dihijaukan kembali. 3. Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanahlahan untuk budidaya pertanian, karena siklus pemanfaatan lahan yang terlalu intensif tanpa upaya
penyuburan kembali refertilization. 4. Semakin banyaknya terjadi tanah longsor di wilayah pegununganperbukitan, dan tanah terbuka bekas penggalian tambang permukaan
emas, timah, batubara dan lain-lain. 5. Semakin bertambahnya areal lahan kritis akibat dibiarkan begitu saja dan terbakar setiap tahun.
Sedangkan Degradasi Sumber Daya Air yaitu : 1 Semakin kecilnya debit air sungai dari tahun ke tahun 2. Semakin besarnya perbedaan debit air sungai pada musim
hujan dengan musim kemarau 3. Semakin dalamnya permukaan air tanah dan mengeringnya sumur penduduk di daerah ketinggian 4. Adanya penetrasi air asin pada
sumur penduduk di beberapa kota pantaipesisir 5. Semakin kecilnya “Catchment Water Areas” daya serap lahan terhadap curahan air hujan 6. Semakin tingginya pencemaran
air sungai terutama sungai-sungai di Pulau Jawa.
1.6 Permasalahan yang Timbul Akibat Degradasi Tanah dan Air
Permasalahanyang dapat berakibat pada degradasi lahan, menurunnya suplai air, erosi, pemadatan tanah dan pencucian hara,kerusakan vegetasi dan emisi gas rumah kaca.
Diperkirakan bahwa pertumbuhan dan laju regenerasimenurun pada areal yang terkena kerusakan yang diantaranya disebabkan oleh rusaknya hutan danmenurunnya produktivitas
lahan yang terjadi setelah penebangan. Penebangan hutan baik Selective maupun clear cutting, dan kebakaran hutan merupakan faktor utama yang menyebabkan
rusaknyaekosistem Dampak Degrdasi Lahan Tanah.
Kerusakan lahan atau tanah dapat menyebabkan berbagai dampak antara lain terjadinyaerosi dan sedimentasi serta masih banyak hal yang ditimbulkan.
Erosi mempunyai beberapa akibat buruk. Penurunan kesuburan tanah. Kedua
menurunnya produksi sehingga akan mengurangi pendapatan petani. Erosi tanah dapat terjadi akibatadanya curah hujan yang tinggi, vegetasi penutup lahan yang kurang.
Kemiringan lerengdan tata guna lahan yang kurang tepat.pedankalan sungai untuk mengalirkan juga berkurang dan menyebabkan bahaya banjir. Padangkalan saluran
pengairan mengakibatkan naiknya dasar saluran, mengurangi luas lahan pertanian yang mendapat aliran irigasi.
Kerusakan sumber daya air selain banjir dan erosi adalah kekeringan dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan sumber daya
tanah dan air merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena sebagai
8
sumber dayaalam,tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Sebagai sumber unsur bagi tumbuhandan sebagai media akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tanah
tersimpan. Erosi yangterjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan sedimentasi. Sedimentasi adalahterbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh Air,
angin atau gletser kesuatu wilayah yang kemudian diendapkan.
1.7 Upaya yang Di Lakukan Untuk Mencegah atau Mengurangi Dampak Degradasi Tanah dan Air
Usaha yang dilakukan untuk mengurangi erosi tanah adalah dengan menggunakan metode pengawetan tanah.
Metode pengawetan tanah pada umumnya dilakukan untuk: a. melindungi tanah dari curahan langsung air hujan;
b. meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah; c. mengurangi run off aliran air di permukaan tanah; dan
d. meningkatkan stabilitas agregat tanah. Metode pengawetan tanah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Metode vegetatif, adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi tumbuhan pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam pengontrolan
erosi. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode vegetatif, antara lain sebagai
berikut. 1 Penghijauan, yaitu penanaman lahan kosong dengan berbagai jenis vegetasi
tanaman. 2 Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras,
seperti pinus, jati, rasamala, dan cemara. 3 Penanaman secara kontur yaitu menanami lahan searah dengan garis kontur.
Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar tingkat resapan air ke dalam tanah.
4 Penanaman tumbuhan penutup tanah bufering, yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras, seperti pinus dan jati.
5 Penanaman tanaman secara berbaris strip cropping, yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris larikan. Fungsinya untuk mengurangi
tingkat kecepatan erosi. 6 Pergiliran tanaman crop rotation, yaitu penanaman jenis tanaman secara bergantian
bergilir dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar tingkat kesuburan tanah tidak berkurang.
9
b. Metode MekanikTeknik, adalah metode pengawetan tanah melalui teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan run off, menampung,
dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak. Beberapa cara yang umum dilakukan pada penerapan metode mekanik, antara lain
sebagai berikut. 1 Pengolahan tanah menurut garis kontur contour village, yaitu pengolahan tanah
sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar daya resapan air.
2 Pembuatan tanggul atau guludan sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertampung.
3 Pembuatan teras terrassering, yaitu membuat teras-teras tangga-tangga pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng,
memperbesar resapan air, dan mengurangi tingkat erosi. 4 Pembuatan saluran air drainase. Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong
lereng panjang menjadi lereng yang pendek sehingga aliran air dapat diperlambat. Metode pengawetan tanah akan sangat efektif jika metode mekanik dapat
dikombinasikan dengan metode vegetatif misalnya, terrassering dan bufering. c. Metode Kimia, dilakukan dengan menggunakan media bahan kimia untuk memperbaiki
struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat struktur tanah. Tanah dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga infltrasi tetap
besar dan aliran air permukaan surface run off tetap kecil. Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan, walaupun
cukup efektif tetapi biayanya mahal. Pada saat ini umumnya masih dalam tingkat percobaan-percobaan. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan
ini antara lain dengan menggunakan preparat kimia sintetis bitumen dan krilium atau alami. Preparat ini disebut Soil Conditioner atau pemantap struktur tanah. Sesuai
dengan namanya Soil Conditioner ini digunakan untuk membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi stabil .
Untuk menanggulangi degradasi air, yang harus dilakukan adalah Konservasi Air,seperti:
1. Konservasi Daerah Aliran Sungai Sampai saat ini telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi kerusakan DAS.
Metode yang diterapkan adalah :
10
a. Metode Vegetatif yaitu penggunaan tanaman untuk mengurangi daya perusak hujan yang jatuh sehingga mengurangi aliran permukaan dan erosi.
b. Yang termasuk dalam metode ini antara lain reboisasi yaitu kegiatan penanaman pohon pada kawasan hutan dan penghijauan yaitu upaya rehabilitasi lahan luar
kawasan hutan dengan tanaman tahunan. c. Metode teknik sipil yaitu pembuatan bangunan sipil untuk mengurangi aliran
permukaan dan erosi dan meningkatkan penggunaan tanah serta memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah.
d. Yang termasuk dalam metode ini antara lain bending pengendali, waduk, tanggul, teras, pembuatan irigasi pada daerah pertanian, guludan, dan lain-lain.
2. Teknologi Pengendalian Banjir Banjir merupakan bahaya laten yang setiap tahun merusak dataran rendah disekitar
sungai. Penyebab utamanya adalah kerusakan DAS di hulu sehingga menyebabkan debit banjir membesar, pendangkalan sungai, dan penutupan muara.
Ini menyebabkan kapasitas sungai sangat menurun. Dalam rangka peningakatan usaha penanggulangan banjir perlu ditingkatkan beberapa hal yaitu :
a. Meningkatkan fungsi waduk yang benar-benar dapat menampung dan meregulasi banjir, baik pembangunan baru maupun modifikasi bendungan lama.
b. Meningkatkan kapasitas sungai dengan kanalisasi antar sungai, disamping caranya sama seperti penanggulan juga merupakan upaya normalisasi profil sungai dan
sudetan. c. Memperbaiki kondisi muara sekaligus menggali potensinya seperti bangunan
kendali intrusi air laut dan waduk muara. d. Mengendalikan aliran sungai di hilir dengan membangun pompa, bangunan pintu
air dan sebagainya. e. Pemeliharaan tanggul untuk mengantisipasi penurunan yang terjadi akibat timbunan
di atas tanah lunak dan penggerusan tanggul akibat lalu lintas hewan dan manusia. 3. Teknologi Penanggulangan Kerusakan Sungai
Mengingat pasir yang terbaik untuk kontruksi bangunan adalah pasir sungai maka beberapa sungai didaerah yang sedang dibangun sarana fisik banyak menderita
kerusakan.Untuk itu diperlukan beberapa upaya pengendalian yaitu : a. Penyusunan pedoman teknis penambangan golongan C pada sungai.
b. Penyusunan peta pada bagian atau ruas sungai yang dapat atau boleh ditambang dengan persyaratannya.
c. Pengembangan aplikasi bottom controller untuk bangunan air dan bangunan bawah jembatan,
11
4. Teknologi Konservasi Air Tanah Selain upaya konservasi jumlah ketersediaan air tanah diperlukan diperlukan pula
konservasi kualitasnya karena terbukti pada beberapa daerah urban dan industry menjadi pencemaran air tanah. Pola tata ruang yang memerhatikan zona perlindungan
bagi sumber air tanah perlu dikembangkan terutama dengan penurunan kuantitas air tanah. Pola tata ruang yang memerhatikan zona perlindungan bagi sumber air tanah
perlu dikembangkan terurama dengan penurunan kuantitas air akifer pada beberapa kota besar akibat pemompaan sumur dalam yang tidak terkendali.
5. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air Upaya pengendalian pencemaran air melalui program Prokasih yang sedang
dilaksanakan sejak akhir Pelita V ternyata memerlukan dukungan teknologi, yaitu teknologi pengelolaan air limbah yang pada saat ini masih kurang. Beberapa pilot plant
pengolahan air limbah telah dibangun dan diaplikasikan oleh industri, sedangkan prototype pengolahan air limbah industry secara gabungan masih dalam tahap
pembangunan. Sistem pengolahan kuantitas air pada daerah aliran sungai perlu dikembangkan dengan
memerhatikan kemampuan sunagi dalam menampung beban pencemaran air serta teknologi yang dibutuhkan dan standar air limbah yang ekonomis. Sistem pengelolaan
kualitas air perlu pula diperhatikan pada penyusunan tata ruang spasial.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan