Elang Laut Perut Putih

2.3 Perilaku, Habitat, dan Penyebaran Geografis Burung Elang 2.3.1 Elang Jawa Burung elang jawa berburu dari tempat bertenggernya di atas pohon-pohon yang tinggi di dalam hutan. Burung ini menyergap dengan sigap dan tangkas aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah seperti, reptil, burung-burung sejenis walik dan punai, dan bahkan ayam kampung. Selain itu, mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet juga menjadi menu sehari- hari Anonim 2008b. Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi di atas cabang pohon setinggi 20-30 m dari permukaan tanah. Telur berjumlah satu butir yang dierami selama kurang-lebih 47 hari Anonim 2008b. Pohon-pohon yang dijadikan sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti rasamala Altingia excelsa, pasang Lithocarpus dan Quercus, tusam Pinus merkusii, puspa Schima wallichii, dan kisireum Eugenia clavimyrtus. Sarang burung elang jawa tidak selalu jauh berada di dalam hutan. Sarang yang pernah ditemukan hanya sejarak 200-300 m dari tempat rekreasi Anonim 2008b. Burung elang Jawa menyebar jarang-jarang di habitatnya. Total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor Anonim 2008b. Burung elang jawa hidup di hutan tropis dari daerah pantai sampai ketinggian antara 3.000 m di atas permukaan air laut, tetapi burung elang jawa lebih menyukai daerah dengan ketinggian sekitar 200-2.000 m di atas permukaan air laut dpl. Hutan yang dihuni meliputi hutan primer, hutan sekunder, dan hutan produksi Prawiradilaga 1999 dalam Widodo 2004. Penyebaran burung elang jawa hanya terbatas pada pulau Jawa, yaitu Ujung Kulon, Gn. Halimun, Gn. Salak, Gn. Gede, Gn. Gede Pangrango, Gn. Papandayan, Gn. Patuha, Gn. Segera, Gn. Slamet, Gn. Besar, Gn. Prahu, Gn. Merapi, Gn. Wilis, Gn. Arjuno, Gn. Iyang, Karang Anyar, TN Meru Betiri, Kalibaru, Ijen, dan TN Alas Purwo Sözer 1995 dalam Widodo 2004. Kharateristik pohon untuk sarang burung elang jawa menurut penelitian Afianto tahun 2001, yaitu pohon tertinggi dan terbesar di sekitarnya, terdapat tajuk pohon yang relatif terbuka, pandangan sarang terbuka ke arah lembah. Wilayah yang dikunjungi secara tetap adalah wilayah yang yang dapat menyuplai makanan, minuman, dan tempat berlindung serta bersarang. Wilayah tersebut disebut wilayah jelajah atau home range Boughey 1973, Pyke 1983, Noordwijk 1985 dalam Alikodra 2002. Elang jawa memiliki area teritori yang ditandai dengan urin, feses, dan sekresi lainnya. Daerah teritori dipertahankan dari satwa lain, misalnya dengan mengeluarkan suara atau melawan satwa tersebut secara langsung. Umumnya, luas daerah teritori lebih sempit daripada daerah jelajah Alikodra 2002.

2.3.2 Elang Bondol

Burung elang bondol memiliki kebiasaan terbang melayang-layang sambil mengintai mangsanya dengan ketinggian 20-50 m. Burung elang bondol akan terbang menukik untuk menangkap mangsanya jika mangsanya sudah terlihat. Makanan utama burung elang bondol adalah ikan, katak, reptil, dan sedikit serangga. Selain itu, burung elang bondol juga sering terbang di atas pelabuhan kapal pembawa ikan untuk mencuri ikan-ikan tersebut. Burung elang bondol pun mampu merebut makanan burung pemangsa lainnya seperti burung elang laut perut putih. Musim kawin terjadi pada bulan November-Desember. Burung elang bondol sering melakukan akrobatik di udara untuk menarik perhatian pasangan baik di dekat pasangan maupun di dekat sarangnya. Burung elang bondol memanfaatkan pohon-pohon besar dan tinggi untuk membangun sarang. Sarang terbuat dari ranting-ranting pohon yang disusun rapi yang direkatkan dengan lumpur. Beberapa diantaranya memanfaatkan pohon yang sudah mati. Tinggi sarang di daerah berpantai dan hutan mangrove berkisar 5-6 m, sedangkan pada daerah kering sekitar 20-30 m. Tebal sangkar antara 15-30 cm, lebarnya 60-90 cm. Sarang tersebut akan digunakan kembali dan diperbaiki sehingga sarang menjadi semakin tebal. Jarak antar sarang pasangan burung elang bondol sekitar 100 m. Burung elang bondol bertelur dua sampai tiga butir telur yang berwarna putih dengan totol-totol merah kecoklatan Tan 2001. Burung elang Bondol dapat ditemukan sendirian atau bersama-sama dalam kelompok di atas perairan. Mengunjungi kawasan pantai, pesisir sungai, rawa-rawa, danau, dan hutan pegunungan terbuka sampai ketinggian 3.000 m Admin 2007. Burung elang bondol merupakan penetap umum. Daerah penyebaran Burung elang Bondol di Indonesia adalah di seluruh Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali. Namun saat ini keberadaan burung elang Bondol di Jawa dan Bali sudah sangat jarang. Burung elang bondol yang terdapat di Cagar Alam Pulau

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ph Terhadap IgG Anti H5N1 Asal Kolostrum Sapi Yang Divaksin Dengan Vaksin Avian Influenza H5N1

0 6 44

Produksi Antibodi Poliklonal Anti H5N1 pada Marmot (Cavia porcellus) yang Divaksinasi dengan Vaksin Avian Influenza H5N1 dan H5N2

1 22 58

Preparasi dan aplikasi vaksin polivalen avian Influenza h5n1 pada unggas menggunakan prinsip Antibodi-anti-idiotipe: efikasi vaksin terhadap Berbagai strain virus ai h5n1 indonesia

0 21 2

Gambaran antibodi anti avian influenza h5 pada ayam petelur yang divaksinasi dengan vaksin ai h5n1 inaktif isolat tahun 2007 ayu

0 4 63

Pengaruh Ph Terhadap IgG Anti H5N1 Asal Kolostrum Sapi Yang Divaksin Dengan Vaksin Avian Influenza H5N1

0 5 79

Karakterisasi Protein IgG Anti H5N1 Menggunakan Metode SDS-Page (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamide Gel Electrophoresis) Dari Kolostrum Sapi Yang Divaksin H5N1

1 14 75

Deteksi Keberadaan Antibodi Anti Diare (Escherichia coli dan Salmonella Enteritidis) Dan Anti Flu Burung (H5N1) Pada Kuning Telur Ayam Isa Brown Yang Diberi Perlakuan Pemanasan Bertingkat

2 15 107

Sri Murtini, Komara Dwi Raharjo, Anita Esfandiari, Sus Derthi Widhyari; Karakterisasi Protein igG Anti H5N1 Kolostrum dari Sapi Friesian Holstein Bunting yang Divaksin H5N1 Menggunakan Metode SDS-Page (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacerilamide Gel Electropho

0 3 7

Deteksi Antibodi Anti-Escherichia coli K99 Dalam Kolostrum Induk Sapi Friesian Holstein Sesudah Vaksinasi Escherichichia coli Polivalen Menggunakan Teknik Elisa

0 6 7

SKRIPSI DETEKSI ANTIBODI AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA KUCING JALANAN (Felis silvestris catus) DI BEBERAPA PASAR DAN PERUMAHAN DI SURABAYA DENGAN UJI HEMAGLUTINASI INHIBISI (HI TEST)

0 1 60