382
Moh. Rosyid
jurnal Pendidikan islam ragama juga ditentukan oleh peran negara, sebagaimana negara
China -biro urusan agama negara- yang mengeluarkan pera- turan tentang akuntansi pada organisasi keagamaan dan mel-
aporkan keuangannya tiap tahun, sekaligus untuk memperketat kontrol terhadap kelompok berbasis kepercayaan. hal tersebut
karena pemberian kebebasan beragama bagi warganya, dalam praktiknya oleh Partai komunis yang ateis membatasi kelompok
keagamaan melalui proses registrasi dan birokrasi Kompas, 20 Maret 2010.
3. Konsep Kebersamaan
Rasa sepenanggungan, kesetiakawanan, dan kebersamaan menjadi ’barang mahal’ di tengah pesan negatif globalisasi dan
pemahaman sempit pemeluk agama dalam masyarakat majemuk. jika hal ini tertradisi tanpa adanya reserve dikhawatirkan
menumpulkan perasaan hati antarsesama dan munculnya kesenjangan sosial. Solusi bijak yang perlu dikedepankan
adalah pemahaman dari diri untuk diri bahwa kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tak akan mampu ’sendiri’,
tapi membutuhkan empati dan simpati pihak lain. Tetapi jika memahami diri lain the others tidak hanya dengan kaca mata
diri juga menggunakan kaca pandang diri lain, sehingga tercipta keseimbangan dan terjauhkan diri dari sakwasangka buruk
sangka, negatif thinking, suudon.
kemajemukan dipahami sebagai kumpulan berbagai elemen sosial yang menyatu dalam lingkungan yang sama meski
berpeluang terjadi perbedaan. Perbedaan tak untuk dijadikan modal konlik, tapi untuk dipahami bahwa ketidaksamaan
dalam berbagai lini adalah produk ilahi untuk disadari dan disyukuri. Perbedaan sebagai cara memahami diri atas pihak
lain sebagai modal sosial untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Saling menghormati terhadap pihak liyan the
others
berbekal hati nurani. jika ruh hati nurani tersebut tumpul, maka rusaklah nurani yang paling murni yang dimiliki manusia.
Dengan teori tersebut pada dasarnya, Pertama, harmoni interaksi sosial; terciptanya keselarasan sosial, manakala dalam
bersesama, manusia mengedepankan sifat seimbang at-tawazun kaitannya dengan menerima informasi dari berbagai sumber,
masudnya tak latah menghakimi salah, toleran at-tasamuh
383
Mewujudkan Pendidikan Toleransi antar-umat beragama ...
QUALITY, Vol. 3, no. 2, Desember 2015
maksudnya memahami dan menghormati di tengah perbedaan, khususnya beda agama atau aliran, dan adil al-adalah yakni
bersikap tegas jika menjadi penguasa dalam menegakkan hukum. kedua, empati sosial; kesadaran identitas sosial dalam
meningkatkan kapasitas empati sebenarnya dapat dilakukan dengan lebih menambah kesadaran diri self-aware autonomy
dan mengurangi tendensi mengklaim apa yang benar dan apa yang salah. kesadaran dirimawas diri bahwa setiap orang
memiliki keunikan, kelebihan, dan kekurangan yang dapat saling melengkapi. ketiga, perlunya memformat dialog intern
dan antaragama; konlik berlatar belakang agama merupakan salah satu masalah serius di indonesia. Salah satu penyebab
ketidaknyamanan sosial dipicu oleh persepsi dan pemahaman umat terhadap ajaran agama yang didukung oleh sempitnya
pemahaman dan merasa paling benar dan yang lain salah.
berpikir sempit tersebut imbas negatif dalam mewarisi pola pikir masa lalu yang dibentuk oleh pola stratiikasi sosial
sejak era kolonial terdiri 1 orang eropa di nusantara, 2 orang Timur asing Vreemde Oosterlingen yakni Tionghoa, arab, india,
Pakistan, dll, 3 pribumibumiputra inlander masih melekat dalam benak warga kita hingga kini. hal itu dipicu kecemburuan
sosial yang tanpa memahami faktor pembeda, terutama aspek ekonomi. Di sisi lain, kehidupan sosial etnis minoritas tak selalu
membaur dengan lingkungannya yang mayoritas memicu segregasi sosial. bila hal ini terus terjadi, perjuangan leluhur
etnis akan tertumpuk oleh aura negatif generasi kini. hal itu perlu disikapi dengan format dialog yang sangat ditentukan
dengan kondisi riil, sehingga tiap persoalan dan di tiap daerah terdapat perbedaan format dialog.
4. Format Dialog