Mulsa Jenis Legum Cover Crop dan Deskripsinya

2.2. Peranan Tumbuhan Terhadap Stabilitas Lereng dan Erosi

Menurut Hardiyatmo 2006, keadaaan tumbuhan-tumbuhan mempengaruhi stabilitas lereng. Peran tumbuhan-tumbuhan dalam kestabilan lereng bergantung pada tipe tumbuh-tumbuhan dan tipe proses degradasi lereng. Terkait dengan kestabilan massa tanah, akar tumbuh-tumbuhan, dan air yang diserap oleh akar akan mengurangi kelembaban tanah, sehingga dapat memperkuat lereng. Pembongkaran atau menghilangkan tumbuh-tumbuhan dapat berakibat menambah kecepatan erosi, sehingga membahayakan stabilitas lereng, terutama bila erosi terjadi di kaki lereng. Pemilihan tipe tumbuh-tumbuhan untuk kestabilan lereng sangat penting, misalnya tanaman rumput yang rapat sangat baik untuk menahan erosi. Sebaliknya, akar pohon-pohonan yang dalam dapat memperkuat lereng, terutama untuk mencegah longsoran dangkal. Menurut Sukartaatmadja 1998, keadaan vegetasi penutup tanah juga mempengaruhi tingkat erosi yang terjadi. Pada tanah-tanah yang berlereng dan terbuka, bahaya erosi lebih besar dibandingkan dengan tanah yang bervegetasi, hal ini disebabkan karena pada tanah-tanah yang terbuka gaya pukulan butir hujan secara langsung mengenai permukaan tanah, sehingga permukaan tanah banyak menerima jatuhnya butir-butir hujan yang merupakan faktor efektif dalam proses erosi. Sebaliknya vegetasi dapat menahan butir-butir air hujan yang jatuh, peningkatan agregasi dan porositas tanah karena perkembangan akar tanaman. Menurut Hardjowigeno 1986 dalam Sukartaatmadja 1999, pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah : 1. Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, 2. Menghambat aliran permukaan.

2.3. Mulsa

Menurut Millar et al 1955 dalam Rusman 1985, mulsa adalah suatu bahan yang dihamparkan di atas permukaan tanah dengan maksud untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi evaporasi, menekan pertumbuhan gulma, dan mempertahankan fluktuasi suhu tanah. Bahan-bahan tersebut dapat berupa sisa- sisa tanaman, jerami, daun, bahan organik, serbuk gergaji, sekam maupun plastik. Menurut Lal 1977 dalam Sukartaatmadja 1998 mulsa akan mencegah erosi dengan menghindarkan pengaruh langsung curah hujan terhadap tanah, dan tanah yang diberi mulsa akan menghambat kecepatan aliran permukaan pada tanah menjadi jauh lebih sedikit. Sisa tanaman sebagai mulsa mengurangi pengaruh benturan air hujan sehingga mengurangi bahaya penyumbatan permukaan tanah. Berarti mulsa dapat mencegah kerusakan struktur tanah lapisan atas. Mulsa juga mempengaruhi tanah karena dekomposisi bahan organiknya. Adanya sisa tanaman memungkinkan kegiatan biologi tanah lebih besar. Peningkatan aktivitas biologi memungkinkan terbentuknya pori makro lebih banyak. Sehingga aktivitas biologi tanah dapat memperbaiki kemantapan sturuktur tanah, memperbaiki aerasi dan mempertahankan permeabilitas tanah agar tetap baik Jack et al 1955 dalam Sukartaatmadja 1999.

2.4. Jenis Legum Cover Crop dan Deskripsinya

Menurut Arsyad 2006, salah satu metode yang dikembangkan untuk merehabilitasi tanah adalah dengan menggunakan metode vegetatif, yaitu menggunakan tanaman penutup tanah yang umumnya berasal dari famili Leguminosa atau biasa disebut dengan LCC. Tanaman penutup tanah yang biasanya digunakan adalah jenis kacang-kacangan antara lain Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens, dan Pueraria javanica. a. Calopogonium mucunoides Nama Inggris Calopo, Nama Indonesia Kalopogonium, Nama Lokal Indonesia, kacang asu Jawa. Kalopogonium berasal dari Amerika tropis dan Hindia Barat. Kacang ini telah diperkenalkan ke Asia dan Afrika tropis pada awal tahun 1900 dan ke Australia pada tahun 1930. Kalopogonium telah digunakan sebagai pupuk hijau dan tanaman penutup tanah di Sumatra pada tahun 1922 dan kemudian di perkebunan karet dan perkebunan serat karung di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan telah tersebar ke seluruh daerah tropis. Kalopogonium dapat tumbuh mulai dari pantai hingga ketinggian 2000 mdpl, tetapi dapat beradaptasi dengan baik pada ketinggian 300-1500 mdpl. Kacang ini cocok pada iklim tropis lembab dengan curah hujan tahunan lebih dari 1250 mmtahun. Kacang ini tahan terhadap kekeringan tapi mungkin akan mati pada musim kering yang lama. Dapat tumbuh dengan cepat pada semua tekstur tanah, walaupun dengan pH rendah antara 4.5 - 5. Cara tumbuhnya dengan membelit, membuat kalopogonium mampu beradaptasi dengan baik pada beragam kondisi ekologi. Kalopogonium dikenal baik sebagai satu jenis kacang polong pelopor yang berharga untuk melindungi permukaan lahan, mengurangi temperatur lahan, memperbaiki kandungan Nitrogen, meningkatkan kesuburan lahan dan mengendalikan pertumbuhan rumput liar. Tanaman ini sering ditanam bersama dengan centro C. pubescens dan kacang ruji P. phaseoloides. Gambar 1. C. mucunoides : a Daun, b Bunga, c Polong, d Benih b. Centrosema pubescens Centrosema pubescens nama Inggrisnya Centro, butterfly pea, nama Indonesia Sentro. Sentro berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini merupakan salah satu dari jenis legum yang paling luas penyebarannya di kawasan tropis. Sentro diintroduksi ke kawasan Asia Tenggara dari kawasan tropis Amerika pada abad ke 19. Saat ini Sentro telah dapat tumbuh alami di dataran-dataran rendah di pulau Jawa. C. pubescens dapat tumbuh pada ketinggian – 1000 mdpl. Tanaman ini tahan akan kekeringan dan mampu tumbuh baik pada tanah miskin hara. Tanaman legum ini tumbuh menjalar pada permukaan tanah atau bisa membelit ke kiri atas pada tanaman lain yang tumbuh di dekatnya. C. pubescens berguna sebagai tanaman penutup lahan, tanaman pencegah erosi, tanaman pupuk hijau dan tanaman sumber pakan ternak. Gambar 2. C. pubescens: a Daun, bBunga, c Polong, d Benih

c. Pueraria javanica