Teknologi kamera perangkap yang digunakan dalam survei dan pemantauan satwa liar tidak hanya memiliki kelebihan, tetapi juga kekurangan.
Kelebihan penggunaan kamera perangkap adalah: Alat ini dapat bekerja secara otomatis dan terus menerus, sehingga kamera
dapat diletakkan di lokasi-lokasi terpencil yang sulit dijangkau. Pengambilan foto maupun video menggunakan kamera perangkap bersifat
non-invasif, artinya dapat dianggap tidak mempengaruhi perilaku satwa atau mengganggu dan melukainya.
Kamera perangkap dalam studi satwa liar kita tidak perlu mengganggu dan menyakiti satwa liar.
Adapun kekurangan penggunaan kamera perangkap yaitu: Bidikan kamera bersifat statis sehingga para peneliti harus jeli dan
memahami tempat yang strategis dan berpotensial akan kehadiran satwa liar target.
Kamera perangkap tidak atau kurang sesuai untuk jenis satwa yang terlalu besar atau terlalu kecil, dan untuk jenis hewan perairan.
Kamera perangkap tidak atau kurang sesuai untuk habitat terbuka seperti padang rumput atau savana karena pergerakan satwa liar yang bebas sulit
dideteksi kamera perangkap yang bersifat statis tersebut.
4.2. Disain Survei Menggunakan Kamera Perangkap
Survei menggunakan kamera perangkap biasanya membutuhkan persiapan yang cukup matang agar diperoleh hasil yang optimal. Karena harga satu unit
kamera perangkap relatif mahal maka dalam suatu survei umumnya jumlah kamera yang bisa digunakan merupakan salah satu faktor terpenting yang harus
dipertimbangkan dalam membuat perencanaan. Keterbatasan jumlah kamera menuntut penggunaan kamera secara efisien namun efektif. Berikut ini adalah
tahap-tahap dalam proses perencanaan suatu survei menggunakan kamera perangkap Gambar 4.2:
1 Penentuan lokasi survei
Lokasi survei biasanya adalah kawasan-kawasan yang diketahui atau diduga dihuni oleh spesies-spesies mamalia yang menjadi sasaran survei.
2 Pembuatan grid pada peta lokasi
Setelah lokasi survei ditentukan, dilakukan pembuatan grid pada peta lokasi. Grid yang dimaksud dibuat dengan bantuan program aplikasi GIS
tertentu, misalnya ArcGIS. 3
Pemilihan grid tempat pemasangan kamera perangkap Dengan
mempertimbangkan kondisi
dalam masing-masing
grid berdasarkan hasil analisis GIS, dipilih grid-grid yang memiliki posisi dan
kondisi sesuai dengan tujuan survei. 4
Survei kondisi dalam grid di lapangan Tahap yang dilakukan setelah pemilihan grid adalah melakukan survei
kondisi dalam grid di lapangan dengan melihat kondisi dari grid-grid yang telah dipilih. Hal ini bertujuan untuk menganalisis potensi dari grid yang
bisa mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan survei. 5
Penentuan titik pemasangan kamera perangkap dalam grid yang dipilih Penentuan titik pemasangan kamera di dalam grid dilakukan berdasarkan
hasil survei terkait kondisi grid di lapangan agar mendapatkan titik yang paling potensial dilewati satwa sasaran.
6 Pemasangan kamera perangkap
Untuk memperbesar peluang pemotretan satwa sasaran dari kedua sisi tubuhnya, maka pada setiap grid dipasang dua kamera yang diletakkan
secara berhadapan dengan jarak kurang lebih 3,5 m. Pemasangan dua kamera ini memungkinkan diperolehnya identitas satwa sasaran secara
individual. Ketinggian posisi kamera tergantung pada ukuran tubuh satwa sasaran, tetapi biasanya berkisar antara 45 cm hingga 65 cm.
7 Pemantauan dan pengumpulan data
Pemantauan kamera dilakukan berdasarkan kapasitas baterai dan kartu memori yang terpasang dalam masing-masing kamera. Umunya hal ini
dilakukan setiap satu hingga dua bulan. Selama pemantauan juga
dilakukan pengumpulan data dari hasil pemotretan selama satu bulan atau dua bulan tersebut.
A B
C D
Gambar 4.2. Contoh pembuatan disain survei menggunakan kamera perangkap:
A penentuan lokasi survei; B pembuatan grid pada peta lokasi; C pemilihan grid; D survei kondisi grid dan penentuan titik pemasangan kamera di lapangan.
4.3. Pengelolaan dan Analisis Data 4.3.1. Pengelolaan data