a. Perkawinan dalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya itu. b.
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundanganyang berlaku.
Ketentuan ini dimuat dalam pasal 2 Undang-undang No.1 Tahun 1974. Dengan perumusan pada pasal 2 ayat 1 ini, tidak ada perkawinan di luar
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945.
Yang dimasud dengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu termasuk ketentuan perundang-undangan yang berlaku
bagi golongan agamanya dan kepercayaannya itu sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam Undang-undang ini.
2.6 Batas Umur Perkawinan
Pada hukum islam pada dasarnya semua tingkatan umur dapat melakukan ikatan perkawinan.
Tetapi dalam praktik, biasanya hal itu tidak akan terjadi, bahwa orang tua atau wali dari anak-anak itu mengijinkan mereka kawin sebelum umur
yang pantas, yaitu umur 15 dan 16 tahun bagi perempuan dan 18 dan 19 tahun bagi laki-laki. Prodjodikoro,1974:41
Dalam hukum adat maupun hukum islam tidak ada kaidah-kaidah yang sifatnya menentukan batas umur
perkawinan, dalam hukum adat kedewasaan seseorang diukur dengan tanda-tanda bagian tubuh. Apabila anak wanita sudah
haid datang bulan, buah dada menonjol, berarti dia sudah dewasa. Bagi anak laki-laki ukurannya hanya dilihat dari
perubahan suara, bangun tubuh, sudah mengeluarkan air mani, atau sudah mempunyai nafsu seks. Jadi di sini ukuran
kedewasaan bukan diukur dari umur, karena orang tua dimasa lampau kebanyakan tidak mencatat tanggal lahir anak-anaknya,
karena kebanyakan buta huruf. Muhammad,2000:54
Dengan diundangkannya Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, …berapakah umur yang
diperbolehkan agar seseorang dapat melangsungkan perkawinan, di Indonesia undang-undang perkawinan
memperbolehkan seorang pria berumur minimal 19 tahun dan seorang wanita minimal berumur 16 tahun, dengan catatan jika
umur mereka masih dibawah 21 tahun diperlukan ijin dari kedua orang tuanya. Jika perkawinan dilakukan oleh mereka
yang masih dibawah umur 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan diperlukan suatu ujin dari pengadilan atau dari
pihak berwenang. Ketentuan yang mirip-mirip juga berlaku dalam KUHPerdata Indonesia, tetapi batasan umur untuk
kawin adalah 18 tahun bagi laki-laki dan 15 tahun bagi perempuan. Fuady,2005:207
Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai 21 dua puluh satu tahun harus mendapat izin dari
kedua orang tua pas. 6 2 UU no.1 tahun 1974. Jadi pria atau wanita yang telah mencapai umur 21 tahun tidak perlu ada izin
orang tua untuk melangsungkan perkawinan. Yang perlu memakai izin orang tua untuk melakukan perkawinan ialah
pria yang telah mencapai umur 16 tahun pas. 7 UU no.1 tahun 1974. Di bawah umur tersebut berarti belum boleh melakukan
perkawinan sekalipun diizinkan orang tua. Hadikusuma,2007:47
Penjelasan umum UU no.1 tahun 1974,undang-undang ini menganut prinsip bahwa calon suami dan calon isteri itu harus telah masak jiwa dan
raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan
mendapatkan keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan antara calon suami isteri yang masih dibawah umur.
Penentuan batas umur perkawinan mempunyai arti yang penting untuk mencegah praktik kawin yang “terlampau muda”, seperti banyak yang terjadi
di desa-desa, yang mempunyai berbagai akibat yang negatif. Dibatasinya usia kawin diharapkan akan menekan masalah-masalah
yang berhubungan dengan kependudukan, karena umur yang terlalu rendah untuk melangsungkan perkawinan akan mengakibatkan laju kelahiran yang
lebih tinggi, jika dibandingkan dengan batas umur yang lebih tinggi. Perkawinan yang dilakukan dalam usia yang masih muda, pada
umumnya mereka belum matang dalam memegang tanggung jawab sebagai suami isteri, sehingga dikawatirkan menimbulkan percekcokan diantara
mereka dan dikawatirkan perkawinan tersebut akan berakhir dengan perceraian, juga perkawinan usia muda ini banyak menjadi beban bagi orang
tua.
2.7 Dispensasi Kawin