhitungan pada Output harus nol Keluaran dihapus.  Jika berlanjut maka harus terdapat angka prakiraan maju volume Output dan alokasi anggaran. Keberlanjutanberhenti suatu Komponen dengan konsekuensi:  Jika berhenti, hasil perhitungan Komponen harus nol Komponen dihapus.  Jika berlanjut maka harus terdapat angka alokasi anggaran. - 134 - MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Komponen sebagai Biaya Utama atau Biaya Pendukung  Apabila Komponen sebagai biaya utama maka, perlu diteliti: apakah berharga tetap atau dapat disesuaikan harganya berdasarkan kebijakan ada dokumen berupa keputusan pemerintahkeputusan menteri atau pimpinan lembaga. Cek dokumen terkait seperti RKP.  Apabila Komponen sebagai biaya pendukung maka, angka prakiraan maju Komponen pendukung berasal dari perkalian dengan parameter ekonomi dalam hal ini berupa indeks inflasi kumulatif. Parameter ekonomi yang digunakan adalah asumsi tingkat inflasi APBN untuk tahun yang direncanakan. 3 Meneliti alokasi anggaran jenis Inisiatif Baru sebagaimana Formulir B dan D, KK RKA KL meliputi: a Meneliti relevansi Suboutput apabila ada dengan Output. b Meneliti kesesuaian Komponen dan Output dalam Dokumen KK RKA-KL dengan dokumen Proposal Inisiatif Baru beserta RAB yang telah disetujui atau TOR beserta RAB apabila terdapat perubahan substansi dalam Proposal Inisiatif Baru. c Meneliti relevansi penggunaan Komponen dengan Output-nya. d Meneliti item biaya masing-masing Komponen dengan standar biaya. e Meneliti kesesuaian penerapan jenis belanja sebatas dua digit pada masing- masing item biaya. f Meneliti angka Prakiraan Maju suatu Output sebagaimana uraian pada Angka Dasar. c. Kementerian Perencanaan utamanya meneliti kriteria substantif berupa konsistensi sasaran kinerja KL dengan Renja KL dan RKP, yaitu: 1 Meneliti kategori kegiatan apakah kegiatan prioritas nasional, prioritas bidang, atau prioritas KL. 2 Meneliti konsistensi rumusan Output dalam dokumen RKA-KL dengan Output yang terdapat dalam dokumen Renja KL dan RKP. 3 Meneliti konsistensi Volume Output dalam dokumen RKA-KL dengan dokumen Renja KL dan RKP tahun yang direncanakan. 4 Meneliti konsistensi Output dengan indikator kinerja kegiatannya dalam dokumen RKA-KL dengan Renja KL dan RKP. 3. Penelaahan RKA-KL pada Satker Badan Layanan Umum BLU diutamakan pada hal- hal sebagai berikut: - 135 - MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA a. Meneliti program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Satker BLU. Program dan kegiatan yang digunakan dalam penyusunan KK RKA-KL Satker BLU merupakan bagian dari program dan kegiatan hasil restrukturisasi program dan kegiatan KL induk. b. Meneliti kesesuaian pagu dalam KK RKA-KL Satker BLU dengan pagu Kegiatan RKA-KL, khususnya berkenaan dengan sumber dana PNBP dan Rupiah Murni sebagaimana tertuang dalam Ikhtisar Rencana Bisnis dan Anggaran RBA. c. Meneliti kesesuaian Standar Pelayanan Minimal SPM yang ditetapkan oleh MenteriPimpinan Lembaga dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada masyarakat dengan Ikhtisar RBA. d. Keluaran yang tercantum dalam KK RKA-KL Satker BLU mengacu pada tabel referensi program aplikasi RKA-KL. e. Meneliti alokasi anggaran angka dasar sama halnya dengan satker non BLU. f. Meneliti penerapan Standar Biaya dan Rincian Biaya, khususnya untuk jenis alokasi anggaran Inisiatif Baru, meliputi: 1 Satker BLU yang mampu menyusun standar biaya menurut jenis layanannya berdasarkan perhitungan akuntansi biaya maka penyusunan RBA-nya mengunakan standar biaya tersebut. 2 Perhitungan akuntansi biaya dimaksud paling kurang meliputi unsur biaya langsung dan biaya tidak langsung termasuk biaya variabel dan biaya tetap. Sedangkan untuk Satker BLU pengelola dana setidaknya terdapat perhitungan imbal hasil pengembalianhasil per-investasi dana 3 Rincian biaya berdasarkan perhitungan akuntansi biaya tersebut memberikan informasi mengenai komponen biaya yang tidak bersifat paket, kecuali untuk biaya yang bersifat administratifpendukung. 4 Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam butir 1, butir 2, dan butir 3 terpenuhi, maka Satker BLU tidak perlu melampirkan TOR dan RAB, dan dapat menggunakan besaran standar biaya yang berbeda dari SBM dan SBK dengan melampirkan SPTJM. 5 Dalam hal RBA BLU tidak memenuhi kriteria butir 1, butir 2, dan butir 3, maka harus melampirkan TOR dan RAB, serta menggunakan SBM dan SBK. Apabila Satker BLU akan menggunakan besaran standar biaya yang berbeda dari SBM dan SBK, maka harus menggunakan nomenklatur yang berbeda serta harus melampirkan SPTJM. g. Dalam proses penelaahan RBA, Direktorat Jenderal Anggaran dapat mengikutsertakan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 4. Penelaahan RKA-KL dalam rangka kegiatan Anggaran Responsif Gender ARG baik untuk jenis alokasi anggaran Angka Dasar maupun Inisiatif Baru diutamakan pada hal- hal sebagai berikut: - 136 - MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA a. Memastikan bahwa alokasi anggaran pada tingkat output kegiatan yang dikategorikan sebagai ARG dilengkapi dengan dokumen Gender Budget Statement GBS. b. Berdasarkan dokumen GBS dimaksud, petugas penelaah DJA memberikan kode atribut berupa tanda √ pada suatu output dalam Sistem Aplikasi RKA-KL bahwa output kegiatan dimaksud telah responsif gender tema: PUG. 5. Meneliti jenis alokasi anggaran Angka Dasar maupun Inisiatif Baru dalam rangka kegiatan yang bersumber dana PNBP. a. Meneliti secara umum sebagaimana diuraikan pada bagian Langkah-langkah Penelaahan. b. Meneliti acuan peraturan perundangan yang ada meliputi: 1 Peraturan Pemerintah tentang jenis dan tarif PNBP masing-masing KL. 2 Keputusan Menteri KeuanganSurat Menteri Keuangan tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana yang berasal dari PNBP. 3 Pagu penggunaan PNBP dalam Pagu Sementara. c. Meneliti kesesuaian dengan Catatan Hasil Pembahasan PNBP antara KL dengan Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat PNBP dengan fokus pada: target PNBP; dan pagu penggunaan sebagain dana yang bersumber dari PNBP. 6. Penelaahan untuk output bangunan gedung negara, untuk pekerjaan renovasi bangunan gedung negara, penelaah harus memastikan terdapat perhitungan kebutuhan biaya pembangunanrenovasi bangunan gedung negara atau yang sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum setempat. Sedangkan untuk pekerjaan pembangunan baru bangunan gedung negara, harus dipastikan juga terdapat dokumen clearance persetujuan prinsip dari Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 7. Hasil penelaahan RKA-KL dituangkan dalam dokumen Catatan Hasil Penelaahan serta ditandatangani oleh Petugas Penelaah dari KL, Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran, dan Kementerian Perencanaan.

7.3. Tindak Lanjut Hasil Penelaahan RKA-KL