Strategi Pelaksanaan PBKL di SMA

BAB IV PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DI SMA Pengembangan PBKL di SMA memiliki karakteristik berbeda dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal utama dalam penyelenggaraan PBKL di SMA adalah peserta didik mengetahui keunggulan lokal daerah dimana dia tinggal, memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal daerah tersebut, sehingga menjadi bagian dari kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi yang telah dimiliki peserta didik dapat dijadikan bahan pengetahuan kognitif, sikap afektif rasa bangga terhadap daerahnya dan keterampilan psikomotorik yang dapat mereka pergunakan, baik ketika mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau menekuni suatu pekerjaan tertentu. Dalam penyelenggaran program PBKL di SMA perlu memperhatikan strategi pelaksanaan, identifikasi kondisi dan Kebutuhan daerah, identifikasi potensi satuan pendidikan, identifikasi jenis keunggulan lokal, dan bagaimana melakukan kerja sama dengan instansi lain.

A. Strategi Pelaksanaan PBKL di SMA

Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di SMA merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang tertuang pada PP 19 Tahun 2005 BAB III pasal 14 ayat 2 yang menyatakan bahwa pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok matapelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani,olah raga dan kesehatan; dan ayat 3 Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi. Oleh karena itu PBKL dapat diselenggarakan melalui tiga cara, yaitu pengintegrasian dalam mata pelajaran yang relevan, muatan lokal, dan mata pelajaran keterampilan. 1. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Bahan kajian keunggulan lokal dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tertentu yang relevan dengan SKKD mata pelajaran tersebut. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mengkaji SKKD 33 mata pelajaran yang terkait dihubungkan dengan hasil analisis keunggulan lokal. Hasil pengkajian SKKD tersebut dituangkan pada penyempurnaan silabus dan RPP. Kemudian dibuat bahan ajar cetak dan bahan ajar ICT yang mengintegrasikan PBKL pada mata pelajaran yang relevan. Pola pengintegrasian PBKL pada mata pelajaran dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini. a. Melaksanakan identifikasi SKKD yang telah ada dihubungkan dengan hasil analisis keunggulan lokal, sehingga terpilih beberapa konsep pada mata pelajaran yang relevan. b. Menyempurnakan Silabus mata pelajaran pada konsep yang terpilih berdasarkan hasil identifikasi SKKD yang dihubungkan dengan keunggulan lokal. c. Menyempurnakan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP setiap mata pelajaran pada SKKD yang terpilih. d. Membuat bahan ajar modul,LKS dll atau bahan ajar mata pelajaran yang mengintegrasikan PBKL dan berbasis ICT e. Membuat bahanperangkat ujian dari konsep yang yang telah terpilih pengintegrasian PBKL-nya. Contoh : Di suatu tempatsekolah sangat kental dipengaruhi oleh budaya religius, karena di sekitar sekolah banyak terdapat pondok pesantren, sehingga banyak siswa yang belajar di sekolah formal dan mengaji di pondok pesantren tradisional. Maka potensi budaya religius ini dapat diintegrasikan kedalam mata pelajaran, misalnya memasukan ayat- ayat suci Al Quran kedalam mata pelajaran Fisika, dimulai dengan memasukannya kedalam SKKD, silabus, RPP dan bahan ajar. Contoh lain dilihat dari potensi geografis, suatu sekolah berada di daerah pertanian, maka di bagian mata pelajaran Kimia atau Biologi dapat memasukan konsep pembuatan pupuk, minyak kelapa dengan proses kimia atau pembudidayaan jamur, apotik hidup dll. 2. Mata Pelajaran Muatan Lokal Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Kajian mata pelajaran muatan lokal dapat ditentukan oleh satuan pendidikan. Untuk itu terlebih dahulu harus disusun SKKD, silabus dan Rencana Pembelajaran yang memungkinkan setiap satuan pendidikan dapat menyelenggarakan pembelajaran muatan lokal. Dalam kurun waktu tertentu semester tahun sekolah dapat menyediakan 2, 3 atau beberapa jenis muatan lokal yang akan dipilih siswa. Dengan demikian siswa mempunyai pilihan untuk mengikuti lebih dari satu 34 jenis program keunggulan lokal pada setiap tahun pelajaran sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing serta program yang diselenggarakan oleh sekolah. Contoh : Muatan Lokal Seni Pahat Kerajinan ”cor perunggu dan patung batu” di Kecamatan Trowulan- Kabupaten Mojokerto adalah peninggalan Kerajaan Majapahit. Hasil kerajinan tersebut terpajang di pinggir jalan yang tersebar di Desa Jati Pasar, Jati Sumber, Wates dan Minak Jinggo. Di Desa Wates, salah satu Sentra Kerajinan di Trowulan. Umumnya perajin di Trowulan memproduksi patung Budha, Ken Dedes, Ganesha, Syiwa dan Brahma sebagai pesanan dari Bali. Hasil kerajinan tersebut beredar luas kemana-mana, bukan saja di dalam negeri, namun juga ke mancanegara. Hasil kerajinan seniman Trowulan, juga menghiasi banyak art shop di Bali untuk selanjutnya di transfer ke banyak Negara. Kondisi tersebut dikaji oleh sekolah dari berbagai hal seperti kemampuan sekolah, bakat dan minat siswa serta ketersediaan SDM yang ada. Kemudian sekolah menetapkan bahwa seni pahat menjadi mata pelajaran muatan lokal di sekolah. Langkah selanjutnya yang dilakukan sekolah adalah menyusun SKKD, menyusun silabus, menyusun bahan ajar, dan strategi penilaian. Setiap satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun. Dengan demikian siswa boleh mengikuti lebih dari satu jenis program keunggulan lokal pada setiap tahun pelajaran sesuai dengan minat, program dan daya dukung sekolah. 3. Mata Pelajaran Keterampilan. Strategi ini digunakan untuk menyajikan materi atau substansi keunggulan lokal secara berdiri sendiri, bukan terintegrasi dengan mata pelajaran. Dengan demikian SKKD dapat menggunakan mata pelajaran keterampilan sesuai dengan bahan ajarsubstansi keunggulan lokal yang diselenggarakan. Apabila SKKD yang tersedia tidak relevan dengan bahan ajarsubstansi program keunggulan lokal, maka satuan pendidikan dapat mengembangkan sendiri SKKD yang sesuai dengan kebutuhan. Siswa harus mengikuti pembelajaran secara komprehensif mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Melalui pendekatan ini peserta didik akan lebih menguasai substansi keunggulan lokal yang diprogramkan di sekolah. Harus diingat bahwa program keterampilan di SMA bukan untuk menghasilkan produk keterampilan sebagaimana di SMK, tetapi sebagai pengenalan keterampilan yang terkait dengan keunggulan lokal untuk mempersiapkan pilihan jurusan di Perguruan Tinggi. 35 Contoh : Bali merupakan daerah kunjungan wisata yang sangat dikagumi oleh wisatawan mancanegara. Salah satu SMA di Denpasar memprogramkan mata pelajaran bahasa Prancis yang diikuti oleh siswa kelas X, XI dan XII. Setelah siswa lulus SMA, mereka melanjutkan pendidikan di PT dengan mengambil jurusan bahasa Prancis. Bagi siswa yang tidak memperoleh peluang diterima di PT meraka dapat menjadi pemandu wisata bagi wisatawan Prancis di daerahnya. 36

B. Identifikasi Kondisi dan Kebutuhan Daerah