Kamera Perangkap TEORI PENGGUNAAN KAMERA PERANGKAP

IV. TEORI PENGGUNAAN KAMERA PERANGKAP

4.1. Kamera Perangkap

Seperti telah disebutkan di bab terdahulu bahwa konservasi satwa liar pada dasarnya merupakan upaya pelestarian populasi spesies-spesies satwa liar dalam habitat mereka. Dalam praktek, pelestarian populasi adalah upaya pengelolaan populasi. Hal ini membutuhkan data-data yang akurat tentang jumlah dan komposisi serta sebaran anggota populasi yang dimaksud. Seringkali data-data tersebut sulit diperoleh melalui survei dengan metode- metode konvensional, seperti pengamatan secara langsung maupun tidak langsung berdasarkan jejak kaki, kotoran, cakaran dan sebagainya. Metode konvensional tidak jarang juga bersifat invasif, artinya berpotensi mempengaruhi perilaku satwa liar atau bahkan mengganggu dan menyakiti mereka. Oleh karenanya diperlukan metode yang lebih canggih agar dapat diperoleh data-data yang lebih akurat dan otentik. Salah satu diantara metode inkonvensional yang sejak tahun 1990-an dikembangkan adalah penggunaan kamera sebagai perangkap satwa liar. Metode ini pada dasarnya memanfaatkan kamera yang dapat mengambil gambar secara otomatis. Adanya sensor inframerah dalam kamera memungkinkan penangkapan setiap gerakan yang terjadi di depan kamera. Sensor ini juga mendeteksi perbedaan suhu yang diakibatkan oleh kehadiran obyek tertentu, seperti tubuh hewan yang berdarah panas. Dalam hal ini, ada kamera yang berfungsi sebagai pengambil foto saja dan ada kamera yang berfungsi sebagai pengambil video saja atau berfungsi sebagai pengambil keduanya, tergantung tujuan pemakaian. Berdasarkan teknologi perekaman gambarnya, kamera perangkap dapat dibagi menjadi dua, yaitu kamera analog dan kamera digital. Kamera analog merekam gambar dengan film seluloid yang dapat menangkap maksimal 36 gambar. Sedangkan kamera digital merekam gambar dalam bentuk data digital dalam sebuah kartu memori. Kapasitas kartu ini biasanya cukup besar, mulai dari 2 GB hingga 16 GB. Dengan kapasitas ini, sebuah kartu dapat memuat ratusan hingga ribuan gambar. Pengoperasian kedua jenis kamera membutuhkan tenaga yang dibekalkan dalam kamera dalam bentuk baterai litium maupun baterai alkalin. Biasanya baterai yang digunakan hanya dapat menyediakan tenaga selama tidak lebih dari 2 bulan. Untuk menghindari kekosongan tenaga maka umumnya baterai dalam kamera perangkap diganti setiap bulan sekali. Pada saat penggantian baterai biasanya juga dilakukan pemanenan data. Hal ini dilakukan, selain untuk mengosongkan kembali kartu memori yang digunakan, juga untuk mengetahui hasil sementara yang diperoleh. Ada beberapa merk kamera perangkap yang banyak digunakan dalam survei dan pemantauan satwa liar, baik kamera analog maupun kamera digital Gambar 4.1. Salah satu contoh merk kamera analog yang paling terkenal adalah DeercamTM, sedangkan merk kamera digital yang umum digunakan adalah Bushnell, Camtrakker, Cuddeback, Reconix, Trailmaster dan Wildview. Harga dari kamera-kamera ini sangat Pada masing-masing merk kamera ini sangat bervariasi, tergantung fitur masing-masing. Meskipun demikian, hampir semua merk kamera perangkap berharga tidak kurang dari 250 USD. A B Gambar 4.1. Contoh kamera analog A dan kamera digital B Penggunaan kamera analog dalam survei dan pemantauan satwa liar sudah mulai ditinggalkan. Sekarang para peneliti lebih banyak memilih menggunakan kamera digital, karena kamera digital mampu menghasilkan jumlah foto yang jauh lebih besar dibandingkan kamera analog. Selain itu, gambar digital dapat dengan mudah segera dilihat tanpa harus mencetak film terlebih dahulu. Keunggulan lain dari kamera digital adalah kemampuannya bereaksi lebih cepat terhadap obyek yang ditangkap sensor. Teknologi kamera perangkap yang digunakan dalam survei dan pemantauan satwa liar tidak hanya memiliki kelebihan, tetapi juga kekurangan. Kelebihan penggunaan kamera perangkap adalah:  Alat ini dapat bekerja secara otomatis dan terus menerus, sehingga kamera dapat diletakkan di lokasi-lokasi terpencil yang sulit dijangkau.  Pengambilan foto maupun video menggunakan kamera perangkap bersifat non-invasif, artinya dapat dianggap tidak mempengaruhi perilaku satwa atau mengganggu dan melukainya.  Kamera perangkap dalam studi satwa liar kita tidak perlu mengganggu dan menyakiti satwa liar. Adapun kekurangan penggunaan kamera perangkap yaitu:  Bidikan kamera bersifat statis sehingga para peneliti harus jeli dan memahami tempat yang strategis dan berpotensial akan kehadiran satwa liar target.  Kamera perangkap tidak atau kurang sesuai untuk jenis satwa yang terlalu besar atau terlalu kecil, dan untuk jenis hewan perairan.  Kamera perangkap tidak atau kurang sesuai untuk habitat terbuka seperti padang rumput atau savana karena pergerakan satwa liar yang bebas sulit dideteksi kamera perangkap yang bersifat statis tersebut.

4.2. Disain Survei Menggunakan Kamera Perangkap