II. WWF INDONESIA
2.1. WWF dan Misinya
WWF World Wildlife Fund adalah sebuah organisasi internasional non- pemerintah NGOLSM di bidang konservasi alam. Organisasi ini didirikan pada
tanggal 1 September 1961 oleh beberapa orang, di antaranya ahli biologi Sir Julian Huxley, Pangeran Bernhard dari Belanda, Max Nicholson dan pelukis Sir
Peter Scott yang mendesain logo panda hitam-putihnya. Misi WWF adalah sebagai berikut:
1 melindungi keanekaragaman genetis, spesies, dan ekosistem;
2 menjaga penggunaan sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan dan memberi keuntungan bagi semua kehidupan di bumi;
3 mengurangi polusi lingkungan dan konsumsi sumberdaya alam yang
berlebihan hingga sekecil-kecilnya. WWF Indonesia merupakan salah satu di antara 22 cabang internasional
WWF yang ada di dunia. Di negara ini WWF Indonesia memiliki 27 cabang yang tersebar di 22 provinsi.
2.2. Visi dan Misi WWF-Indonesia
Visi WWF-Indonesia adalah “Konservasi keanekaragaman hayati
Indonesia untuk kesejahteraan generasi sekarang dan masa depan. ” Sedangkan
misinya adalah memelihara keanekaragaman hayati dan mengurangi pengaruh negatif manusia terhadap keanekaragaman hayati dengan cara:
1 mendorong etika konservasi yang kuat, kesadaran dan pelaksanaan
konservasi keanekaragaman hayati di kalangan masyarakat Indonesia; 2
membantu usaha-usaha berbagai pihak terkait untuk memelihara keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologis pada skala
ekoregional; 3
mendukung kebijakan, hukum, dan pelaksanaan hukum yang mendukung konservasi keanekaragaman hayati;
4 mendorong konservasi keanekaragaman hayati untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
2.2. Kegiatan WWF Indonesia di Riau
Kegiatan WWF Indonesia di Provinsi Riau disebut WWF Indonesia-Riau Programme atau WWF Program Riau. Di provinsi ini, WWF Program Riau
berkantor di JL. Cemara Kipas No. 33, Pekanbaru. Fokus utama kegiatan di Riau adalah konservasi harimau Sumatera
Panthera tigris sumatrae dan gajah Sumatera Elephas maximus sumatranus, yaitu dua spesies satwa liar yang diangkat sebagai spesies payung umbrella
species bagi pelestarian berbagai spesies satwa lain beserta habitat mereka. WWF Indonesia menerapkan pendekatan pengelolaan lansekap hutan
tropis sebagai habitat kedua spesies satwa tersebut. Sementara ini, kegiatan konservasi harimau yang dilakukan masih terfokus pada lansekap yang di
dalamnya terdapat Taman Nasional TN Bukit Tigapuluh, TN Tesso Nilo dan SM Bukit Rimbang Bukit Baling.
Keberadaan harimau di dalam lansekap ini telah dipantau WWF sejak tahun 2005 menggunakan berbagai metode, termasuk dengan pengoperasian
kamera perangkap. Sedangkan keberadaan gajah juga telah dipantau menggunakan berbagai macam teknik survei, seperti fecal DNA dan GPS-collar.
III. MACAN DAHAN DAN TAPIR ASIA