II.3. Lingkungan Strategis Nasional
Perkembangan lingkungan strategis nasional diawali dengan munculnya kecenderungan degradasi pengamalan ideologi Panciasla. Pancasila
sebagai ideologi negara yang menjadi acuan dan orientasi bangsa mengalami degradasi dalam implementasinya. Pemahaman terhadap
Pancasila serta terjadinya pengeroposan nilai-nilai Pancasila juga diakibatkan oleh aktivitas kelompok-kelompok radikal, baik secara terbuka
maupun tertutup yang menggejala di dalam masyarakat. Berbagai peristiwa kekerasan, kerusuhan dan konflik berlatar belakang suku,
agama, ras dan antar golongan menandakan bahwa sebagian masyarakat mulai meninggalkan nilai-nilai toleransi, perdamaian, kemanusiaan,
kemajemukan, musyawarah untuk mufakat, serta keadilan yang terkandung di dalam Pancasila
13
. Beberapa peristiwa kelam yang menandai hal tersebut antara lain konflik Sambas, Ambon, Poso,
Lampung, dan lainnya. Hal ini tak lepas dari rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dan aparat.
Pada tataran politik, yang masih menjadi sorotan adalah pemiihan umum, yaitu pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah serta anggota legislatif
beserta dinamika di dalam partai politik itu sendiri, Perubahan besar terjadi ketka pada 2004 masyarakat memiliki hak untuk memilih langsung
pemimpinnya. Pemilu 2004 sekaligus membuktikan upaya serius mewujudkan sistem pemerintahan Presidensil yang dianut oleh
13 Lampiran Keputusan Menteri Pertahanan RI Nomor : KEP 25 M I 2014 Tanggal : 7 Januari 2014 tentang Kebijakan Pertahanan Negara Tahun 2014, h.
12
pemerintah Indonesia. Isu-isu yang terkait seputar Pemilu adalah black campaign, politik uang, yang kemudian merambat kepada isu kredibilitas
partai politik. Etika dan moral politik di kalangan elit politik juga menjadi sorotan sehingga sebagian besar masyarakat memilih untuk tidak
bersimpati dan apatis terhadap mereka. Korupsi, kolusi dan nepotisme masih ditemukan dan menghantui pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Hal lain terkait dinamika pemerintahan adalah menyangkut pelaksanaan otonomi daerah dan hubungannya dengan koordinasi antara pemerintah
pusat daerah. Sehubungan dengan koordinasi, hal yang sama terjadi antar sesama lembaga pemerintahan sehingga isu sinergitas lintas sektor
sepertinya selalu menjadi primadona yang tak kunjung menemukan jalan keluar yang diharapkan.
Teknologi dan informasi sekali lagi menduduki posisi penting dalam konteks sosial budaya. Komunikasi antar masyarakat tidak berbatas ruang
dan waktu, informasi mengalir deras tak terbendung, dan termasuk yang harus dihadapi adalah berbagai dampak negatifnya seperti
penyebarluasan ideologi baru yang menyimpang, kejahatan berbasis teknologi, pornografi serta degradasi moral dan norma sosial
kemasyarakatan. Kecenderungan masyarakat untuk kembali kepada nilai-nilai agama
mendorong semakin berkembangnya komunitas-komunitas keagamaan. Namun yang patut diwaspadai adalah penyebaran pemahaman yang
keliru tentang agama mendorong maraknya paham-paham keagamaan
yang menyimpang dan hal ini cukup meresahkan. Masyarakat dituntut jeli dan mampu memilah berbagai informasi agar tidak gampang terbujuk,
terprovokasi dan terpecah belah. Dari sisi kependudukan, lingkungan strategis nasional saat ini sedang
menyongsongBonus Demografi, yaitu suatu fenomena dimana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena jumlah
penduduk usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak. Indonesia
menikmati keuntungan tersebut yang dimulai sejak tahun 2010 dan bergerak menuju terbukanya ‘jendela kesempatan’ windows of
opportunity di 2028-2031 disebabkan tingkat ketergantungan yang berada pada level yang rendah yaitu 46,9 per 100 orang usia produktif
14
. Hal ini beimplikasi pada keuntungan ekonomis dimana terdapat suplai
tenaga kerja yang besar yang dapat meningkatkan pendapatan per kapita apabila mendapat kesempatan kerja yang produktif, masuknya
perempuan ke pasar kerja membantu peningkatan pendapatan, adanya tabungan masyarakat yang diinvestasikan secara produktif serta
pemanfaatan modal manusia yang besar untuk kegiatan produktif. Dari sisi ekonomi, perubahan lingkungan strategis berjalan amat cepat
dan terkadang sulit untuk diprediksi. Menurut Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro, kondisi ekonomi global saat ini rentan
terhadap krisis karena mudah berubah-ubah. Oleh karena itu
14 Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Kepala BKKBN. Optimallisasi Pemanfaatan Bonus Demografi, disampaikan pada Kuliah Umum di Universitas Udayana
Bali, 2014.
fundamental ekonomi nasional harus selalu terjaga, baik makro, moneter, maupun fiskal
15
. Pemerintahmaupun praktisi keuangan merasa optimis perekonomian Indonesia dapat melaju di atas 5 persen. Apalagi jika
belanja pemerintah belanja modal dapat dilakukan secara lebih efisien. Adapun pemerintah telah berjanji untuk menggenjot belanja infrastruktur
yang akan memunculkan efek berantai yang positif seperti penyerapan tenaga kerja dan menarik investasi ke Indonesia. Mulai stabilnya nilai
tukar rupiah mendorong kembali orang untuk melakukan konsumsi sehingga perekonomian beranjak pulih. Pemerintah juga berkomitmen
agar APBN tahun ini dapat berjalan dengan lebih baik dari sisi penerimaan, sisi belanja, maupun sisi pembiayaan agar berdampak pada
pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Pengembangan sektor ekonomi mau tak mau harus saling berkaitan
dengan sekor lingkungan hidup dan energi. Hal inilah yang kemudian memunculkan komitmen untuk melakukan pembangunan yang
berkelanjutan. Salah satu yang menjadi kesalahan dari pengelolaan sumber daya alam di negara-negara berkembang adalah mengejar
pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya dengan mengorbankan kelestarian sumber daya alam. Harusnya, dengan modal sumber daya
alam yang besar akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kecendurangan yang
terjadi adalah munculnya problematika seputar kelestarian alam, konflik sumber daya alam, akses masyarakat terhadap sumber daya alam dan
15http:www.kemenkeu.go.idWideoptimisme-perekonomian-indonesia-2016
kemiskinan, bencana alam dan perubahan iklim, yang semuanya berimplikasi negatif terhadap pembangunan. Sehingga kemudian
mencuat isu pengelolaan tambang emas di Freeport Papua, tembaga di Newmont Nusa Tenggara, pengelolaan hutan di Kalimantan, gas alam dan
minyak bumi di banyak daerah di Indonesia, bahkan akses terhadap air bersih. Amanat konstitusi bahwa
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. masih jauh untuk diwujudkan dan
menjadi pekerjaan rumah bersama.
PEMERINT AH DAN
MASYARA KAT
POSISI DAN LOKASI GEOGRAFI NEGARA
KEADAAN DAN KEKAYAAN ALAM
KEADAAN DAN KEMAMPUAN PENDUDUK IDEOLOGI
POLITIK
SOSIAL BUDAYA PERTAHANAN KEAMANAN
EKONOMI
LINGKUNGAN STRATEGIS
TANTANG AN
Gambar 1. Ruang Lingkup Lingkungan Strategis
III. STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN LINGKUNGAN