Penentuan Prioritas Konsistensi Logis.

87 m Indeks Kinerja Aspek i =  Skor ij Bobot j ........................1 j = 1 Dimana: Indeks Kinerja Aspek i = total nilai indeks kinerja rantai pasok aspek ke-i Skor ij = nilaiskor variabel aspek ke-i pada driver ke-j Bobot j = tingkat kepentingan bobot driver ke-j i = 1,2 ; 1= aspek efisiensi, 2=aspek responsivitas j = 1,2,3,…m; m = jumlah driver Indeks kinerja yang dihasilkan kemudian dilakukan analisis gap dengan tahapan berdasar Lambert 2008. Analisis gap sebagai proses evaluasi hasil penilaian merupakan bagian dari perencanaan perbaikan yang akan dilaksanakan pada tahap berikutnya. Hasil dan Pembahasan Studi ini berhasil mengidentifikasi driver rantai pasok berdasar tiga sumber acuan, yaitu Chopra dan Meindl 2007, Hugos 2010, dan Ravindran dan Warsing 2012. Berdasar ketiga acuan tersebut secara umum konsep efisiensi dan responsivitas merupakan aktivitas yang bersifat trade off. Untuk konteks rantai pasok industri kakao, penelitian ini telah mengidentifikasi sub driver dengan aktivitas yang bersifat trade off maupun tidak. Hasil dari dekomposisi driver kinerja rantai pasok menjadi sub driver rantai pasok dari aspek efisiensi dan responsivitas sebagaimana Tabel 26 dan 27. Dalam tabel 26 dan 27 tersebut masing-masing driver diuraikan menjadi beberapa sub driver yang dilengkapi dengan jurnal acuan yang menjadi rujukan dalam dekomposisi yang dilakukan. 88 Tabel 26 Hasil dekomposisi driver kinerja aspek efisiensi SUB-DRIVER SUB SUB-DRIVER JURNAL ACUAN A. Fasilitas 1.1. Pengelolaan fasilitas Manajemen pabrik Noor dan Pitt 2009 Manajemen gudang Manajemen kendaraan Stabilitas produksi Waller 2004, Teknologi Lau et al. 2006 1.2. Lokasi fasilitas Kedekatan fasilitas Siry et al. 2004. Infrastruktur jalan Siry et al. 2004 1.3. Kapasitas fasilitas Utilitas gudang Cook et al. 2011 Utilitas pabrik Siry et al. 2004. Utilitas kendaraan 1.4. Fleksibilitas fasilitas Fleksibilitas kendaraan Jahre dan Hatteland 2004 Fleksibilitas gudang Soon dan Udin 2010 Fleksibilitas pabrik

B. Persediaan

2.1. Perputaran produk Aliran bahan baku Randal et al. 2011 Blackburn dan Scudder 2009. Aliran produk Decay rate produk Decay rate bahan baku 2.2. Kuantitas barang Keamanan stok produk Boulaksil et al. 2009 Keamanan stok bahan baku Streamline stock Blackburn dan Scudder 2009 Optimalisasi pengiriman 2.3. Pengelolaan gudang Penataan gudang Manikas dan Terry 2009 Arus barang di gudang

C. Transportasi

3.1. Vehicle flow Penjadwalan pengiriman Siry et al. 2004 Ketepatan waktu pengiriman Blackburn dan Scudder 2009 3.2.price of trip Daya angkut truk Siry et al. 2004

D. Sourcing

4.1. Penilaian pemasok Manajemen pemasok Noor dan Pitt 2009 Peningkatan kemampuan pemasok Noor dan Pitt 2009 Kriteria pemasok Ellegaard 2008 Pertanian berkelanjutan Pretty et al. 2008 4.2. Integrasi pemasok Integrasi pemasok Siry et al. 2004. 4.3. Keeratan hub. Pemasok Hubungan pemasok Shukla et al.. 2011

E. Informasi

5.1. Integrasi permintaan Integrasi permintaan Frayret et al. 2007, Waller 2004 5.2. Koordinasi Perencanaan yang baik Frayret et al. 2007 Pengendalian Randal et al. 2011, Frayret et al. 2007 89 Tabel 27 Hasil dekomposisi driver kinerja aspek responsivitas SUB-DRIVER SUB SUB-DRIVER JURNAL ACUAN A. Fasilitas 1.1. Pengelolaan fasilitas Manajemen jml permintaan Noor dan Pitt 2009 Manajemen waktu pemenuhan Aliansi strategis Noor dan Pitt 2009 Teknologi Lau et al. 2006 1.2. Lokasi fasilitas Kedekatan fasilitas Siry et al. 2004. Infrastruktur jalan Siry et al. 2004 Infrastruktur pelabuhan Siry et al. 2004 1.3. Fleksibilitas fasilitas Fleksibilitas kendaraan Jahre dan Hatteland 2004; Soon dan Udin 2011; Waller 2004 Fleksibilitas gudang Fleksibilitas pabrik

B. Persediaan

2.1. Perputaran produk Randal et al. 2011 Blackburn dan Scudder 2009. Decay rate produk Decay rate bahan baku 2.2. Kuantitas barang Keamanan stok produk Boulaksil et al. 2009 Keamanan stok bahan baku 2.3. Pengelolaan gudang Penataan gudang Manikas dan Terry 2009 Arus barang di gudang

C. Transportasi

3.1. Vehicle flow Penjadwalan pengiriman Siry et al. 2004 Ketepatan waktu pengiriman Blackburn dan Scudder 2009

D. Sourcing

4.1. Penilaian pemasok Manajemen pemasok Noor dan Pitt 2009 Peningkatan kemampuan pemasok Noor dan Pitt 2009 Hubungan pemasok Shukla et al.. 2011 Tingkat kepercayaan Vachon et al. 2009. 4.2. Integrasi pemasok Integrasi aktivitas produksi Siry et al. 2004. 4.3. Keeratan hubungan Pemasok Jangka waktu hubungan Shukla et al.. 2011

E. Informasi

5.1. Integrasi Integrasi proses dan produk Rudolf et al. 2011, Saad dan Gindy 2007, Waller 2004 Randal et al. 2011, Frayret et al. 2007. 5.2. Koordinasi Perencanaan yang baik Pengendalian 90 Hasil Pembobotan Driver dan Sub-driver Hasil pembobotan driver dan sub-driver oleh pakar Tabel 28 menunjukkan bahwa dalam konteks pencapaian kinerja rantai pasok industri kakao, aspek responsivitas lebih penting dibanding aspek efisiensi. Hal ini sejalan dengan sifat nature produk olahan dari industri kakao yang memerlukan keandalan dan ketepatan pemenuhan sesuai pesanan pelanggan yang bervariasi. Dalam hal ini diperlukan fleksibilitas fasilitas pengolahan pabrik lebih dari sekedar besarnya kapasitas. Di samping itu, salah satu tolok ukur bahwa industri kakao Indonesia cenderung mementingkan responsivitas adalah sebaran lokasi industri yang mendekati pasar yaitu di Pulau Jawa. Menurut Pujawan 2005 rantai pasok yang ingin responsif biasanya memiliki fasilitas yang cenderung mendekati pasar. Tabel 28 Hasil pembobotan driver kinerja rantai pasok dengan AHP Hasil Pengolahan Data Gambaran kinerja rantai pasok industri kakao dari aspek efisiensi dan responsivitas baik pada level perusahaan dan level agregasi industri menunjukkan kondisi yang penting bagi bahan perumusan kebijakan pengembangan industri kakao Gambar 20. Gambar 20 Grafik kinerja rantai pasok efisiensi dan responsivitas industri kakao BOBOT ASPEK EFISIENSI : 0,250 BOBOT ASPEK RESPONSIVITAS : 0,750 DRIVER BOBOT DRIVER SUB-DRIVER BOBOT SUB DRIVER DRIVER BOBOT DRIVER SUB-DRIVER BOBOT SUB DRIVER FASILITAS 0,095 1.1. PENGELOLAAN FASILITAS 0,140 FASILITAS 0,064 1.1. PENGELOLAAN FASILITAS 0,333 1.2. LOKASI FASILITAS 0,544 1.2. LOKASI FASILITAS 0,333 1.3. KAPASITAS FASILITAS 0,158 1.3. FLEKSIBILITAS FASILITAS 0,333 1.4. FLEKSIBILITAS FASILITAS 0,158 INVENTORY 0,348 2.1. PERPUTARAN PRODUK 0,600 INVENTORY 0,382 2.1. PERPUTARAN PRODUK 0,268 2.2. KUANTITAS BARANG 0,200 2.2. KUANTITAS BARANG 0,117 2.3. PENGELOLAAN GUDANG 0,200 2.3. PENGELOLAAN GUDANG 0,614 TRANSPORTASI 0,323 3.1. VEHICLE FLOW 1,000 TRANSPORTASI 0,347 3.1. VEHICLE FLOW 0,500 SOURCING 0,133 4.1.PENILAIAN PEMASOK 0,210 3.2.PRICE OF TRIP 0,500 4.2. INTEGRASI PEMASOK 0,240 SOURCING 0,111 4.1.PENILAIAN PEMASOK 0,091 4.3. KEERATAN HUB PEMASOK 0,550 4.2. INTEGRASI PEMASOK 0,455 INFORMASI 0,133 5.1. INTEGRASI PERMINATAAN 0,500 4.3. KEERATAN HUB PEMASOK 0,455 5.2. KOORDINASI 0,500 INFORMASI 0,065 5.1. INTEGRASI PERMINATAAN 0,500 5.2. KOORDINASI 0,500