Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Fenol

dapat bertambah jika dicampur dengan Co, Zn dan Ti Pintar dan Levec, 1992; dalam Silva et al., 2003. Dari pernyataan tersebut, akan dilakukan penelitian yang bertujuan mensintesis nanokatalis CuOTiO 2 dengan menambahkan larutan polimer Polyethylene Glycol PEG. PEG berfungsi sebagai zat pendispersi. Katalis yang disintesis diharapkan mampu menghasilkan katalis dengan luas permukaan yang besar dan dapat diaplikasikan untuk degradasi limbah fenol. Kelebihan dari metode ini adalah prosesnya yang tidak rumit, tidak membutuhkan waktu yang lama dan ukuran kristal mencapai nanometer 1-100 nm. Katalis dengan kristalinitas yang baik dan luas permukaan yang besar diperoleh dengan melakukan variasi terhadap temperatur pemanasan. Variasi temperatur dilakukan untuk mendapatkan karakter kristal terbaik. Apabila temperatur kalsinasi terlalu rendah, maka PEG tidak akan terdekomposisi sempurna sehingga menjadi pengotor bagi kristal yang dihasilkan. Sedangkan temperatur yang terlalu tinggi, menyebabkan hilangnya sebagian komponen penyusun kristal, dalam hal ini CuO dan TiO 2 . Untuk mengetahui perbandingan komposisi CuO dan TiO 2 pada katalis maka perlu diuji menggunakan SEM-EDX. Kristalinitas yang baik, luas permukaan yang besar dan komposisi antara CuO dan TiO 2 yang sesuai, diharapkan mampu diperoleh hasil degradasi fenol yang baik pula.

1.2 Perumusan Masalah

Beberapa hal penting yang ingin diketahui dari degradasi dengan katalis CuOTiO 2 adalah : 1. Bagaimana pengaruh variasi temperatur kalsinasi terhadap karakter kristal yang dihasilkan? 2. Berapa pengaruh variasi waktu degradasi limbah fenol menggunakan katalis CuOTiO 2 terhadap konsentrasi fenol sisa.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh variasi temperatur kalsinasi CuOTiO 2 terhadap karakter kristalnya. 2. Mengetahui pengaruh waktu degradasi terhadap konsentrasi fenol tersisa dari proses degradasi menggunakan katalis CuOTiO 2 .

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi mengenai cara sintesis nanokatalis CuOTiO 2 dengan menggunakan larutan polimer. 2. Memberikan informasi mengenai pengaruh variasi temperatur kalsinasi CuOTiO 2 terhadap karakteristik kristal. 3. Memberikan informasi mengenai proses degradasi katalitik limbah fenol menggunakan katalis padat. 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fenol

Pencemaran lingkungan karena adanya limbah perlu mendapat perhatian serius, salah satunya pencemaran perairan yang disebabkan oleh limbah cair. Limbah cair mengandung logam berat dan senyawa aromatik. Pada konsentrasi tertentu, limbah ini dapat merusak ekosistem perairan. Industri di bidang farmasi, petrokimia, tekstil, cat dan pestisida menghasilkan limbah yang mengandung senyawa organik, salah satunya adalah fenol Wardhani, 2009. Dalam industri tekstil, fenol terdapat dalam zat warna sebagai senyawa organik tidak jenuh. Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh, kromofor dan auksokrom Sari, 2011. Fenol adalah senyawa aromatik yang mengandung gugus hidroksi yang terikat pada cincin benzena. Pada keadaan murni, fenol berbentuk padatan putih. Rumus molekul fenol adalah C 6 H 5 OH, mempunyai berat molekul 94,12 gmol, densitas 1,0576 gcm 3 pada 20°C dan kelarutannya dalam air 87 gL pada 25°C Baron; dalam Sari, 2011. Senyawa fenol mempunyai titik didih yang tinggi karena adanya ikatan hidrogen. Titik leleh fenol sebesar 43°C sedangkan titik didihnya yaitu 182°C. Fenol larut dalam air tetapi sebagian besar turunan fenol tidak larut dalam air Ruswiyanto; dalam Astutik, 2010. Dalam Prabowo dan Wijayanto 2010, disebutkan bahwa ukuran molekul fenol adalah 6Å. Gugus hidroksil dalam fenol menyebabkan kereaktifannya tinggi. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam artinya ia dapat melepaskan ion H + dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C 6 H 5 O - yang dapat dilarutkan dalam air dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya. Sifat asam fenol dapat dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH. Fenol dapat melepaskan H + pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu Fessenden dan Fessenden, 1992. Gambar 2.1. Struktur Fenol Fessenden dan Fessenden, 1992 Jumlah fenol yang besar dalam air dapat menyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut sehingga fenol disebut polutan. Akibat berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sistem perairan, akan menimbulkan dampak negatif yang lebih luas lagi, misalnya menganggu ekosistem kehidupan hewan dan tumbuhan dalam air, juga dapat mematikan secara langsung bakteri aerob Baron; dalam Sari, 2011. Senyawa fenol dapat memberikan efek yang buruk terhadap manusia pada konsentrasi tertentu, antara lain berupa kerusakan hati dan ginjal, penurunan tekanan darah, pelemahan detak jantung, hingga kematian. Senyawa ini dapat dikatakan aman bagi lingkungan jika konsentrasinya berkisar antara 0,5 s.d 1,0 mgL sesuai dengan KEP No.51MENLH 101995 dan ambang batas fenol dalam baku air minum adalah 0,002 mgL seperti dinyatakan oleh BAPEDAL Slamet et al ., 2005. OH

2.2 Pengolahan Limbah Fenol dengan Degradasi